Distribusi Densitas Ikan Pelagis Kecil

4.5 Distribusi Densitas Ikan Pelagis Kecil

Secara umum, estimasi yang dilakukan terhadap densitas ikan pelagis kecil yang terdapat pada daerah penelitian menunjukkan distribusi yang berbeda pada masing-masing layer, dengan kisaran nilai densitas 5,09 - 36199,92 m 2 nmi 2 pada seluruh daerah yang diteliti. Densitas tertinggi terkonsentrasi pada homogen layer layer 1 dan hanya sedikit ditemukan pada thermocline layer layer 2, 3, 4, 5 dan 6 dan deep layer layer 7. Perbedaan densitas yang terjadi pada masing-masing layer disebabkan ikan sebagai biota air memiliki behaviour dan batasan yang berbeda-beda pula, terutama terhadap faktor oseanografi suhu dan salinitas pada suatu kolom perairan. Selain faktor tersebut, distribusi ikan pelagis kecil pada suatu perairan juga dipengaruhi oleh faktor kesuburan perairan, seperti yang dikemukakan oleh Laevastu dan Hela 1970 bahwa ketersediaan plankton sebagai sumber makanan. Ikan pelagis kecil umumnya berada pada permukaan perairan yang mengandung banyak unsur hara dan plankton, sehingga akan terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara densitas ikan pelagis kecil pada homogen layer, khususnya pada sekitar permukaan perairan dengan densitas ikan pelagis kecil yang terdapat pada thermocline layer dan deep layer. Pada homogen layer layer 1 hasil estimasi menunjukkan nilai densitas berkisar antara 221,10 - 36199,92 m 2 nmi 2 . Nilai densitas tertinggi yang tercatat pada layer ini berada pada longitude 119,09 o E dan latitude 0,5 o S. Pada layer ini tingginya densitas ikan pelagis kecil diduga karena kondisi suhu yang lebih hangat dibandingkan dengan layer dibawahnya dengan nilai salinitas yang lebih rendah dibandingkan dengan layer dibawahnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ehrenberg 1984, ikan-ikan kecil cenderung bergerombol di lapisan atas perairan, dan ikan yang lebih besar menyebar di lapisan bawah, dan Burczynski et. al. 1987 juga menyatakan bahwa penyebaran ikan-ikan kecil turut dipengaruhi oleh profil temperatur dan thermocline. Menurut Laevastu dan Hayes 1981 bahwa perubahan temperatur yang kecil sekalipun 0,02 o C pada suatu perairan dapat mengakibatkan perubahan densitas, sehingga diduga ikan pelagis akan melakukan migrasi vertikal tergantung pada perubahan suhu di suatu perairan. Klorofil-a sebagai bagian dari produktivitas primer pada perairan juga dapat mempengaruhi distribusi dan densitas ikan pelagis kecil pada perairan, sebab sebagai sumber makanan utama bagi biota perairan tentu akan menentukan berkumpulnya ikan pelagis kecil Laevastu dan Hayes 1981. Dari pengukuran yang dilakukan pada bulan Oktober 2003 di perairan Selat Makassar diketahui bahwa kandungan klorofil-a cukup tinggi pada permukaan perairan dan semakin rendah seiring bertambahnya kedalaman. Kandungan klorofil-a pada homogen layer berkisar 0,16 - 1,14 mgm 3 dengan rata-rata 0,8 mgm 3 , kisaran ini lebih tinggi dari pada yang terdapat pada thermocline layer yakni 0,00 - 1,08 mgm 3 dengan rata-rata 0,63 mgm 3 Afdal dan Riyono 2004. Hal ini semakin memperkuat estimasi bahwa ikan pelagis kecil lebih banyak berkumpul dan terkonsentrasi pada homogen layer. Pada thermocline layer layer 2-6 hasil estimasi menunjukkan nilai densitas berkisar antara 5,09 - 2982,66 m 2 nmi 2 . Secara keseluruhan, kepadatan dengan nilai tertinggi pada thermocline layer ini berada di bagian selatan dan barat daya dengan nilai densitas tertinggi tercatat pada longitude 118,66 o E dan pada latitude 1,34 o Pada deep layer nilai densitas yang tercatat berkisar 281,69 - 577,49 m S. Perbedaan nilai densitas yang cukup signifikan pada thermocline layer apabila dibandingkan dengan nilai densitas pada homogen layer diduga lebih disebabkan oleh faktor suhu, karena pada layer ini terjadi penurunan suhu yang sangat ekstrim seiring dengan bertambahnya kedalaman dengan perubahan salinitas yang relatif tidak terlalu besar. Suhu lebih berperan bila dibandingkan dengan faktor ketersediaan sumber makanan, hal ini dapat dilihat dari masih tersedianya kandungan klorofill-a pada kedalaman 75 dan 100 meter Afdal dan Riyono 2004. Faktor oseanografi dalam hal ini adalah parameter suhu masih merupakan faktor yang utama dalam mempengaruhi sebaran dan densitas, sebab ikan dan biota air lainnya memiliki batasan terhadap kondisi lingkungannya Laevastu dan Hayes 1981; Ehrenberg 1984; Burczynski et. al. 1987; Nybakken 1992. 2 nmi 2 , rendahnya nilai densitas pada layer ini diduga akibat adanya faktor pembatas ikan pelagis kecil terhadap kondisi suhu, salinitas, ketersediaan sumber makanan, dan intensitas cahaya. Pada layer ini kondisi oseanografis yang cukup ekstrim yakni kisaran suhu yang sangat dingin dimana hampir tidak mungkin ikan pelagis kecil mampu beradaptasi pada layer tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Laevastu dan Hayes 1981 bahwa kondisi suhu yang ekstrim perubahan nilai suhu yang sangat kecil sekalipun dapat sangat mempengaruhi densitas dan keberadaan biota pada suatu perairan. Nilai densitas tertinggi yang tercatat pada layer ini berada pada longitude 117,96 o E dan latitude 0,92 o S. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan