Analisis buangan berbahaya pertambangan emas di Gunung Pongkor (Studi kasus : Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

(1)

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

MARGARET BUNGA A SIALLAGAN H44050127

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(2)

(Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

MARGARET BUNGA A SIALLAGAN H44050127

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(3)

di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh SAHAT MH SIMANJUNTAK.

Adanya kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh PT.Aneka Tambang menarik perhatian masyarakat baik yang tinggal disekitar lokasi, maupun yang berasal dari luar daerah pertambangan untuk melakukan kegiatan pertambangan emas tanpa izin karena tergiur oleh pendapatan yang besar dari hasil emas tersebut, walaupun tidak disertai oleh pengetahuan yang cukup mengenai cara menambang dan melakukan proses pengolahan bijih emas yang sesuai dan tidak membahayakan.

Kurangnya pengetahuan proses pengolahan bijih emas tersebut oleh masyarakat membuat masyarakat menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dalam proses pengolahannya. Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan utama dalam mengekstraksi emas, akan sangat memudahkan untuk pelepasan bahan berbahaya tersebut ke alam. Pada pertambangan emas liar tidak dapat dihindarkan akan terjadinya penyebaran bahan berbahaya ke sekitar wilayah pertambangan sehingga akhirnya akan terjadi pencemaran bahan berbahaya tersebut.

Adapun beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil? 2. Berapakah jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses produksinya? 3. Apa saja kerugian yang akan ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut?

Penelitian ini dilakukan pada wilayah di sekitar Pertambangan Emas Gunung Pongkor yaitu di Kabupaten Bogor, Kecamatan Nanggung, Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantar Karet. Penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai bulan Mei 2009- Juli 2009. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer yang dibutuhkan meliputi: mata pencaharian penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pengangguran, proses produksi tambang emas illegal, jenis dan jumlah bahan berbahaya yang digunakan, dan dampak atas penggunaan bahan berbahaya tersebut. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data kondisi lingkungan, kualitas sumberdaya pertanian, kondisi pertambangan emas Pongkor, kondisi lahan pertanian di daerah sekitar lokasi kegiatan pertambangan, limbah yang dihasilkan kegiatan pertambangan emas illegal. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007.

Jumlah responden yang didapat adalah sebanyak 212 orang responden dari tiga Desa tempat penelitian, yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan mayoritas responden berusia antara 26-32 tahun. Pekerjaan responden saat ini adalah sebagai penambang liar sebanyak 48,58%, pengolah bijih emas sebanyak 28,77%, kuli pikul sebanyak 10,38%, pemilik lubang sebanyak 8,96%, dan pembeli emas sebanyak 3,31%. Sebanyak 55,66% responden merupakan penduduk asli ketiga Desa tersebut. Sebanyak 81,13% responden telah menikah, mayoritas responden memiliki jumlah tanggungan antara 0-5 orang yaitu


(4)

yang dimulai dari proses pengambilan bijih emas, pengolahan bijih emas, hingga proses pemurnian emas yang akan dijelaskan berdasarkan hasil penelitian. Proses penambangan tersebut merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui bahan atau zat berbahaya apa saja yang digunakan oleh para penambang liar dalam memperoleh emas yang dapat mereka jual sebagai sumber pendapatan mereka. Dalam melakukan pengolahan bijih emas yang telah diperoleh dengan menambang secara liar, para responden melakukan proses pengolahan bijih emas dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan oleh para penambang liar tersebut adalah: Merkuri digunakan sebanyak 5,5 ton per tahunnya, Sianida digunakan sebanyak 530,520 ton per tahunnya. Penggunaan Pijer (Boraks) berdasarkan data hasil wawancara yang tersedia hanya 9 orang responden yang menggunakan pijer, dan jumlah pijer yang dgunakan per tahunnya adalah sebanyak 756 Kg. Jumlah penggunaan soda api untuk ketiga desa berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan adalah 2,34 ton per tiga hari atau 284,7 ton per tahunnya. Dan untuk penggunaan air keras berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 orang responden yang menggunakan air keras dengan total penggunaan per tahunnya adalah sebanyak 2.520 liter. Berdasarkan data penyakit-penyakit yang telah dijelaskan dapat dilihat bahwa ada yang telah memperlihatkan dampak akibat penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pijer, sianida yaitu adanya penyakit infeksi saluran pernafasan atas, iritasi kulit (Dermatitis), Tuberkulosis, Conjunctivitis. Sedangkan dampak penggunaan merkuri yang merupakan gejala awal adalah sakit kepala yang sering diderita oleh para responden. Umur harapan hidup ditempat penelitian dalah 48,65 tahun, Pengeluaran biaya kesehatan oleh responden berdasarkan hasil wawancara: Desa Cisarua :Rp 140.349,-/tahunnya

Desa Malasari :Rp 192.833,-/tahunnya Desa Bantarkaret :Rp 171.800,- per tahunnya.

Jumlah korban yang diperkirakan akan terkena dampak: 289 orang

Dana yang diperkirakan akan dikeluarkan : Rp 78.231.729,25,- per satu orang korban


(5)

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor ) Nama : Margaret Bunga Adeliana Siallagan NRP : H44050127

Disetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sahat MH. Siamanjuntak, M.Sc

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(6)

“ANALISIS BUANGAN BERBAHAYA PERTAMBANGAN EMAS DI GUNUNG PONGKOR (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor) ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Maret 2010

Margaret Bunga Adeliana Siallagan H44050127


(7)

di Bogor, 3 April 1987 dari pasangan Horas Saragih dan Sri Maryani Sinaga. Penulis Menjalani Pendidikan di bangku Sekolah Dasar dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 di SD Budi Mulia, Bogor. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTP Kesatuan Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMAN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan setahun kemudian diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB. Pada tahun 2007-2008 penulis aktif sebagai staf divisi Information and Communication di Responsibility Resources Enviromental and Economic Student Association (REESA), Anggota Unit Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Forum Mahasiswa Pencinta Lingkungan (FORMALIN).


(8)

senantiasa melimpahkan kasih-Nya pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret, Kabupaten Bogor).

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Sahat MH. Simanjuntak, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ir. Nindyantoro, M.Sp selaku dosen penguji utama dan Adi Hadianto, Sp selaku dosen penguji wakil dari departemen

3. Keluarga Ema, The Iis, Bpk Yoyon, Bpk. H. Alex, dan Bpk RK Kopo, A Jajat yang telah bersedia membantu dan menyediakan tempat untuk ditinggali selama penelitian. Seluruh staf Desa Cisarua, Malasari, Bantarkaret, dan Kecamatan Nanggung yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi.

4. Keluarga penulis Alm. Opung tersayang, Mama, Papa, Parthogi, Mikhael, Zori yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta doa yang tiada henti.


(9)

6. Siti Maryati Setianingsih yang selalu bersama disaat suka dan duka dalam penelitian, perjuangan bersama dalam menyusun skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Sahabat-sahabat penulis Milasari, Sylvia Amanda, Mia Mardiatuljannah, Mutiara Indah S, Tiara Kirana Gita, Kamila Haqq, Kartini, Annisa Merryna, Sri Rahayu, Haryo, dan seluruh mahasiswa ESL angkatan 42 yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan berjuang lebih gigih.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2010

Margaret Bunga A Siallagan H44050127


(10)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Kerangka Pemikiran ... 9

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1 Masalah yang Dihadapi ... 13

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 13

1.4.3 Hipotesis ... 13

1.4.4 Kegunaan Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Pertambangan Emas ... 15

2.1.1 Sejarah Pertambangan Emas ... 16

2.1.2 Sejarah Pertambangan Emas Pongkor ... 24

2.1.3 Buangan dari Pertambangan dan Pengolahan Emas ... 28

2.2 Limbah Berbahaya ... 28

2.2.1 Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya ... 29

2.2.1.1 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Tangga 30

2.2.1.2 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Industri ... 31

2.2.1.3 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Tambang ... 39

2.2.1.4 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Sakit ... 45

2.2.2 Nilai Harapan Hidup ... 47

2.3 Pertambangan Emas Tanpa Izin ... 49

2.4 Transfer Benefit ... 52

2.5 Kasus Minamata ... 52

III. METODE PENELITIAN ... 58

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 58

3.3 Metode Penarikan Sampel ... 59


(11)

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

MARGARET BUNGA A SIALLAGAN H44050127

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(12)

(Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

MARGARET BUNGA A SIALLAGAN H44050127

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(13)

di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh SAHAT MH SIMANJUNTAK.

Adanya kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh PT.Aneka Tambang menarik perhatian masyarakat baik yang tinggal disekitar lokasi, maupun yang berasal dari luar daerah pertambangan untuk melakukan kegiatan pertambangan emas tanpa izin karena tergiur oleh pendapatan yang besar dari hasil emas tersebut, walaupun tidak disertai oleh pengetahuan yang cukup mengenai cara menambang dan melakukan proses pengolahan bijih emas yang sesuai dan tidak membahayakan.

Kurangnya pengetahuan proses pengolahan bijih emas tersebut oleh masyarakat membuat masyarakat menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dalam proses pengolahannya. Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan utama dalam mengekstraksi emas, akan sangat memudahkan untuk pelepasan bahan berbahaya tersebut ke alam. Pada pertambangan emas liar tidak dapat dihindarkan akan terjadinya penyebaran bahan berbahaya ke sekitar wilayah pertambangan sehingga akhirnya akan terjadi pencemaran bahan berbahaya tersebut.

Adapun beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil? 2. Berapakah jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses produksinya? 3. Apa saja kerugian yang akan ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut?

Penelitian ini dilakukan pada wilayah di sekitar Pertambangan Emas Gunung Pongkor yaitu di Kabupaten Bogor, Kecamatan Nanggung, Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantar Karet. Penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai bulan Mei 2009- Juli 2009. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer yang dibutuhkan meliputi: mata pencaharian penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pengangguran, proses produksi tambang emas illegal, jenis dan jumlah bahan berbahaya yang digunakan, dan dampak atas penggunaan bahan berbahaya tersebut. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data kondisi lingkungan, kualitas sumberdaya pertanian, kondisi pertambangan emas Pongkor, kondisi lahan pertanian di daerah sekitar lokasi kegiatan pertambangan, limbah yang dihasilkan kegiatan pertambangan emas illegal. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007.

Jumlah responden yang didapat adalah sebanyak 212 orang responden dari tiga Desa tempat penelitian, yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan mayoritas responden berusia antara 26-32 tahun. Pekerjaan responden saat ini adalah sebagai penambang liar sebanyak 48,58%, pengolah bijih emas sebanyak 28,77%, kuli pikul sebanyak 10,38%, pemilik lubang sebanyak 8,96%, dan pembeli emas sebanyak 3,31%. Sebanyak 55,66% responden merupakan penduduk asli ketiga Desa tersebut. Sebanyak 81,13% responden telah menikah, mayoritas responden memiliki jumlah tanggungan antara 0-5 orang yaitu


(14)

yang dimulai dari proses pengambilan bijih emas, pengolahan bijih emas, hingga proses pemurnian emas yang akan dijelaskan berdasarkan hasil penelitian. Proses penambangan tersebut merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui bahan atau zat berbahaya apa saja yang digunakan oleh para penambang liar dalam memperoleh emas yang dapat mereka jual sebagai sumber pendapatan mereka. Dalam melakukan pengolahan bijih emas yang telah diperoleh dengan menambang secara liar, para responden melakukan proses pengolahan bijih emas dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan oleh para penambang liar tersebut adalah: Merkuri digunakan sebanyak 5,5 ton per tahunnya, Sianida digunakan sebanyak 530,520 ton per tahunnya. Penggunaan Pijer (Boraks) berdasarkan data hasil wawancara yang tersedia hanya 9 orang responden yang menggunakan pijer, dan jumlah pijer yang dgunakan per tahunnya adalah sebanyak 756 Kg. Jumlah penggunaan soda api untuk ketiga desa berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan adalah 2,34 ton per tiga hari atau 284,7 ton per tahunnya. Dan untuk penggunaan air keras berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 orang responden yang menggunakan air keras dengan total penggunaan per tahunnya adalah sebanyak 2.520 liter. Berdasarkan data penyakit-penyakit yang telah dijelaskan dapat dilihat bahwa ada yang telah memperlihatkan dampak akibat penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pijer, sianida yaitu adanya penyakit infeksi saluran pernafasan atas, iritasi kulit (Dermatitis), Tuberkulosis, Conjunctivitis. Sedangkan dampak penggunaan merkuri yang merupakan gejala awal adalah sakit kepala yang sering diderita oleh para responden. Umur harapan hidup ditempat penelitian dalah 48,65 tahun, Pengeluaran biaya kesehatan oleh responden berdasarkan hasil wawancara: Desa Cisarua :Rp 140.349,-/tahunnya

Desa Malasari :Rp 192.833,-/tahunnya Desa Bantarkaret :Rp 171.800,- per tahunnya.

Jumlah korban yang diperkirakan akan terkena dampak: 289 orang

Dana yang diperkirakan akan dikeluarkan : Rp 78.231.729,25,- per satu orang korban


(15)

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor ) Nama : Margaret Bunga Adeliana Siallagan NRP : H44050127

Disetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sahat MH. Siamanjuntak, M.Sc

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(16)

“ANALISIS BUANGAN BERBAHAYA PERTAMBANGAN EMAS DI GUNUNG PONGKOR (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor) ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Maret 2010

Margaret Bunga Adeliana Siallagan H44050127


(17)

di Bogor, 3 April 1987 dari pasangan Horas Saragih dan Sri Maryani Sinaga. Penulis Menjalani Pendidikan di bangku Sekolah Dasar dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 di SD Budi Mulia, Bogor. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTP Kesatuan Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMAN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan setahun kemudian diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB. Pada tahun 2007-2008 penulis aktif sebagai staf divisi Information and Communication di Responsibility Resources Enviromental and Economic Student Association (REESA), Anggota Unit Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Forum Mahasiswa Pencinta Lingkungan (FORMALIN).


(18)

senantiasa melimpahkan kasih-Nya pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus: Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret, Kabupaten Bogor).

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Sahat MH. Simanjuntak, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ir. Nindyantoro, M.Sp selaku dosen penguji utama dan Adi Hadianto, Sp selaku dosen penguji wakil dari departemen

3. Keluarga Ema, The Iis, Bpk Yoyon, Bpk. H. Alex, dan Bpk RK Kopo, A Jajat yang telah bersedia membantu dan menyediakan tempat untuk ditinggali selama penelitian. Seluruh staf Desa Cisarua, Malasari, Bantarkaret, dan Kecamatan Nanggung yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi.

4. Keluarga penulis Alm. Opung tersayang, Mama, Papa, Parthogi, Mikhael, Zori yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta doa yang tiada henti.


(19)

6. Siti Maryati Setianingsih yang selalu bersama disaat suka dan duka dalam penelitian, perjuangan bersama dalam menyusun skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Sahabat-sahabat penulis Milasari, Sylvia Amanda, Mia Mardiatuljannah, Mutiara Indah S, Tiara Kirana Gita, Kamila Haqq, Kartini, Annisa Merryna, Sri Rahayu, Haryo, dan seluruh mahasiswa ESL angkatan 42 yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan berjuang lebih gigih.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2010

Margaret Bunga A Siallagan H44050127


(20)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Kerangka Pemikiran ... 9

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1 Masalah yang Dihadapi ... 13

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 13

1.4.3 Hipotesis ... 13

1.4.4 Kegunaan Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Pertambangan Emas ... 15

2.1.1 Sejarah Pertambangan Emas ... 16

2.1.2 Sejarah Pertambangan Emas Pongkor ... 24

2.1.3 Buangan dari Pertambangan dan Pengolahan Emas ... 28

2.2 Limbah Berbahaya ... 28

2.2.1 Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya ... 29

2.2.1.1 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Tangga 30

2.2.1.2 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Industri ... 31

2.2.1.3 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Tambang ... 39

2.2.1.4 Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Sakit ... 45

2.2.2 Nilai Harapan Hidup ... 47

2.3 Pertambangan Emas Tanpa Izin ... 49

2.4 Transfer Benefit ... 52

2.5 Kasus Minamata ... 52

III. METODE PENELITIAN ... 58

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 58

3.3 Metode Penarikan Sampel ... 59


(21)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 60

4.1 Kecamatan Nanggung ... 60

4.1.1 Angkatan Kerja ... 61

4.1.2 Mata Pencaharian ... 62

4.1.3 Kesehatan Masyarakat ... 62

4.1.4 Prasarana Sosial Budaya ... 63

4.1.5 Sarana Transportasi ... 63

4.1.6 Sarana Pendidikan ... 64

4.1.7 Sarana Ibadah ... 64

4.1.8 Sarana Hiburan dan Pariwisata ... 65

4.1.9 Pola Pemukiman ... 65

4.1.10 Aspek Prasarana Perekonomian ... 65

4.1.11 Persepsi Masyarakat ... 66

4.1.12 Keamanan dan Ketertiban ... 67

4.2 Desa Cisarua ... 67

4.2.1 Kondisi Geografis ... 67

4.2.2 Aksesibilitas ... 68

4.2.3 Luas Wilayah dan Demografi ... 69

4.3 Desa Malasari ... 72

4.4 Desa Bantar Karet ... 74

4.5 PT Antam Tbk Gunung Pongkor ... 76

4.5.1 Amdal Pongkor ... 76

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 90

5.1Karakteristik Responden ... 90

5.1.1 Responden Desa Cisarua ... 90

5.1.2 Responden Desa Malasari ... 107

5.1.2 Responden Desa Bantarkaret ... 124

5.2 Proses Penambangan Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) ... 136

5.2.1 Proses Pengambilan Bijih Emas ... 141

5.2.2 Proses Pengolahan Bijih Emas ... 154

5.2.2.1 Proses Pengolahan Menggunakan Glundungan ... 154

5.2.2.2 Proses Pengolahan Menggunakan Tong ... 156

5.2.2.3 Proses Pemurnian Emas ... 159

5.3 Jenis dan Jumlah Bahan Berbahaya yang Digunakan ... 165

5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat di Lokasi Penelitian ... 175

5.4.1 Desa Cisarua ... 175

5.4.2 Desa Malasari ... 178

5.4.3 Desa Bantarkaret ... 182

5.4.4 Jenis Penyakit yang Diderita Penduduk Kecamatan Nanggung 186

5.5 Nilai Harapan Hidup di lokasi Penelitian ... 187

5.6 Kerugian yang Akan Ditimbulkan dari Penggunaan Bahan Berbahaya Di Lokasi Penelitian ... 189

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 193

6.1 Kesimpulan ... 193


(22)

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 198 LAMPIRAN ... 199


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Data Kesehatan Penduduk Kecamatan nanggung Tahun 2002-2003 ... 9 2 Data Angka Harapan Hidup Saat Lahir ... 49 3 Daftar Waktu Perkembangan Kasus Minamata ... 54 4 Tata Guna Lahan Kecamatan Nanggung ... 60 5 Sumber dan Jumlah Dana Kecamatan Nanggung ... 61 6 Aksesibilitas ke Desa Cisarua dari Kota Bogor ... 68 7 Orbitasi, Waktu Tempuh dan Letak Desa Cisarua ... 69 8 Tata Guna Lahan Desa Cisarua ... 69 9 Sebaran Kampung dan Jumlah Penduduk Desa Cisarua ... 70 10 Komposisi Penduduk Desa Cisarua Berdasarkan Mata Pencaharian ... 71 11 Tingkat Pendidikan Warga Desa Cisarua ... 71 12 Pemanfaatan Lahan Desa Malasari ... 72 13 Jumlah Penduduk Malasari Berdasarkan Struktur Umur ... 73 14 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Desa Malasari ... 73 15 Pemanfaatan Lahan di Desa Bantarkaret ... 74 16 Jumlah Penduduk Desa Bantarkaret Menurut Struktur Umur ... 75 17 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Bantarkaret ... 76 18 Tingkat Pendidikan Warga Desa Bantarkaret ... 76 19 Data Dasar Perhitungan Cadangan Bijih Emas Gunung Pongkor ... 78 20 Cadangan dan Kadar Rata-rata Bijih Emas G. Pongkor ... 78 21 Jumlah Kebutuhan Bahan Kimia untuk setiap Tin Bijih ... 80 22 Umur Responden Desa Cisarua ... 80 23 Jenis Kelamin Responden Desa Cisarua ... 90 24 Jenis Pekerjaan Responden ... 90 25 Pekerjaan Sebelumnya Responden Desa Cisarua ... 91 26 Pendidikan Responden Desa Cisarua ... 91 27 Lama Pendidikan Desa Cisarua ... 92 28 Asal Responden Desa Cisarua ... 92 29 Alamat Sekarang Responden Desa Cisarua ... 93 30 Lama Tinggal di Alamat Sekarang Responden Desa Cisarua ... 93


(24)

