penurunan suhu mulai dari 27
o
C dan titik non upwelling dimulai pada kedalaman 33 m dengan penurunan suhu mulai 28
o
C. Berdasarkan hasil pengukuran ini terlihat bahwa lapisan termoklin mengalami perubahan atau kenaikan saat musim
timur Juni-Agustus pada titik upwelling, hal ini secara langsung menunjukkan bahwa pada musim timur terjadi penaikan massa air yang menyebabkan
berubahnya lapisan termoklin. Terjadinya penaikan massa air ini menunjukkan terjadinya upwelling di Selat Makassar dimana upwelling tersebut menyebabkan
terangkatnya massa air dari lapisan dalam ke lapisan atas.
Gambar 23. Profil suhu menegak a Bulan Desember Musim Barat b Bulan Agustus Musim Timur Sumber:World Ocean Database, 2005
a b
4.4.2 Curah Hujan
Data curah hujan yang dipilih adalah data curah hujan lokal untuk wilayah Makassar, Sulawesi Selatan. Makassar merupakan daerah yang dipilih karena
wilayah ini merupakan wilayah yang paling dekat dengan lokasi yang diteliti dengan asumsi bahwa curah hujan daerah terdekat lebih besar mempengaruhi
dibandingkan dengan daerah atau wilayah lain di sekitar Selat Makassar. Berdasarkan analisis data curah hujan untuk rata-rata setiap bulannya terlihat
bahwa pada bulan Desember-Februari Musim Barat curah hujan mm berkisar antara 533-734 mm, bulan Maret-April Musim Peralihan I berkisar antara 235-
391 mm, bulan Mei-Agustus Musim Timur berkisar antara 15-127 mm, dan bulan September-November Musim Peralihan II berkisar antara 32-273 mm.
Pada umumnya jumlah curah hujan maksimum terjadi pada Musim Barat yaitu pada bulan Januari dan jumlah curah hujan minimum terjadi pada musim timur
yaitu pada bulan Agustus Gambar 24. Hal tersebut sesuai dengan Wyrtki 1961 bahwa adanya fluktuasi jumlah curah hujan bulanan diakibatkan karena adanya
perbedaan pola angin yang terjadi di Indonesia. Pada Musim Barat, angin membawa banyak uap air karena angin berasal dari Samudera Pasifik sehingga
menyebabkan curah hujan menjadi tinggi sedangkan pada Musim Timur angin membawa sedikit uap air karena angin berasal dari daratan Australia sehingga
curah hujan menjadi rendah.
Gambar 24. Jumlah rata-rata curah hujan bulanan Stasiun Makassar
100 200
300 400
500 600
700 800
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Ags Sept Okt Nov Des 27
26 23
20 17
8 4
2 4
7 24
25 Jumlah Total Rata-rata Curah Hujan mm
Jumlah Rata-rata Hari Hujan
Hasil rata-rata curah hujan ini jika dibandingkan dengan tingkat konsentrasi klorofil-a, maka dapat dilihat bahwa jumlah curah hujan tidak
mempengaruhi tingkat konsentrasi klorofil-a yang tersebar di bagian selatan Selat Makassar. Pada bulan Agustus meskipun curah hujan rendah namun tingkat
konsentrasi klorofil-a tetap tinggi, ini secara langsung menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi klorofil-a di bagian selatan Selat Makassar bukan
dipengaruhi oleh masukan nutrien dari daratan tapi karena adanya fenomena upwelling.
4.5 Faktor yang mempengaruhi Upwelling
Illahude 1970 menyatakan bahwa upwelling di bagian selatan Selat Makassar berlangsung selama Musim Timur Juni-September. Fenomena
upwelling tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu sirkulasi massa air dan arah angin. Untuk sirkulasi massa air, pada Musim Timur arus dari utara Selat
Makassar bertemu dengan massa air yang datang dari Laut Flores di selatan Selat Makassar dan mengalir menuju Laut Jawa, sehingga terjadi kekosongan massa air
di daerah selatan Selat Makassar. Kekosongan ini akan diisi oleh massa air di bawahnya yang memiliki suhu dan oksigen terlarut yang rendah serta nilai
salinitas, fosfat, nitrat, dan silikat yang tinggi Illahude, 1970, 1978; Wyrtki, 1961.
Faktor kedua yang mempengaruhi upwelling selain sirkulasi massa air adalah angin. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang
merupakan hasil dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-tempat yang berada di permukaan bumi. Berdasarkan Brown et
al. 2004 angin bertiup dari daerah yang memiliki tekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah. Pola pergerakan angin di Indonesia pada umumnya
mengikuti pergerakan musim. Setiap musim memiliki arah pergerakan angin yang berbeda-beda.
Pada bulan Desember-Februari Musim Barat pada tahun 2010 angin di selatan Selat Makassar dominan bergerak dari barat dan barat laut dengan
kecepatan rata-rata 2.1 ms dan maksimun 3.98 ms. Pada bulan Maret-April