Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL (TERAPEUTIK) PERAWAT DAN PASIEN

(Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien

Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

Diajukan oleh :

WINA AFRINA HASIBUAN 060922037

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSION

MEDAN 2008


(2)

(3)

Abstraksi

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan kegiatan komunikasi interpersonal (terapeutik) yang dilakukan perawat terhadap penyembuhan pasien rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi Interpersonal dan (Terapeutik). Komunikasi terapeutik, memiliki beberapa tahap diantaranya, tahap prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Dan teori penyembuhan. Penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit.

Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah pasien yang di rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 328 orang (jumlah pasien pada tanggal 06 Mei-11 Juni 2008). Adapun pengambilan sampel digunakan dengan rumus Arikunto dengan menggunakan presisi 15%, dan diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik

Proporsional Stratied Sampling, yaitu mengambil sampel dari berbagai penyakit dan dari dua ruangan rawat inap SMF Penyakit Dalam. Kemudian peneliti menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu sampel disesuaikan dengan pasien yang rawat inap minimal tiga hari di RSPM. Dan tehnik pengambilan data secara kuesioner yaitu, kuesioner yang bersifat tertutup dan dibagikan kepada 49 orang pasien.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Spearman dengan menggunakan program SPSS 14.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0, 618. Untuk melihat kuat lemahnya hubungan (korelasi) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ”Hubungan yang cukup berarti antara Komunikasi Interpersonal (Terapeutuik) Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-NYA yang telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada ibunda Erna Khairani Gultom dan Ayahanda Darwin Hasibuan yang telah membesarkan, menyayangi dan mendidik penulis, dan berkat doa dan semangat kedua orangtua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan buat kakak Enni Erwina Hsb, A.mPd, terimakasih atas bantuan, doa dan semangatnya, dan buat abang Dedi Aswin Hsb dan Abang Hasrul Abdi Hsb, Si, terima kasih buat doa dan semangatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata-I pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

2. Bapak Drs. Humaizi, MA, selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.


(5)

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

4. Ibu Dra. Rusni, MA, selaku dosen pengajar dan dosen pembimbing penulis, yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan perhatian serta semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat siselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dra Rusni MA yang telah sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

6. , selaku dosen penguji 7. , selaku dosen penguji

8. Yovita Sabarina, S.Sos, selaku dosen wali, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.

9. Staf pengajar dan pegawai-pegawai (Kak Cut, Kak Ros, Kak Dijah, Maya, dll) dan kepada pegawai lainnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan, yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian.

10.Kepala bagian dan pegawai-pegawai Tata Usaha Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

11.Ketua SMF penyakit dalam Dr. Zulhelmi Bustami, SpPd-KGH dan khususnya kepada Sekretaris Dr. Armon Rahimi, SpPd, yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.

12. Pegawai-pegawai di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan yang telah membantu penulis dalam penelitian, terutama buat Ibu Ela dan Ibu Neli, terima kasih banyak telah membantu dalam proses penelitian.


(6)

13.Teman teman seperjuangan, Sabrina, Maulana, bang Boby, Mustafa, Riska, Dian, Ana, Kak Nia (tetap semangat ya) dan teman-teman anak ILKOM Ext 06, serta Agustina (Reg 04).

14.Keluarga Samsul Hsb dan kak Yuli yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis (makasih ya kak Yuli bantuan dan semangatnya). Khusus buat adik neni thanks ya, tetap semangat meraih cita-cita.

15.Dewi dan Eva yang memberikan semangat dan motivasi, dan buat kokoro no tomo Surhadli Irfan, makasih semangat dan perhatiannya serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2007

Wina Afrina Hasibuan Nim. 060922037


(7)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel dan Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.5.1 Komunikasi Antar Pribadi... (Interpersonal Communication)... 9

1.5.2 Komunikasi Interpersonal (Komunikasi terapeutik) ... antara Perawat dan Pasien ... 10

1.5.3 Penyembuhan ... 13

1.6 Kerangka Konsep ... 15

1.7 Model Teoritis ... 16

1.8 Variabel Operasional ... 17

1.9 Defenisi Variabel Operasioanal ... 18


(8)

BAB II URAIAN TEORITIS ... 21

II.1 Pengertian Komunikasi ... 21

II.2. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)... 25

II.3 Komunikasi Interpersonal antar Perawat ... dan Pasien (Komunikasi terapeutik) ... 32

II.3.a Tehnik-tehnik Komunikasi Interpersonal Perawat ... dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) ... 36

II.3.b Proses Komunikasi Interpersonal ... Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) ... 38

II.3.c Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal ... Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) ... 41

II.4 Pengertian Perawat, Keperawatan, dan Pasien ... 43

II.4.a Pengertian Perawat ... 43

II.4.b Pengertian Keperawatan ... 48

II.4.c Pengertian Pasien ... 52

II.5 Penyembuhan ... 54

II.6 Aplikasi/Proses Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) Di SMF Penyakit Dalam RS Dr. Pirngadi Medan ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

III.1.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan ... 61

III.1.2 Visi dan Misi RSPM (Rumah Sakit Pirngadi Medan) ... 63


(9)

III.2 Struktur Kehumasan RSPM ... 68

III.2.1 Job Description Staff Humas RSPM ... 69

III.2.2 Struktur Organisasi SMF Penyakit Dalam RSPM ... 70

III.3 Metode Penelitian ... 73

III.3.1 Metode Penelitian ... 73

III.3.2 Lokasi Penelitian ... 73

III.3.3 Waktu Penelitian... 73

III.3.4 Populasi dan Sampel ... 73

III.3.4.1 Populasi ... 73

III.3.4.2 Sampel ... 74

III.3.5 Tehnik Pengambilan Sampel ... 75

III.3.6 Tehnik Pengambilan Data ... 77

III.3.7 Tehnik Analisa Data ... 78

III.3.8 Uji Hipotesa ... 78

III.3.9 Uji Validitas dan Uji Realibilitas... 81

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 82

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 82

IV.1.1 Tahapan Persiapan ... 82

IV.1.2 Tahapan Pengumpulan Data ... 83

IV.2 Tehnik Pengolohan Data ... 84

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 85

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 85

IV.3.2 Variabel Bebas (Komuniukasi Interpersonal (terapeutik) ... 90


(10)

IV.4 Analisa Tabel Silang ... 111

IV.5 Uji Hipotesa ... 117

IV.6 Pembahasan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

V.1 Kesimpulan ... 120

V.2 Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gamabr 1 Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan... 26

Gambar 2 Model Keperawatan Proses Interpersonal Menurut Peplau ... 51

Gambar 3 Rentang Sehat dan Sakit ... 55

Gambar 4 Struktur Kehumasan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan ... 68

Gambar 5 Struktur Organisasi SMF Penyakit Dalam RSPM ... 72

Tabel 1 Komunikasi Antar Pribadi (Self Disclousure)... 15

Tabel 2 Variabel Operasional ... 17

Tabel 3 Komunikasi Antar Pribadi... 28

Tabel 4 Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri) ... 58

Tabel 5 Jumlah Pasien Rawat Inap RSPM ... 74

Tabel 6 Proporsional Sratified Sampling ... 76

Tabel 7 Skala Guilford ... 80

Tabel 8 Karakteristik Responden (Umur)... 85

Tabel 9 Jenis Kelamin ... 86

Tabel 10 Pendidikan ... 87

Tabel 11 Pekerjaan ... 87

Tabel 12 Penghasilan ... 88

Tabel 13 Lama dirawat Inap ... 88

Tabel 14 Pernah dirawat Inap/Sering Berobat ... 89

Tabel 15 Perawat Memperhatikan Pasien pertama kali bertemu ... 90

Tabel 16 Ekspresi/raut wajah pasien bertemu pasien ... 90

Tabel 17 Penampilan perawat pertama kali bertemu ... 91


(12)

