Perumusan masalah Analysis of Upwelling Distribution and Area Enlargement in the Southern of Makassar Strait

plankton dan klorofil-a juga menunjukkan pengaruh pada upwelling terhadap produktivitas perairan Selat Makassar bagian selatan. Klorofil-a merupakan pigmen penting yang terdapat pada fitoplankton untuk proses fotosintesis. Klorofil-a juga merupakan salah satu parameter indikator tingkat kesuburan perairan. Tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di laut sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi perairan seperti arus, suhu, salinitas, nitrat, dan fosfat Afdal dan Riyono, 2004. Kandungan nutrien perairan sangat berkaitan erat dengan konsentrasi klorofil-a dimana semakin tinggi kandungan nutrien perairan maka semakin tinggi juga konsentrasi klorofil-a. Sebaliknya, di perairan bebas faktor suhu perairan berhubungan terbalik dengan konsentrasi klorofil-a. Umumnya pada lokasi upwelling, suhu perairan relatif lebih rendah namun konsentrasi klorofil-a justru relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Wyrtki 1961 menjelaskan bahwa di pantai barat laut Australia SPL pada musim barat yaitu 29 C dan mengalami penurunan menjadi 24 C pada musim timur Juli – Agustus saat terjadi upwelling. Adanya perubahan pada beberapa kondisi perairan diantaranya suhu dan klorofil-a tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk memantau fenomena upwelling melalui teknologi penginderaan jauh. Berdasarkan data yang diperoleh dari teknologi penginderaan jauh ini dapat diketahui nilai sebaran Suhu Permukaan Laut SPL dan konsentasi klorofil-a yang kemudian selanjutnya dapat digunakan dalam memantau pola sebaran dan perkembangan area upwelling di bagian selatan perairan Selat Makassar.

1.3. Kerangka pemikiran

Salah satu perairan Indonesia yang memiliki tingkat produktivitas primer cukup tinggi sepanjang tahunnya adalah Selat Makassar. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu karena adanya fenomena upwelling yang terjadi di bagian selatan Selat Makassar. Berdasarkan beberapa penelitian, sebelumnya diketahui bahwa perairan Selat Makassar bagian selatan mengalami fenomena upwelling pada bulan-bulan tertentu di musim timur. Adanya fenomena ini tentunya menjadi penting untuk diketahui dengan mengkaji pola penyebaran upwelling secara spasial maupun temporal di bagian selatan perairan di Selat Makassar. Pola penyebaran spasial dan temporal ini dapat diketahui melalui analisis data penginderaan jauh dengan memanfaatkan data sebaran SPL dan klorofil-a melalui citra MODIS Level 1 yang merupakan data harian dan memiliki resolusi spasial 1 km. Data tersebut kemudian dihubungkan dengan data pendukung berupa data meteorologi dan osenografi bagian selatan perairan Selat Makassar. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan satelit dianggap tepat karena dapat menjangkau perairan yang luas secara sinoptik. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.4. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola penyebaran dan perkembangan area upwelling di bagian selatan perairan Selat Makassar.

1.5. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola penyebaran dan perkembangan area upwelling di bagian selatan perairan Selat Makassar. data pendukung data pendukung Citra Satelit MODIS Perairan Selat Makassar Data Oseanografi Analisis pola sebaran dan perkembangan area upwelling di bagian selatan perairan Selat Makassar Data Meteorologi Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut Pola Sebaran Klorofil-a