Perumusan Masalah Analisis swimming layers dan sebaran densitas ikan pelagis kecil di Selat Makasar dengan pendekatan hidroakustik

tertentu. Hasil intergrasi tersebut kemudian dikonversi ke dalam biomassa ikan. Perolehan kelimpahan sumberdaya ikan akan diperoleh dari densitas yang terdeteksi dengan luasan area lokasi ikan yang menjadi target. Pengintegrasian echo merupakan cara yang diterapkan dalam penelitian akustik, karena dengan cara ini densitas dan distribusi ikan dapat ditentukan dalam cakupan yang besar. Dewasa ini, digital echo integrator telah dapat dengan mudah diprogram untuk menampung banyak parameter penelitian, termasuk di dalamnya interval kedalaman layer dimana akan dilakukan penghitungan densitas ikan. Apabila densitas ikan dapat diketahui berdasarkan swimming layers di suatu lokasi perairan, akan lebih mudah melakukan analisa terhadap keberadaan sumberdaya ikan tersebut, dan selanjutnya untuk proses pemanfaatan penangkapan terhadap sumberdaya ikan tersebut dapat lebih ditingkatkan karena telah didapatkan informasi dan data mengenai keberadaan ikan tersebut di lokasi perairan yang diamati.

1.2 Perumusan Masalah

Suatu kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkeberlanjutan membutuhkan indikator utama pengelolaan sumberdaya ikan, yaitu seberapa besar stok sumberdaya ikan yang tersedia, dan untuk menganalisis stok sumberdaya ikan, maka dibutuhkan beberapa informasi penting yaitu; data hasil tangkapan ukuran, jenis, dan jumlah ikan, daerah tangkapan fishing ground dan upaya penangkapan effort. Untuk menyatakan bahwa suatu perairan tersebut adalah fishing ground, perlu suatu kegiatan eksplorasi yang disertai dengan kajian mengenai keberadaan dan ketersedian sumberdaya ikan pada perairan tersebut. Ketersediaan ikan dapat dikaji melalui seberapa besar nilai densitas serta distribusi ikan tersebut pada suatu area perairan. Sumberdaya ikan memiliki spesies yang relatif beragam multi-species dan dinamis yang sangat bergantung pada karakteristik oseanografi, dimana karakteristik oseanografi tersebut sangat berpengaruh bagi tingkah laku, distribusi dan densitas serta fluktuasi sumberdaya ikan di suatu perairan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang densitas dan pola distribusi kelompok ikan di suatu perairan terutama dalam kaitannya dengan kondisi oseanografi perairan sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pendugaan dan pengkajian sumberdaya ikan sebagai komponen dasar pengelolaan sumberdaya ikan itu sendiri Pasaribu et al. 1998. Maka, selain menggunakan metode akustik, sangat perlu dilakukan penganalisaan faktor-faktor oseanografi bagi penentuan distribusi dan densitas sumberdaya ikan. Sama halnya dengan densitas, untuk mengetahui dan menganalisa swimming layer sumberdaya ikan pada suatu perairan harus mengarah pada pengetahuan mengenai karakteristik fisik perairan, sebab fisik perairan merupakan faktor penting dan dominan bagi keberadaan sumberdaya ikan pada suatu area perairan, terlebih apabila perairan tersebut merupakan daerah penangkapan ikan. Laporan penelitian terdahulu dengan menggunakan pendekatan akustik yang menjelaskan densitas ikan berdasarkan swimming layers di perairan Indonesia masih terbatas, penelitian ini berusaha menjelaskan densitas ikan pelagis kecil berdasarkan swimming layers yang dilakukan melalui pendeteksian akustik serta menganalisa karakteristik fisik perairan yaitu faktor oseanografi yang diduga turut mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan pelagis kecil tersebut di suatu perairan. Selat Makassar merupakan salah satu perairan di Indonesia yang cukup unik bila dibandingkan dengan beberapa perairan lainnya, karena Selat Makassar dilalui massa air yang sangat besar yang biasa disebut Arus Lintas Indonesia ARLINDO. Hal ini diperkirakan dapat menyebabkan fenomena, baik terhadap oseanografi fisik perairan maupun terhadap sumberdaya ikan pelagis kecil yang terdapat pada perairan Selat Makassar tersebut. Selain itu, perairan Selat Makassar juga menerima proses penyuburan sepanjang tahun dimana pada musim barat penyuburan terjadi karena adanya run off dari daratan Kalimantan dan Sulawesi akibat curah hujan yang cukup tinggi, sedangkan pada musim timur terjadi proses upwelling di beberapa lokasi bagian selatan Selat Makassar akibat pertemuan massa air dari Samudera Pasifik dengan massa air Laut Jawa dan Laut Flores. Hal-hal tersebut cukup menggelitik dan turut membangkitkan rasa ingin tahu lebih jauh sehingga diputuskanlah untuk melakukan riset di perairan Selat Makassar dengan mengkombinasikan peralatan deteksi hidroakustik dan pengukuran kondisi oseanografi fisik untuk mengestimasi sebaran dan densitas ikan pelagis kecil.

1.3 Tujuan Penelitian