Tabel 19 Pengalaman perawat dalam berkomunikasi dengan pasien ... 92

Tabel 20 Perawat Akrab dengan Pasien ... 93

Tabel 21 Perawat Bersimpati dengan Keadaan Pasien ... 64

Tabel 22 Perawat Bertanya Tentang Gejala Penyakit Pasien ... 94

Tabel 23 Pasien Merasa Nyaman ... 95

Tabel 24 Nasehat untuk sabar dan tabah menghadapi penyakit ... 95

Tabel 25 Nasehat agar mendekatkan diri dan berdoa kepada tuhan ... 96

Tabel 26 Nasehat pentingnya menjaga kesehatan dan ... menjaga pantangan makanan... 97

Tabel 27 Nasehat makan dan minum obat teratur dan istirahat yang cukup ... 98

Tabel 28 Nasehat dalam memberikan semangat dan optimis untuk sembuh ... 98

Tabel 29 Keterlibatan perawat bertukar fikiran mengenai ... rencana pengbobatan yang akan dilaksanakan ... 99

Tabel 30 Bertukar fikiran mengenai perkembangan keadaan kesehatan ... 100

Tabel 31 Mengenai pantangan dan selera makan ... 100

Tabel 32 Mengenai manfaat obat yang diberfikan apakah ada perubahan... 101

Tabel 33 Frekuensi Pembicaraan Perawat ketika memeriksa ... 101

Tabel 34 Puas dengan Pelayanan yang diberikan Perawat ... 102

Tabel 35 Pelayanan yang diberikan Dokter ... 103

Tabel 36 Pelayanan yang diberikan Perawat ... 103

Tabel 37 Pelayanan Menu Makanan ... 104

Tabel 38 Pelayanan Pegawai Administrasi... 105

Tabel 39 Pernah Mengeluh/Protes dengan Pelayanan RSPM ... 105


(13)

Tabel 41 Meminta Pertolongan Kepada Perawat ... 107 Tabel 42 Menerima Nasehat untuk sabar dan tabah menghadapi penyakit ... 107 Tabel 43 Menerima Nasehat agar mendekatkan diri dan berdoa kepada tuhan .... 108 Tabel 44 Menerima Nasehat pentingnya menjaga ...

kesehatan dan menjaga pantangan makanan ... 108 Tabel 45 Menerima Nasehat makan dan minum obat teratur ...

dan istirahat yang cukup ... 109 Tabel 46 Menerima Nasehat dalam memberikan semangat ... 109

dan optimis untuk sembuh ... Tabel 47 Senang dan Terhibur dengan Nasehat Perawat ... 110 Tabel 48 Mengikuti Peraturan Perawat ... 110 Tabel 49 Merasa Ada Perubahan ... 111 Tabel 50 Hubungan perawat bersimpati dengan keadaan pasien, ...

dengan pasien meminta pertolongan kepada perawat... saat mengalami kesulitan ... 112 Tabel 51 Hubungan pengalaman perawat dengan frekuensi ...

pembicaran dengan pasien ... 113 Tabel 52 Hubungan perawat memberikan nasehat untuk ...

sabar dan tabah menghadapi penyakit dengan pasien menerima ... nasehat perawat untuk sabar dan tabah menghadapi penyakit ... 114 Tabel 53 Hubungan Perawat Akrab dengan Pasien dengan ...

pasien Sering mengungkapkan perasaan yang dirasakan ... 115 Tabel 54 Hubungan nasehat perawat dengan Senang ... 116

dan terhibur dan berkurang beban


(14)

Lampiran terdiri dari: 1. Kuesioner

2. Surat Pra Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujuksn kepada Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan

3. Surat Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujuksn kepada Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan

4. Surat Pra Penelitian dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan 5. Surat Penelitian Penelitian dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan 6. Surat Penelitian Penelitian dari SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr.

Pirngadi Medan

7. Tabel Uji Validitas dan Uji Realibilitas 8. Tabel mentah Jumlah variable X dan Y 9. Fotron Cobol


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Wina Afrina Hasibuan

Nim : 060922037

Jurusan : Ilmu Komunikasi Extension

Judul : Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit Dr. Pirngadi.

Medan, Juli 2008

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rusni, MA. Dra. Amir Purba, MA

NIP. 131 460 522 NIP. 131 654 104

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution NIP. 131 757 010


(16)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

Sripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Ilmu Komunikasi Ekstension, Fakultas Ilmu Sosial an Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada:

Hari : Tanggal Pukul Tempat

Panitia Penguji: 1. Ketua Penguji

2. Penguji I


(17)

Abstraksi

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan kegiatan komunikasi interpersonal (terapeutik) yang dilakukan perawat terhadap penyembuhan pasien rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi Interpersonal dan (Terapeutik). Komunikasi terapeutik, memiliki beberapa tahap diantaranya, tahap prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Dan teori penyembuhan. Penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit.

Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah pasien yang di rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 328 orang (jumlah pasien pada tanggal 06 Mei-11 Juni 2008). Adapun pengambilan sampel digunakan dengan rumus Arikunto dengan menggunakan presisi 15%, dan diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik

Proporsional Stratied Sampling, yaitu mengambil sampel dari berbagai penyakit dan dari dua ruangan rawat inap SMF Penyakit Dalam. Kemudian peneliti menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu sampel disesuaikan dengan pasien yang rawat inap minimal tiga hari di RSPM. Dan tehnik pengambilan data secara kuesioner yaitu, kuesioner yang bersifat tertutup dan dibagikan kepada 49 orang pasien.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Spearman dengan menggunakan program SPSS 14.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0, 618. Untuk melihat kuat lemahnya hubungan (korelasi) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ”Hubungan yang cukup berarti antara Komunikasi Interpersonal (Terapeutuik) Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yaitu, makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, salah satu unsur komunikasi yaitu menyampaikan informasi. Oleh karena itu manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya.

Menurut Carl I Hoveland (Widjaja, 2000:15) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain/individu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam proses penyampaian informasi tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna dari komunikator kepada komunikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dari proses komunikasi yaitu perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat serta merubah sikap dan prilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu: kognitif, afektif, behavioral. Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Bentuk komunikasi yang dilakukan disebut komunikasi Interpersonal. Adanya hubungan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien merupakan hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar prilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan yang harmonis/baik dengan pasien.


(19)

Dalam ilmu kesehatan komunikasi interpersonal ini disebut juga dengan Komunikasi Teraupatik. Komunikasi terapeutik yang dilakukan bersifat langsung, si perawat mengetahui keadaan dan tanggapan pasien saat itu, demikian juga pasien mengetahui perhatian yang diberikan perawat (Wijaya, dkk, 1996:34).

Adapun tujuan perawat berkomunikasi dengan pasien adalah menolong dan membantu serta meringankan beban penyakit yang di derita pasien. Dimana penyakit yang diderita pasien tidak hanya secara fisik namun juga meliputi jiwa atau mental pasien, terutama mengalami gangguan emosi seperti mudah tersingung, patah semangat dikarenakan sakitnya. Dengan demikian menyebabkan dalam dirinya timbul perasaan sedih, takut, dan lekas tersinggung, apalagi penyakit yang dideritanya divonis tidak bisa disembuhkan lagi. Disinilah pentingnya komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat terhadap pasiennya.

