Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana
menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap
RSUD Dr. Pirngadi Medan
SKRIPSI
Oleh :
Dini Angriani Hrp111101127
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
(4)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya serta menganugerahkan kesehatan dan kesempatan bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana menurut Persepsi
Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Ikhsanuddin A Harahap, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
(5)
5. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu serta memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji I skripsi saya di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
7. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku dosen penguji II skripsi saya di Fakultas Universitas Sumatera Utara
8. Ibu Yesi Ariyani, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen dan pegawai Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
9. Orang tua tercinta Ayahanda Marasehat Harahap dan Ibunda Suhartini yang telah memberi kasih sayang, doa dan pengorbanan selama ini diberikan kepada penulis.
10.Saudara yang saya sayangi Aisyah Fitriani Harahap dan Peri Perdian yang telah banyak memberi dukungan, semangat, motivasi dan bantuan kepada penulis.
11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 terkhusus Tri Suci, Melisa Nainggolan, Ayu Permata Hati, Putri S Bungsu serta teman-teman semuanya yang telah memberikan semangat, bantuan dan nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
(6)
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2015 Penulis
( Dini Angriani Hrp ) NIM. 111101127
(7)
DAFTAR ISI
Halaman judul... i
Lembar orisinalitas ... ii
Halaman pengesahan ... iii
Prakata ... iv
Daftar isi... vii
Daftar tabel ... x
Daftar gambar ... xi
Abstrak ... xii
Bab 1 Pendahuluan ... 1
1. Latar belakang ... 1
2. Perumusan masalah ... 4
3. Pertanyaan penelitian ... 4
4. Tujuan penelitian ... 4
5. Manfaat penelitian... 4
Bab 2 Tinjauan pustaka ... 6
1. Konsep komunikasi ... 6
1.1. Pengertian komunikasi ... 6
1.2. Tujuan komunikasi ... 7
1.3. Fungsi komunikasi ... 8
1.4. Elemen komunikasi ... 9
1.5. Tingkatan komunikasi ... 11
2. Komunikasi interpersonal ... 12
2.1 Pengertian komunikasi interpersonal ... 12
2.2 Tujuan komunikasi interpersonal ... 15
2.3 Ciri-ciri komunikasi interpersonal ... 16
2.4 Komunikasi interpersonal antara perawat dan klien ... 18
2.5 Teknik - teknik dalam komunikasi interpersonal ... 24
2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal ... 27
3. Persepsi ... 29
3.1. Pengertian persepsi... 29
3.2. Faktor-faktor ysng mempengaruhi persepsi ... 29
Bab 3 Kerangka penelitian ... 31
1. Kerangka penelitian ... 31
2. Definisi operasional ... 31
Bab 4 Metodologi penelitian ... 33
1. Desain penelitian ... 33
2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 33
(8)
2.2. Sampel... 33
2.3. Teknik sampling ... 36
3. Lokasi dan waktu penelitian ... 37
3.1. Lokasi penelitian ... 37
3.2. Waktu penelitian ... 37
4. Pertimbangan etik... 37
5. Instrumen penelitian... 38
6. Validitas dan reliabilitas ... 40
6.1. Validitas ... 40
6.2. Reliabilitas ... 40
7. Rencana pengumpulan data ... 41
8. Analisa data ... 42
Bab V Pembahasan ... 45
1. Hasil penelitian ... 45
1.1. Deskriptif data demografi responden ... 45
1.1.1. Data demografi perawat ... 45
1.1.2. Data demografi klien ... 45
1.2. Gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien ... 47
1.2.1 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana berdasarkan persepsi perawat... 47
1.2.2 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana berdasarkan persepsi klien ... 49
2. Pembahasan ... 52
Bab VI Penutup 1. Kesimpulan... 60
2. Saran ... 61
Daftar pustaka ... 63
Lampiran-lampiran ... 66
Lampiran 1. Informed consent ... 67
Lampiran 2. Instrumen penelitian ... 68
Lampiran 3. Jadwal tentatif penelitian ... 75
Lampiran 4. Taksasi dana ... 76
Lampiran 5. Tabel hasil uji validitas ... 77
Lampiran 6. Tabel hasil uji reliabilitas ... 81
Lampiran 7. Tabel hasil data demografi perawat ... 85
Lampiran 8. Tabel hasil data demografi klien ... 87
Lampiran 9. Tabel hasil komunikasi interpersonal perawat menurut perawat ... 88
(9)
Lampiran 11. Tabel hasil komunikasi interpersonal perawat
menurut klien ... 95
Lampiran 12. Tabel hasil jawaban responden klien ... 96
Lampiran 13. Master tabel data demografi perawat ... 102
Lampiran 14. Master tabel data demografi klien... 105
Lampiran 15. Master tabel data komunikasi interppersonal perawat menurut perawat ... 108
Lampiran 16. Master tabel data komunikasi interpersonal perawat menurut klien ... 111
Lampiran 17. Surat etik penelitian ... 115
Lampiran 18. Surat izin survey... 116
Lampiran 19. Surat balasan survey ... 117
Lampiran 20. Surat izin reliabilitas ... 118
Lampiran 21. Surat balasan reliabilitas ... 119
Lampiran 22. Surat izin pengumpulan data ... 120
Lampiran 23. Surat balasan penelitian ... 122
Lampiran 24. Surat terjemahan abstrak ... 124
Lampiran 25. Lembar bukti bimbingan ... 125
Lampiran 26. Riwayathidup... 127
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi operasional komunikasi interpersonal
Perawat pelaksana ... 31 Tabel 4.1 Populasi dan jumlah sampel penelitian di ruang rawat inap
RSUD Dr. Pirngadi Medan... 35 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data
demografi responden perawat ... 46 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data
demografi responden klien ... 46 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi
interpersonal menurut perawat ... 47 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden
perawat mengenai komunikasi interpersonal ... 48 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi
interpersonal menurut klien ... 50 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Proses Komunikasi ... 9
(12)
Judul : Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
Nama : Dini Angriani Hrp
NIM : 111101127
Fakultas : Keperawatan
Tahun Akademik : 2014 / 2015
ABSTRAK
Komunikasi merupakan sarana dalam membina hubungan perawat dan klien. Komunikasi sangatlah penting dan sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka dan sifatnya dua arah atau timbal balik baik verbal maupun non-verbal. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dan klien yang sedang berada di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Sampel yang didapat sebanyak 74 perawat dengan teknik yang digunakan adalah simple random sampling dan 99 klien dengan teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil analisa data diperoleh bahwa dari 74 perawat mengatakan bahwa perawat telah melakukan komunikasi interpersonal dengan baik sebanyak 66 perawat (89,2%) dan dari 99 klien mengatakan bahwa perawat melakukan komunikasi interpersonal sudah cukup baik sebanyak 76 klien (76,8%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan pelaksanaan komunikasi interpersonal perawat untuk membantu penyembuhan klien dan meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dalam praktik keperawatan serta upaya peningkatan kualitas pelayanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
(13)
Title of the Thesis : Description of Interpersonal Communication of Nurse Practitioners According to the Perception of Nurses and Clients in the Inpatient Room of RSUD Dr. Pirngadi, Medan
Name of Student : Dini Angriani Hrp
Std. ID Number : 111101127
Faculty : Nursing
Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Communication is a means to develop the relationship between nurses and clients. It is very important effective in facilitating nurses to carry out the role and function properly. Interpersonal communication is a communication between two or more people in direct contact like a conversation. This kind of communication is done face to face with two way method or reciprocal, either verbal or non -verbal. The research used descriptive design which was aimed to find out the description of interpersonal communication between nurse practitioners and clients in the Inpatient Wards of RSUD dr. Pirngadi, Medan. The population was nurse practitioners who were on duty in the Inpatient Wards of RSUD dr. Pirngadi, Medan and clients who were being treated in the Inpatient Wards. The samples were 74 nurse practitioners, taken by using simple random sampling technique, and 99 clients, taken by using purposive sampling technique. The result of the research showed that 66 nurses (89.2%) said that they had done good interpersonal communication, and 76 clients (76.8%) said that they had done good interpersonal communication. The result of this research was expected to be beneficial to increase the implementation of nurses’ interpersonal communication in helping patients recover from their illness, to increase skill in interpersonal communication in nursing practice, and increase the quality of service at RSUD dr. Pirngadi, Medan.