31 Tahun Pindah ke Alamat Sekarang Responden Desa Cisarua ... 94 32 Status Pernikahan Responden Desa Cisarua ... 95 33 Pekerjaan Istri Responden Desa Cisarua ... 95 34 Asal Istri Responden Desa Cisarua ... 96 35 Jumlah Tanggungan Responden Desa Cisarua ... 96 36 Jumlah Anak Responden Desa Cisarua ... 97 37 Umur Anak I Responden Desa Cisarua ... 97 38 Umur Anak II Responden Desa Cisarua ... 98 39 Umur Anak III Responden Desa Cisarua ... 99 40 Umur Anak IV Responden Desa Cisarua ... 99 41 Umur Anak V Reponden Desa Cisarua ... 99 42 Umur Anak VI Responden Desa Cisarua ... 100 43 Lama Pendidikan Anak I Responden Desa Cisarua ... 100 44 Lama Pendidikan Anak II Responden Desa Cisarua ... 101 45 Lama Pendidikan Anak III Responden Desa Cisarua ... 102 46 Lama Pendidikan Anak IV Responden Desa Cisarua ... 102 47 Lama Pendidikan Anak V Responden Desa Cisarua ... 103 48 Lama Pendidikan Anak VI Responden Desa Cisarua ... 103 49 Jenis Pekerjaan Anak I Responden Desa Cisarua ... 104 50 Jenis Pekerjaan Anak II Responden Desa Cisarua ... 105 51 Jenis Pekerjaan Anak III Responden Desa Cisarua ... 105 52 Umur Responden Penambang Desa Malasari ... 106 53 Umur Responden Pengolah Desa Malasari ... 107 54 Umur Responden Pemilik Lubang ... 107 55 Umur Responden Kuli pikul, Kuli Tumbuk, Pegawai Rental Desa Malasari . 108 56 Jenis Pekerjaan Responden Desa Malasari ... 109 57 Pekerjaan Sebelumnya Responden Desa Malasari ... 109 58 Tingkat pendidikan Responden Desa Malasari ... 110 59 Lama Pendidikan Responden Desa Malasari ... 111 60 Asal Responden Desa Malasari ... 111 61 Alamat Sekarang Responden Desa Malasari ... 112 62 Lama Tinggal Responden Desa Malasari di Alamat Sekarang ... 112


(25)

63 Tahun Pindah Responden Desa Malasari ke Alamat Sekarang ... 113 64 Status Pernikahan Responden Desa Malasari ... 114 65 Pekerjaan Istri Responden Desa Malasari ... 114 66 Asal Istri Responden Desa Malasari ... 114 67 Jumlah Tanggungan Responden Desa Malasari ... 115 68 Jumlah Anak Responden Desa Malasari ... 115 69 Umur Anak I Responden Desa Malasari ... 116 70 Umur Anak II Responden Desa Malasari ... 116 71 Umur Anak III Responden Desa Malasari ... 117 72 Umur Anak IV Responden Desa Malasari ... 117 73 Umur Anak V Responden Desa Malasari ... 118 74 Lama Pendidikan Anak I Responden Desa Malasari ... 118 75 Lama Pendidikan Anak II Responden Desa Malasari ... 119 76 Lama Pendidikan Anak III Responden Desa Malasari ... 120 77 Lama Pendidikan Anak IV Responden Desa Malasari ... 120 78 Jenis Pekerjaan Anak I Responden Desa Malasari ... 121 79 Jenis Pekerjaan Anak II Responden Desa Malasari ... 122 80 Umur Responden Penambang Desa Bantarkaret ... 123 81 Umur Responden Pengolah Desa Bantarkaret ... 123 82 Umur Responden Kuli Pikul Desa Bantarkaret ... 123 83 Umur Responden Penadah Emas Desa Bantarkaret ... 123 84 Jenis Pekerjaan Responden Desa Bantarkaret ... 124 85 Pekerjaan Sebelumnya Responden Desa Bantarkaret ... 125 86 Pendidikan Responden Desa Bantarkaret ... 125 87 Lama Pendidikan Responden ... 126 88 Asal Responden Desa Bantarkaret ... 126 89 Alamat Sekarang Responden Desa Bantarkaret ... 127 90 Lama Responden Desa Bantarkaret Tinggal di Alamat Sekarang ... 127 91 Tahun Pindah Responden Desa Bantarkaret ... 128 92 Status Pernikahan Responden Desa Bantarkaret ... 128 93 Pekerjaan Istri Responden Desa Bantarkaret ... 129 94 Asal Responden Desa Bantarkaret ... 129


(26)

95 Jumlah Tanggungan Responden Desa Bantarkaret ... 130 96 Jumlah Anak Responden Desa Bantarkaret ... 130 97 Umur Anak I Responden Desa Bantarkaret ... 131 98 Umur Anak II Responden Desa Bantarkaret ... 131 99 Umur Anak III Responden Desa Bantarkaret ... 132 100 Umur Anak IV Responden Desa Bantarkaret ... 132 101 Lama Pendidikan Anak I Responden Desa Bantarkaret ... 133 102 Lama Pendidikan Anak II Responden Desa Bantarkaret ... 134 103 Lama Pendidikan Anak III Responden Desa Bantarkaret ... 134 104 Pekerjaan Anak I Responden Desa Bantarkaret ... 135 105 Jumlah Tahun Responden Desa Cisarua Menjadi Gurandil ... 144 106 Jumlah Tahun Responden Desa Malasari Menjadi Gurandil ... 145 107 Jumlah Tahun Responden Desa Bantarkaret Menjadi Gurandil ... 145 108 Tahun Dimulainya Gurandil di Desa Cisarua ... 146 109 Tahun Dimulainya Gurandil di Desa Malasari ... 146 110 Tahun Dimulainya Gurandil di Desa Bantarkaret ... 146 111 Cara Bekerja Penambang di Desa Cisarua ... 147 112 Cara Bekerja Penambang di Desa Malasari ... 147 113 Cara Bekerja Penambang di Desa Bantarkaret ... 147 114 Pembagian Hasil dalam Kelompok di Desa Cisarua ... 148 115 Pembagian Hasil dalam Kelompok di Desa Malasari ... 148 116 Pembagian Hasil dalam Kelompok di Desa Bantarkaret ... 148 117 Jumlah Pahat yang Digunakan Responden Desa Cisarua ... 149 118 Jumlah Pahat yang Digunakan Responden Desa Malasari ... 149 119 Jumlah Palu yang Digunakan Responden Desa Cisarua ... 150 120 Jumlah Palu yang Digunakan Responden Desa Malasari ... 150 121 Jumlah Karung yang Digunakan Responden Desa Cisarua ... 150 122 Jumlah Karung yang Digunakan Responden Desa Malasari ... 151 123 Jumlah Karung yang Digunakan Responden Desa Bantarkaret ... 151 124 Waktu Satu Kali Menambang Responden Desa Cisarua ... 152 125 Waktu Satu Kali Menambang Responden Desa Malasari ... 153 126 Hasil Satu Kali Menambang Responden Desa Cisarua ... 153


(27)

127 Hasil Satu Kali Menambang Responden Desa Malasari ... 153 128 Hasil Satu Kali Menambang Responden Desa Bantarkaret ... 154 129 Hasil Emas Responden Penambang Desa Cisarua ... 159 130 Hasil Emas Responden Penambang Desa Malasari ... 159 131 Pendapatan Responden Ketiga Desa ... 161 132 Pendapatan Responden Ketiga Desa ... 161 133 Pendapatan Responden Ketiga Desa ... 161 134 Pengeluaran Habis Responden Desa Cisarua ... 162 135 Pengeluaran Habis Responden Desa Cisarua ... 162 136 Pengeluaran Habis Responden Desa Malasari ... 162 137 Pengeluaran Habis Responden Desa Bantarkaret ... 163 138 Pengeluaran Tidak Habis Responden Desa Cisarua ... 164 139 Pengeluaran Tidak Habis Responden Desa Malasari ... 164 140 Pengeluaran Tidak Habis Responden Desa Bantarkaret ... 164 141 Jumlah Penggunaan Merkuri Responden Desa Cisarua ... 166 142 Jumlah Penggunaan Merkuri Responden Desa Malasari ... 167 143 Jumlah Penggunaan Merkuri Responden Desa Bantarkaret ... 168 144 Perlakuan Responden Desa Cisarua Terhadap Penyakit yang Diderita ... 176 145 Tempat Berobat Responden Desa Cisarua ... 176 146 Biaya Berobat Per tahun Responden Desa Cisarua ... 176 147 Sumber Air Keperluan Rumah Tangga Responden Desa Cisarua ... 177 148 Pengetahuan Responden Desa Cisarua Akan Bahaya Merkuri ... 178 149 Perlakuan Responden Desa Malasari Terhadap Penyakit yang Diderita ... 179 150 Biaya Berobat Per tahun Responden Desa Malasari ... 179 151 Sumber Air Keperluan Rumah Tangga Responden Desa Malasari ... 181 152 Pengetahuan Responden Desa Malasari Akan Bahaya Merkuri ... 181 153 Perlakuan Responden Desa Bantarkaret Terhadap Penyakit yang Diderita ... 183 154 Biaya Berobat Per tahun Responden Desa Bantarkaret ... 183 155 Sumber Air Keperluan Rumah Tangga Responden Desa Bantarkaret ... 184 156 Pengetahuan Responden Desa Bantarkaret Akan Bahaya Merkuri ... 184 157 Sepuluh Besar Penyakit di Kecamatan Nanggung Tahun 2007 ... 186 158 Sepuluh Besar Penyakit di Kecamatan Nanggung Tahun 2008 ... 186


(28)

159 Daftar Penyakit di Kecamatan Nanggung yang Diduga Akibat Pengguanaan Bahan Kimia Berbahaya ... 187 160 Data Kematian Desa Malasari Tahun 2008 ... 188 161 Data Kematian Desa Malasari Tahun 2009 ... 188 162 Data Kematian Desa Bantarkaret Tahun 2008 ... 189 163 Pendapatan Per Kapita Kumamoto Perfektur ... 191


(29)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Nomor

1 Peta Sebaran Cebakan Pertambangan Emas di Indonesia ... 2 2 Kerangka Penelitian Penelitian ... 12 3 Tambang Emas Salida ... 23 4 Diagram Alir Kegiatan PETI di G.Pongkor ... 50 5 Diagram Proses Pengolahan Emas di Gunung Pongkor ... 51 6 Gambar Kedudukan Teluk Minamata ... 53 7 Gambar Saluran Pipa Buangan PT. Chisso ... 53 8 Gambar Putaran Proses Pencemaran ... 53 9 Gambar Korban yang Mengalami Kekejangan Otot ... 55 10 Diagram Komposisi Penduduk Desa Cisarua ... 69 11 Diagram Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Cisarau ... 71 12 Diagram Alir Proses Penambangan Cut an Fill ... 78 13 Gambar Pekerjaan yang Berhubungan dengan PETI ... 137 14 Gambar Contoh Pemilik Lubang ... 138 15 Gambar Contoh Penambang Liar ... 138 16 Gambar Contoh Kuli Pikul ... 139 17 Gambar Contoh Kuli Tumbuk ... 139 18 Gambar Contoh Pengolah ... 140 19 Diagram Alir Proses Pencarian Bijih ... 143 20 Gambar Proses Survey ... 143 21 Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas Manggunakan Glundungan ... 155 22 Proses Pengolahan Menggunakan Tong ... 157 23 Proses Pemurnian Emas ... 160


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Proses Pengolahan Menggunakan Glundungan ... 198 2 Peta Kecamatan Nanggung ... 199 3 Peta Daerah Aliran Sungai Cikaniki ... 200


(31)

1.1Latar Belakang

Sumberdaya Alam diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, pertama adalah kelompok yang kita sebut sebagai kelompok stok dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas yang apabila kita manfaatkan secara tidak efisien saat ini akan mengurangi persediaan untuk masa yang akan datang, bahkan mungkin tidak tersedia lagi. Sumberdaya ini biasa disebut sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui, termasuk ke dalamnya adalah sumberdaya mineral, logam, minyak dan gas bumi.