Komunikasi yang baik dari seorang perawat, mampu memberikan kepercayaan diri bagi pasien. Dalam hal ini, kesan lahiriah perawat dan keramah tamahan perawat mulai dari senyum yang penuh ketulusan, kerapian berbusana, sikap familiar, cara berbicara (berkomunikasi) yang mamberikan kesan menarik, bertempramen bijak, dan memcirikan seorang perawat yang berkepribadian yang dibutuhkan untuk menjadi obat pertama bagi pasien (Kariyoso, 1994 :1).

Menurut Rogers (Arwani, 2002:15) menyatakan bahwa inti dari hubungan pertolongan adalah kehangatan, ketulusan, pemahan yang empatik serta perhatian positif yang tidak bersyarat. Maka sebaiknya perawat mampu menunjukkan perhatian sepenuhnya dan bertutur kata lembut kepada pasien, sehingga dapat membantu pasien dalam mengurangi beban penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan.

Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menolong pasien dengan kehangatan dan ketulusan, agar pasien merasa dekat dengan perawat. Perawat dalam komunikasi dapat dilakukan dengan jabat tangan dan menggunakan sikap terbuka dalam membantu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan. Komunikasi non verbal juga digunakan, misalnya adanya gerakan tubuh, termasuk gerak tangan, gerak kaki, gerakan kepala, ekspresi wajah (tersenyum dan ramah) kepada pasien, sehingga pasien merasa senang dan nyaman selama dirawat oleh perawat tersebut.

Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi perawat maupun pasien. Perawat yang enggan berkomunikasi dan menunjukkan


(20)

raut wajah yang tegang dan ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya jika bersikap seperti diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan antara perawat dan pasien dapat pula mempengaruhi tingkat kesehatan pasien, yaitu pasien menuruti kata-kata dan nasehat perawat, anjuran dan lainnya yang dapat membuat pasien lebih bersemangat sehingga tercapai penyembuhan.

Dalam melaksanakan tugasnya tentulah perawat tidak terlepas dari proses komunikasi. Dari sekian banyak komunikasi, maka komunikasi antar pribadi (Komunikasi interpersonal) yang dianggap paling efektif untuk menunjang kesehatan pasien.

Menurut Onong U. Effendy, MA “Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan………..” (Effendy, 1986:9).

Dengan demikian penggunaan saluran komunikasi interpersonal mempunyai peranan penting dalam menjalankan tugas keperawatan melalui keterampilan berkomunikasi yaitu komunikasi interpersonal, perawat dapat mengetahui reaksi pasien terhadap penyakitnya dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya dan keluhannya.

Adapun sasaran penelitian tentang perawat dan pasien yang difokuskan pada aspek komunikasi interpersonal menjadi demikian menarik dilatar belakangi oleh gejala-gejala sebagai berikut : tugas mendeteksi pasien lebih banyak diserahkan


(21)

kepada perawat, sehingga perawat lebih lama bergaul dengan pasien rawat inap dibandingkan dengan Dokter, Pasien yang dirawat inap di rumah sakit selain memerlukan pengobatan secara medis juga membutuhkan pengobatan secara non-medis (sering terjadinya komunikasi yang bersifat menghibur, memberikan semangat dan keramah-tamahan perawat, dll) yang dapat membantu mempengaruhi dan membantu proses penyembuhan.

Rumah Sakit Umum Pirngadi merupakan salah satu Rumah Sakit Umum milik Pemerintah yang ada di Medan, yang terletak di Jl. H. M. Yamin (Jl. Serdang). Selain tempat pelayanan kesehatan RSU juga sebagai tempat pendidikan para calon dokter, Perawat, Bidan, dan Mahasiswa lain dari berbagai Universitas yang ingin melakukan penelitian.

RSU Pirngadi memiliki dua gedung, yaitu gedung lama dan gedung baru. Gedung yang baru bagus, bertingkat serta fasilitas yang cukup memadai. Namun banyak masyarakat yang mengeluh dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak RSU Pirngadi. Baik buruknya suatu rumah sakit dimata masyarakat tergantung pada pelayanan sehari-hari yang diberikan oleh pihak rumah sakit, baik itu dokter dan perawatnya yang baik dan ramah terhadap pasien, dokter selalu ada ditempat apabila dalam keadaan darurat, menu makanan yang disajikan kepada pasien dan lain-lain yang berhubungan dengan pelayanan pasien.

Hasil pengamatan atau pra penelitian yang dilakukan penulis sewaktu berada di RSU Pirngadi, menunjukkan bahwa hubungan komunikasi interpersonal yang terjadi antara perawat dan pasien memang sudah cukup baik secara medis, yang meliputi cara pengobatan dan seputar kondisi pasien. Sedangkan komunikasi yang bersifat non-medis masih sangat kurang, seperti : tidak adanya gairah perawat


(22)

dalam melayani pasien, sehingga perawat kurang memperhatikan pasien dan mendengarkan keluhan pasien, Kurangnya pendekatan terhadap pasien, untuk menghibur dan memotivasi pasien untuk proses penyembuhan.

Dan penulis banyak mendapatkan informasi dari masyarakat yang pernah berobat ke RSU Pirngadi mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh RSU Pirngadi kurang memuaskan, terlihat adanya perbedaan antara yang kaya dan yang miskin, salah satu contohnya adalah pasien yang kalangan menegah kebawah yang berobat memakai kartu Askes biasa, Gakin/Askin, berada dibagian gedung lama.

Sedangkan masyarakat yang berasal dari kalangan menegah keatas dan Askes golongan/pangkatnya tinggi berada di gedung yang baru yang kelihatannya mewah dan dilayani dengan baik, berbeda dengan masyarakat yang menggunakan Askes, Gakin atau Askin.

Oleh karena itu, dari hasil pengamatan tersebut, penulis tertarik mengangkat masalah tersebut kedalam sebuah judul “Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan oleh Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di RSU Pirngadi Medan).

Penelitian dilakukan dibagian rawat inap bagian penyakit dalam. Bagian penyakit dalam terdiri dari berbagai penyakit, diantaranya: Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, Ginjal, Lambung (bagian perut), Rheumatik, Hepatitis dan Lever.

Untuk mempersingkat waktu penelitian, mempermudah peneliti dan tidak memperbanyak biaya dan keterbatasan peneliti untuk meneliti semua pasien yang


(23)

ada di RSU Pirngadi. Maka peneliti menfokuskan penelitian kepada pasien yang dirawat inap bagian penyakit dalam.

Adapun alasan penulis mengambil pasien yang dirawat inap bagian penyakit dalam, karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pasien yang berada dibagian penyakit dalam ini sangat membutuhkan perhatian perawat, karena pasien yang menderita penyakit dalam rata-rata pasien yang sudah berumur tua, sehingga kepercayaan dirinya kurang untuk sembuh dan tidak bersemangat.

Oleh karena itu perawat berperan untuk memberikan motivasi kepada pasien dan perawat juga mau mendengarkan keluhan pasien, menghibur dan memberikan semangat kepada pasien untuk menjalankan peraturan yang diberikan oleh dokter dan minum obat yang teratur guna penyembuhan pasien. Disinilah komunikasi interpersonal (Terapeutik) sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmana Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dengan Pasien terhadap Penyembuhan Pasien di RSU Pirngadi?”


(24)

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka penulis membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yamg diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui, sejauhmana terdapat hubungan antara Perawat dan Pasien terhadap penyembuhan pasien.

2. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan dari komunikasi interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien.