(14)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Perawat mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan atau memberikan perawatan kepada klien yang mengalami masalah kesehatan. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan (skill and knowledge) tentang keperawatan termasuk keterampilan berkomunikasi di dalam setiap prosedur tindakan keperawatan. Proses komunikasi yang dilakukan oleh perawat bertujuan untuk menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien. Kerjasama yang dilakukan ditandai dengan adanya pertukaran perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan yang harmonis dengan klien (Potter & Perry, 2005).
Nurhasanah (2009) menyatakan bahwa komunikasi dibagi atas 6 tingkatan, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal (antar pribadi), komunikasi publik, komunikasi massa, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Dari keenam tingkatan komunikasi tersebut, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia.
Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang dilakukan dua orang sejajar, dimana tujuan utamanya adalah self disclosure dalam hal ini dilakukan oleh perawat dan klien, sedangkan pesan yang disampaikan dalam komunikasi ini sifatnya pribadi dan proses penyampaiannya lebih efektif melalui tatap muka
(15)
Semua klien pada dasarnya selalu mengharapkan pelayanan yang optimal sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Salah satu cara memberikan pelayanan yang baik yaitu dengan cara membangun komunikasi interpersonal yang efektif. Ada lima hal yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal, yaitu openness (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (sikap mendukung), possitiveness (sikap positif) dan equality (kesetaraan) (Hanafi, 2012).
Komunikasi interpersonal mempunyai keunikan karena proses interpersonal berhubungan dengan proses yang bersifat psikologis. Proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal karena dalam komunikasi interpersonal, individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain (Mundakir, 2006).
Perawat malakukan komunikasi interpersonal kepada bukan hanya kepada klien tetapi juga terhadap teman sejawat dan tim medis lain.Tujuan perawat berkomunikasi dengan klien adalah menolong dan membantu serta meringankan beban penyakit yang diderita klien. Penyakit yang diderita klien tidak hanya secara fisik namun juga meliputi jiwa atau mental klien, terutama klien yang mengalami gangguan emosi seperti mudah tersinggung, patah semangat dikarenakan sakitnya. Hal tersebut menyebabkan timbul perasaan sedih, takut, dan mudah tersinggung, terlebih lagi penyakit yang dideritanya divonis tidak bisa disembuhkan lagi. Disinilah pentingnya komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat terhadap kliennya (Potter & Perry, 2005).
(16)
Komunikasi yang baik sangat berperan dalam membantu mengatasi masalah klien. Komunikasi yang baik dari seorang perawat, mampu memberikan kepercayaan diri bagi klien. Dalam hal ini, sikap perawat mulai dari senyum yang penuh ketulusan, kerapian berpakaian, sikap familiar, cara berbicara (berkomunikasi) yang mamberikan kesan menarik dan mencirikan seorang perawat yang berkepribadian yang dibutuhkan untuk menjadi obat pertama bagi klien (Ellis, et al. 1999).
Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi perawat maupun klien. Perawat yang enggan berkomunikasi, menunjukkan wajah yang tegang, ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum akan berdampak negatif bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya jika bersikap seperti diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan klien (Mundakir, 2006).
Hasil penelitian di RSIA Pertiwi Makasar diketahui bahwa lebih dari 50% yaitu sebanyak 65,7% responden atau berjumlah 67 responden dari total 102 responden menyatakan bahwa komunikasi interpersonal perawat baik, sebanyak 27,5% responden menganggap bahwa komunikasi interpersonal perawat sudah cukup baik dan 6,8% masih menganggap bahwa komunikasi interpersonal perawat kurang baik terhadap klien (Kartika,2013).
Hasil penelitian di Rumah Sakit Baptis Kediri menyatakan bahwa komunikasi interpersonal perawat dengan klien IRNA Dewasa Kelas 3 diketahui bahwa 80% mengatakan komunikasi interpersonal kurang baik, 20% mengatakan
(17)
cukup baik dan 0% mengatakan baik (Hanafi, 2012) . Oleh karena itu, dari hasil pengamatan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.”
2.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah ”Bagaimana Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi
Medan?”
3.
Pertanyaan penelitian
3.1.Bagaimana komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
3.2.Bagaimana komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
4.
Tujuan penelitian
4.1.Mengetahui gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
4.2.Mengetahui gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
(18)
5.
Manfaat penelitian
5.1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi dan pengetahuan tambahan mengenai gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap sebagai bahan kajian dalam ceramah dan tutorial di pendidikan keperawatan.
5.2. Bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi referensi, bahan masukan dan sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait komunikasi interpersonal perawat.
5.3. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan meningkatkan pemahaman manajemen keperawatan di lingkungan klinik agar lebih meningkatkan penerapan komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap.
(19)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep komunikasi
1.1 Pengertian komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin
yaitu ”communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Nurhasanah, 2009).
Komunikasi adalah elemen dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak mata dengan orang lain. Komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, sehingga orang sering salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Komunikasi adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005).
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi individu dalam menyampaikan informasi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien (Potter & Perry, 2005).
(20)
1.2
Tujuan komunikasi
Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam menjalankan perannya, perawat tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain. Hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam menjalankan tugasnya, baik kepada teman sejawat, tim kesehatan lain maupun kepada pasien dan keluarga pasien. Kepentingan perawat untuk mendapatkan atau menyampaikan laporan yang jelas dan lengkap dari teman sejawat (perawat) yang dinas sebelumnya, menyampaikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan lain (dokter, petugas gizi, fisioterapis atau petugas kesehatan lainnya) serta menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada pasien dan keluarga pasien adalah contoh pentingnya komunikasi yang efektif bagi perawat dalam menjalankan tugasnya.
Mundakir (2006) menyebutkan bahwa secara umum tujuan komunikasi ada empat. Pertama, supaya pesan yang disampaikan dapat dimengerti orang lain (komunikan). Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal ini sangat penting agar pesan kita dapat diterima oleh pasien, teman sejawat sehingga tujuan bersama dalam membantu kesembuhan pasien dapat dicapai. Kedua, memahami orang lain. Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan baik bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diinginkan oleh pasien (komunikan). Ketiga, supaya gagasan dapat diterima orang lain. Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa
(21)
yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien. Keempat, menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan-pendekatan agar pasien percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi pasien ataupun komunikan yang lain.