Kelompok kedua kita sebut sebagai kelompok “flow” (alur) dimana sumberdaya ini jumlah kuantitas fisiknya berubah sepanjang waktu. Berapa yang kita gunakan saat ini bisa mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi ketersediaan di masa yang akan datang, dengan kata lain sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya yang dapat diperbarui. Termasuk ke dalamnya air, udara, ikan, hutan, dan lain- lain (Fauzi, 2004).

Salah satu sumberdaya alam yang penting, namun tidak dapat diperbarui adalah pertambangan. Kegiatan pertambangan adalah bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah suatu usaha pemanfaatan sumberdaya mineral dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pada akhirnya kegiatan pertambangan perlu mengharmoniskan kenyataan yang berlawanan yaitu di satu pihak kegiatan pertambangan menghasilkan bahan tambang untuk kebutuhan manusia, tetapi di


(32)

pihak lain kegiatan pertambangan mengorbankan atau merusak sumberdaya alam dan lingkungan sekitarnya, apabila tidak dikelola secara baik.

Proses produksi dan konsumsi tidak hanya menghasilkan keuntungan dan kepuasan bagi pengguna, namun juga menghasilkan residual atau limbah yang menyebabkan terjadinya eksternalitas negatif seperti pencemaran. Dalam perspektif biofisik, pencemaran diartikan sebagai masuknya aliran residual yang diakibatkan oleh perilaku manusia, ke dalam sistem lingkungan. Apakah kemudian residual ini mengakibatkan kerusakan atau tidak, tergantung pada kemampuan penyerapan media lingkungan, seperti air, tanah, dan udara (Perman et al., 1996). Dari perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pertambangan emas di Indonesia dinilai masih memiliki prospek yang menjanjikan di masa yang akan datang. Diperkirakan cadangan emas di Indonesia mencapai 1300 ton dengan produksi 126.6 ton (tahun 2000, dalam Sinar Harapan, 2003). Jalur tambang emas yang ada di Indonesia merentang dari Aceh sampai Sulawesi Utara, Irian Jaya dan Kalimantan, atau seluruhnya mencapai lebih dari 8.000 kilometer (Sinar Harapan, 2003).

Gambar 1. Peta Sebaran Cebakan Pertambangan Emas di Indonesia (Sinar Harapan, 2003)


(33)

Daerah yang sudah diketahui cebakannya terdapat di Aceh, Meulaboh, Muara Sipongi, Salida, Gunung Arum, Bengkulu, Lampung, Banten, Bogor, Tasikmalaya, Pacitan, Purwantoro, Sumbawa, Flores, Alor, Wetar, Sulawesi Tengah, Paleleh-Sumalata (Sulut), Minahasa, Kepulauan Sangir-Talaud, Kaputusan (Maluku). Kemudian Pegunungan Jayawijaya-Irian Jaya seperti Geleide, Gunung Bijih (Ertsberg, Grasberg), Sungai Kakan, Pegunungan Cyclop, dan sekitar Jayapura (Sinar Harpan, 2003).

Jalur emas Kalimantan mempunyai dua cabang yaitu Kalimantan Barat-Kalimantan Timur dan Pegunungan Meratus-Barat-Kalimantan Timur. Jalur emas ini melalui Kalimantan Tengah. Sejumlah perusahaan multinasional dan nasional yang mengeruk hasil tambang emas di bumi Indonesia antara lain PT Freeport Indonesia, PT Prima Lirang, PT Indomuro Kencana, PT Monterado Mas, PT Ampalit Mas Perdana, PT Lusang Mining, PT Aneka Tambang, PT Newmont Nusa Tenggara (Sumbawa).

Salah satu cebakannya berada di Bogor yang tepatnya berada di Gunung Pongkor yaitu pertambangan Emas Pongkor merupakan salah satu pertambangan emas di Indonesia yang telah memiliki Kontrak Karya KP Eksploitasi DU 893/ Jabar tanggal 20 April 1992 untuk waktu 30 tahun dengan luas area 4.058 ha yang terletak di tiga desa (Bantar Karet, Cisarua, dan Malasari), di Kecamatan Nanggung. PT. Aneka Tambang yang memulai operasinya sejak pertengahan tahun 1994 ini memiliki kapasitas produksi 1200 ton per hari. PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah sistem penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan menggunakan metode “cut and fill” yaitu mengambil bijih emas dari perut bumi lalu rongga yang telah kosong diisi


(34)

kembali dengan material limbah (waste material) berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya. Terdapat lima tahap siklus penambangan emas di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking, Transportation, dan Backfilling.

Awalnya masyarakat yang berada di Kecamatan Nanggung ini tidak mengetahui potensi emas yang ada di Gunung Pongkor namun setelah adanya ANTAM, masyarakat sekitar baik penduduk lokal maupun yang berasal dari luar mulai tertarik dengan keberadaan emas ini, sehingga menimbulkan adanya Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) yang disebut juga gurandil, dan jumlahnya cukup banyak. Adanya para penambang liar ini memulai adanya permasalahan terhadap lingkungan yaitu pencemaran, karena setelah adanya penambang liar ini yang melakukan pengolahan emas yang mereka dapat dengan cara yang tidak sesuai dengan AMDAL akan mengakibatkan terjadinya pencemaran.

Biasanya untuk mengikat emas digunakan logam merkuri (Hg), dan para penambang liar ini menggunakan merkuri (Hg) tersebut setiap mengolah emasnya. Hal ini diketahui berdasarkan studi terdahulu yang telah dilakukan yaitu bahwa secara umum Sungai Cikaniki, Sub DAS Cisadane yang merupakan sungai yang alirannya berada di lokasi pertambangan telah tercemar logam merkuri (Hg) yang cukup berat, bila dibandingkan batas maksimum Baku Mutu Air dalam PP No.20 tahun 1995 untuk golongan C dan D. Pencemaran tersebut disebabkan karena adanya pertambangan emas tanpa izin di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor yang menggunakan merkuri.


(35)

Merkuri dikelompokkan menjadi merkuri anorganik dan merkuri organik (metil merkuri). Metil merkuri adalah merkuri organik yang berbentuk serbuk putih dan berbau seperti belerang pada sumber air panas. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi (pernafasan) dan juga makanan. Senyawa ini mudah terserap oleh organ pencernaan dan dibawa oleh darah ke dalam otak, liver dan ginjal bahkan ke dalam janin. Apabila metil merkuri masuk melalui kulit ia akan menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Reaksinya mengambil masa yang singkat, seperti mandi beberapa kali pada air yang tercemar merkuri, kulit akan segera mengalami iritasi.

Merkuri anorganik dapat berubah menjadi metil merkuri karena ditransformasi oleh bakteri di perairan. Merkuri organik akan terserap oleh ikan melalui insang dan saluran pencernaan. Metil merkuri dalam ikan tidak dapat direduksi dengan memasaknya karena metil merkuri dalam ikan terikat erat pada protein dan pemanasan pada temperatur yang biasa digunakan saat memasak kecuali jika ikan dibakar pada suhu diatas 400 dan ikan akan menjadi arang.

Dampak dari keracunan merkuri adalah kerusakan saraf yang menimbulkan kecacatan tubuh, tremor, gerakan tangan dan kaki yang abnormal, dan kelumpuhan lengan. Pada ibu hamil, merkuri meracuni anak yang dikandung sehingga anak berkembang menjadi dungu, jika tidak autisme. Ciri- ciri menderita keracunan merkuri adalah sulit tidur, kaki dan tangan merasa dingin, gangguan penciuman, kerusakan pada otak, hilangnya kesadaran hingga kematian.

Penggunaan merkuri ini dapat merugikan tidak hanya pengguna, tetapi orang lain yang tinggal di sekitar tempat merkuri tersebut digunakan. Walau dampak dari merkuri ini tidak dapat dirasakan langsung, namun membutuhkan


(36)

waktu yang lama. Tetapi dampak yang akan terjadi sangat berbahaya, yang dapat mengakibatkan orang yang terkontaminasi tidak dapat melakukan kegiatan lagi atau bahkan meninggal. Hal ini akan sangat merugikan bagi pengguna maupun lingkungan sekitarnya baik secara fisik maupun secara finansial. Hal tersebut telah terjadi pada penduduk Minamata di Jepang, dimana sebagian besar penduduk Minamata terkena penyakit-penyakit yang telah disebutkan diatas dan tidak sedikit yang meninggal akibat keracunan merkuri. Dengan adanya kasus tersebut, maka penelitian mengenai penggunaan merkuri dan zat-zat berbahaya lainnya oleh para penambang liar untuk mengolah urat emas yang mereka peroleh di gunung sangat perlu dilakukan, untuk melihat apakah dampak dari penggunaan merkuri telah terlihat atau kapan akan terasa dampak dari penggunaan merkuri dan bahan berbahaya tersebut oleh penduduk di sekitar tempat pengambilan dan pengolahan urat emas.

1.2Perumusan Masalah

Usaha pertambangan merupakan sektor yang dapat memberikan pemasukan pendapatan dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, baik kepada negara, perusahaan swasta, maupun penambang liar, khususnya pada kawasan-kawasan yang berpotensi mengandung emas asalkan dikelola dengan baik dan bertanggung jawab. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan Nanggung pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai petani tradisional dengan daya beli masyarakat yang rendah karena penghasilan masyarakat masih belum dapat mencukupi kebutuhan yang normal. Oleh karena itu sebagian warga masyarakat ada yang beralih menjadi penambang emas liar atau yang biasa disebut gurandil.


(37)

Bagi penambang emas yang berhasil, dapat membeli rumah dan mobil, bahkan istri bisa lebih dari satu serta banyak hiburan khususnya musik dangdut yang diadakan di lapangan. Namun kondisi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan pendidikan anak sekolah, tetapi lebih cenderung untuk melatih anak- anaknya menjadi penambang juga. Hal tersebut dilakukan Karena proses untuk menghasilkan uang relatif cepat (Kardina, 2005).

Masyarakat sekitar lokasi pertambangan emas Gunung Pongkor yang melakukan pertambangan secara liar atau tanpa izin, sudah terbiasa dengan usaha pertambangan emas yang kemungkinan besar dilakukan secara tradisional yaitu, dalam mengekstraksi emasnya mereka menggunakan bahan berbahaya dan sumber air pengolahan yang berasal dari sungai, hal ini karena kurangnya pengetahuan akan teknologi pengolahan bijih emas yang ramah lingkungan dan didukung dengan rendahnya tingkat pendidikan.

Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan utama dalam mengekstraksi emas, akan sangat memudahkan untuk pelepasan bahan berbahaya tersebut ke alam. Pada pertambangan emas liar tidak dapat dihindarkan akan terjadinya penyebaran bahan berbahaya ke sekitar wilayah pertambangan sehingga akhirnya akan terjadi pencemaran bahan berbahaya tersebut.