3. Objek penelitian adalah pasien yang rawat inap yang berada di RSU Pringadi bagian penyakit dalam yang dirawat inap minimal tiga hari, di RSU Pirngadi Medan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi antar pribadi perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan komunikasi interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien.

3. Untuk mengetahui dan mengukur tingkat korelasional komunikasi antar pribadi dan penyembuhan pasien dibagian penyakit dalam di RSU Pirngadi.


(25)

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat diharapkan memberikan masukan bagi RSU Pirngadi untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan komunikasi antar pribadi antara perawat dan pasien dalam proses penyembuhan pasien, meningkatkan kesehatan pasien dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

3. Penelitian ini sebagai syarat menyelesaikan studi di FISIP USU dan penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis.

1.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berfikir yang mendukung pemecahan masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun -kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi, 1995:39).

Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penalitian ini adalah:

1. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Terapeutik) 3. Penyembuhan.


(26)

1.5.1. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, yang artinya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl I Hoveland (Effendy, 1995:10) “Komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan peransang untuk merubah tingkah laku orang lain”.

Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik (Effendy, 1986:61).

Effendy juga menambahkan bahwa komunikasi antar pribadi ini dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang disampaikan. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi interpersonal juga dilakukan oleh perawat dengan pasien, komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan pasien dilakukan dengan saling pengertian.


(27)

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, oleh karena itu kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita.

Jalaludin Rakhmat (1994:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh:

1. Persepsi interpersonal 2. Konsep diri

3. Atraksi interpersonal 4. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.

Disinilah seorang perawat melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, dengan menjalin sikap saling percaya, perawat memberikan dan membangkitkan rasa percaya diri kepada pasien, memberikan semangat untuk sembuh, dan saling bersikap terbuka antara perawat dan pasien, serta perawat mau mendengarkan keluhan dari pasien.

1.5.2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Komunikasi

Terapeutik).

Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk penyembuhan pasien. (Wijaya, dkk, 1996:53).


(28)

Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dengan pasien adalah mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara perawat dengan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

Adapun tujuan komunikasi interpersonal yaitu membantu pasien, mengurangi beban perasaan, fikiran dan sakit yang dideritanya. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Menurut Uripni (2002:56), ada beberapa tahap komunikasi interpesonal (terapeutik) yang dilakukan oleh perawat, yaitu :

1) Prainteraksi

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk kepada pasien, karena akan menggangu dalam hubungan saling percaya. Seorang perawat profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik, agar pasien merasa senang dan merasa dihargai.

2) Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menayakan nama pasien, dan menayakan keluhan pasien, dll.

3) Orientasi

Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada di rumah sakit. Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan.


(29)

4) Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Perawat menfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, untuk mencapai kesembuhan.

5) Tahap terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap akhir ini, pasien sudah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, hendaknya perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat degan pasien terjalin dengan baik.

Menurut De Vito (1997:233), hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan yaitu:

a. Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif, maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan. b. Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita

untuk mengenal orang lain dan mengungkapkan diri.

c. Keakraban, tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi, dimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik.

d. Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan diantara kedua pihak melemah.

e. Pemutusan, tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan keduanya. Apabila komunikasi interpersonal terjalin tidak baik, maka akan terjadi pemutusan. Misalnya perawat tidak melayani pasien dengan baik, maka akan terjadi pemutusan, dan pasien tersebut tidak akan mau berobat kerumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan perawat menjalin komunikasi interpersonal yang baik kepada pasien.


(30)

1.5.3. Penyembuhan.

Penyembuhan berasal dari kata “sembuh” yang artinya adalah baik atau pulih dari sakit. Sedangkan penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Dr. J.S Badudu 1996:1263). Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud, 1999 : 905).

Sembuh adalah perubahan keadaan fisik, yaitu fisik dalam keadaan baik dan sembuh dari sakit. Selain perubahan keadaan fisik juga terjadi perubahan keadaan mental yaitu, pikiran yang jernih dan perasaan yang senang serta timbulnya semangat dalam diri pasien. Dalam proses penyembuhan sangat diperlukan pengobatan dari seseorang baik itu dokter maupun perawat. Kegiatan atau interaksi yang selalu dekat dengan pasien adalah perawat.

Oleh karena itu komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam menjalin hubungan perawat dengan pasien. Proses komunikasi interpersonal yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan perawat dalam membantu pasien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi dan untuk mencapai kesembuhan. Agar komunikasi interpersonal menjadi efektif, maka sikap saling terbuka sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya saling pengertian, menghargai, memberikan manfaat bagi motivasi kesembuhan pasien dan sikap pasien untuk mengikuti anjuran dan nasehat perawat.

Menurut Parson (Hidayat:2006:6), untuk mencapai penyembuhan ada beberapa tahapan proses sakit sampai dengan sembuh yaitu:

1. Tahap gejala, yaitu tahap seseorang mengalami proses dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman dan gejala suatu penyakit yang dirasakan.

2. Tahap asumsi terhadap sakit. Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gejala yang dirasakan, adanya kecemasan dan


(31)

ketakutan.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, yaitu melakukan atau mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan.

4. Tahap ketergantungan, yaitu tahap mendapatkan pengobatan dan ketergantungan terhadap obat sampai mendapatkan kesembuhan.

5. Tahap penyembuhan, yaitu tahap terakhir untuk menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi.

Dalam proses pengobatan diperlukan tenaga dan bantuan perawat. Perawat berperan penting dalam memberikan perhatian kepada pasien dalam segala hal yang mencakup kesehatan pasien. Jika obat fungsinya mengobati penyakit pasien, sedangkan perawat fungsinya memberikan semangat, dorongan untuk cepat sembuh, mengajak pasien bercerita dan bersenda gurau untuk menghibur dan meringankan beban (penyakit) yang diderita oleh pasien.

Dapat disimpulkan penyembuhan adalah suatu proses untuk kembali atau pulih dari sakit dengan adanya bantuan dari pihak medis dan proses pengobatan. Untuk mencapai proses penyembuhan harus ada sikap saling terbuka sepeti yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat (1994:89), yang menyatakan bahwa dalam melakukan hubungan komunikasi sangat dibutuhkan:

1. Saling percaya 2. Sikap suportif, dan 3. Sikap saling terbuka.

Luft juga mengungkapkan Teori Self Disclousure (liliweri, 1991:53) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahuia dan tidak mengetahui tentng dirinya, maupun orang lain. Yang dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang disebut dengan “Jendela Johari” (Johari Window), seperti dibawah ini:


(32)

Tabel 1

Diketahui Sendiri Tidak Diketahui Sendiri Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang lain

Sumber: Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri, 1991:53).

Dalam hal komunikasi, sangat diperlukan keterbukaan seseorang, maka kuadran pertama (I) sangat diperlukan dalam komunikasi. Kuadran pertama (I) melukiskan suatu kondisi diantara seorang dengan yang lain, atau antara komunikan (perawat) dan komunikator (pasien) mengembangkan suatu hubungan yang saling terbuka, pasien terbuka kepada perawat dan sebaliknya. Pasien mengungkapkan perasaan yang dirasakannya, keluhan-keluhan tentang penyakit yang dideritanya agar perawat mengetahui dan melakukan perawatan dan pengobatan untuk mencapai kesembuhan.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:11). Adapun variable-variabel yang akan diteliti dalam penelitian yaitu:

Terbuka ( I ) Buta ( III )


(33)

1. Variabel Bebas (Independent Variabel (X) ) adalah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau tidaknya muncul gejala atau faktor lainnya, (Nawawi, 1995:56). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Terapeutik).