1.3
Fungsi komunikasi
Mundakir (2006) mengatakan bahwa dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat luas dan menyentuh pada banyak aspek kehidupan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fungsi komunikasi. Pertama, sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, penyebaran berita, data, gambar, fakta pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Kedua, sebagai sosialisasi. Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Ketiga, sebagai motivasi. Proses komunikasi yang dilakukan dapat dilakukan secara persuasive dan argumentative dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator. Keempat, sebagai pendidikan. Proses pengalihan (tranformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran dapat
(22)
dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif. Kelima, komunikasi sosial, dimana penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan (Mundakir, 2006).
1.4
Elemen proses komunikasi
Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa komunikasi terjadi pada suatu tingkat sosial, dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya terlibat dalam kontak intrapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat dinamis dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi berlangsung, orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap elemen komunikasi. Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Proses Komunikasi (Potter & Perry, 2005) Variabel
interpersonal
Refere n
Salur
Penerima Pengirim
Refere n Pesan
(23)
Dari gambar di atas, masing-masing elemen akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Referen
Referen adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Referen memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen dapat berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan.
b. Pengirim
Pengirim adalah orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain (komunikan) dan diharapkan kepada pihak lain yg menerima pesan tersebut memberikan respon (feedback). c. Pesan
Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan, tatap muka, dan melalui media atau saluran. Pesan terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-verbal (misalnya kata-kata yang diucapkan, ekspresi wajah atau gerakan tubuh).
d. Saluran
Pesan dikirim melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran, dan taktil. Semakin banyak saluran yang digunakan oleh seorang perawat untuk mengirimkan pesan, maka semakin baik pemahaman pasien dalam menerima pesan.
(24)
e. Penerima
Penerima adalah orang yang menerima pesan yang dikirimkan. Perawat belajar untuk ikut serta dalam komunikasi interpersonal untuk menginterpretasikan komentar pasien.
f. Respons
Komunikasi adalah proses yang terus-menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan kepada pengirim. Respons ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Dalam mencapai keefektifan dalam berkomunikasi, keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain. Dalam hubungan sosial, kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang sama untuk mencari keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki tanggung jawab yang besar dalam hubungan antara perawat dan klien.
1.5
Tingkatan komunikasi
Nurhasanah (2005) menyatakan agar tercapai komunikasi efektif sesuai tujuan, perlu dipilih tingkat komunikasi yang digunakan, berikut adalah beberapa tingkatan komunikasi :
1)
Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri baik disadari maupun tidak.2)
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantaraseseorang dengan orang atau pihak lain atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui umpan baliknya.
(25)
3)
Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenal satu persatu.4)
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan.5)
Komunikasi kelompok sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu dengan lainnya dan memandang mereka bagian dari kelompok tersebut.6)
Komunikasi organisasi bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok.Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sangat efektif dilakukan perawat dan pasien dalam hal merubah perilaku pasien dalam penyembuhan.
2. Komunikasi interpersonal
2.1 Pengertian komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal (Nurhasanah, 2006).
Ellis, dkk (1999) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasai yang terjadi antara dua orang yang bertatap muka, misalnya antara
(26)
perawat dan pasien yang menimbulkan respon atau umpan balik. Seperti yang kita lihat dalam bagan di bawah ini:
Gambar 2. Komunikasi interpersonal dalam keperawatan (Ellis, 1999)
Dari gambar diatas pesan dan umpan balik berasal dari informasi. Diagram diatas menunjukkan komunikasi dua arah yang saling timbal balik. Sumber (perawat) menyampaikan pesan kepada penerima pesan (pasien). Baik pesan-pesan yang bersifat informatif, persuasif dan koersif. Dalam hal ini penerima pesan (pasien) akan memberi umpan balik kepada sumber informasi (perawat), baik pesan itu diterima atau ditolak oleh penerima pesan (Ellis, dkk., 1996).
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Makna adalah sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Selain itu, makna juga merupakan kesamaan pemahaman di antara
Sumber
(Informasi)
Pesan
Penerima
Pesan
(27)
orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi ( Nasir, et al., 2011).
Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi (interpersonal), melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan bagaimana hubungan dengan partner. Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari individu, yang disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku ( Nasir, et al., 2011).
Dalam komunikasi interpersonal, terjadi komunikasi konvergen. Komunikasi konvergen merupakan proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita di antara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat dicapai saling pengertian dan kesepakatan makna (meaning) antara satu dengan yang lain. Komunikasi melibatkan realitas fisik maupun psikologis dalam menanggapi sebuah informasi. Masing-masing pihak akan melakukan penerapan (perceiving), lalu menginterpretasikan informasi tersebut sehingga terjadi pemahaman (understanding) dan selanjutnya timbul keyakinan (believing) yang menimbulkan tindakan (action) ( Nasir, et al., 2011).
(28)
2.2 Tujuan komunikasi interpersonal
Nurhasanah (2006) menyatakan komunikasi interpersonal memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan kesenangan, dan untuk membantu. Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing tujuan komunikasi interpersonal.
Pertama, menemukan diri sendiri. Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Belajar tentang diri kita maupun orang lain didapatkan dari pertemuan ataupun komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan masukan yang luar biasa pada perasaan, pikirian, dan tingkah laku kita.
Kedua, menemukan dunia luar. Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak komunikasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa. Hal itu sering didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal
Ketiga, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti. Salah satu keinginan orang adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Dalam komunikasi interpersonal banyak waktu kita pergunakan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. Keempat, berubah sikap dan
(29)
tingkah laku. Dalam komunikasi interpersonal, banyak waktu yang dipergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Kita dapat memperoleh cara baru ketika berkomunikasi dengan orang lain seperti : mencoba diet baru, memilih barang tertentu.
Kelima, untuk bermain dan kesenangan. Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama yaitu mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan dan cerita lucu merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang memberikan keseimbangan yang penting dalam pilihan yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
Keenam, untuk membantu. Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita sama juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi sehari-hari. Berkonsultasi dengan teman kita, tentang masalah pribadi, studi ataupun perkuliahan.
2.3 Ciri-ciri komunikasi interpersonal
Hanafi (2012) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal antara lain :
a. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya
(30)
pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya, komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat.
b. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Jika komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada hierarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan.
c. Umpan balik segera. Komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka dapat segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal. d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi
interpersonal merupakan metode komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tempat tertentu dan jarak yang dekat secara psikologis yaitu dengan menunjukan keintiman hubungan antar individu.
e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi inerpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan
(31)
mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.
