BAB III PENYAJIAN DATA
A. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, unsur-unsur dasar dalam aktivitas komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien terdiri atas:
1. Komunikator orang yang menyampaikan pesan. Dalam hal ini yang
berperan sebagai komunikator adalah perawat dan pasien. 2.
Pesan, diwujudkan dalam bentuk komunikasi verbal secara lisan. Misalnya, “Mbah saged lenggah?”, “Sakit mboten mbah?”
3. Komunikan orang yang menerima pesan. Dalam hal ini yang
berperan sebagai komunikan adalah perawat dan pasien. 4.
Respon atau umpan balik yang diberikan berupa komunikasi verbal secara lisan. Misalnya, “Nek kangge lenggah taksih sakit”, “Habis
makan obat ini rasanya gatal-gatal.” 5.
Efek yang terjadi khususnya pada pasien tampak dalam tindakannya dalam menaati anjuran dari perawat. Seperti, minum obat,
menyediakan diri untuk diganti infusnya, disuntik, pasien mau disuruh keluar sebentar karena sprei tempat tidurnya akan diganti.
6. Suasana yang diatur demi kenyamanan dalam melakukan komunikasi
terapeutik.
B. JALINAN HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASIEN
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat di RS Dr. Moewardi Surakarta, hubungan antara perawat dan pasien merupakan hal yang
sangat penting. Karena informasi dari pasien sangat membantu para medis untuk mengambil tindakan medis selanjutnya. Bahkan hubungan tersebut ada yang terus
berlanjut sampai pasien itu sembuh. Artinya hubungan interpersonal terjalin tidak hanya di dalam asuhan keperawatan, tetapi bisa berlangsung di luar asuhan
keperawatan. “Dalam keperawatan, seorang perawat perlu menjalin keakraban dengan
pasien. Tidak sekadar hanya memberikan obat-obatan, tetapi jika diperlukan dapat
memberi masukan-masukan berkaitan dengan proses kesembuhan si pasien,” kata Wardoyo, Kepala Ruang Mawar II. Oleh karena itu perlu dikembangkan perasaan
empati. “Dalam keperawatan, tidak ada yang di atas atau di bawah, melainkan
yang ada adalah keseimbangan antara pemberi layanan perawat dan penerima jasa pasien,” ungkap Toni, salah satu perawat Mawar III. Dalam proses
keperawatan ada beberapa kasus, bahwa hubungan perawat-pasien tidak hanya terjadi di dalam rumah sakit asuhan keperawatan, tetapi bisa berlanjut hingga di
luar keperawatan Cara menjalin keakraban tersebut dilakukan dengan: menampilkan sikap
ramah dan sopan, agar tidak memberi kesan galak. Kemudian memberi salam kepada pasien, seperti “Selamat pagi atau selamat siang Bu”. Menanyakan nama
atau memanggil pasien dengan menyebut namanya. Selain itu juga dengan menanyakan kondisi pasien, lalu menjelaskan tindakan medis yang akan
dilakukan. Seperti “Pak, ini harus disuntik untuk mengurangi rasa sakit,” tutur Soeparsi, Kepala Ruang Mawar III.
C. FASE-FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK