PENDAHULUAN UMUM Potensi antosianin buah duwet (Syzygium cumini) sebagai pewarna pangan alami yang memiliki kemampuan antioksidasi

1. PENDAHULUAN UMUM

Latar Belakang Semakin meningkatnya kesadaran manusia untuk hidup lebih sehat mendorong meningkatnya penggunaan bahan tambahan pangan BTP yang alami dalam bahan pangan. Salah satu BTP alami yang dapat memberi warna pada produk pangan agar lebih terlihat menarik adalah pewarna alami pangan. Pewarna alami pangan adalah pewarna untuk pangan yang berasal dari bahan alam. Pewarna alami sudah banyak digunakan dalam bahan pangan seperti klorofil yang dapat memberikan warna hijau, karotenoid yang dapat memberikan warna kuning, serta antosianin yang dapat memberikan warna merah pada produk pangan berbasis asam. Dewasa ini, penggunaan pewarna alami pada produk pangan semakin meningkat. Beberapa produk pangan yang ada dipasaran Indonesia sudah menggunakan pewarna alami. Peningkatan ini terjadi karena pewarna alami selain dapat memberi warna pada bahan pangan, juga dapat memberikan manfaat lain terutama yang berkaitan dengan kesehatan manusia. Hal ini mendorong berbagai penelitian yang terkait dengan pengembangan pewarna alami termasuk pewarna alami berbasis antosianin. Antosianin merupakan pigmen yang termasuk dalam kelompok flavonoid dari senyawa polifenol telah digunakan secara luas sebagai pewarna alami yang aman untuk pangan Mateus Freitas 2009. Antosianin yang ditemukan pada tanaman pangan umumnya dalam bentuk glikosida dan asilglikosida dari 6 antosianidin aglikon utama, yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin Castaňeda-Ovando et al. 2009. Berbagai bahan pangan ditemukan mengandung antosianin seperti anggur, blackcurrant, blackberry, bilberry , cranberry, blueberry, stroberi, cherry, plum, delima, blood orange, leci kulit, apel kulit, Perilla spp, rosela, bawang merah, kubis merah, yam ungu umbi, kedelai hitam, jagung ungu, lobak merah, ubi jalar ungu Mazza Miniati 1993; Jackman Smith 1996; Bridle Timberlake 1997. Beberapa bahan pangan tersebut bahkan sudah digunakan secara komersial di Amerika Serikat sebagai bahan baku pewarna alami berbasis antosianin seperti kulit anggur, kubis merah, dan wortel hitam Delgado-Vargas Paredes-Lopez 2003. Meskipun antosianin tidak bersifat toksik dan aman dikonsumsi, ada keterbatasan dalam aplikasi antosianin pada produk pangan terutama masalah kestabilan. Stabilitas antosianin sangat dipengaruhi oleh struktur kimia dan konsentrasi antosianin; pH; suhu; keberadaan enzim, oksigen dan cahaya; serta keberadaan senyawa lain seperti asam askorbat, kopigmen, protein, logam, dan gula Markakis 1982; Francis 1989; Jackman Smith 1996; Castañeda-Ovando et al . 2009. Warna dan stabilitas antosianin umumnya dapat diperbaiki dengan reaksi kopigmentasi baik secara intramolekular dan intermolekular sehingga warna antosianin dapat ditingkatkan intensitasnya dan lebih stabil Malien-Aubert et al . 2001; Eiro Heinonen 2002; Mazzaracchhio et al. 2004; Gris et al. 2007; Yawadio Morita 2007. Selain sebagai pewarna alami, antosianin juga memiliki peranan penting untuk kesehatan manusia. Antosianin telah dilaporkan menunjukkan aktivitas biologis seperti aktivitas antioksidan dan scavenging radikal Wang et al. 1997; Wang et al. 1999, Espin et al. 2000, Kong et al. 2003; Bao et al. 2005, antiinflamasi Wang et al. 1999, antikarsinogenik Wang Mazza 2002; Katsube et al . 2003; antitumor Kong et al. 2003, antidiabetik Jayaprakasam et al. 2005, neuroprotektif Youdim et al. 2000; Galli et al. 2002, antimutagenik dan hepatoprotektif Kong et al. 2003. Antosianin juga dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner melalui aktivitas vasoprotektif Lietti et al. 1976, penghambatan agregasi platelet Morazzoni Magistretti 1990; Ghiselli et al. 1998, dan penghambatan oksidasi lipoprotein LDL low density lipoprotein Abuja et al. 1998; Ghiselli et al. 1998; Heinonen et al. 1998. Dewasa ini perhatian peneliti dunia terhadap antosianin sebagai pewarna alami dan senyawa antioksidan dalam bahan pangan semakin meningkat. Eksplorasi bahan pangan dengan kandungan