2.4 Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada dua cara yaitu, komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal termasuk ke dalam penggunaan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemaknaan kata (denotative and connotative meaning), perbendaharaan kata (vocabulary), kecepatan (pacing), intonasi/nada suara (intonation), kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity), waktu dan relevansi (timing and relevance). Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut : a. Kemaknaan (denotative and connotative meaning),
Kemaknaaan sesungguhnya relatif lebih mudah ditangkap karena menggunakan makna dengan kata yang diucapkan sesuai dengan kondisi. Misalnya, pengguanan kata “serius” menyatakan penyakit yang serius,
“kritis” menyatakan pasien dalam keadaan gawat, dan “darurat” untuk menyatakan keadaan darurat yang benar-benar membutuhkan pertolongan. b. Perbendaharaan kata (vocabulary),
Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi terapeutik, apabila penerima tidak mampu mengartikan kata-kata atau kalimat dari pengirimnya (perawat), maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut tidak mengerti.
(32)
Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi komunikasi verbal. Berbicara dengan cepat dalam menyampaikan informasi atau seda ng berbicara dapat menyebabkan kebingungan pada pasien.
d. Intonasi / nada suara (intonation),
Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi biasanya memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada marah dan menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Jika intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh pasien. Oleh karena itu berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu pelan. Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi emosi pada saat berkomunikasi (berbicara).
e. Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity)
Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat dikatakan efektif jika disampaikan dengan cara yang sederhana. Semakin singkat kata yang digunakan, semakin sedikit kebingungan yang timbul. Kejelasan pesan biasanya dapat dilakukan melalui penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.
f. Waktu dan relevansi (timing and relevance).
Penyampaian pesan dengan cara yang baik dan dengan emosi yang terkendali, tetapi bila tidak dilakukan pada waktu yang tepat, maka pesan yang disampaikan tidak diterima oleh pasien. Waktu menjadi sesuatu yang kritis bagi persepsi seseorang terhadap pesan yang diterima. Misalnya, pasien yang akan dioperasi mengalami ketakutan yang besar, namun perawat
(33)
menceritakan resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat dari operasi tersebut. Hal ini waktunya tidak tepat dan tidak relevan, karena akan membuat pasien takut dan trauma untuk dioperasi. Oleh karena itu diharapkan perawat menggunakan waktu yang tepat dan relevansi dalam menyampaikan sesuatu hal yang penting.
Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa komunikasi yang bersifat non-verbal merupakan ungkapan yang berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penampilan, postur dan cara berjalan, ekspresi wajah, isyarat/gerak tangan, pandangan, sentuhan, jarak tubuh/kedekatan. Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut :
a.
PenampilanPenampilan merupakan salah satu yang paling penting diperhatikan dalam proses komunikasi. Penampilan fisik seorang perawat harus mampu memberikan ciri positif pada pasien. Seperti pasien yang memberikan gambaran tentang perawat yang memakai seragam putih, yang mencerminkan kemurnian, kesucian dan ketulusan hati.
b.
Postur dan cara berjalanCara orang berjalan dan postur tubuh mencerminkan emosi, konsep diri dan kondisi fisik seseorang. Postur tubuh dan cara berjalan yang tegap memberikan gambaran tentang kondisi fisik yang prima.
(34)
Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah. Kegembiraan, kesedihan, kebingungan, bahkan tulus tidaknya senyuman seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah.
d.
Isyarat/gerak tanganPerasaan hormat dan menyayangi seseorang dapat dilakukan dengan isyarat tangan yaitu berupa sentuhan tangan dan acungan jempol. Seorang perawat harus belajar menggunakan dan memperhatikan isyarat-isyarat sebagai bagian dari komunikasi dengan pasien.
e.
PandanganPandangan adalah hal yang paling penting dalam berkomunikasi yaitu adanya kontak mata. Tatapan atau pandangan yang tajam kepada seseorang bisa diartikan kekaguman dan bisa juga bentuk perlawanan. Pandangan yang jauh ketika berbicara berarti kesedihan atau ada sesuatu yang dipikirkan.
f.
SentuhanUngkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat diungkapkan melalui sentuhan. Sentuhan seorang perawat kepada pasien bisa memberi pesan tentang adanya perhatian dan keseriusan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
g. Jarak tubuh dan kedekatan
Jarak tubuh dan kedekatan mempengaruhi komunikasi non-verbal. Kenyamanan komunikasi bisa dinilai dari jarak tubuh dan seseorang yang sudah dikenal.
(35)
Hanafi (2012) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya untuk menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal. Ada lima hal yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu openness (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (sikap mendukung), possitiveness (sikap positif) dan equality (kesetaraan). Masing-masing faktor tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
Openness (keterbukaan). Keterbukaan terdiri dari tiga aspek yang ada dalam komunikasi interpersonal. Pertama, kesediaan untuk membuka diri (kesediaan untuk membuka informasi mengenai diri sendiri yang biasanya disembunyikan). Kedua, kesediaan untuk bereaksi secara jujur terhadap pesan yang disampaikan. Keterbukaan diperlihatkan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain mengenai apa yang kita rasakan. Ketiga, mau mengakui pemikiran dan perasaan yang dirasakan. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang disampaikan adalah memang milik anda dan anda tanggung jawab atasnya dan pesan yang disampaikan adalah pesan yang akurat. Keterbukaan juga merupakan kesediaan seseorang mendengarkan orang lain, terbuka untuk mendengarkan kecemasan dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh orang tersebut. Keterbukaan akan dapat menyebabkan beberapa perubahan misalnya memberikan perhatian lebih kepada komunikan, lebih sering memuji dan lebih terbuka mengenai apa yang dirasakan dalam sebuah relasi (Hanafi, 2012).
(36)
Empathy (empati). Empati adalah merasakan apa yang orang lain rasakan melalui sudut pandang orang tersebut tanpa kehilangan identitas diri. Untuk berempati dengan seseorang adalah merasakan apa yang orang tersebut rasakan, mengalami apa yang dialami oleh orang tersebut. Untuk dapat berempati cobalah untuk tetap tenang, membebaskan diri dari emosi yang sedang kita rasakan. Empati dapat berupa verbal maupun non verbal (ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik dan sentuhan atau belaian yang sepantasnya). Perawat berempati melalui sentuhan pada pasien sedang merasakan kesakitan, memberikan perhatian secara sungguh dengan menatap mata dengan pasien atau selalu kontak mata dengan pasien, dengan sabar mendengarkan kecemasan pasien, ketidaknyamanan pasien dengan penyakit yang dideritanya sehingga pasien bisa merasa lebih nyaman (Hanafi, 2012).
Supportiveness (sikap mendukung). Sikap mendukung merupakan suatu sikap dari seseorang yang ada dalam suatu kelompok yang dicirikan dengan keterbukaan, ketiadaan rasa takut dan menjalin hubungan kerjasama. Sikap mendukung dipupuk melalui lebih kepada deskriptif (bersifat deskriptif atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci) daripada evaluatif (bersifat evaluasi atau menilai). Sikap mendukung terwujud melalui kemampuan perawat untuk dapat menjelaskan secara jelas dan terperinci mengenai penyakit, tujuan prosedur, tindakan medis yang akan dilakukan dan perkembangan kondisi kesehatan pasien sehingga pasien merasa nyaman dan tidak takut (Hanafi, 2012).
