bahwa terdapat tiga komponen digunakan dalam perhitungan EF yang meliputi komponen populasi, produktivitas yield baik lokal maupun regional dan
komponen ruang ekologi Impor-Ekspor
a. Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi Domestic ExtractionDE merupakan salah satu komponen dalam perhitungan EF. DE menunjukkan bahwa suatu populasi akan
memanfaatkan sumberdaya rumput laut untuk menghasilkan barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Secara spesifik pemafaatan
ruang di Gugus Pulau Salabangka untuk budidaya rumput laut. Sebagaimana disebutkan Chambers et.al 2001 bahwa berbagai aspek yang mendukung
kehidupan merupakan fungsi dari konsumsi. Dalam perhitungan ini, DE rumput laut didasarkan pada hasil produksi
pemanfaatan perairan saat ini Lampiran 6. Tingkat Konsumsi rumput laut Gugus Pulau Salabangka disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Tingkat Konsumsi Rumput Laut di Gugus Pulau Salabangka
No Nama
Pulau Pembudidaya
Kapita Produksi
TonTahun Tingkat Konsumsi
DE TonKapita
1 Paku
255 49,82
0,20 2
Waru-waru 182
73,13 0,40
3 Kaleroang
29 10,40
0,36 4
Padabale 62
3,99 0,06
5 Pado-pado
60 19,46
0,32 6
Pulau Bapa 69
14,28 0,21
Jumlah 657
171,09 1,55
Sumber : Hasil Analisis 2007
Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi rumput laut di Gugus Pulau Salabangka sangat bervariasi, dengan jumlah total sebesar 171,09 tontahun dan
total pembudidaya adalah 657 kapita. Produksi rumput laut tertinggi terdapat Pulau Waru-waru sebesar 73,13 ton per tahun dan jumlah pembudidaya 182
kapita, sedangkan produksi terendah di Pulau Padabale 3,99 ton per tahun dengan jumlah pembudidaya sebesar 62 kapita.
Berdasarkan jumlah produksi saat ini, konsumsi rumput laut berkisar antara 0,06 – 0,40 tonkapita, dengan total konsumsi rumput laut Gugus Pulau
Salabangka adalah 1,55 ton per kapita atau sebesar 1.019,41 ton se tahun. Penyebab rendahnya konsumsi rumput laut disebabkan bentuk permintaan rumput
laut terkatogorikan dalam bentuk bahan baku yaitu rumput laut bentuk kering.
b. Produktivitas
Dapat dikatakan bahwa produktivitas rumput laut di Gugus Pulau Salabangka lebih dipengaruhi oleh faktor kondisi perairan untuk pertumbuhan
rumput laut dan topografi pantai. Selain itu, budidaya rumput laut dilakukan di Gugus Pulau Salabangka didasarkan pada pengalaman masyarakat, sehingga
untuk meningkatkan hasil produksi dilakukan melalui menambah luas perairan sesuai dengan jumlah modal yang dimiliki.
Berdasarkan data BPS 2003 nilai produksi komoditas perikanan, terutama rumput laut di Kecamatan Bungku Selatan berkisar antara 70 ton 2,48 dari
total komiditas perikanan 2820 ton se tahun. Nilai produksi rumput laut Gugus Pulau Salabangka dalam satu tahun terakhir 2007 sebesar 171,09 ton
dibandingkan tahun 2003. Adapun tingkat produktivitas rumput laut Gugus Pulau Salabangka disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Produktivitas Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka
No Nama Pulau Luas Perairan
Ha Produksi
TonTahun Produktivitas
TonHa
1 Paku
14,85 49,82
3,35 2
Waru-waru 10,00
73,13 7,32
3 Kaleroang
1,64 10,40
6,36 4
Padabale 2,85
3,99 1,40
5 Pado-pado
3,03 19,46
6,43 6
Pulau Bapa 4,83
14,28 2,96
Jumlah 37,18
171,09 27,82
Sumber : Hasil Analisis 2007
Tabel 6 memperlihatkan bahwa produktivitas lokal rumput laut terendah terdapat di Pulau Padabale 1,40 tonha dan tertinggi di Pulau Waru-waru sebesar
7,32 tonha. Sedangkan produktivitas regional Gugus Pulau Salabangka adalah 4,60 tonha. Rendahnya produktivitas Pulau Padabale dikarenakan beberapa faktor
selain topografi areal budidaya rumput laut relatif lebih datar dengan kisaran kedalaman 1 – 5 meter, juga terletak pada daerah agak terlindung dari aktivitas