55
1968 Pemerintah Jepang secara resmi mengakui sisa buangan PT. chisso sebagai
penyebab penyakit Minamata 1973
Distrik Kumamoto menetapkan bahwa Chisso secara resmi bertanggungjawab atas terjadinya penyakit Minamata
1988 Presiden dan Direktur Chisso dihukum bersalah dan harus membayar
kompensasi untuk gejala gangguan sensorik yang parah menerima 2.6 juta yen dari Chisso
1995 Telah tercatat 14.753 orang mengaku menjadi korban pencemaran di
Minamata
2.4.1 Gejala-gejala akibat penyakit Minamata
Minamata adalah penyakit yang disebabkan keracunan metil merkuri dengan mengakibatkan gangguan pada saraf pusat dan otak karena logam merkuri.
Penyakit Minamata tidak menular secara genetik. Selain itu, penyakit Minamata juga tidak dapat diobati contonya dengan Antibiotik karena bukan disebabkan
oleh infeksi, namun dengan merawat secara khusus dapat mengurangi gejala dan
fisioterapi fisik.
Gambar 9.
Korban yang mengalami kekejangan otot
Untuk pengetahuan anda, merkuri banyak digunakan dalam industri seperti Thermometer, baterai dan soda. Pada tubuh manusia metil merkuri menyebar ke
seluruh jaringan terutama darah dan otak. Sekitar 90 ditemukan dalam sel darah merah dan sisanya dibuang melalui empedu ke saluran pencernaan juga air
kencing. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasipernafasan dan juga makanan. Apabila ia memasuki melalui kulit
ia akan menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Reaksinya berlangsung dengan singkat, seperti mandi beberapa kali pada air yang tercemar merkuri, kulit akan
segera mengalami iritasi. Kadar metil merkuri tertinggi dapat ditemukan pada
56 ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga dapat menyebabkan radang buah pinggang
atau nephritis, efek-efek saraf dan Jantung. Setelah keracunan, dapat timbul gangguan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga
dapat menembus blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak. Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf
pusat, akibatnya terjadi kerusakan sel-sel saraf pada otak kecil, selaput saraf dan bagian otak yang mengatur penglihatan. Korbannya mengalami kejang- kejang
paresthesia, gangguan berkomunikasi, hilang daya mengingat, ataxia dan lain- lain lagi. Gejala-gejala dapat berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan
menelan, kelumpuhan, kerusakan otak, dan terakhir adalah kematian. Penderita kronik penyakit ini mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang kemampuan indra
perasa dan pembau serta menjadi pelupa Anonim.
2.4.1. Kompensasi kepada Para Korban