Possitiveness (sikap positif). Sikap positif dalam komunikasi interpersonal ditunjukkan dalam dua cara, yaitu attitudes (sikap), komunikasi interpersonal
(37)
terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri, terhadap orang lain dan kepada kondisi komunikasi umumnya dan compliments (pemberian pujian) terhadap kebaikan yang ada dalam diri seseorang maupun tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. Sikap positif dapat dikomunikasikan secara verbal maupun non verbal, misalnya dengan tersenyum, ekspresi wajah yang positif, sikap yang penuh perhatian, ekspresi positif secara verbal, penghapusan penilaian yang negatif. Sikap positif terwujud melalui sikap perawat yang sopan, santun dan ramah (Hanafi, 2012).
Equality (kesetaraan), adalah sikap atau pendekatan yang memperlakukan seseorang sama pentingnya dan memberikan kontribusi yang sama dalam suatu interaksi. Kesetaraan terwujud melalui perawat yang tidak membeda -bedakan status sosial dalam melayani pasien dan menghargai keberadaan pasien (Hanafi, 2012).
2.5 Teknik –teknik dalam komunikasi interpersonal
Nasir, dkk (2011) menyatakan bahwa cara yang bisa digunakan sebagai panduan dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah seperti di bawah ini :
a. Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian
Sudah menjadi sifat dasar manusia bahwa mereka lebih cenderung tertarik dengan dirinya sendiri daripada orang lain. Salah satu hal yang bisa kita lakukan agar orang lain menjadi tertarik dengan kita adalah dengan manumbuhkan ketertarikan kita terhadap orang tersebut. Dengan
(38)
menciptakan ketertarikan terhadap orang tersebut sebenarnya kita telah melakukan salah satu upaya pengumpulan informasi mengenai lawan bicara kita. Sedikit demi sedikit kita dapat membuat lawan bicara kita merasa nyaman apabila berhadapan dengan kita. Ia akan merasa diperhatikan. b. Membangun rasa simpati
Membangun rasa simpati disini maksudnya adalah bagaimana membangun suatu lingkungan komunikasi di mana lawan bicara kita merasa percaya diri saat berbicara dengan kita. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat suasana yang hangat saat berkomunikasi, menghilangkan superior dan inferior, yakni bisa dengan kontak mata yang hangat dan bersahabat, menirukan bahasa tubuh lawan bicara, ataupun dengan menyebut nama lawan bicara kita berulang-ulang untuk menunjukkan rasa hormat kita padanya.
c. Percaya diri
Percaya diri sangat penting dalam berkomunikasi. Saat kita memiliki kepercayaan diri, maka kita akan membangun gambar (ima ge) diri kita kepada orang lain, akan tetapi kurangnya kepercayaan diri membuat kita akan dipandang sebagai seorang yang memiliki posisi yang lemah. Percaya diri saat berkomunikasi dapat menciptakan energi yang positif. Komunikasi menjadi lancar dan jelas bahkan kita dapat mempengaruhi lawan bicara hanya dengan bermodalkan kepercayaan diri.
(39)
Sebagian besar komunikasi yang efektif menggunakan ketiga skill ini. Siapa bilang orang yang aktif bicara adalah seorang yang mengagumkan dalam komunikasi. Diam dan mendengarkan disini bukan berarti kita mendengarkan secara pasif. Kita berusaha mendengar secara aktif, memberikan respon-respon positif terhadap topik yang disampaikan orang lain sembari dengan pertanyaan-pertanyaan relevan yang menunjukkan bahwa kita memperhatikan apa yang sedang dibicarakan.
e. Kejujuran dan empati
Menciptakan ketertarikan pada orang lain seperti pada poin satu sebenarnya adalah bagaimana kita membuat suatu bentuk ketertarikan pada orang lain dengan sebenar-benarnya, bukan dengan dibuat-buat ataupun pura-pura tertarik. Kejujuran disini maksudnya adalah jujur dalam tertarik pada orang lain. Hal ini sangat penting karena biasaya ketertarikan dan perhatian yang dibuat-buat justru mudah dekenali.
f. Optimisme
Optimisme menekankan pada hal-hal positif yang didiskusikan dalam suatu komunikasi. Komunikator yang baik dapat memberikan respons positif yang dapat membuat komunikasi tidak hanya selalu berpikiran pada hal-hal yang negatif sehingga suasana optimis pun dapat tercipta. Orang yang sekedar pandai bicara tidak serta merta dikatakan sebagai seorang yang pintar dalam komunikasi interpersonal, akan tetapi dalam komunikasi yang baik memiliki kemampuan dasar yang juga melibatkan talenta sosial. Itulah mengapa banyak orang yang pandai bicara namun mereka tidak cukup
(40)
disukai dalam komunikasi. Mereka sangat pintar merangkai kata namaun mereka selalu dihindari untuk ditemui karena komunikasi interpersonal bukan sekedar kemampuan untuk berasosiasi dan berdiskusi, namun lebih dari itu semua. Komunikasi interpersonal membutuhkan empati dan simpati yang membuat orang lain merasa nyaman dan dihargai.
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal
Hanafi (2012) menyebutkan bahwa untuk memperoleh komunikasi interpersonal perawat yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perkembangan, latar belakang budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan dan lingkungan. Masing-masing faktor akan dijelaskan di bawah ini.
Perkembangan. Agar dapat berkomunikasi secara efektif, seorang perawat harus mengerti perkembangan usia komunikan baik dari sisi bahasa, maupun proses berfikir dari orang tersebut, karena berbeda komunikasi anak usia remaja dengan orang dewasa. Kepada remaja perlu belajar bahasa “gaul” sehingga remaja yang kita ajak bicara merasa bahwa kita mengerti mereka dan komunikasi akan menjadi lancar, begitu pula dengan orang dewasa.
Latar belakang budaya. Hal ini juga merupakan aspek yang sangat penting karena pasien belum tentu bisa menerima secara keseluruhan budaya yang dimiliki dalam berkomunikasi, misalnya bahasa yang dimilki oleh perawat.
Emosi. Emosi sangat penting diperhatikan karena dalam memberikan asuhan keperawatan perawat tidak boleh terpengaruh emosi bawah sadarnya, tetapi perawat harus dapat mengkaji emosi pasien.
(41)
Jenis kelamin. Pada dasarnya seorang wanita dan laki-laki memilki cara komunikasi yang berbeda. Pada dasarnya seorang perempuan lebih senang menjalin komunikasi dengan sesama dan bertujuan untuk membangun kebersamaan, sedangkan laki-laki lebih mengutamakan dengan kelompok untuk kemandirian.
Pengetahuan. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunkasi yang dilakukan oleh perawat. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan lebih mudah menerima dan mengelola pesan dengan baik. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa dengan tngkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien.
Lingkungan. Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancauan, ketegangan dan ketidaknyamanan dalam komunkasi yang dilakukan oleh perawat, misalnya saat perawat menanyakan hal yang privasi kepada pasien dalam kondisi yang bising atau ramai komunikasi yang dilakukan pasti tidak nyaman. Oleh karena itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien.
(42)
3. Persepsi
3.1.Pengertian persepsi
Persepsi dalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2005). Persepsi didefinisikan sebagai proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di sekitarnya dan tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004).
3.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu diri orang yang bersangkutan, sasaran persepsi, dan faktor situasi (Siagian, 1995).
Diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya. Melalui pengalaman, seseorang bisa mendapatkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung artinya pengalaman dialami sendiri oleh individu yang bersangkutan. Tidak langsung artinya individu yang bersangkutanmemperoleh informasi dari buku atau sumber lain.
(43)
Sasaran persepsi. Sasaran itu berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat sasaran biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya,misalnya kehadiran orag yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat
“mencolok” akan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan orang yang “biasa-biasa” saja. Dengan kata lain, gerakan, suara,ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya.
Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Persepsi dan perhatian memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Persepsi tentang sesuatu hal akan mengarahkan seseorang untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sebaliknya, apabila seseorang menaruh perhatian pada suatu hal tertentu maka perhatian seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsinya. Situasi merupakan faktor yang turur berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, seorang anak yang akan menunjukkan suatu pola perilaku tertentu bila berhadapan dengan orang tua seperti sopan, tertin dan sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada di tengah-tengah rekannya yang sebaya.
(44)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka konseptual
Dalam penelitian ini, kerangka konseptual yang digunakan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat RSUD dr.Pirngadi Medan yang dipaparkan dalam skema berikut ini :
2. Definisi operasional
Tabel 3.1
Definisi operasional komunikasi interpersonal perawat pelaksana
No Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Komunikasi interpersona
Penyampaian
pesan atau
Kuesioner Terdiri dari 15
Komunkasi interpersona
Ordinal Komunikasi interpersonal
- Keterbukaan (openness) - Empati (empathy) - Sikap mendukung (supportiveness) - Sikap positif
(possitiveness) - Kesetaraan (equality) (Hanafi, 2012)
Kategori komunikasi interpersonal : Baik
Cukup baik Kurang baik
(45)
pelaksana perawat pada klien di ruang
rawat inap
RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang mencakup keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness) , sikap positif (possitiveness) dan kesetaraan (equality)
berdasarkan persepsi perawat dan klien.
positif dan 5 pernyataan negatif, dengan pilihan jawaban pernyataan positif:
tidak pernah =
1,
kadang-kadang = 2, sering = 3, selalu = 4 dan pilihan jawaban
pernyataan negatif :
tidak pernah =
4,
kadang-kadang = 3, sering = 2, selalu = 1
kurang baik (20-40), cukup baik (41-60), baik (61-80)
(46)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Populasi, sampel dan teknik sampling 2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah 285 perawat dan klien yang sedang dirawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah 25547 klien.
2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini sampel yang digunakan mempunyai kriteria sampel sebagai berikut :
a. Perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr.Pirngadi Medan b. Klien yang berada di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan c. Klien yang sadar dan mampu berkomunikasi
(47)
Penentuan besar sampel yang diambil ditentukan berdasarkan rumus Slovin:
Keterangan :
N : Jumlah populasi n : Jumlah sampel
d : Tingkat kesalahan / error tolerance (10%)
� = + � �
� =
+ ,
� =
+ ,
� = ,
� = ,
� =
Dari populasi 285 perawat, maka besar sampel perawat yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut adalah 74 perawat. Jumlah sampel klien sebagai berikut :
� = �
+ �
� = + ,
(48)
� = + , � =
,
� = ,
� =
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel klien yang didapatkan menggunakan rumus tersebut adalah 99 klien. Proporsi jumlah sampel setelah dilakukan perhitungan pada masing-masing ruangan didapatkan dari :
Tabel 4.1 Populasi dan sampel penelitian di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
No Nama ruangan
Perawat Klien
Populasi Jumlah
sampel Populasi
Jumlah sampel
1 Rafflesia 21 5 1382 5
2 Anggrek 1 16 4 1278 5
3 Anggrek 2 14 4 1251 5
4 Mawar 1 12 3 1213 5
5 Mawar 2 10 3 1281 5
6 E. Terpadu 9 2 1198 5
7 Dahlia 1 15 4 1283 5
8 Dahlia 2 25 6 1392 5
9 Tulip 1 4 1 1117 4
10 Tulip 2 17 5 1301 5
11 Tulip 3 18 5 1383 5
Jumlah populasi di ruangan x Jumlah total sampel Jumlah total populasi di ruang rawat inap
(49)
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No Nama ruangan Perawat Klien
Populasi Jumlah
Sampel Klien
Jumlah sampel
12 Tanjung 1 0 - -
13 Tanjung 1 - - - -
14 Tanjung 2 - - - -
15 Melati 1 13 3 1321 5
16 Melati 2 12 3 1282 5
17 Melati 3 11 3 1242 5
18 Kenanga 1 15 4 1291 5
19 Asoka 1 18 5 1305 5
20 Asoka 2 18 5 1372 5
21 Matahari 16 4 1262 5
22 Flamboyan 11 3 1205 5
23 RRG 9 2 1268 5
Total 285 74 25547 99
2.3 Teknik Sampling
Pada penelitian ini cara pengambilan jumlah sampel perawat dilakukan dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sehingga semua objek dianggap sama (Notoatmodjo, 2005). Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut (1, 2, 3, 4, 5...). Kemudian nomor-nomor tersebut dibuat dalam gulungan-gulungan kertas yang diambil secara acak. Nomor yang diambil oleh peneliti secara acak yang kemudian akan menjadi sampel penelitian.
(50)
Cara pengambilan jumlah sampel klien dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan anggota sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan persyaratan tertentu. (Sugiyono, 2011).
3. Lokasi dan waktu penelitian 3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Peneliti memilih RSUD Dr. Pirngadi karena rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang merupakan rumah sakit rujukan tipe B, rumah sakit pendidikan dan memiliki jumlah tenaga keperawatan yang memadai.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 8 Juni 2015 sampai 28 Juni 2015.
4. Pertimbangan etik
Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etik yaitu Informed Consent, Anonimity dan Confidentiality. Secara administrasi, penelitian berawal dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan penelitian kepada Pimpinan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Peneliti
(51)
selanjutnya meneruskan surat persetujuan kepada bidang kepegawaian yang terkait.
Peneliti kemudian merekrut calon responden yang memenuhi kriteria penelitian. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden. Jika responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) . Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam hal ini maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut. Peneliti menjamin kerahasiaan (confidentialy) responden dan data-data responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dimodifikasi sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari dua bagian yang berisi data demografi dan data khusus mengenai komunikasi interpersonal perawat.
Kuesioner Data Demografi (KDD) untuk perawat mencakup data mengenai karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan
(52)
terakhir dan lama kerja, dan kuesioner data demografi untuk klien mencakup data mengenai karakteristik responden yang meliputi umur dan jenis kelamin.
Kuesioner komunikasi interpersonal perawat pelaksana yang digunakan pada perawat dan klien adalah kuesioner yang sama, terdiri dari 20 pernyataan, dimana terdapat 15 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pilihan jawaban yang diberikan untuk pernyataan positif adalah selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, tidak pernah diberi skor 1. Pilihan jawaban yang diberikan untuk pernyataan negatif adalah selalu diberi skor 1, sering diberi skor 2, kadang-kadang diberi skor 3, tidak pernah diberi skor 4.