antosianin sebagai pewarna alami dan senyawa antioksidan telah banyak dilakukan terutama oleh peneliti luar negeri. Indonesia mempunyai beraneka ragam sumber hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antosianin seperti buah duwet Syzygium cumini. Buah duwet yang matang memiliki kulit berwarna ungu kehitaman, menunjukkan adanya kandungan antosianin. Salah satu yang mencirikan adanya kandungan antosianin ialah dari warnanya, sesuai yang dinyatakan oleh Bridle dan Timberlake 1997; Giusti dan Wrolstad 2003, antosianin dapat memberikan warna biru, ungu, violet, dan merah. Selama ini buah duwet belum banyak dimanfaatkan sehingga menjadi buah langka. Buah duwet biasanya dikonsumsi secara langsung dalam bentuk buah segar, sedangkan bagian biji dan daunnya oleh masyarakat Indonesia digunakan untuk pengobatan tradisional penyakit diabetes. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat kesehatan dari beberapa bagian tanaman duwet seperti kulit batang, daun, biji, dan buah. Kulit batang tanaman memiliki aktivitas antibakteri Warrier et al. 1996 dan antiinflamasi Muruganandan et al. 2001. Bagian buah dan biji digunakan untuk pengobatan diabetes Kedar Chakrabarti 1983; Nair Santhakumari 1986; Warrier et al. 1996; dan memiliki aktivitas antioksidan Banerjee et al. 2005; Lestario et al. 2005a; Lestario et al. 2005b; Veigas et al. 2007. Bagian daun juga digunakan untuk pengobatan diabetes Teixeira et al. 1997, konstipasi, dan antibakteri Warrier et al. 1996. Untuk melengkapi informasi ilmiah yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya maka pada penelitian disertasi ini dilakukan penelitian mengenai potensi buah duwet untuk dikembangkan sebagai pewarna alami pangan berbasis antosianin yang sekaligus dapat memberikan fungsi tambahan sebagai antioksidan yang dapat memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan. Hingga saat ini penelitian tentang antosianin buah duwet untuk penggunaan sebagai pewarna pangan alami yang fungsional belum dikaji secara lengkap dan mendalam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai karakterisasi antosianin buah duwet seperti kandungan dan komposisi antosianin buah duwet, karakteristik warna dan stabilitas antosianin buah duwet, upaya perbaikan warna dan stabilitas antosianin buah duwet, serta aktivitas hayati terutama sifat antioksidatifnya sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap untuk melihat potensinya sebagai pewarna pangan yang fungsional. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi antosianin buah duwet untuk penggunaan sebagai pewarna pangan fungsional. Karakterisasi yang dilakukan meliputi identifikasi jenis dan komposisi antosianin, stabilitas warna antosianin, perbaikan intensitas dan stabilitas warna antosianin, serta aktivitas antioksidatif. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa antosianin buah duwet dapat dimanfaatkan untuk pewarna pangan fungsional yang aman dan menyehatkan. Tersedianya pewarna pangan fungsional berbasis antosianin dapat menggantikan pewarna merah sintetik yang masih banyak digunakan di industri pangan serta dapat menambah ketersediaan jumlah pewarna antosianin yang selama ini masih diimpor. Pemanfaatan antosianin buah duwet untuk pewarna pangan diharapkan juga dapat meningkatkan nilai guna dan ekonomis buah duwet. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan yang terdiri dari empat kajian, yaitu 1 identifikasi jenis dan komposisi antosianin serta kandungan total antosianin monomerik dalam buah duwet, 2 karakteristik warna dan stabilitas antosianin buah duwet, 3 upaya untuk meningkatkan intensitas dan stabilitas warna antosianin buah duwet melalui reaksi kopigmentasi secara intermolekular, dan 4 untuk melihat fungsi lain dari antosianin buah duwet selain sebagai pewarna maka dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan menguji kemampuan antosianin buah duwet menangkap radikal bebas DPPHdifenil pikrilhidrasil dan spesies oksigen reaktifSOR: O 2 • dan OH • dan menghambat oksidasi lipoprotein LDL yang dapat memicu kejadian aterosklerosis.

2. TINJAUAN PUSTAKA