Berdasarkan jumlah produksi saat ini, konsumsi rumput laut berkisar antara 0,06 – 0,40 tonkapita, dengan total konsumsi rumput laut Gugus Pulau
Salabangka adalah 1,55 ton per kapita atau sebesar 1.019,41 ton se tahun. Penyebab rendahnya konsumsi rumput laut disebabkan bentuk permintaan rumput
laut terkatogorikan dalam bentuk bahan baku yaitu rumput laut bentuk kering.
b. Produktivitas
Dapat dikatakan bahwa produktivitas rumput laut di Gugus Pulau Salabangka lebih dipengaruhi oleh faktor kondisi perairan untuk pertumbuhan
rumput laut dan topografi pantai. Selain itu, budidaya rumput laut dilakukan di Gugus Pulau Salabangka didasarkan pada pengalaman masyarakat, sehingga
untuk meningkatkan hasil produksi dilakukan melalui menambah luas perairan sesuai dengan jumlah modal yang dimiliki.
Berdasarkan data BPS 2003 nilai produksi komoditas perikanan, terutama rumput laut di Kecamatan Bungku Selatan berkisar antara 70 ton 2,48 dari
total komiditas perikanan 2820 ton se tahun. Nilai produksi rumput laut Gugus Pulau Salabangka dalam satu tahun terakhir 2007 sebesar 171,09 ton
dibandingkan tahun 2003. Adapun tingkat produktivitas rumput laut Gugus Pulau Salabangka disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Produktivitas Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka
No Nama Pulau Luas Perairan
Ha Produksi
TonTahun Produktivitas
TonHa
1 Paku
14,85 49,82
3,35 2
Waru-waru 10,00
73,13 7,32
3 Kaleroang
1,64 10,40
6,36 4
Padabale 2,85
3,99 1,40
5 Pado-pado
3,03 19,46
6,43 6
Pulau Bapa 4,83
14,28 2,96
Jumlah 37,18
171,09 27,82
Sumber : Hasil Analisis 2007
Tabel 6 memperlihatkan bahwa produktivitas lokal rumput laut terendah terdapat di Pulau Padabale 1,40 tonha dan tertinggi di Pulau Waru-waru sebesar
7,32 tonha. Sedangkan produktivitas regional Gugus Pulau Salabangka adalah 4,60 tonha. Rendahnya produktivitas Pulau Padabale dikarenakan beberapa faktor
selain topografi areal budidaya rumput laut relatif lebih datar dengan kisaran kedalaman 1 – 5 meter, juga terletak pada daerah agak terlindung dari aktivitas
gelombang dan arus. Sedangkan tingginya produktivitas di Pulau Waru-waru disebabkan wilayah perairan mendukung untuk pertumbuhan rumput laut,
letaknya lebih terlindung dari gelombang dan arus sehingga penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun.
Secara umum, produktivitas regional rumput laut di Gugus Pulau Salabangka sangat rendah. Beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas
antara lain daerah lokasi budidaya merupakan lokasi daerah penangkapan ikan menggunakan potas, racun dan bom, kondisi perairan dipengaruhi oleh musim
yang berpengaruh terhadap pola tanam rumput laut dan topografi pantai yang relatif lebih datar dengan kedalaman 1-5 meter serta kondisi substrat menentukan
metode budidaya yang digunakan. Lebih lanjut menurut Hidayat 1994 dalam luasan 1 hektar budidaya rumput laut dengan mengunakan metode apung produksi
rumput laut yang dihasilkan 504 ton berat basah atau 67,2 ton berat kering.
c. Impor-Ekspor
Dalam kegiatan ekonomi, PPK memiliki karatersitik tersendiri dimana adanya saling ketergantungan antara satu pulau dengan pulau yang lain dalam
memenuhi kebutuhan suatu komiditas dan memiliki ketergantungan terhadap subsidi dari luar. Demikian halnya Gugus Pulau Salabangka, terjadi interaksi baik
secara ekologi, sosial maupun ekonomi antara satu pulau dengan pulau yang lain. Diantaranya terdapat kegiatan pemafaatan sumberdaya perikanan berupa
pemasaran hasil-hasil perikanan seperti ikan, rumput laut dan teripang. Khusus rumput laut hasil pemanfaatan hanya terbatas pada bahan mentah berupa rumput
laut yang telah dikeringkan. Adrianto 2005 menjelaskan bahwa upaya peningkatan ketahanan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan daya dukung antar
pulau. Dalam pendekatan EF, yang dimaksud komponen ruang ekologi adalah kegiatan impor – ekspor suatu komoditas. Lebih jelasnya kegiatan impor – ekspor
rumput laut di Gugus Pulau Salabangka disajikan pada Gambar 21. Gambar 21 menunjukkan bahwa adanya kegiatan impor – ekspor rumput
laut di Gugus Pulau Salabangka sebesar 5,15 tonha. Pada gugus ini, terdapat tiga pulau pengekspor rumput laut antara lain Pulau Padabale 3,51 tonha dengan
tujuan Pulau Waru-waru, Pulau Bapa 1,24 tonha dengan tujuan ekspor Pulau