4. Memberikan salam atau sapaan, seperti “Selamat pagi Bagaimana
tidurnya kemarin?” 5.
Berjabat tangan atau sentuhan. Meskipun tidak selalu dilakukan karena alasan pasien memiliki penyakit menular atau karena bukan
mukrimnya, minimal perawat sesekali menyentuh badan pasien. 6.
Diam sejenak. Hal ini dilakukan ketika pasien akan memberikan keputusan menyetujui atau menolak terhadap tindakan medis yang
akan diberikan. 7.
Mengajukan pertanyaan yang berkaitan. Ini dilakukan pada pasien yang mengalami luka bacok. Sambil memberikan perawatan
mengganti perban, perawat bertanya kepada si pasien, mengapa sampai bisa mengalami peristiwa tersebut, dan bagaimana
kejadiannya.
E. SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Di samping menerapkan teknik-teknik yang telah dijelaskan di atas, berdasarkan hasil observasi, para perawat juga menerapkan sikap tertentu saat
melakukan komunikasi terapeutik. Beberapa sikap tersebut antara lain: 1.
Berhadapan dengan pasien. Posisi berhadapan dengan pasien perlu dilakukan, agar pasien merasa dihormati tidak tersinggung
sehingga tidak mengganggu dalam melaksanakan tugas keperawatan. Untuk posisi berhadapan ini juga perlu melihat situasi. Dalam
merawat pasien yang terkena penyakit menular seperti TBC, perawat berkomunikasi dari samping, tidak berhadapan secara langsung.
2. Menampilkan sikap tubuh yang rileks. Hal ini dilakukan supaya
perawat tidak canggung dan membuat suasana nyaman dalam melaksanakan tugasnya di depan pasien, sehingga hasil pekerjaan
akan lebih memuaskan serta menambah kepercayaan pasien kepada perawat.
3. Mempertahankan kontak mata. Dengan mempertahankan kontak
mata dengan pasien menunjukkan bahwa perawat memperhatikan apa yang disampaikan pasien dan untuk merespon pembicaraan.
Namun dalam melakukan kontak mata juga memperhatikan etika. Karena kalau perawat memandangi pasien terus-menerus, pasien
mungkin akan salah tingkah. 4.
Mempertahanan sikap terbuka. Hal ini diperlukan untuk menyatakan bahwa perawat siap menerima keluhan pasien dan siap memberikan
pertolongan. Di samping itu sikap terbuka akan membuat pasien menjadi lebih leluasa dalam mengungkapkan permasalahannya.
Sikap terbuka yang dilakukan perawat RSUD Dr. Moewardi tidak hanya dilakukan saat berhadapan dengan pasien saja, melainkan juga
terhadap keluarga si pasien itu sendiri. “Disamping mengadakan komunikasi dengan pasien, perawat juga melakukan komunikasi
dengan keluarga pasien, terutama ketika pasien menolak terhadap suatu tindakan medis, maka perawat mengadakan negoisasi dengan
keluarga perihal tindakan medis yang dilakukan, apa tujuannya dan apa akibatnya jika tidak dilakukan. Dengan demikian diharapkan
keluarga juga berperan dalam mengambil keputusan terhadap tindakan medis yang dilakukan,” kata Soeparsi Kepala Ruang Mawar
III. Ketika ada pasien atau keluarga pasien yang mengeluh soal asuhan
keperawatan, maka perawat memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien dengan penuh kesabaran dan sikap terbuka.
Dalam menghadapi pasien yang menyebalkan, perawat berusaha menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan melalui
komunikasi dengan penuh kesabaran.
F. PENTINGNYA KOMUNIKASI TERAPEUTIK BAGI KESEMBUHAN