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel (Y) ) adalah sejumlah gejala

atau faktor atau unsur yang ada atau muncul karena dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas, (Nawawi, 1995:57). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penyembuhan.

1.7. Model Teoritis

+/-

Keterangan : X : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat

+/-: Kuat Lemahnya Hubungan. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Interpersonal (Komunikasi terapeutik)

Variabel Terikat (Y) Penyembuhan


(34)

1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka konsep, maka dibuatlah operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu :

Tabel 2

Variabel Teoritis Variabel Operasinal

Variabel Bebas (X) Komunikasi Interpersonal

(Komunikasi Terapeutik)

Tahap Komunikasi Interpersonal (Terapeutik)

Prainteraksi

- Adanya kontak - Penampilan perawat

Perkenalan

- Keramah-tamahan perawat - Ekspresi wajah

- Keakraban

Orientasi

- Sentuhan yang diberikan perawat - Rasa Simpati dan empati

Tahap kerja

- Adanya keterlibatan - Seringnya berkomunikasi

Terminasi

- Menyampaikan kesimpulan

- Merencanakan untuk mengakhiri kegiatan dengan baik (pemutusan) Variabel Terikat (Y)

Penyembuhan

Efek dari Komunikasi Interpersonal (Terapeutik)

• Keterbukaan paien mengungkapkan perasaan

• Perubahan Keadaan Mental, pasien merasa senang, terhibur dan berkurang beban.

• Pasien termotivasi dan terjadi perubahan prilaku pasien.

Karakteristik Responden • Jenis Kelamin

• Usia • Pendidikan • Pekerjaan


(35)

1.9. Defenisi Variabel Operasional

a. Variabel Bebas (X) yaitu Komunikasi Interpersonal, indikatornya antara lain:

- Prainteraksi yaitu masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Dalam prainteraksi ini terjadi kontak antara pasien dan perawat dan adanya penilaian pasien terhadap penampilan perawat. Apakah penampilannya rapi, menarik dan meyakinkannya sebagai perawat yang professional.

- Perkenalan yaitu kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Misalnya memberikan salam, memperkenalkan diri kepada pasien, dan menanyakan nama pasien. Pada tahap perkenalan sangat dibutuhkan keramah-tamahan, ekspresi wajah yang senyum penuh ketulusan, sehingga timbul keakraban antara perawat dan pasien.

- Orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada di rumah sakit. Pada tahap ini perawat memberitahukan atau menvalidasi keakuratan data. Biasanya dikaitkan dengan hal yang sudah dilakukan perawat bersama pasien, misalnya: “bagaimana keadaan anda sekarang setelah diberi obat ini...”

- Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Tahap ini perawat menanyakan keadaan pasien dan bercerita tentang penyakit, riwayat pasien, dll. Adanya keterlibatan dan seringnya berkomunikasi dengan pasien


(36)

hendaknya saat berkomunkasi dengan pasien, perawat memberikan semangat dan motivasi untuk sembuh.

- Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien, berakhirnya suatu hubungan antara perawat dengan pasien. Pada tahap ini perawat memberikan kesimpulan dan menyatakn untuk mengakhiri kegiatan atau hubungan dengan baik. Terminasi terbagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir, yang akan diuraikan di Bab II.

b. Variabel Terikat (Y) yaitu Penyembuhan, indikatornya antara lain:

- Keterbukaan pasien mengungkapkan perasaan, baik sedih dan senang yang dirasakan pasien, keluhan-keluhan sakit yang dirasakan pasien, dengan melakukan komunikasi interpersonal yang baik maka akan timbul kedekatan dan keterbukaan antara perawat dan pasien.

- Perubahan Keadaan Mental, komunikasi yang berjalan dengan efektif, membuat pasien terhibur dan berkurang beban.

- Pasien termotivasi dan terjadi perubaan perilaku pasien. Pasien termotivasi dengan nasehat yang diberi perawat dan lebih semangat untuk mengikuti anjuran perawat untuk mencapai kesembuhan.

c. Karakteristik Responden, antara lain:

- Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin responden laki-laki atau perempuan - Usia, umur responden

- Pendidikan, tingkat pendidikan dimulai dari lulusan SD, SLTP, SLTU dan Perguruan tinggi


(37)

- Lamanya dirawat inap, waktu berapa lama pasien dirawat.

1.10. Hipotesis

Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau perkiraan tentang apa saja yang akan kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesa dapat diturunkan dari teori-teori, akan tetapi ada kalanya sukar diadakan perbedaan yang tegas antara teori dengan hipotesa. Hipotesa merupakan jawaban sementara yang diformulasikan berdasarkan kajian konsep teori, hasil temuan peneliti atau pengamatan peneliti pada fenomena lapangan yang diteliti.

Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih (Singarimbun:2001:43). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha :Terdapat hubungan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien dalam penyembuhan pasien di RSUP Pirngadi, Medan.


(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Salah tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl Hoveland (Effendy,1995:10) “Komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain”.

Sedangkan menurut Edward Depari (Widjaja, 2000:13) menyatakan bahwa, “Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan maksud mencapai kebersamaan (Commons).

Dari beberapa defenisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan (stimulus, signal, simbol atau informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal dari pengirim kepada komunikan) dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dan behavioral.

Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama


(39)

yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien. Secara umum komunikasi memilik tujuan, yaitu:

1. Supaya pesan yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh komunikan.

Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu menyampaikan pesan tentang diagnosa penyakit dengan jelas, lengkap dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien.

2. Memahami orang lain.

Proses komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik, bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diiginkan pasien.

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain.

Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan tentang kesehatan kepada pasien, betapa pentingnya menjaga kesehatan. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien. 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatau.

Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita, yang tentunya bermanfaat bagi pasien. Dalam hal ini perlu adanya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dengan komunikasi interpersonal.


(40)

Menurut Mundakir (2006:15), secara umum komunikasi yang dilakukan seorang perawat mempunyai tujuan dan target, yaitu :

1). Sosial Change/Social Participation, 2). Attitude Change,

3). Opinion Change, 4). Behavioral Change.

Menurut Widjaja (2000:15), apabila komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran pesan atau informasi tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide-ide. Maka komunikasi memiliki fungsi dalam sistem sosial yaitu:

a. Sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. b. Sosialisasi (Kemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang

memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif, sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat.

c. Motivasi. Proses komunikasi yang membuat atau mendorong seseorang untuk menentukan pilihannya dan melakukan sesuatu yang diinginkannya untuk mencapai tujuan.

d. Perdebatan dan diskusi. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan menggunakan komunikasi baik secara debat maupun diskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.

e. Pendidikan. Komunikasi sebagai proses pengalihan atau transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.

f. Memajukan kehidupan. Komunikasi berfungsi menyebarkan kebudayaan dan seni dengan melestarikan warisan kebudayaan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika.

g. Hiburan. Dengan komunikasi banyak hiburan yang ditampilkan dari dunia Entertaimant.

h. Integrasi. Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku, dan berpola fikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan memahami pandangan orang lain.


(41)

Komunikasi memiliki berbagai tingkatan, yaitu: 1. Komunikasi Intrapersonal.

Komuniasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri atau proses berfikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya, shalat, kita berkomunikasi dengan Allah SWT, yaitu dengan memohon doa kepada Sang Pencipta.

2. Komunikasi Interpersonal.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium. Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.

3. Komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua orang atau tiga orang, bisa berbentuk kelompok diskusi, rapat dan lain-lain yang satu sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu-ibu, dan lain-lain.

4. Komunikasi Publik.

Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi didepan publik atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan media atau dengan tidak menggunakan media (berbicara langsung).