Nila tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah adalah 20, dengan menggunakan rumus statistik menurut Hidayat (2007) :
Dimana i merupakan panjang kelas dan rentang merupakan pengurangan dari nilai tertinggi dengan nilai terendah. Nilai terendah yang mungkin diperoleh responden adalah 20 dan nilai tertnggi adalah 80. Rentang kelas sebesar 60 dan banyak kelas yang dinginkan adalah 3, yaitu komunikasi interpersonal perawat baik, komunikasi interpersonal perawat cukup baik, komunikasi interpersonal perawat kurang baik. Maka diperoleh panjang kelas sebesar 20.
(53)
Setelah diperoleh i = 20 dan nilai terendah 20, maka komunikasi interpersonal perawat dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal kurang baik dengan skor 20 – 40, komunikasi interpersonal cukup baik dengan skor 41 – 60, komunikasi interpersonal baik dengan skor 61 – 80.
6. Validitas dan reliabilitas 6.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Notoatmodjo, 2012) . Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan tingkat seberapa besar item-item instrumen mewakili konsep yang diukur (Erlina, 2011). Menguji validitas berdasarkan tinjauan pustaka dan dikonsultasikan kepada yang berkompeten di bidang tersebut (Setiadi, 2007). Kuesioner telah diuji valid dengan 3 orang yang berkompeten di bidang manajemen keperawatan yaitu 1 dosen dari Fakultas Keperawatan USU dan 2 orang dari pihak rumah sakit RSUD Dr. Pirngadi Medan dan telah dinyatakan valid dengan hasil 0,81.
6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji
(54)
reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Uji reliabilitas ini dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian dan dilakukan sebelum pengumpulan data. Kuesioner telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan uji cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 20 Mei – 21 Mei 2015 di Rumah Sakit Haji Medan, didapatkan 30 responden perawat dengan hasil 0,76 dan 30 responden klien dengan hasil 0,78 dan hasil tersebut sudah dinyatakan relieb.
7. Pengumpulan data
Pada tahap awal penelitian mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ke bidang bagian penelitian RSUD Dr. Pirngadi Medan. Selanjutnya peneliti mengajukan surat permohonan yang diperoleh dari bagian penelitian kepada kepala instalasi rawat inap untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin dari kepala instalasi rawat inap, peneliti melaksanakan pengumpulan data. Kemudian mengajukan surat permohonan yang diperoleh dari instalasi rawat inap kepada kepala ruangan setiap ruang rawat inap untuk meminta izin melakukan penelitian. Setelah mendapat izin dari kepala ruangan, peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang telah ditentukan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada calon responden tersebut tentang maksud, tujuan dan proses pengisian kuesioner.
(55)
Pengumpulan data untuk responden perawat, kuesioner diberikan kepada masing-masing kepala ruangan rawat inap dan dibagikan kepada perawat pelaksana setiap ruang rawat inap untuk diisi oleh perawat tersebut. Setelah diisi kemudian kuesioner dikumpulkan kembali kepada masing-masing kepala ruangan kepala ruangan. Kemudian peneliti kembali menemui masing-masing kepala ruangan sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh kepala ruangan tersebut untuk mengumpulkan seluruh data yang telah diisi oleh responden untuk dianalisa.
Pengumpulan data untuk responden klien, peneliti yang bertemu langsung kepada klien, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan pada calon responden tersebut tentang maksud, tujuan dan proses pengisian kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner dan diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada yang kurang dimengerti. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa. Lama pengumpulan data yang dilakukan pada perawat dan klien adalah sama yaitu selama 3 minggu.
8. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti akan melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Analisa data yang dilakukan untuk perawat dimulai dari tahap pertama adalah editing, yaitu memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua pertanyaan telah terisi sesuai petunjuk. Tahap
(56)
kedua adalah coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Peneliti membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden dan selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing pernyataan dalam kuesioner. Tahap ketiga adalah sorting, yaitu peneliti mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data), misalnya menurut tanggal dan sebagainya. Tahap keempat adalah entry, yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode dimasukkan ke dalam tabel dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi, dimana data dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi. Tahap kelima adalah cleaning, yaitu peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Tahap keenam adalah data analysis, yaitu data yang telah terkumpul dianalisi kembali untuk menghindari kesalahan data.
Analisa data yang dilakukan untuk klien sama halnya dengan perawat dimulai dari tahap pertama adalah editing, yaitu memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua pertanyaan telah terisi sesuai petunjuk. Tahap kedua adalah coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Peneliti membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden dan selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing pernyataan dalam kuesioner. Tahap ketiga adalah sorting, yaitu peneliti mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data), misalnya menurut tanggal dan sebagainya. Tahap keempat adalah entry, yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode dimasukkan ke dalam tabel dan
(57)
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi, dimana data dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi. Tahap kelima adalah cleaning, yaitu peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Tahap keenam adalah data analysis, yaitu data yang telah terkumpul dianalisi kembali untuk menghindari kesalahan data.
(58)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 8 Juni 2015 – 28 Juni 2015 melalui proses pengumpulan data dengan jumlah responden 74 perawat dan 99 klien. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskriptif data demografi responden dan komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1.1.Deskriptif data demografi responden 1.1.1. Data demografi perawat
Hasil penelitian sesuai dengan tabel 5.1 menunjukkan bahwa perawat lebih banyak berusia pada rentang 31 – 39 tahun sebanyak 32 orang (43,2%), dengan rata-rata umur 37 tahun (SD = 0,91). Hampir semua responden adalah perempuan sebanyak 71 orang (95,9%). Sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah diploma keperawatan sebanyak 36 orang (48,7%) dan sebagian besar lama kerja perawat selama 1-9 tahun sebanyak 37 orang (50%), dengan rata-rata lama kerja 12 tahun (SD = 7,57).
1.1.2. Data demografi klien
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa klien lebih banyak berusia diantara 28 - 38 tahun sebanyak 29 orang (29,3%), dengan rata-rata umur 38 tahun (SD =13,44), dimana responden perempuan lebih banyak sebanyak 67 orang (67,7%).
