Setelah pemekaran menjadi daerah otonom, kota Padangsidimpuan merupakan kota yang masih memiliki desa. Dan juga, setelah pemekaran semakin banyaknya
permasalahan mengenai tanah seperti berita yang tertera diatas. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
implementasi dari Program LARASITA yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional di kota Padangsidimpuan melihat program ini sudah dijalankan dari
tahun 2009 dengan kondisi yang sekarang masih ada konflik tentang sertifikat tanah.
I.2 Rumusan Masalah
Arikunto 1993:17 menguraikan agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik- baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana
harus memulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah
adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian. Berdasarkan uraian pada latar
belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat adalah :
“ Bagaimanakah Implementasi Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah
LARASITA pada Kantor Badan Pertahanan Nasional BPN di Kota
Padangsidimpuan ? “
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk menggambarkan apa itu Program LARASITA Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah.
2. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program LARASITA Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional BPN di kota Padangsidimpuan.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, guna mendalami masalah yang berkaitan dengan implementasi kebijakan.
2. Bagi program terkait, sebagai masukan ilmu yang berkaitan dengan Program LARASITA Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Atas Tanah .
3. Diharapkan bagi peneliti berikutnya, temuan-temuan dari penelitian ini dapat menjadi referensi dalam rangka menguji masalah yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
II.1 Kerangka Teori
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri
atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Adapun teori dalam penelitian ini adalah :
II.2 Kebijakan Publik
Chandler dan Plano 1988:107 berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk
memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik menurut Thomas Dye 1981:1 adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau
tidak melakukan public policy is whatever governments choose to do or not. Definisi kebijakan publik menurut Thomas Dye tersebut mengandung makna
bahwa : 1 Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan swasta; 2 Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan oleh badan pemerintah. Sedangkan James E. Anderson 1979:3 mendefiniskan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-
badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari bahwa bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar pemerintah. Dalam
pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap
kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya dikutip Dye, 1981:366- 377 . Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik
Universitas Sumatera Utara
hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-pratika sosial yang ada dalam masyarakat Subarsono, 2009:3 . Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya,
suatu kebijakan publik harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktika- praktika yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Dalam pandangan Ripley 1985:49, tahapan kebijakan publik digambarkan sebagai berikut :
Bagan 2.1 Proses Kebijakan Publik
Diikuti
Diperlukan
Diperlukan Evaluasi thd
Implementasi, Kinerja, Kinerja dan Dampak
Kebijakan
Kebijakan Baru Hasil
Hasil
Hasil Mengarah ke
Penyusunan Agenda Agenda Pemerintah
Formulasi Legitimasi Kebijakan
Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Tindakan Kebijakan
Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang diperlukan yakni ; 1 Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena
benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi oleh sebagaian
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang lain atau elite politik bukan dianggap sebagai masalah; 2 Membuat batasan masalah; dan 3 Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut
dapat masuk dalam agenda pemerintah. Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisis informasi
yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan
melakukan negoisasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang terpilih. Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Pada tahap ini perlu dukungan
sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksanan kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu
kebijakan berjalan dengan baik. Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap
implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan. Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan yang akan
datang lebih baik dan berhasil
II.3 Implementasi Kebijakan