(42)

5. Komunikasi Organisasi.

Komunikasi yang terjadi didalam organisasi yang bersifat formal maupun non-formal.

6. Komunikasi Massa.

Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian dan minat terhadap suatu isu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini melibatkan media misalnya, Televisi, Surat kabar, majalah, dan lain-lain, Dalam penelitian ini penulis menggunakan komunikasi interpersonal. Karena komunikasi interpersonal sangat efektif dilakukan perawat dan pasien dalam hal merubah perilaku pasien dalam penyembuhan.

II.2 Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.

Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) adalah komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik (Effendy,1986:61).

Effendy juga menambahkan komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika, dan komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan.


(43)

Dari pernyataan diatas ada beberapa elemen yang ada dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Adanya pesan,

b. Adanya orang-orang/sekelompok kecil, c. Adanya penerimaan pesan,

d. Adanya efek, dan e. Adanya umpan balik.

Menurut Ellis (1995:6), komunikasi interpersonal adalah komunikasai yang terjadi antara dua orang yang bertatap muka, misalnya antara perawat dan pasien yang menimbulkan respon atau umpan balik. Seperti yang kita lihat dalam bagan di bawah ini:

Gambar 1

Sumber : Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan (Rogers, B. Ellis, 1995:6)

Dari diagram diatas pesan dan umpan balik berasal dari informasi. Diagram diatas menunjukkan komunikasi dua arah yang saling timbal balik. Sumber (perawat) menyampaikan pesan kepada penerima pesan (pasien). Baik pesan-pesan yang bersifat informatif, persuasif dan koersif.

Dalam hal ini penerima pesan (pasien) akan memberi umpan balik kepada sumber informasi (perawat), baik pesan itu diterima atau ditolak oleh penerima pesan.

Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

Umpan Balik Sumber (Informasi)

Perawat

Pesan Penerima Pesan


(44)

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan muridnya, dan seorang perawat dengan pasiennya.

Steward L.Tubs dan Sylvia Moss (Mulyana, 2002:74) mengatakan ciri-ciri komnuikasi diadik adalah:

1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat

2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal dan non-verbal.

Steward L. Tubs dan Sylvia Moss (Rakhmat, 1996:16) juga menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif memiliki tanda-tanda atau setidaknya menimbulkan, yaitu:

a. Saling pengertian

b. Memberikan kesenangan c. Mempengaruhi sikap

d. Hubungan sosial yang semakin baik e. Adanya tindakan

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataanya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih.

Jalaluddin Rakhmat (1994:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.

1. Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan non-verbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan


(45)

berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu :

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa strata dengan orang lain;

c. Menerima pujian tanpa rasa malu;

d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuia dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari mata kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita, akan meningkatkan komunikasi,

dan pada saat yang sama, berkomuinkasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

Hubungan antara konsep diri dan membuka diri berkaitan dengan Johari Window (Jendela Johari) yang diperkenalkan oleh Joseph Luft pada tahun 1996 (liliweri, 1991:53), yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Seperti bagan dibawah ini:

Tabel 3

Diketahui Sendiri Tidak Diketahui Sendiri Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang lain

Sumber: Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri, 1991:53).

Terbuka ( I ) Buta ( III )


(46)

Dalam hal komunikasi, sangat diperlukan keterbukaan seseorang, maka kuadran pertama (I) sangat diperlukan dalam komunikasi. Kuadran pertama (I) melukiskan suatu kondisi diantara seorang dengan yang lain, atau antara komunikan (perawat) dan komunikator (pasien) mengembangkan suatu hubungan yang saling terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui tentang hubungan mereka.

c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai Communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaiman kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristik secara negatif.

2. Efektifitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif, bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam suatu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan orang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cepat persepsi tentang orang lain dan persepsi dirinya. Sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi.

Lebih jauh, Jalaluddin Rakhmat (1994:89) memberikan catatan bahwa terdapat tiga faktor antar pribadi yang menumbuhkan hubungan komunikasi interpersonal yang baik yaitu : Percaya; Sikap suportif; dan Sikap terbuka.


(47)

Menurut De Vito (1997:233), hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan yaitu:

a. Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan.

b. Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita untuk mengenal orang lain dan mengungkapkan diri.

c. Keakraban, pada tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi bagaimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik.

d. Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan antara kedua pihak melemah.

e. Pemutusan, tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mepertalikan keduanya. Apabila komunikasi interpersonal terjalin tidak baik, maka akan terjadi pemutusan, misalnya perawat tidak melayani pasien dengan baik, maka akan terjadi pemutusan, dan pasien tersebut tidak akan mau berobat kerumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan perawat menjalin komuniaksi interpersonal yang baik kepada pasien.

Untuk mengetahui sejauhmana hubungan interpersonal terjalin, maka De Vito (Liliweri, 1991:13), menyebutkan bahwa ciri-ciri komunikasi antar pribadi terdiri dari:

1. Keterbukaan (Openes).

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutup-tutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Keduanya saling mengerti dan saling memahami. Dalam hal ini perawat sebagai komunikator dan pasien sebagai komunikan, dan diharapkan antara perawat dan pasien harus saling terbuka agar tercapai komunikasi interpersonal yang baik.


(48)

2. Empati (Empathy).

Segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak, terutama perawat ber-empati dengan keadaan pasien yang sedang sakit dan mengaharapkan bantuan dan perhatian pasien.

3. Dukungan (Supportiveness).

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan memmbantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Begitu juga seorang perawat memberikan dukungan dan semangat kepada pasien, meyarankan makan dan minum obat teratur, untuk meraih keinginan pasien yaitu sembuh dari sakit.

4. Rasa positif (Positiveness).

Tanggapan pertama yang positif, maka akan lebih mudah untuk melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka buruk yang dapat mengganggu jalinan komunikasi interpersonal. Oleh karena itu perawat diharapkan untuk tidak berprasangka buruk terhadap pasien dan begitu juga sebaliknya.

5. Kesamaan (Equality).

Komunikasi akan menjadi lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi kuat apabila memiliki kesamaan tertentu, seperti kesamaan pandangan, sikap, usia dan kesamaan idiologi, dan sebagainya.


(49)

II. 3. Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik).

Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi Terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Wijaya, dkk, 1996:53).

Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi harus direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional. Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalm membantu pasien dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Komuniikasi interpersonal atau yang disebut juga komunikasi terapeutik adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal (Mulyana, 2003 :73).

Defenisi lain menyebutkan komunikasi terapeutik merupakan suatu tehnik dalam usaha mengajak pasien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan (Mundakir, 2006:115). Tehnik tersebut mencakup keterampilan berkomunikasi secara verbal dan non-verbal.

Potter dan Perry (Arwani. 2002:19-30) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada dua cara yaitu, komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal termasuk kedalam pengguanan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemaknaan kata (dentotative and connotative meaning), perbendaharaan kata (vocabulary), kecepatan (pacing), intonasi/nada suara (Intonation) kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity), waktu dan relevansi (timing and relevance).

a. Kemaknaan (denotative and connotative meaning),

Kemaknaaan sesungguhnya relatif lebih mudah ditangkap karena menggunakan makna dengan kata yang diucapkan sesuai dengan kondisi. Misalnya, pengguanan kata “serius” menyatakan penyakit yang serius, “kritis” menyatakn pasien dalam keadaan gawat, dan “darurat” untuk menyatakan keadaan darurat yang benar-benar membutuhkan pertolongan.


