A. ANALISA UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Dalam proses komunikasi terapeutik di RS Dr. Moewardi, unsur komunikator pengirim pesan juga sekaligus berperan sebagai komunikan
penerima pesan. Hal itu dilakukan baik oleh perawat maupun pasien. Pada saat perawat menanyakan keadaan pasien, perawat berperan sebagai komunikator, dan
pasien berperan sebagai komunikan. Sedangkan pada saat pasien menjawab pertanyaan perawat tersebut, pasien berperan sebagai komunikator, dan perawat
berperan sebagai komunikan. Oleh karena itu pertukaran pesan dan peran berlangsung cepat.
Pesan disampaikan baik oleh komunikator maupun komunikan berupa pesan verbal berupa kata-kata atau bahasa lisan maupun pesan nonverbal. Dalam
menyampaikan pesan secara verbal kepada pasien, perawat juga memperhatikan dengan siapa ia berkomunikasi. Misalnya dengan orang yang lebih tua maka
perawat menggunakan bahasa Jawa Krama, sedangkan dengan orang yang sebaya menggunakan bahasa Jawa ngoko. Namun tidak hanya bahasa Jawa saja yang
digunakan, tetapi perawat juga menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi terapeutik ini dilakukan karena pasien kebanyakan
orang yang berasal dari kota Solo dan sekitarnya yang masih lekat dengan budaya Jawa khususnya bahasa Jawa, sehingga untuk memudahkan komunikan,
khususnya pasien dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh perawat, maka perawat kadang memakai bahasa Jawa supaya lebih akrab. Oleh karena itu, makna
pesan yang sama dapat disampaikan dalam berbagai bentuk penyajian pesan.
Di samping pesan verbal, perawat sebagai komunikator yang berperan sebagai terapis juga menggunakan pesan nonverbal dalam melakukan komunikasi
terapeutik. Pesan nonverbal tersebut antara lain, berjabat tangan, sentuhan dan sikap yang ramah. Hal dilakukan karena pesan nonverbal juga memiliki fungsi
sebagai pelengkap komplementer dan penegas aksentuasi dari pesan verbal. Sedangkan ketika pasien bertindak sebagai komunikator, pesan nonverbal yang
sering digunakan yaitu ekspresi raut wajah dan gestural gerak tubuh, seperi menunjukkan bagian yang terasa sakit.
Dalam proses komunikasi terapeutik di RS Dr. Moewardi, pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan tidak menggunakan media,
melainkan berlangsung secara tatap muka. Umpan balik yang diberikan sebagai jawaban komunikan atas pesan yang disampaikan komunikator juga berupa
bahasa baik secara verbal maupun nonverbal. Efek yang terjadi pada diri komunikan dalam hal ini pasien, mencapai
tataran konatif, yaitu melakukan sesuatu atas saran dari perawat, seperti minum obat dan latihan duduk. Sedangkan efek yang terjadi pada diri komunikan dalam
hal ini perawat, hanya sebatas aspek kognitif tahu tentang sesuatu saja. Satu unsur lagi yang sebenarnya memiliki peranan penting dalam
komunikasi terapeutik atau komunikasi antar pribadi yang jarang disebutkan yaitu suasana. Ketika perawat akan melakukan komunikasi dengan pasien, ternyata
suasana dikondisikan sedemikian rupa oleh pihak rumah sakit. Caranya dengan mempersilakan semua keluarga maupun pengunjung yang akan menjenguk
ataupun menjaga pasien untuk keluar dari kamar pasien. Hal ini berarti bahwa suasana yang nyaman, tenang akan mendukung proses komunikasi terapeutik.
Unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam proses komunikasi terapeutik di RS Dr. Moewardi, yang terdiri dari komunikator, pesan, komunikan,
umpan balik dan efek serta suasana secara sederhana dapat digambarkan dalam sebuah model seperti gambar di bawah ini.
SUASANA
Efek
SUASANA
Gambar 4. Proses Komunikasi Terapeutik
B. ANALISA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RS DR. MOEWARDI