Pertimbangan dampak pencemaran bahan berbahaya dari penambangan emas liar ini serta besarnya kerugian dari dampak yang timbul akibat terkontaminasi merkuri yang menyebabkan harus dilakukan sebuah penelitian yang mendetail.


(38)

Kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Nanggung merupakan indikator penting dari dampak pencemaran bahan berbahaya yang digunakan dalam pengolahan bijih emas, dan bahan berbahaya yang biasa digunakan oleh para penambang liar di sekitar kawasan ini adalah merkuri. Logam merkuri bersifat akumulatif dalam tubuh dan menyebabkan keracunan kronis bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Merkuri terserap ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, pencernaan dan kulit. Merkuri yang terakumulasi dalam tubuh manusia pada periode tertentu akan merusak sistem syaraf, hati, dan ginjal.

Efek toksisitas dari merkuri tergantung pada bentuk kimianya, uap merkuri yang terhirup sangat berbahaya terhadap pekerja dan lingkungan tempat kerja. Merkuri yang terhirup pada saat pembakaran amalgam merupakan bahan kimia dalam bentuk logam Hg , kemudian akan masuk ke paru-paru dan akhirnya sampai pada darah yang secara cepat berubah bentuk menjadi Hg (Silver et.al.,1994) dalam (Kardina, 2005). Sifat racun dari merkuri akan tampak pada kesehatan manusia setelah terakumulasi di dalam tubuh manusia beberapa tahun mendatang. Adanya merkuri pada rambut manusia merupakan salah satu indikator masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia. Hal ini karena merkuri terakumulasi melalui mekanisme reaksi biologis.

0

+ 2

Kasus keracunan yang paling ringan menunjukkan gejala yang tidak spesifik; seperti cepat lelah, mata kabur dan kesemutan. Gejala biasanya tampak setelah beberapa minggu, bulan, bahkan tahun kemudian. Kasus yang lebih berat menunjukkan gangguan mental serta koma dan kadang-kadang dapat disertai dengan kematian.


(39)

Tabel 1. Data Kesehatan Penduduk Kecamatan Nanggung Tahun 2002-2003 Nama

Penyakit

Jumlah Penderita (Jiwa)

Usia (thn) untuk Tahun 2002 Usia (thn) untuk Tahun 2003 <1 1 – 4 5 - 59 >60 <1 1 - 4 5 - 59 >60

Diare 550 982 0 140 550 982 583 140

Influenza 335 670 734 281 335 850 734 281

Dermatitis 316 850 1255 0 316 670 1255 270

ISPA 260 576 1350 190 260 576 1350 190

Demam 290 465 888 102 291 465 888 102

Conjungtivitis 60 109 376 50 60 109 376 50

Asma 52 0 0 0 52 80 0 0

OMP 46 85 0 0 46 85 0 0

Scabies 26 52 157 71 26 52 157 71

Askaris 14 22 0 0 14 22 0 0

Tukak

Lambung 0 0 1290 260 0 0 1205 260

Sakit kepala 0 0 900 112 0 0 900 112

Hipertensi 0 0 156 76 0 0 156 76

Mialgia 0 0 0 68 0 0 0 63

Disentri 0 80 0 0 0 0 0 0

Sumber: Laporan tahunan puskesmas Kecamatan Nanggung (2004) dalam (Kardina, 2005)

Berdasarkan Tabel 4, data kesehatan penduduk di Kecamatan Nanggung dari tahun 2002-2003 belum terlihat adanya tanda- tanda gejala terkontaminasi logam merkuri. Hal ini mengingat logam merkuri masuk ke tubuh manusia melalui media makanan, air, dan udara. Lama kelamaan markuri akan merusak sistem syaraf yang ditandai dengan erethism (pelupa, imsonia), tremor halus terutama pada tangan, halusinasi dan kecenderungan ingin bunuh diri. Gejala ini baru akan timbul atau dirasakan oleh korban setelah seminggu, sebulan, bahkan bertahun- tahun kemudian. Hal ini berdasarkan dari banyaknya logam merkuri yang terserap oleh tubuh yang tergantung juga dari sistem kekebalan tubuh si korban (Kardina, 2005).

1.3 Kerangka Pemikiran

Dalam kehidupan manusia untuk mempertahankan keberlanjutan hidupnya, mereka akan mengusahakan sumberdaya alam yang berada di sekitarnya. Hal ini sudah terjadi sejak pertama kali manusia berada di bumi ini.


(40)

Bahwa demi kehidupan manusia, sumberdaya alam harus dikorbankan adalah merupakan hal yang biasa, tetapi sebagian besar kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia terhadap lingkungannya inilah yang harus menjadi perhatian utama.

Penelitian ini berawal dari suatu pemikiran sejauh mana kegiatan pertambangan emas tanpa izin memberikan dampak baik sosial, ekonomi, maupun ekologis terhadap masyarakat dan wilayah sekitar daerah pertambangan tersebut. Pemikiran ini dianggap cukup penting mengingat kegiatan pertambangan ini pasti memberikan pengaruh atau dampak terhadap kondisi masyarakat sekitarnya dan kondisi ekologis di sekitar tempat pertambangan.

Dalam kegiatan pertambangan emas terdapat proses produksi yaitu dimulai dari proses penambangan hingga pada tahap pemurnian emas, walau ada yang tidak melakukan proses pemurnian emas. Dalam proses produksi tersebut terutama dalam pengolahan bijih emas digunakan bahan berbahaya yang semakin banyak bijih yang diolah, maka bahan berbahaya tersebut pun semakin banyak digunakan, dan hal itu akan berdampak baik terhadap kesehatan maupun lingkungan.

Selain menghasilkan emas, juga dihasilkan sisa yang berupa buangan baik dari proses penambangan maupun pengolahan bijih emas. Buangan tersebut ada yang diproses kembali, ada juga yang tidak diproses kembali dan langsung dibuang atau terbuang. Buangan yang diproses pun ada yang digunakan kembali, ada pula yang tidak digunakan kembali. Buangan tersebut dapat memberikan dampak yang bisa bersifat positif, maupun yang bersifat negatif, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya manfaat yang dapat diperoleh dari buangan tersebut ataupun besarnya biaya yang harus dikeluarkan akibat buangan tersebut.


(41)

Untuk melihat pengaruh dari buangan tersebut dapat dilakukan identifikasi jenis-jenis kerugian yang akan timbul akibat buangan tersebut, juga kemungkinan penanggulangan yang bisa dilakukan agar dampaknya tidak terlalu besar. Dengan adanya dampak dari buangan tersebut kita bisa mengetahui pula bagaimana penanganan yang dilakukan oleh para pihak terkait baik masyarakat, perusahaan, maupun pemerintah.

Fokus penelitian ini ialah mengidentifikasi dampak serta jenis kerugian yang ditimbulkan dengan adanya para penambang liar yang menggunakan bahan berbahaya dalam pengolahan bijih emasnya, dengan dampak yang tidak secara langsung terlihat namun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat terlihat karena bahan berbahaya yang digunakan bersifat akumulatif. Serta kemungkinan penanggulangan yang bisa dilakukan untuk mengatasi dampak dari penggunaan bahan berbahaya tersebut.


(42)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kegiatan Tambang liar Kegiatan Tambang ANTAM Tambang Emas Proses produksi Jumlah Produksi/ satuan waktu Jumlah Produksi/ satuan waktu Buangan Buangan - Modal Perusahaan - Tenaga Kerja - Stok Emas - Waktu

- Pengawasan - Modal - Waktu - Tenaga Kerja - Stok Emas

Tidak Berbahaya

Berbahaya Berbahaya Tidak Berbahaya

Proses (diolah)

Tidak Proses

Proses Tidak Proses

Proses Tidak Proses

Proses Tidak Proses

Kemungkinan Penanggulangan: ƒ Mengurangi Buangan

ƒ Mengolah Buangan

ƒ Menanggulangi/ Mengurangi Biaya akibat Buangan

Identifikasi Jenis Kerugian Buangan dan Jenisnya/

Satuan Waktu Digunakan Tidak

Digunakan A A A A A A A A Digunakan Untuk Apa Proses Produksi


(43)

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Masalah yang Dihadapi

Adapun beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para

gurandil?

2.Berapakah jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses produksinya?

3.Apa saja kerugian yang akan ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut?

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk:

1.Mengetahui proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil. 2.Mengetahui jumlah bahan berbahaya yang digunakan dalam setiap proses

produksi.

3.Mengetahui kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari dampak penggunaan bahan berbahaya tersebut.

1.4.3 Hipotesis

1.Diduga Proses pengolahan bijih emas yang dilakukan oleh para penambang liar tidak memenuhi prosedur yang benar.

2.Produksi yang dilakukan oleh para penambang liar semakin menurun oleh karena pengawasan yang semakin ketat.

3.Penggunaan bahan berbahaya semakin menurun, diikuti dengan penurunan jumlah produksi.


(44)

4.Kerugian yang timbul oleh karena penggunaan bahan berbahaya belum terdeteksi karena dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya dan bersifat akumulatif berdasarkan waktu.

1.4.4 Kegunaan Penelitian

1.Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah, pengusaha

pertambangan, terutama yang memakai merkuri dalam pengolahan bijih emasnya.

2.Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi instansi terkait dengan persoalan pertambangan.

3.Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya mengenai kegiatan produksi para penambang liar.


(45)

2.1. Pertambangan Emas

Cara penambangan endapan emas tergantung pada keadaan geologi bentuk dan letaknya bijih tersebut di alam. Yang pertama endapan emas sekunder yang potensinya lebih kecil pada umumnya daripada endapan emas primer, dapat ditambang secara sederhana dengan cara terbuka, dengan sistem pendulangan atau dengan tambang semprot yang melibatkan banyak pekerja (padat karya), tanpa menggunakan peralatan besar dan padat teknologi serta modal yang besar, kecuali jika endapannya sangat luas dapat ditambang dengan kapal keruk.

Yang kedua adalah endapan emas primer yang memerlukan modal besar dan padat teknologi. Pada umumnya potensi endapan emas primer jauh lebih besar daripada endapan emas sekunder, karena itu akan tetap menguntungkan walaupun harus menyerap modal yang cukup besar untuk menambangnya dengan cara tambang terbuka jika endapannya relatif dangkal, atau dengan cara penambangan bawah tanah jika letaknya agak dalam. Kondisi bijih emas primer yang terdapat dalam batuan beku (batuan asal) yang dimuntahkan oleh magma atau bijih emas alluvial yang terdapat dalam batuan sedimen yang dihanyutkan oleh sungai, tergantung kepada kedalaman endapannya, struktur dan kondisi geologinya, suatu cadangan endapan primer dapat ditambang dengan cara tambang terbuka atau dengan cara tambang bawah tanah, atau dengan cara kombinasi dari keduanya.