(50)

b. Perbendaharaan kata (vocabulary),

Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi terapeutik, apabila penerima tidak mampu mengartikan kata-kata atau kalimat dari pengirimnya (perawat), maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut tidak mengerti.

c. Kecepatan (Pacing),

Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi komunikasi verbal. Berbicara dengan cepat dalam menyampaikan informasi atau sedang berbicara dapat menyebabkan kebingungan pada pasien.

d. Intonasi/nada suara (Intonation),

Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi bias memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada marah dan menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Sedangkan sebaliknya bila intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh pasien. Oleh karena itu berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu pelan. Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi emosi pada saat berkomunikasi (berbicara).

e. Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity)

Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat dikatakan efektif jika disampaikan dengan cara yang sederhana. Semakin singkat kata yang digunakan, semakin sedikit kebingungan yang timbul. Kejelasan pesan biasanya dapat dilakukan melalui penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.


(51)

f. Waktu dan relevansi (timing and relevance).

Penyampaian pesan yang penting, dengan cara yang baik dengan emosi yang terkendali, namun bila tidak dilakukan pada waktu yang tepat, maka pesan yang disampaikan tidak diterima oleh pasien. Waktu menjadi sesuatu yang kritis bagi persepsi seseorang terhadap pesan yang diterima. Misalnya, pasien yang akan dioperasi mengalami ketakutan yang besar, namun perawat menceritakan resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat dari operasi tersebut. Hal ini waktunya tidak tepat dan tidak relevan, karena akan membuat pasien takut dan trauma untuk dioperasi. Oleh karena itu diharapkan perawat menggunakan waktu yang tepat dan relevansi dalam menyampaikan sesuatu hal yang penting.

Sedangkan komunikasi yang bersifat non-verbal merupakan ungkapan yang berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:

a. Penampilan

Penampilan merupakan salah satu yang paling penting diperhatikan dalam proses komunikasi. Karenanya penampilan fisik seorang perawat harus mampu memberikan ciri positif pada pasien. Seperti pasien yang memberikan gambaran tentang perawat yang memakai seragam putih, yang mencerminkan kemurnian, kesucian dan ketulusan hati.

b. Postur dan cara berjalan

Cara orang berjalan dan postur tubuh mencerminkan emosi, konsep diri dan kondisi fisik yang prima. Postur tubuh dan cara berjalan yang tegap memberikan gambaran tentang kondisi fisik yang prima.


(52)

c. Ekspresi wajah

Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah. Kegembiraan, kesedihan, kebingungan, bahkan tulus tidaknya senyuman seseorang dapat dilihat dari eksprfesi wajah.

d. Isyarat/gerak tangan

Perasaan hormat dan menyayangi seseorang dapat dilakukan dengan isyarat tangan yaitu berupa, sentuhan tangan dan acungan jempol. Seorang perawat harus belajar menggunakan dan memperhatikan isyarat-isyarat sebagai bagian dari komunikasi dengan pasien.

e. Pandangan

Pandangan adalah hal yang paling penting dalam berkomunikasi yaitu adanya kontak mata. Tatapan atau pandanagan yang tajam kepada seseorang bisa diartikan kekaguman dan bisa juga bentuk perlawanan. Pandangan yang jauh ketika berbicara berarti kesedihan atau ada sesuatu yang dipikirkan.

f. Sentuhan

Ungkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat diungkapkan melalui sentuhan. Sentuhan seorang perawat kepada pasien bisa memberi pesan tentang adanya perhatian dan keseriusan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

g. Jarak tubuh dan kedekatan

Jarak tubuh dan kedekatan mempengaruhi komunikasi non-verbal. Kenyamanan komunikasi bisa dinilai dari jarak tubuh dan seseorang yang sudah dikenal akrab dan dilihat dari kedekatannya.


(53)

II. 3. a. Tehnik-tehnik Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Terapeutik)

Dalam menanggapi pesan yang disampaikan pasien, perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi interpersonal (Terapeutik). Menurut Stuart dan Sunden (Mundakir, 2006:131), tehnik-tehnik komunikasi interpersonal (terapeutik) terdiri dari:

1. Mendengarkan dengan aktif (Aktive Listening)

Seorang perawat semestinya mendengarkan secara aktif keluhan dari pasien. Dengan mendegar, perawat mengetahui perasaan pasien, memberikan kesempatan yang banyak kepada pasien untuk berbicara dan mengungkapkan keluhannya. Misalnya, : “Silahkan ungkapkan semua perasaan dan keluhan saudara, saya akan mendengarkannya dengan baik”.

2. Pertanyaan terbuka (Broad Opening)

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaanya, misalnya, “Apa yang ibu rasakan dari penyakit ibu?”.

3. Mengulang kembali (Restating)

Mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan pasien, untuk menguatkan ungkapan pasien. Misalnya, “Ooh…jadi ibu tadi malam tidak bisa tidur karena…..”

4. Klarifikasi

Klarifikasi dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau pasien malu mengemukakan informasi atau keluhannya. Misalnya,”Dapatkah anda menjelaskan tentang kejadian yang anda alami….”


(54)

5. Refleksi isi dan perasaan

Refleksi merupakan reaksi perawat dan pasien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi isi merupakan gambaran, ide-ide pasien yang diekspresikan pasien dan memberikan pengertian pada pasien. Sedangkan refleksi perasaan yaitu, memberi respon pada perasaan pasien terhadap isi pembicaraan, agar pasien mengetahui dan menerima perasaannya.

6. Mengarahkan/memfokuskan pembicaraan

Perawat membantu pasien untuk memfokuskan pembicaraan agar lebih spesifik dan terarah. Misalnya,

Pasien : “Saya tidak mau lagi dirawat di rumah sakit ini”

Perawat : “Barangkali Ibu bisa menjelaskan apa yang Ibu alami, sehingga tidak mau lagi dirawat di rumah sakit ini”

7. Membagi persepsi

Perawat mengungkapkan persepsinya tentang pasien dan meminta umpan balik atau meminta respon dari pasien tersebut.

8. Identifikasi tema/Mengeksplorasi

Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami pasien, untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasikan masalah.

9. Diam (Silence)

Biasanya dilakukan setelah memberi pertanyaan. Tujuannya memberi kesempatan berfikir dan memotivasi pasien untuk berbicara.

10. Memberi informasi (Informing)

Memberikan informasi kepada pasien mengenai hal-hal yang belum diketahuinya. Tehnik ini dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien


(55)

sehingga menambah pengetahuan pasien yang berguna baginya untuk mengambil tindakan dan keputusan.

11. Memberi saran

Memberi alternatif untuk pemecahan masalah. Merupakan tehnik yang baik digunakan pada waktu yang tepat, sehingga pasien bisa memilih dan mengambil keputusan.

II. 3. b. Proses Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

(Terapeutik)

Dalam membina hubungan interpersonal (terapeutik), terdapat proses yang terbina melalui lima tahap dan setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus dilaksanakan dan diselesaikan oleh perawat. Menurut Uripni (2002:56), adapun tahapan komunikasi interpersonal (terapeutik) yaitu, Prainteraksi, Perkenalan, Orientasi, Tahap kerja, dan Terminasi.

1. Prainteraksi.

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasagka buruk kepada pasien, karena akan menggangu dalam membina hubungan dan saling percaya. Seorang perawat profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu menciptakan hubungan komunikasi interpersonal (terapeutik) yang baik, agar pasien merasa senang dan merasa dihargai.

