Laju produktifitas primer lingkungan laut ditentukan oleh bebagai faktor fisika. Faktor utama yang mengontrol produksi fitoplankton di perairan eutrofik
adalah pencampuran vertikal, penetrasi cahaya di kolom air dan laju tenggelam sel fitoplankton Gabric and Parslow, 1989. Beberapa penelitian tentang
produktifitas primer dan kaitannya dengan keberadaan massa air mendapatkan informasi bahwa kedalaman dimana konsentrasi klorofil-a maksimum adalah
bagian atas lapisan termoklin. Lapisan permukaan tercampur memiliki konsentrasi klorofil-a yang hampir homogen.
Menurut Nybakken 1992, produktifitas primer perairan pantai sepuluh kali lipat produktifitas perairan lepas pantai. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar
zat hara dalam perairan pantai bila dibandingkan dengan perairan lepas pantai. Perairan pantai menerima sejumlah unsur-unsur kritis yaitu P dan N dalam bentuk
PO
4
dan NO
3
melalui run off aliran air dari daratan. Zat-zat hara ini menjadi sumber nutien bagi pertumbuhan dan kelimpahan fitoplankton.
2.3 Pola Angin dan Arus
Letak geografis sangat berperan dalam menentukan pergerakan arus di perairan Selat Makassar. Dengan letak selat yang memanjang dalam arah utara-
selatan, maka sepanjang tahun arus permukaan tidak mengalami perubahan arah, yaitu dari utara ke selatan kecuali pada bagian selatan yakni pada daerah
pertemuan antara massa air Laut Jawa, Laut Flores dan perairan Selat Makassar bagian Selatan.
Hutabarat dan Evans 1985 menyatakan bahwa secara umum gerakan arus permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi arus permukaan laut antara lain: 1 Bentuk topogafi dasar laut dan pulau-pulau yang ada disekitarnya; 2 Gaya
Coriolis dan Arus Ekman; 3 Perbedaan tekanan air; 4 Arus musiman; 5Upwelling dan sinking dan 6 Perbedaan densitas.
Terdapat tiga samudera di permukaan bumi memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan ini membentuk suatu sistem sirkulasi yang unik
Gambar 2. Sistem ini yang mengedarkan massa air dunia yang dikenal dengan sirkulasi massa air dunia the great conveyor belt. Sirkulasi dimulai dari
Samudera Atlantik Utara bagian utara. Adanya proses pendinginan cooling dan
penguapan evaporation menyebabkan densitas massa air ini tinggi sehingga tenggelam ke lapisan yang dalam membentuk North Atlantic Deep Water
NADW atau Air Dalam Atlantik Utara ADAU yang mengalir ke Samudera Atlantik Selatan pada kedalaman 3000
– 4000 m. Ketika sampai di ujung selatan Samudera Atlantik Selatan, aliran massa air ini akan berbelok ke arah timur
bergabung dengan Arus Antartika. Massa air ini kemudian terus bergerak memasuki ujung selatan Samudera Hindia kemudian ke timur memasuki ujung
selatan Samudera Pasifik selatan. Pada ujung bagian selatan Samudera Hindia sebagian aliran berbelok ke utara sampai sekitar khatulistiwa dan naik ke
permukaan. Demikian pula dengan aliran yang sampai ke ujung selatan Samudera Pasifik Selatan juga berbelok ke utara masuk ke Samudera Pasifik, melewati
khatulistiwa dan naik ke permukaan Broecker 1997. Sirkulasi massa air ini disebut sirkulasi massa air dalam, sedangkan sistem
peredaran massa air permukaan dimulai ketika kekosongan yang disebabkan oleh tenggelamnya massa air di Samudera Atlantik bagian utara diisi oleh massa air
yang berasal dari Samudera Hindia bagian selatan. Selanjutnya kekosongan massa air di lapisan atas Samudera India akan menyebabkan massa air Samudera Pasifik
mengalir ke Samudera Hindia melalui perairan Indonesia bagian timur yang dikenal dengan Arus Lintas Indonesia ARLINDO atau biasa disebut Indonesian
Seas Throughflow. ARLINDO dianggap sebagai “bocoran” dari massa air di
bagian barat Pasifik tropis menuju ke bagian tenggara Samudera Hindia Tropis melalui perairan Indonesia.
Menurut Wyrtki 1987, arus-arus permukaan yang melintas di Indonesia sangat menarik, karena hal ini menunjukkan pertalian yang erat antar arah dan
kekutan arus dan kekuatan dan peralihan musim monson di Indonesia. Selain itu, arus sangat erat dengan proses-proses oseanografi lainnya, antara lain
terjadinya proses upwelling dan downwelling yang terjadi di Laut Banda dan tempat-tempat lainnya.