(46)

2.1.1. Sejarah Pertambangan Emas

Emas telah dipakai sejak berabad-abad lamanya, bahkan mungkin sejak bermilenium-milenium sebelumnya. Pada tahun 4000 sebelum Masehi Sebuah kebudayaan yang berpusat disebuah daerah yang saat ini disebut dengan Eropa Timur mulai menggunakan emas sebagai objek aksesoris & fashion. Kemungkinan besar emas tersebut ditambang di Transylvanian Alps atau bisa juga berasal dari tambang di daerah pegunungan Pangaion. Pada tahun 3000 sebelum Masehi Sebuah peradaban di irak selatan menggunakan emas untuk menciptakan perhiasan yang sangat mengagumkan dan model desain perhiasan dari peradaban itu masih banyak dipakai sampai saat ini. Pada tahun 2500 sebelum Masehi Raja Tomb of Djer dikubur bersama perhiasannya, dia adalah raja pertama dari dinasti mesir di Abydos, Mesir.

Pada tahun 1500 sebelum Masehi Daerah Nubia yang sangat kaya akan deposit kandungan emas membuat mesir menjadi negara yang sangat kaya setelah emas dikenal sebagai alat tukar untuk perdagangan internasional. Dimana standar unit di timur tengah pada waktu itu menggunakan koin emas shekel dengan berat 11.3 Gram. Shekel terbuat dari campuran alami logam 2/3 emas dan 1/3 silver yang biasa di sebut electrum. Pada tahun 1350 sebelum Masehi, Babilonia mulai menggunakan api sebagai teknik untuk menguji kemurnian emas. Pada tahun 1200 sebelum Masehi, Orang Mesir yang menguasai seni pembuatan emas dengan cara memasukkan emas ke dalam daun untuk memperpanjang umur pakainya, mereka juga mencampur emas dengan logam lain untuk meningkatkan kekerasan dan variasi warna emas yang dihasilkan (dengan campuran tertentu emas bisa berubah menjadi warna hijau, merah, ungu dll). Pada era ini mereka


(47)

juga mulai menggunakan teknik lost wax dimana saat ini teknik lost wax ini masih menjadi jantung dari industri perhiasan. Kulit domba yang tidak dicukur mulai dipergunakan untuk memisahkan emas dari pasir sungai di timur laut, Laut Hitam. Setelah pasir dituang ke dalam kulit domba mereka lalu mengeringkannya untuk mengeluarkan partikel emas, teknik seperti ini menjadi inspirasi “Golden Fleece”. Tahun 1091 sebelum Masehi emas berbentuk kotak yang berukuran kecil mulai digunakan di Cina sebagai alat tukar yang syah (uang). Tahun 560 sebelum Masehi Koin pertama yang dibuat dari emas murni ditambang di Lydia sebuah kerajaan di Asia Minor. Pada tahun 344 sebelum Masehi, Raja Alexander melewati Hellespont bersama 40.000 prajurit dimana pada era ini dimulainya kampanye yang sangat besar dalam sejarah militer dan jumlah emas terbesar yang pernah dibawa dari kekaisaran Persia. Pada tahun 300 sebelum Masehi Orang Yunani dan Yahudi di Alexandria kuno mulai mempraktekan teknik kimia untuk memisahkan emas dari logam lainnya. Pencarian mencapai puncak dari akhir abad kegelapan melalui Renaissance. Tahun 202 sebelum Masehi selama era Punic War dengan Carthage Romawi mendapatkan banyak sekali akses ke pertambangan emas di Spanyol.

Pada tahun 58 sebelum Masehi setelah kemenangan kampanye di Gaul, Julius Caesar pulang dengan membawa emas yang jumlahnya sangat besar, sehingga dia bisa memberikan koin emas sebanyak 200 buah kepada setiap prajuritnya dan membayar semua utang-utang Romawi. Dan pada tahun 50 sebelum Masehi, Romawi mulai mengeluarkan koin emas yang dinamai Aures. Pada tahun 699 Masehi, Kekaisaran Byzantine melanjutkan proyek penambangan di Eropa Tengah dan Perancis, dimana area ini merupakan area penambangan


(48)

emas yang tidak pernah di explorasi selama era kekaisaran Romawi berkuasa. Pada tahun 814 Masehi Charlemagne menyerbu Avars dan merampas emas mereka dalam jumlah besar, yang membuatnya menjadi sangat berkuasa di Eropa Barat. Pada tahun 1066 Masehi setelah terjadinya penaklukan oleh Norman, standar mata uang logam akhirnya kembali diberlakukan di Inggris dengan diperkenalkannya sistem Pounds, Shillings, dan Pence, yang secara definisi Pounds berarti setengah kilo sterling silver.

Pada tahun 1299 Masehi, Marco Polo menulis jurnal dari perjalanannya ke Timur jauh (saat ini di sebut Asia) dengan judul “gold wealth was almost unlimited”. Pada tahun 1284 Masehi, Venice memperkenalkan Gold Ducat yang akhirnya menjadi koin yang sangat terkenal di dunia dan terus menjadi sangat terkenal sampai lima abad setelah peluncurannya. Pada tahun yang sama Great Britain mengeluarkan Koin emas utama untuk pertama kali, koin emas ini di beri nama Florin, yang selanjutnya diikuti oleh dikeluarkannya koin bernama Noble, Angel, Crown dan Guinea. Tahun 1377 Great Britain merubah sistem keuangan mereka berdasarkan emas dan perak. Pada tahun 1511, Raja Ferdinand dari Spanyol mengatakan kepada para penjelajah “jika bisa mendapatkan emas, tapi banyak bahaya untuk mendapatkan emas” yang akhirnya ekspedisi besar-besaran ke tanah yang baru ditemukan di western hemisphere. Tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan buku yang berjudul De Re Metallica yang berisi penjelasan proses pengujian emas menggunakan api yang biasa digunakan diabad pertengahan.

Pada tahun 1700 ditemukannya cadangan deposit emas di Brazil, menjadikan Brazil sebagai penghasil emas terbesar didunia pada tahun 1720


(49)

dengan kapasitas produksi hampir mendekati 2/3 dari total kapasitas produksi seluruh dunia. Isaac Newton yang berperan sebagai kepala tambang menetapkan harga dalam satuan mata uang Great Britain sebesar 84 shillings 11,5 Pence per Troy ounce. The Royal Commission (Komisi Kerajaan) yang terdiri dari Isaac Newton, John Locke, and Lord Somers memutuskan untuk menarik seluruh mata uang lama dan menerbitkan mata uang baru dari emas atau perak dengan rasio 16:1. Dengan begitu harga emas dididirikan pertama kali di Inggris 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1744 kebangkitan pertambangan emas di Rusia dimulai pada saat ditemukannya singkapan pasir kuarsa di Ekaterinburg pada tahun 1787, dan koin emas Amerika pertama kali ditemukan oleh Ephraim Brasher yang berprofesi sebagai tukang emas. Pada tahun 1792 undang-undang mata uang logam Amerika Serikat menetapkan standar bimetallic emas perak, dimana telah ditetapkan dolar AS setara dengan 24,75 grain emas murni dan 371,25 grain perak murni (1 grain = 0.0648 grams).

Pada tahun 1799 Gold Nugget seberat 17 Pon ditemukan di Cabarus county, North Carolina dimana penemuan ini merupakan penemuan emas yang pertama kali terdokumentasikan. Pada tahun 1803 penemuan emas di Little Meadow Creek, North Carolina memicu terjadinya Gold Rush di Amerika untuk yang pertama kalinya. Tahun 1828 North Carolina memasok seluruh kebutuhan koin emas US Mint untuk skala domestik dengan peruntukan sebagai mata uang. Tahun 1816 Inggris secara resmi mengikat Poundsterling terhadap emas dengan kuantitas berat tertentu dimana mata uang Inggris dapat digunakan sebagai nilai tukarnya. Tahun 1817 Inggris mulai memperkenalkan Sovereign yaitu sebuah koin emas berukuran kecil yang memiliki nilai setara 1 Poundsterling. Tahun


(50)

1830 Heinrich G. Kuhn mengumumkan penemuannya atas sebuah formula Fired on Glanz Gold. Tahun 1837 berat emas dalam satuan US dolar di kurangi 23,22 grain sehingga nilai emas murni seberat 1 troy ounce emas akan setara dengan $ 20.67. Pada tahun 1848 John Marshall menemukan serpihan emas (gold flake) ketika sedang membangun sawmill milik John Sutter di dekat Sacramento, California. Penemuan John Marshall ini menyebabkan terjadinya Gold Rush di California.

Pada tahun 1850 Edward Hammong Hargraves kembali ke Australia setelah perjalanan ke California, dia memprediksi akan dapat menemukan emas di negaranya dalam kurun waktu 1 minggu setelah kedatangannya dan dia menemukan emas di New South Wales seminggu setelah dia sampai di Australia. Tahun 1859 Comstock Lode yang merupakan deposit perak pertama di Amerika ditemukan di daerah yang saat ini bernama Virginia City, Nevada yang didalamnya juga terkandung deposit emas. Tahun 1862 Latin Monetary Union, ketetapan yang mengatur kadar, berat, ukuran dan nominal dari koin perak dan koin emas bagi negara Perancis, Italia, Belgia, Swiss, dan Yunani (pada tahun 1868) dan mewajibkan semua negara itu menerima koin emas dan koin perak dari masing-masing negara tersebut sebagai alat pembayaran yang syah. Tahun 1868 George Harrison menemukan emas ketika menggali batu untuk membangun rumah, dimana emas tersebut ditemukan di Afrika Selatan, sejak saat itu sumber emas tersebut mendekati 40% dari total emas yg pernah ditambang di Afrika Selatan. Pada tahun 1873 sebagai hasil dari perubahan undang-undang pertambangan dan koin, perak telah dihapuskan dari standar nilainya dan Amerika secara tidak resmi kembali ke standar emas. Pada tahun 1887 Hak Paten Inggris


(51)

dikeluarkan kepada John Steward MacArthur untuk penemuannya dalam proses recovery atau pemurnian emas dengan menggunakan proses sianida. Proses sianida ini dapat menghasilkan emas sampai dua kali lipat dari total produksi dunia sampai 20 tahun yang akan datang.

Tahun 1896 William Jennings Bryan berpidato di konvensi nasional partai demokrat yang berjudul “cross of gold” dimana pidatonya ini berisi desakan agar kembali ke sistem bimetallism. Pidato ini menjadikan William Jennings Bryan sebagai salah satu kandidat presiden dari partai demokrat, tapi dia dikalahkan pada saat Pemilu oleh William McKinley (Dalam ilmu ekonomi Bimetallism memiliki arti Standar keuangan dimana nilai dari mata uang dalam sistem moneter sebuah negara didefiniskan setara atau senilai dengan sejumlah tertentu berat emas atau bisa juga setara atau senilai dengan sejumlah tertentu berat perak). Tahun 1898 Dua orang pemancing ikan menemukan emas saat memancing di Klondike, Alaska yang menimbulkan gold rush diakhir abad ke 19. Tahun 1900 Undang-undang Standar emas di Amerika Serikat menempatkan sistem ekonomi Amerika pada Standar emas, dengan komitmen bahwa Amerika akan mempertahankan nilai tukar mata uangnya terhadap negara lain berdasarkan Standar Emas. Tahun 1903 Sebuah perusahaan bernama Engelhard memperkenalkan sistem untuk mencetak emas diatas permukaan sebuah objek. Ini pertama kalinya emas digunakan sebagai dekorasi dengan menggunakan sistem ini dan teknologi untuk Microcircuit Printing. Tahun 1913 undang-undang Bank sentral Amerika menetapkan bahwa USD akan didukung dengan emas sebanyak 40%.