Jika pasien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa pasien untuk berbicara atau menungkapkan perasaannya. Apabila pasien telah bersedia, maka perawat harus membuat rencana interaksi dengan pasien, seperti:


(56)

a. Evaluasi diri, melakukan koreksi apakah ada pengalaman buruk yang dialami pasien.

b. Penetapan hubungan/interaksi.

c. Rencana interaksi, merencanakan dan menyiapkan percakapan yang akan dilakukan pada saat berkomunikasi/berhubungan dengan pasien.

2. Perkenalan.

Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dan menanyakan keluhan pasien, dan lain-lain.

3. Orientasi.

Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada dirumah sakit. Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, menvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan. Pada tahap ini sangat diperlukan sentuhan hangat dari perawat dan perasaan simpati dan empati agar pasien merasa tenang dan merasa dihargai.

4. Tahap kerja.

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpersonal. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keaadan pasien, dan keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi


(57)

interpersonal yaitu, dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, dengan tujuan adanya penyembuhan.

5. Terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Terminasi terbagi dua yaitu, terminasi sementara dan terminasi akhir.

a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan pasien, dan sifatnya sementara, karena perawat akan menemui pasien lagi, apakah satu atau dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan interaksi.

b. Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar atau pulang dari rumah sakit.

Dalam terminasi akhir ini, hendaknya perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat dan pasien terjalin dengan baik. Dan pada tahap ini akan terlihat apakah pasien merasa senang dan puas dengan perlakuan atau pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien.


(58)

II. 3. c. Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat. Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan perawat bersifat interpersonal (terapeutik) atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi terapeutik. Menurut Carl Rogers (Mundakir, 2006:121), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik terdiri dari:

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.

3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien. 4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun

mental.

5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk merubah dirinya, baik sikap maupun tingkah laku pasien. 6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk

mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, maupun prustasi.

7. Perawat mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.

8. Memahami betul arti simpati dan empati sebagai tindakan yang interpersonal.

9. Kejujuran dan komunikasi terbuka (sifat keterbukaan) merupakan dasar hubungan interpersonal.


(1)

bas Komunikasi Interpersonal (Terapeutik)

18

19

20

21

22

23

24

25

26

4 3 3 4 4 3 2 4 3

4 3 2 3 3 3 3 3 3

3 3 2 3 3 3 3 4 3

1 1 1 1 3 2 1 1 2

3 2 2 3 4 2 2 2 3

2 2 2 2 3 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 2 2 2 3 2 2 2 3

2 2 1 2 2 2 2 1 2

2 1 1 3 2 1 1 1 2

0,880966 0,888527 0,863054 0,690066 0,751988 0,848788 0,721776

0,92318 0,841656


(2)

27

28

29

30

31

32

33

34

35

3 3 3 2 3 4 4 3 2

3 2 3 3 2 3 3 2 2

3 2 3 2 2 3 4 3 3

2 2 2 2 2 4 4 2 1

2 2 2 2 2 3 4 3 2

2 2 2 2 2 4 4 2 2

2 2 2 2 2 2 3 2 1

2 2 2 2 2 3 4 4 1

2 2 2 2 2 2 3 2 1

3 2 2 2 2 3 1 1 1

0,492111 0,551594 0,818707 0,361389 0,551594 0,368861 0,527646 0,568831 0,797866


(3)

Variabel Terikat (Peyembuhan)

36

37

38

39

40

41

42

2 2 2 2 2 2 2

114

2 2 2 3 2 2 3

106

2 2 2 2 2 1 2

105

1 1 1 1 2 2 2

75

2 2 2 2 1 2 2

96

2 2 1 2 2 2 2

93

1 1 1 2 1 1 2

79

1 1 1 1 2 2 2

92

1 1 1 1 2 1 2

76

1 1 1 1 1 1 2

72

0,855921 0,855921

0,84154 0,706236 0,395345 0,454257 0,361389


(4)

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

2 4 6 8

1 1 4 2 4 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 2 2 2

59

2 1 1 3

2 1 4 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2

52

1 1 4 3

3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 2 1

56

2 1 1 2

4 1 3 3 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 4 1 1 1 2

39

1 1 1 2

5 2 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1

49

2 1 1 2

6 2 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2

49

2 1 2 2

7 3 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1

44

2 1 1 2

8 1 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 1

45

2 2 1 2

9 1 4 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 2

41

1 2 1 2

10 2 2 3 3 2 2 2 1 3 1 3 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1

38

1 2 1 2

11 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1

48

1 2 3 2

12 3 4 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2

52

1 2 2 3

13 1 3 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2

47

2 3 3 2

14 1 4 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 3 2 3 2 1

40

1 3 1 1

15 1 1 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2

55

1 3 2 2

16 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1

44

1 3 1 2

17 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1

40

1 3 1 2

18 2 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 1

50

2 3 1 2

19 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 2 2

56

1 3 1 3

20 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1

47

2 3 2 2

21 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 1 1 2 1

45

2 3 1 2

22 2 2 1 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2

51

2 3 4 2

23 2 1 2 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2

50

1 3 2 2

24 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1

42

1 3 1 3

25 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 4 2 1 2 1

51

1 3 2 3

26 2 1 2 4 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2

54

1 3 1 2

27 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

41

1 3 1 2

28 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1

44

2 3 1 2

29 4 1 1 4 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2

51

1 3 1 2

30 1 3 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1

40

1 4 1 2

31 1 3 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1

46

2 4 1 2

32 1 3 1 4 2 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 1 1 1 2

49

1 4 1 2

33 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1

42

1 4 4 2

34 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1

54

2 4 1 3

35 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2

41

2 4 1 2

36 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2

48

2 4 1 2

37 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2

47

2 4 1 2

38 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 2 1

48

2 4 2 2

39 2 3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 4 1 1 2 1

38

1 4 3 2

40 3 1 3 4 2 2 2 2 2 4 4 2 3 3 3 2 4 2 2 3 2

55

1 4 2 2

41 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2

56

2 4 1 3

42 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1

38

2 4 3 2

43 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 2 2

48

2 4 2 2

44 3 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 2

39

2 4 2 2

45 3 4 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 3 2

50

1 4 1 3

46 3 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 2

59

1 4 2 2

47 4 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2

47

2 4 2 2

48 4 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1

47

1 4 2 2

49 4 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2

42

1 4 2 2

2314


(5)

0,841913

reabilitasnya adalah 0.84


(6)

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42

2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2

54

2 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3

52

2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2

48

2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 4 2 1 1 2 2

37

2 3 2 2 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2

45

2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 1 2 2

43

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 1 1 2

39

2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 4 4 1 1 2 2

46

2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2

38

2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 2

35

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2

45

2 3 3 2 4 2 3 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2

52

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2

45

2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2

35

2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3

54

2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2

46

1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1

38

2 3 2 2 3 2 4 2 3 2 2 4 2 3 2 2 2

50

2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2

51

2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2

49

2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 1 2 2

47

2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2

55

2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2

48

2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 1 1 2 2

44

2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2

49

2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3

50

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2

42

2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2

45

2 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2

49

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2

40

2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2

49

2 2 2 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 1 1 2 2

48

2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

46

3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2

54

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2

43

2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2

49

2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2

47

3 3 2 2 4 2 3 2 3 2 2 4 3 2 1 1 2

51

2 2 3 2 3 1 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2

43

2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2

52

3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2

55

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 1 2 2

45

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2

45

2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 4 2 1 1 1 2

42

3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2

49

2 3 2 2 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 3

56

2 2 2 2 4 2 4 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2

52

2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1

47

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 1 2 2

43

2287


Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

3 66 139

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

12 66 104

Pengaruh Faktor Personal dan Faktor Situasional terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

2 62 181

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

1 42 140

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

3 61 149

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 15

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 2

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 7

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 1 18

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 4