Analisis Kebutuhan Ruang Perairan

EqF EF EF i Y EX i Y IM i Y DE EF i lok lok i reg i lok i i ∑ = − + = dimana Dimana : EF i : Ecological Footprint rumput laut pulau ke-i Hakapita EF lok : Total Ecological Footprint lokal Hakapita DE i : Tingkat Konsumsi rumput laut pulau ke-i Tonkapita IM i : Produksi rumput laut yang ”di impor” dari pulau lain TonHa EX i : Produksi rumput laut yang ”di ekspor” ke pulau lain TonHa Y lok i : Produktivitas rumput laut di pulau ke-iTonHa Y reg i : Produktivitas di gugus ke-i TonHa EqF : Equivalence Factor

3.4.2 Analisis Ketersediaan Ruang

Analisis ketersedian ruang biocapacity ini didasarkan pada kesesuaian perairan yang mendukung budidaya rumput laut. Kesesuaian ruang perairan untuk budidaya rumput laut secara spasial menggunakan konsep evaluasi lahan. Konsep ini didasarkan pada parameter fisika, kimia dan biologi perairan yang secara ekologi merupakan prasyarat kelayakan dalam budidaya rumput laut. Untuk itu digunakan teknik Sistem Informasi Geografis SIG, guna melihat luas perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut di Gugus Pulau Salabangka. Dalam menentukan tingkat kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ditentukan dengan metode skoring dengan mengambil beberapa parameter dan menggunakan teknik tumpang susun overlay bertingkat. Selanjutnya menentukan tingkat kelayakan dengan memberikan bobot pada setiap parameter yang terukur berdasarkan hasil studi pustaka dan informasi dari para pakar. Matriks kesesuaian perairan dapat dilihat pada Tabel 2. Bobot terbesar sampai terkecil diberikan berdasarkan besarnya pengaruh parameter terhadap kegiatan budidaya rumput laut. Nilai skor diperoleh dari hasil perkalian batasan nilai setiap kategori dan bobot, sehingga nilai skor yang diperoleh merupakan hasil kelayakan lokasi tersebut. Dalam penelitian ini kelas kesesuaian lahanperairan dibedakan pada tiga tingkatan FAO 1976 yang diacu oleh Hardjowigeno et.al 2001 dan didefinisikan sebagai berikut : Kelas S1 : sangat sesuai, yaitu perairan tidak mempunyai faktor pembatas yang berat atau hanya mempunyai faktor pembatas yang kurang berarti minor dan secara nyata tidak akan menurunkan produktivitas perairan untuk budidaya rumput laut. Nilai scoring untuk kelas S1 sebesar 3. Kelas S2 : sesuai, yaitu perairan mempunyai faktor pembatas yang agak berat dan akan mempengaruhi produktivitas perairan untuk kegiatan budidaya rumput laut. Untuk itu, dalam pengelolaannya diperlukan tambahan masukan input teknologi dan tingkat perlakuan. Nilai scoring untuk kelas S2 sebesar 2. Kelas N : tidak sesuai, yaitu perairan mempunyai faktor pembatas yang sifatnya permanen, sehingga tidak sesuai untuk budidaya rumput laut. Nilai scoring untuk kelas N sebesar 1. Nilai kesesuaian perairan yang diperoleh berkisar antara 0 – 300. Selanjutnya kisaran nilai ini di bagi ke dalam 3 kelas, sehingga diperoleh kisaran nilai kesesuaian sebagai berikut : • Nilai 251 – 300 S1 = sangat sesuai • Nilai 151 – 250 S2 = sesui • Nilai 0 – 150 N = tidak sesuai Kategori kelas kesesuaian yang digunakan untuk menghitung biocapacity meliputi kelas sangat sesuai dan kelas sesuai, dengan menggunakan rumus : ∑ = = k lok k k BC BC EqF A BC dimana Keterangan : A k = Luas perairan budidaya rumput laut kategori ke - kHa EqF = Equivalence Factor