(52)

Pada tahun 1919 Standar emas dihentikan sementara oleh beberapa negara termasuk Amerika, Inggris selama perang dunia 1. Pada tahun 1927 penelitian bidang kedokteran dalam skala besar yang dilakukan di Perancis yang membuktikan bahwa emas memiliki nilai yang sangat berharga dalam pemakaiannya untuk pengobatan atau perawatan penyakit rheumatoid arthritis (Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang). Tahun 1931 Inggris meninggalkan sistem standar emas logam mulia. Pada tahun 1933 untuk mengurangi kepanikan sektor perbankan, Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt melarang warga negara Amerika memiliki koin emas, emas batangan logam mulia, dan sertifikat emas.

Begitu panjangnya usia kegiatan pertambangan Emas tentunya juga banyak mengalami perubahan metode, dimulai dengan cara pertambangan tradisional yaitu menggunakan gravitasi atau amalgamasi air raksa, kemudian metode Sianida, flotasi dan heap leaching. Pertambangan Emas terbesar saat ini adalah Afrika Selatan, walau demikian tidak berarti Afrika Selatan memilki cadangan emas terbesar. Sesuai sifatnya Emas memang tidak habis dikonsumsi, berbeda dengan komoditi lain yang habis dikonsumsi sehingga memungkinkan negara lain yang tidak memilki tambang Emas yang banyak tetapi justru memilki cadangan Emas yang besar, hal ini terkait dengan fungsi Emas sebagai cadangan devisa dan instrumen moneter serta investasi (Aris Purbo).


(53)

Untuk di Negara Indonesia, pertambangan emas yang diduga merupakan pertambangan tertua di Sumatera maupun di Indonesia terdapat di pesisir selatan yang disebut dengan pertambangan emas Salida. Sebelum kedatangan VOC di pantai barat Sumatera, kandungan emas di Salida sudah ditambang oleh penduduk setempat. Jauh sebelum bangsa Barat berhasil menemukan Sumatera, berita mengenai ‘Pulau Emas’ sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis dalam Os Lusiadas (terbit 1572), sebuah puisi epik panjang yang monumental, tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing. Camoens bertualang hanya sampai di Goa, India, dan tidak pernah sampai di Sumatra.

Gambar 3: Tambang emas di Salida (Makassar Kota, 2008)

Makassar, Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki tambang emas terbesar di dunia yang hingga saat ini belum dieksplorasi. Padahal potensi ini memberi kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Ahli geologi dunia asal Malaysia, Datu Azis Chemor berkata bahwa pada ekspose "Peluang Tambang Emas Sulsel" di ruang Rapim kantor Gubernur Sulsel, di


(54)

Makassar, dalam peta pertambangan dunia, Sulsel merupakan sentra jalur emas di dunia. Potensi tambang emas Sulsel tersebar disejumlah kabupaten, yakni Luwu, Luwu Utara, Palopo, Luwu Timur, Tanatoraja, Pangkep, Barru, Bone, Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros, Selayar dan Wajo, perlu dijaga dan diawasi supaya dapat diolah menjadi industri yang menjanjikan kehidupan yang layak bagi warga di daerah itu. Hanya saja, lanjutnya, untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam ini menjadi emas maka harus dibangun industrinya yang investasinya cukup besar, termasuk desain lokasinya, survey lapangan, studi kelayakannya dan lainnya (Makassar Kota, 2008).

2.1.2. Sejarah Pertambangan Emas Pongkor

Survey geologi Gunung Pongkor diawali pada tahun 1979 oleh tim geologi PT. Aneka Tambang, tentang logam berat. Kemudian pada tahun 1980 dilanjutkan penelitian vein (cebakan) batuan kuarsa yang mengandung emas (Au) dan kandungan perak (Ag). Berdasarkan penemuan tersebut perusahaan meminta dan memperoleh K.P. (Kuasa Pertambangan) Eksplorasi No. 562 di daerah ini pada tahun 1983, yang kemudian ditingkatkan ke K.P. Eksploitasi pada tahun 1988.

Pada tahun 1990 PT. Aneka Tambang mengundang Kilborn Engineering Pacific Ltd (Kilborn) untuk pekerjaan studi kelayakan di bidang pertambangan, pengolahan, dan fasilitas untuk pengembangan dan operasi penambangan dengan kapasitas 500 ton bijih per hari. Menurut Laporan Tahunan ANTAM (1997) pembangunan pabrik dilakukan pada tahun 1993 dan produksi komersial dimulai pada bulan Mei 1994. Pengembangan Pongkor diselesaikan pada bulan November


(55)

1997 yang direncanakan mampu meningkatkan kapasitas produksi menjadi sekitar 5 ton emas per tahun.

Lokasi kegiatan Pertambangan Emas Pongkor terletak pada areal dengan topograpi yang terjal dan curam, sebagian besar berbukit dan bergunung. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh areal yang terkena dampak akibat aktivitas penambangan dan pembangunan sarana penunjangnya seperti kegiatan pembenahan lahan bukaan areal kolam buangan, penanganan batuan buangan, dan air tambang serta penanganan limbah dari pabrik pengolahan.

Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Antam Tbk. Adalah sistem penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan menggunakan metode “Cut and Fill” yaitu mengambil bijih emas dari perut bumi lalu rongga yang telah kosong diisi kembali dengan menggunakan material limbah (waste material) berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah bersih dari zat- zat berbahaya. Terdapat lima siklus dalam penambangan emas di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking, Transportation, dan Backfilling. Tahap pertama proses penambangan bijih emas yaitu dengan membuat lubang bor dengan cara Drilling (pengeboran) untuk menempatkan bahan peledak di perut bumi. Alat yang digunakan adalah Jack Leg atau Jumbo Drill.

Tahap kedua adalah Blasting (peledakan) sekaligus Clearing Smoke (pembersihan asap). Selanjutnya adalah Mucking (pengerukan) setelah dilakukan peledakan, bijih (Ore) dikeruk menggunakan LHD dan dijatuhkan melalui Ore Pass ke level terendah (level 500). Tahap keempat adalah Transporting, mengangkut bijih dari dalam tambang ke area proses penghancuran bijih


(56)

(Crushing Plant Area) dengan menggunakan Grandby. Tahap terakhir yaitu Backfilling (pengisian ulang) merupakan proses pemompaan Backfill dalam bentuk campuran air dan padatan (Slurry) ke dalam Stope (lubang hasil proses penambangan), hal ini untuk menghindari terjadinya Subsidence permukaan, serta sebagai pijakan pemboran selanjutnya.

Sistem pengolahan bijih emasnya dilakukan oleh PT. Antam Tbk. Dengan menggunakan dua buah pabrik yang berbeda namun dengan proses yang sama. Kapasitas untuk pabrik pertama sebesar 500 dry million ton atau ton kering per jam dan pabrik kedua berkapasitas 720 dry million ton. Alur proses pengolahan bijih menjadi dore bullion melewati 5 tahap proses yaitu, yang pertama adalah Crushing Unit yaitu proses pengecilan bijih hasil penambangan mulai dari ukuran 400 mm menjadi ukuran kurang dari 12.5 mm. selanjutnya adalah Milling Unit, dari Crushing bijih emas dibawa ke bin dengan belt conveyor menuju ballmill, kemudian bijih digerus bersama kapur mati, bola baja sebagai media gerus dan Pb(NO ) (lead nitrat) untuk mempercepat proses pelindian perak pada proses sianidasi, dan jenis prosesnya adalah proses basah (media air).

3 2

Tahap ketiga adalah Leaching and Carbon In Leach Unit (CIL) yaitu proses pelindian (pelarutan) bijih logam (emas dan perak) dalam larutan sianida. Emas dan perak dalam lumpur (produk ballmill) dimasukkan dalam tanki pelarut dimana tanki tersebut ditambahkan NaCN 700-900 ppm. Tahap yang selanjutnya adalah Gold Recovery Unit yaitu pengambilan emas dan perak dari loaded carbon (karbon aktif yang telah bermuatan logam emas dan perak dengan kadar tertentu) sampai berbentuk dore bullion melalui tiga proses yaitu, tahap elution, electrowining, dan smelting. Dalam tahap elution, karbon yang telah jenuh


(57)

menyerap larutan emas dan perak di sirkuit CIL, dilepaskan kembali menjadi fase larutan.

Hasil dari proses elution disebut sebagai air kaya (eluate solution) akan diolah dalam proses electrowining. Air kaya dari tanki eluate dipompakan menuju bak elektrowining, emas dan perak dalam air kaya akan terdeposisi ke kawat katoda menggunakan arus searah (elektrolisa). Emas dan perak yang menempel pada proses elektrolisis di sel katoda yang berupa endapan disebut cake. Setelah proses electrowining adalah proses smelting, dimana cake dipanaskan sampai melebur dengan waktu sekitar 4 jam dan hasil peleburan ini berupa dore bullion. Dore bullion ditampung dalam louder untuk dimasukkan ke percetakan bullion (bullion mold) yang selanjutnya dikirim ke unit pemurnian logam mulia di Jakarta yang juga merupakan satu unit produksi PT. Antam Tbk. Untuk dimurnikan sehingga kadarnya mencapai 99.8 %.

Dan tahap terakhir adalah proses pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dalam menangani limbahnya dilengkapi dengan tailing dam sebagai tempat penampungan limbah terakhir dan dua area Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret. IPAL tambang mengelola limbah dengan kadar TSS (Total Suspended Solid) yang tinggi dan IPAL Cikaret mengelola limbah dengan kadar sianida yang tinggi, maka adanya penambahan CuSO dan H O selain flocculant dan coagulant. IPAL ini dibangun untuk mengolah limbah cair dari overflow tailing dam, sebelum dialirkan ke sungai cikaniki, sludge yang mengendap diangkut oleh dump truck untuk dikembalikan ke tailing dam.


(58)

2.1.3. Buangan dari Pertambangan dan Pengolahan Emas

Buangan dari adanya pertambangan dan pengolahan emas cukup bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan. Pertambangan emas biasanya akan menghasilkan air, tanah, batu, yang merupakan sisa dari proses penambangan. Untuk pengolahan emas juga dihasilkan buangan berupa air, lumpur, dan bahan-bahan yang dipakai dalam proses pengolahan bijih emas.

