4.3. Strategi pengelolaan kawasan Binangun
Penetapan strategi pengelolaan dilakukan dengan analisis SWOT, yaitu analisis dengan mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, ancaman, dan
peluang yang dimiliki dan berpengaruh dalam pengembangan kegiatan kepariwisataan. Beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan analisis SWOT
adalah mengidentifikasi berbagai variabel yang termasuk faktor internal dan eksternal, kemudian menghitung skor dari masing-masing variabel tersebut.
Selanjutnya, menyusun matriks SWOT untuk menentukan alternatif strategi pengelolaan suatu kawasan dan prioritasnya diperoleh berdasarkan peringkat
perhitungan skor tersebut.
4.3.1. Identifikasi faktor-faktor strategis internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam kawasan, dalam hal ini potensi kepariwisataan kawasan Binangun dapat diidentifikasi dari hasil
wawancara dengan masyarakat, pengunjung, serta observasi lapangan pada lokasi tersebut.
a. Kekuatan strengths
1 Keadaan sumberdaya pantai untuk ekowisata
Indeks kesesuaian wisata di Pantai Binangun stasiun 4, 5, dan 6 masing- masing sebesar 70,24; 64,29; dan 65,48 Tabel 15. Secara
keseluruhan termasuk dalam kategori S2, yang berarti bahwa Pantai Binangun sesuai untuk wisata pantai. Selain itu, kawasan pesisir Binangun
menyediakan tempat yang luas sehingga pengunjung dapat berjalan-jalan menyusuri pantai atau sekedar duduk-duduk menikmati keindahan alam
dengan leluasa serta dapat melakukan kegiatan fotografi dan berperahu. 2
Keindahan matahari tenggelam sun set Pantai Binangun mempunyai keindahan panorama matahari tenggelam yang
merupakan daya tarik utama bagi pengunjung. Hal ini didukung oleh pendapat responden dari masyarakat yang menyatakan keindahan Pantai
Binangun sebesar 100, sedangkan pendapat dari pengunjung sebesar 40. Selain itu, kegiatan yang dilakukan pengunjung di kawasan Binangun untuk
menikmati keindahan alam dan matahari tenggelam 66,67.
3 Aksesibilitas dan kondisi jalan yang baik
Keberadan Pantai Binangun di jalur Pantura menjadikan keuntungan tersendiri, sehingga untuk menuju lokasi tersebut relatif mudah karena
dilengkapi oleh prasarana jalan yang memadai sehingga dapat dilalui kendaraan pribadi. Sebagai jalan antar propinsi, maka jalan ini juga banyak
dilalui kendaraan umum baik angkutan kota maupun antar kota. Selain itu, juga tersedia jasa ojek dan jasa angkutan dengan alat transportasi tradisional
becak, andong, dan sepeda. 4
Dukungan dari masyarakat Pengembangan pariwisata dapat memacu kegiatan ekonomi masyarakat.
Selain itu, masyarakat juga menjadi subjek yang turut serta dalam pengembangan wisata kawasan Binangun. Sebanyak 77,5 responden dari
masyarakat menyatakan setuju untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata kawasan Binangun. Beberapa diantaranya menyatakan bersedia untuk
menjadi pemandu wisata guide, menyewakan perahu mereka untuk menyeberang ke “Karang Gosong”, dan mempunyai rumah makan atau
galeri cinderamata souvenir di sekitar kawasan. 5
Ragam budaya sebagai atraksi wisata Beraneka ragam kegiatan atau atraksi wisata di Kabupaten Rembang dapat
memberikan kesan menarik dan memberikan rasa kepuasan tersendiri sehingga dapat memperpanjang lama tinggal pengunjung dan menarik
pengunjung untuk datang kembali pada kawasan tersebut. Ragam budaya masyarakat dapat berfungsi sebagai atraksi wisata. Budaya masyarakat
sekitar kawasan Binangun antara lain kegiatan lomban dalam acara syawalan
kupatan. Selain itu, terselenggaranya acara sedekah laut pada Hari Raya Imlek sebagai perpaduan antara budaya masyarakat Tionghoa
dan masyarakat Jawa di sekitar kawasan. b.
Kelemahan weaknes 1
Keadaan sumberdaya terumbu karang untuk kegiatan ekowisata Indeks kesesuaian wisata bahari di “Karang Gosong” untuk kategori wisata
snorkling stasiun 2 dan 3 masing-masing sebesar 32, sedangkan indeks
kesesuaian wisata di stasiun 1 sebesar 33 Tabel 16. Secara keseluruhan
termasuk dalam kategori S3, yang berarti bahwa “Karang Gosong” sesuai bersyarat untuk wisata bahari. Oleh karena itu, kegiatan transplantasi
karang sebagai upaya konservasi perlu dilakukan, melalui pelatihan pembuatan, pemasangan, dan pengelolaan terumbu karang buatan.
2 Sarana dan prasarana kurang memadai
Pengelolaan kawasan oleh pemerintah daerah setempat belum dilakukan secara optimal. Hal ini merupakan penyebab utama sarana dan prasarana
juga masih seadanya. Sebagian besar dari sarana dan prasarana yang sudah ada dikelola oleh pihak swasta, seperti penginapan, rumah makan, kamar
mandi umum, dan mainan anak-anak. Namun, kondisinya juga kurang terawat dengan baik bahkan ada yang rusak.
3 Keberadaan kios makanan dan cinderamata kurang teratur
Banyaknya jumlah pengunjung mendorong beberapa di antara masyarakat sekitar mendirikan kios makanan dan minuman di sekitar kawasan pantai
sebagai usaha menambah pendapatan. Namun, keberadaan kios-kios tersebut tidak teratur. Oleh karena itu diperlukan penataan atau penyediaan
tempat khusus untuk kios-kios yang ada di dalam kawasan. 4
Kurangnya penghijauan Kurangnya penghijauan dapat mengurangi kenyamanan pengunjung untuk
menikmati keindahan Pantai Binangun. Terutama pada waktu siang hari karena udara terasa panas, sinar matahari yang terik, dan kurangnya tempat
untuk berteduh.
4.3.2. Identifikasi faktor-faktor strategis eksternal