34,55 kgkapitatahun pada tahun 2011. Namun angka tersebut masih jauh di bawah standar konsumsi yang direkomendasikan oleh FAO, yakni sebesar 73
kgkapitatahun Hendriadi, 2013. Rendahnya konsumsi buah-buahan tersebut perlu diklarifikasi apakah karena masih rendahnya kesadaran konsumsi masyarakat atau
karena masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat.
Jika dilihat dari sisi ketersediaan buah dalam negri, daerah produsen buah- buahan tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Provinsi Lampung merupakan
salah satu daerah penghasil buah-buahan yang cukup besar. Produksi beberapa komoditi buah-buahan di Provinsi Lampung ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi beberapa komoditi buah-buahan di Provinsi Lampung tahun 2009- 2013
No Buah Tahun ton
2009 2010
2011 2012
2013 1
Mangga 15 517
12 840 24 752
21 725 13 797
2 Jeruk
11 006 8 685
5 626 3 791
1 619 3
Durian 30 463
36 682 42 550
45 396 26 519
4 Pisang
681 875 677 781
687 761 817 606
678 492 5
Pepaya 53 354
50 959 123 341
103 312 97 579
6 Salak
5 409 7 364
7 228 6 264
2 178 Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2011, 2012, 2014
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi buah-buahan di Provinsi Lampung cukup besar. Terutama pada komoditi buah pisang, Provinsi Lampung merupakan
salah satu daerah sentra produksi pisang terbesar di Indonesia, begitu pun untuk buah lain seperti pepaya dan durian. Tingkat produksi buah yang besar tersebut merupakan
suatu hal yang menunjang dari segi ketersediaan buah. Jika dihubungkan dengan tingkat konsumsi, dapat diketahui bahwa buah yang tersedia ternyata tidak secara
langsung menjamin bahwa masyarakat dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumsinya. Akses masyarakat juga menjadi penting untuk dilihat. Delisle 1990
dalam Ofwona 2013 menjelaskan bahwa pola konsumsi makanan yang bervariasi tergantung pada tingkat sosial ekonomi dan karakteristik rumah tangga. Penelitian
tentang permintaan buah-buahan menjadi penting untuk dilakukan terkait upaya peningkatan konsumsi buah-buahan.
1.2 Masalah Penelitian
Buah merupakan salah satu komoditi pangan yang mengandung banyak vitamin serta mineral yang merupakan komponen gizi penting bagi tubuh setiap
manusia. Selain itu, buah merupakan sumber serat yang sangat berguna bagi pencernaan makanan dalam tubuh manusia. Buah merupakan salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh setiap manusia guna menunjang kesehatan tubuh.
Jika dilihat dari aspek konsumsi, tingkat konsumsi buah-buahan di Provinsi Lampung masih cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari proporsi pengeluaran untuk
kelompok buah-buahan yang masih rendah. Pada tahun 2013 share pengeluaran buah-buahan hanya sebesar 3,96 dari total pengeluaran pangan. Padahal dari sisi
ketersediaan, Provinsi Lampung memiliki hasil produksi buah-buahan yang cukup
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pangan yang tersedia dalam hal ini adalah buah-buahan ternyata tidak langsung dapat diserap dengan baik oleh masyarakat.
Penelitian tentang permintaan sudah cukup banyak dilakukan, namun dalam lingkup yang besar dan tidak spesifik. Penelitian-penelitian yang sebelumnya
dilakukan hanya menganalisis tentang permintaan buah-buahan secara agregat Kumar et al. 2011; Ofwona, 2013; Pusposari, 2012; Rachman, 2001; Dianarafah,
1999; Deaton, 1990. Kajian tentang permintaan buah dalam lingkup yang lebih spesifik juga perlu untuk dilakukan karena ada perbedaan selera konsumen dalam
mengkonsumsi suatu komoditi buah dan buah lainnya.
Penelitian lain yang sudah dilakukan terhadap komoditi buah yang lebih spesifik sudah pernah dilakukan oleh Hartoyo 1997 di Jawa Barat dan Sriwijayanti
et al. 2004 di DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besaran elastisitas untuk komoditi buah-buahan yang dianalisis memiliki magnitude yang
berbeda. Perbedaan hasil dimungkinkan terjadi karena perbedaan faktor-faktor sosiodemografi yang ada di kedua daerah penelitian. Pertanyaan yang muncul adalah
faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan di Provinsi Lampung ?
Hal yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan permintaan buah-buahan bersifat dinamis dan dapat berubah antara lain karena unsur harga buah itu sendiri
dan tingkat pendapatan. Harga buah dapat berubah sewaktu-waktu terkait dengan jumlah ketersediaannya. Perubahan harga tersebut dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pada permintaan buah-buahan. Ditinjau dari tingkat pendapatan, tingkat pendapatan penduduk di Provinsi Lampung mengalami peningkatan setiap tahunnya
Tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Provinsi Lampung Tahun
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Rp
Tingkat perubahan 2007
329 473 -
2008 334 055
1.39 2009
350 855 5.03
2010 411 603
17.31 2011
490 180 19.09
2012 517 710
5.62 2013
573 634 10.80
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2008-2013 Tingkat pendapatan yang diproksi dari rata-rata tingkat pengeluaran
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada tingkat pendapatan per kapita pada tiap tahunnya. Seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, akan
berpengaruh terhadap pola pengeluaran dan konsumsi. Hartoyo 1997 dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan tingkat pendapatan sangat berpengaruh
terhadap perubahan jumlah buah-buahan yang diminta.
Hal yang perlu diperhatikan adalah perubahan pada harga dan pendapatan tidak hanya menyebabkan perubahan konsumsi konsumen dari segi kuantitas, tetapi juga
dari segi kualitas. Beberapa penelitian terdahulu hanya memfokuskan pada respon perubahan permintaan akibat perubahan harga dan pendapatan dari segi kuantitas
Hartoyo, 1997; Sriwijayanti et al. 2004. Seperti yang disebutkan oleh Yu dan Abler