2.2. Limbah Berbahaya

Pencemaran lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami sebagai sesuatu kejadian lingkungan yang tidak diingini, menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan sampai kematian. Hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat disebut pencemaran, misalnya udara berbau tidak sedap, air berwarna keruh, tanah ditimbuni sampah. Hal tersebut dapat berkembang dari sekedar tidak diingini menjadi gangguan. Udara yang tercemar baik oleh debu, gas maupun unsur kimia lainnya dapat menyakitkan saluran pernafasan, mata menjadi pedas atau merah dan berair. Bila zat pencemar tersebut mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), kemungkinan dapat berakibat fatal.

Hal yang sama dapat terjadi pada air. Air yang tercemar dapat menimbulkan gangguan gatal pada kulit, atau sakit saluran pencernaan bila terminum dan dapat berakibat lebih jauh bila ternyata mengandung B3. Demikian pula halnya dengan tanah yang tercemar, yang pada gilirannya dapat mengotori sumber air didekatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan


(59)

atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2.2.1. Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Limbah merupakan zat ataupun benda sisa dari suatu proses baik itu proses produksi maupun proses konsumsi. Adapun limbah berasal dari berbagai tempat, limbah bisa berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan rumah sakit, kegiatan


(1)

• Merkuri adalah logam yang pada suhu kamar berbentuk cair dengan warna keperakan, dan merupakan zat yang berbahaya, bila terkontaminasi akan merusak sistem syaraf pusat otak. Merkuri di tempat penelitian digunakan sebanyak 5,5 ton per tahunnya dengan kepadatan penduduk untuk ketiga desa tersebut adalah 628/Km2. Jika dibandingkan dengan tragedi Minamata, dapat disimpulkan bahwa akan terjadi tragedi yang lebih parah di ketiga desa dan sekitarnya, karena jumlah buangan yang hampir sama, sedangkan kepadatan penduduk di ketiga desa lebih padat (kepadatan penduduk di Minamata 249/ Km2).

• Sianida adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dengan bentuk padat, cair, dan gas, dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Jumlah penggunaan Sianida untuk ketiga desa tersebut adalah 530,520 ton per tahunnya. Dengan dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan Sianida adalah iritasi pada kulit dan mata yang akan dirasakan setelah 30-60 menit paparan Sianida terjadi. Dan jika masuk kedalam saluran pencernaan maka akan dengan mudah masuk kedalam darah yang akan menginaktifkan beberapa enzim, yang selanjutnya akan menimbulkan kematian.

• Soda api adalah senyawa kimia yang berbentuk padatan serbuk berwarna putih yang dapat menyerap carbondioksida dari udara, dan bersifat korosif dengan air. Soda api berdasarkan penelitian digunakan sebanyak 284,7 ton per tahunnya untuk ketiga desa, yang penggunaanya akan menimbulkan dampak gatal-gatal dan iritasi.


(2)

195  

• Air keras adalah senyawa anorganik yang berbentuk cairan dan tidak berwarna, memiliki aroma yang kuat, mudah larut dalam air, dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang digunakan oleh responden untuk memurnikan emas. Penggunaan air keras untuk ketiga desa tempat penelitian berdasarkan data hasil wawancara yang tersedia dari 7 orang responden yang menggunakan air keras dan perhitungan adalah sebanyak 3000 Ltr air keras per tahun.

• Pijer merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Dampak penggunaan pijer ini adalah membuat tidak nafsu makan, sakit kepala, sakit ginjal, koma, bahkan kematian. Pada anak kecil 5 gram pijer didalam tubuh akan menyebabkan kematian dan untuk orang dewasa 10-20 gram pijer akan menyebabkan kematian. Penggunaan pijer untuk ketiga desa berdasarkan data hasil wawancara yang tersedia dari 9 orang responden yang menggunakan pijer adalah sebanyak 756 Kg per tahun.

4. Kondisi kesehatan masyarakat di ketiga Desa tempat penelitian berdasarkan hasil wawancara para responden didapat bahwa penyakit-penyakit yang diderita oleh para responden penambang adalah gatal-gatal, sakit kepala, sakit perut, tremor, meriang, bisul, sakit badan, sulit tidur, demam, maag, masuk angin, mata perih, flu, gangguan penglihatan, rematik, diare, panas dalam, encok tangan, sesak nafas, anemia, dan batuk. Berdasarkan data yang berasal dari Puskesmas Nanggung, daftar penyakit yang diderita oleh penduduk disekitar wilayah Kecamatan Nanggung selama tahun 2006 dan 2008 adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas, Tukak lambung, Batuk, Dermatitis


(3)

atau eksim, Tuberkulosis paru klinis, Conjunctivitis. Berdasarkan data penyakit-penyakit tersebut dapat dilihat dampak akibat penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pijer dan sianida yaitu gatal-gatal dan tremor, serta dampak penggunaan merkuri yang merupakan gejala awal yaitu sakit kepala yang sering diderita oleh para responden.

5. Umur harapan hidup di kedua desa tempat penelitian yaitu Desa Malasari dan Bantarkaret adalah 55,75 tahun, sedangkan untuk Desa Cisarua data tidak tersedia. Umur harapan hidup yang tersebut dikarenakan banyak terjadi kematian pada warga yang berumur masih muda akibat kecelakaan kerja. 6. Kerugian yang akan timbul sebagai akibat penggunaan bahan berbahaya

terhadap kesehatan masyarakat di ketiga desa tempat penelitian adalah akan terjadinya dampak terhadap kesehatan dan kerugian material akibat dari penggunaan bahan kimia berbahaya dalam melakukan pengolahan bijih emas. Pengeluaran biaya kesehatan per tahunnya yang dikeluarkan oleh para responden berdasarkan hasil wawancara adalah untuk Desa Cisarua rata-rata dikeluarkan Rp 140.349,-, Desa Malasari Rp 192.833,-, dan Desa Bantarkaret sebesar Rp 171.800,- per tahunnya. Jumlah korban yang akan diperkirakan terkena dampak di ketiga desa ini bila dikonversi dengan jumlah korban di Minamata adalah sebanyak 289 orang dengan kerugian yang kemungkinan timbul adalah sebesar Rp 78.231.729,25,- per satu orang korban berdasarkan hasil ekstrapolasi data pendapatan per kapita di Kumamoto Perfektur dengan pendapatan per kapita Kabupaten Bogor tahun 2006 berdasarkan harga konstan.


(4)

197  

6.2. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, saran yang dapat disampaikan agar dampak dari penggunaan bahan berbahaya dapat dicegah antara lain:

1. Penggunaan bahan-bahan berbahaya harus segera dihentikan, mengingat bahaya dan kerugian yang akan timbul di kemudian hari. Penggunaan bahan-bahan kimia tersebut dapat dihentikan atau dikurangi dengan cara:

• Pengawasan yang ketat terhadap penjualan bahan kimia; • Pengawasan yang ketat terhadap pembelian bahan kimia; • Pengawasan yng ketat terhadap penggunaan bahan kimia. 2. Hukuman yang tegas bagi yang melanggar.

3. Pemerintah setempat seharusnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kesehatan, yang sebaiknya sering diadakan agar masyarakat tahu bagaimana dampak yang terjadi akibat penggunaan bahan kimia berbahaya, yang disertai pemutaran video kasus-kasus yang pernah terjadi akibat penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya tersebut. Karena berdasarkan penelitian, masyarakat di ketiga desa tempat penelitian tidak percaya akan dampak yang nantinya ditimbulkan oleh bahan kimia yang digunakannya, akibat belum adanya bukti yang merasakan dampak tersebut.

4. Melihat gejala penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimia berbahaya seperti Merkuri, Sianida, dan lain sebagainya telah timbul, maka pemerintah dan pihak-pihak terkait sudah seharusnya mempersiapkan cara pengobatan dan biayanya di kemudian hari.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustine, L. A. 2000. Valuing Ecosystem Services Toward Better Environmental Decision Making. The National Academic Press.

Ariany, R. 2005. Audit Lingkungan Terhadap Penanganan Limbag Padat dan Limbah Cair di RSUP DR. hasan Sadikin Bandung. Universitas Indonesia. Jakarta.

Economic Planning Agency. 1993. Annual Report On Perfectural Economies. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Hardiani, L. 2002. Evaluasi Efektivitas Pengolahan Limbah Sianida Pada Pengolahan Bijih Emas (Studi Kasus di PT. Aneka Tambang Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor, Bogor, Jawa Barat). Universitas Indonesia. Jakarta.

Kardina, D. 2005. Analisis Kesediaan Membayar Biaya Remediasi Bagi Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Izin Terhadap Pencemaran Sungai Cikaniki di

Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Masazumi, Harada. 2005. Tragedi Minamata. Makasar: Media Kajian Sulawesi.

Nasution, B. 2002. Usaha Memperbaiki Limbah Pengolahan Bijih Emas dengan Hidrogen Peroksida dan Tiosulfat. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nasution, H. 2004. Kajian Toksisitas Sedimen yang Terkontaminasi Merkuri Akibat Pertambangan Emas Tanpa Izin Terhadap Daphnia sp. Di Sungai Cikaniki Sub DAS Cisadane Hulu, Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parker, R. A and Rea, M. L. 1997. Designing and Conducting Survey Research. Jossey

Bass Publishers. San Fransisco.

PT. Aneka Tambang. 1991. ’Analisis Dampak Lingkungan Penambangan dan

Pengolahan Bijih Emas serta Mineral Ikutannya’.PT. Aneka Tambang. Bogor. Sinar Harapan. 2003. ’Industri Tambang Emas Masih Menjanjikan, Cadangan Emas

Indonesia Mencapai 1300 Ton’.

Rodrigues, S and Filho. 2004. Environmental Assessment in Two Small Scale Gold Mining Areas in Indonesia. Jakarta.

Siregar, E. 2008. Laporan Tahun 2007 Puskesmas Kecamatan Nanggung. Puskesmas Kecamatan Nanggung. Bogor.

Siregar, E. 2008. Laporan Tahun 2008 Puskesmas Kecamatan Nanggung. Puskesmas Kecamatan Nanggung. Bogor.

Soemirat. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor


(6)

LAMPIRAN

Gambar: Proses pengolahan bijih emas menggunakan glundungan


Dokumen yang terkait

Risiko keracunan Merkuri (Hg) pada pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di desa Cisarua Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2013

3 46 164

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor )

11 48 219

Pola Kesempatan Kerja di Daerah Pertambangan Emas Gunung Pongkor ( Studi Kasus : Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor )

0 4 10

Rehabilitasi lahan kritis di sekitar tambang emas Di gunung pongkor melalui kemitraaan dengan Masyarakat di kecamatan nanggung kabupaten bogor

0 2 2

Penanaman tanaman penutup tanah Untuk rehabilitasi lahan kritis di sekitar tambang Emas di gunung pongkor melalui kemitraan dengan Masyarakat di kecamatan nanggung kabupaten bogor

3 16 108

Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 89

Penyebaran Spasial Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat di Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor.

4 71 91

ANALISIS ASUPAN MAKANAN DAN ESTIMASI RISIKO KESEHATAN PENDUDUK DI KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS TRADISIONAL - GUNUNG PONGKOR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

0 0 10