(59)
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=74)
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
Umur 22 – 30
31 – 39 40 – 48 49 – 57
Mean = 37,28 SD = 8,22 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Terakhir SPK D3 Keperawatan S1 Keperawatan Lama Kerja
1 – 9 10 – 18 19 – 27
Mean = 11,7 SD = 7,57
15 32 19 8 3 71 4 36 34 37 32 5 20,3 43,2 25,7 10,8 4,1 95,9 5,4 48,7 45,9 50,0 43,2 6,8
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=99)
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
Umur 17 – 27 28 – 38 39 – 49 50 – 60 61 – 71 72 – 82
Mean = 38,18 SD = 13,44 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 26 29 27 11 4 2 32 67 26,3 29,3 27,3 11,1 4 2 32,3 67,7
(60)
1.2.Gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien
1.2.1 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien menurut perawat Dari 74 rseponden mayoritas perawat mengatakan bahwa komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam kategori baik yaitu sebanyak 66 responden (89,2%). Distribusi frekuensi dan persentase gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSDUD Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi perawat (n=74)
Karakteristik
( Skor ) Frekuensi Persentase (%)
Kurang baik Cukup baik Baik
0 8 66
0 10,8 89,2
Dari 20 pernyataan tentang komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien yang dijawab oleh responden perawat didapatkan hasil bahwa mayoritas responden menjawab bahwa perawat selalu bersikap ramah kepada klien dan selalu menginformasikan kepada klien mengenai kondisi klien sebanyak 77%. Sebanyak 6,8% perawat tidak memberikan sentuhan ketika klien merasa putus asa. Mayoritas responden menjawab bahwa perawat selalu menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan sebanyak 82,4%. Mayoritas reponsen menjawab bahwa perawat selalu menjelaskan tindakan medis yang sedang dilakukan dan selalu sopan santun kepada klien sebanyak 85,1 %, sebanyak 5,4% responden mengatakan perawat tidak pernah memberi pujian kepada klien,
(61)
mayoritas responden menjawab bahwa perawat selau tersenyum kepada klien sebanyak 75,7%. Perawat kadang-kadang memberikan motivasi kepada klien saat klien sedang putus asa sebanyak 9,5%, mayoritas responden (77%) menjawab bahwa perawat selalu memberikan perhatian tanpa melihat perbedaan status klien seperti agama, umur, jenis kelamin, suku.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban mengenai komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi perawat (n=74)
No Pernyataan
Tidak Pernah
Kadang-kadang Sering Selalu f % F % F % f % 1 Ketika bertemu dengan klien,
perawat terlebih dahulu memperkenalkan dirinya kepada klien 0 (0%) 14 (18,9%) 28 (37,8%) 32 (43,2%) 2 Perawat bersikap tidak ramah
saat berinteraksi dengan klien 57 (77%) 13 (17,6%) 2 (2,7%) 2 (2,7%) 3 Perawat menyembunyikan
informasi tentang kondisi klien 57 (77%) 13 (17,6%) 2 (2,7%) 2 (2,7%) 4 Klien dapat mengerti pesan
yang disampaikan oleh perawat 0 (0%) 16 (21,6%) 36 (48,6%) 22 (29,7%) 5 Perawat mendengarkan
keluhan klien dengan penuh perhatian 0 (0%) 5 (6,8%) 22 (29,7%) 47 (63,5%) 6 Perawat menyampaikan
tujuan prosedur keperawatan yang akan dilakukan kepada klien 0 (0%) 4 (5,4%) 23 (31,1%) 47 (63,5%) 7 Perawat membina hubungan
kerjasama dengan klien
0 (0%) 6 (8,1%) 17 (23%) 51 (68,9%) 8 Saat memberikan asuhan
keperawatan, perawat berkomunikasi dengan klien dengan cara tatap muka
0 (0%) 3 (4,1%) 16 (21,6%) 55 (74,3%) 9 Perawat mendampingi klien
saat sedang sakit 0 (0%) 15 (20,3%) 27 (36,5%) 32 (43,2%)
(62)
Tabel 5.4 (Lanjutan)
No Pernyataan
Tidak Pernah
Kadang-kadang Sering Selalu f % F % F % f %
10 Perawat mendengarkan rasa
cemas klien tentang penyakit yang dideritanya 0 (0%) 5 (6,8%) 21 (28,4%) 48 (64,9%) 11 Perawat memberikan sentuhan
saat klien putus asa
5 (6,8%) 12 (16,2%) 21 (28,4%) 36 (48,6%)
12 Perawat tidak menjelaskan
kepada klien tentang tindakan medis yang akan dilakukan
61 (82,4%) 5 (6,8%) 4 (5,4%) 4 (5,4%)
13 Perawat tidak menjelaskan
kepada klien tentang tindakan medis yang sedang dilakukan
63 (85,1%) 7 (9,5%) 4 (5,4%) 0 (0%) 14 Perawat bersikap sopan santun
saat berinteraksi dengan klien
0 (0%) 5 (6,8%) 6 (8,1%) 63 (85,1%)
15 Perawat memberikan pujian
kepada klien sebagai bentuk perhargaan terhadap sesuatu yang telah dilakukan klien.
4 (5,4%) 12 (16,2%) 20 (27%) 38 (51,4%) 16 Ketika bertemu dengan klien,
perawat menunjukkan wajah tersenyum pada klien
0 (0%) 1 (1,4%) 17 (23%) 56 (75,7%) 17 Perawat memberikan motivasi
saat klien merasa putus asa
1 (1,4%) 7 (9,5%) 17 (23%) 49 (66,2%)
18 Ketika berinteraksi perawat
berkomunikasi lebih baik
dengan klien yang lebih mampu daripada klien yang kurang mampu 41 (55,4%) 6 (8,1%) 12 (16,2%) 15 (20,3%) 19 Perawat menganjurkan untuk
makan, minum obat yang teratur
dan istirahat teratur untuk
mencapai kebutuhan 0 (0%) 2 (2,7%) 16 (21,6%) 56 (75,7%) 20 Perawat memberikan perhatian
kepada klien tanpa melihat perbedaan status klien seperti umur, warna kulit, suku, jenis kelamin, agama. 0 (0%) 1 (1,4%) 16 (21,6%) 57 (77%)
1.2.2 Komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien menurut klien Dari 99 responden menunjukkan bahwa mayoritas klien mengatakan bahwa komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 76
(63)
responden (76,8%). Distribusi frekuensi dan persentase gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien di ruang rawat inap RSDUD Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi klien (n=99)
Karakteristik
( Skor ) Frekuensi Persentase (%)
Kurang baik Cukup baik Baik
0 76 23
0 76,8 23,2
Dari 20 pernyataan tentang komunikasi interpersonal perawat pelaksana pada klien yang dijawab oleh responden klien didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengatakan perawat kadang-kadang memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien sebanyak 50,5%, mayoritas perawat kadang-kadang menjelaskan tujuan prosedur yang akan dilakukan sebanyak 75,8%. Sebagian 59,6% responden mengatakan bahwa perawat kadang-kadang mendampingi klien saat sedang sakit. Lebih dari setengah responden menjawab bahwa perawat kadang-kadang tidak menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan sebanyak 60,6% dan sedang dilakukan sebanyak 63,6% responden. Sebanyak 66,7% mengatakan perawat kadang-kadang memberi pujian kepada klien, lebih dari setengah responden 51,5% menjawab bahwa perawat selalu memotivasi klien ketika klien putus asa. Mayoritas responden menjawab bahwa perawat sering menganjurkan makan, minum obar dan istirahat sebanayk 80,8% responden dan 71,7% responden menjawab bahwa perawat selalu memberikan perhatian tanpa melihat perbedaan status klien seperti agama, umur, jenis kelamin, suku.
(64)
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban mengenai komunikasi interpersonal perawat pelaksana menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan persepsi klien (n=99)
No Pernyataan
Tidak Pernah
Kadang-kadang Sering Selalu F % f % f % F % 1 Ketika bertemu dengan klien,
perawat terlebih dahulu memperkenalkan dirinya kepada klien 20 (20,2%) 50 (50,5%) 23 (23,2%) 6 (6,1%) 2 Perawat bersikap tidak ramah
saat berinteraksi dengan klien 43 (43,4%) 42 (42,4%) 14 (14,1%) 0 (0%) 3 Perawat menyembunyikan
informasi tentang kondisi klien 41 (41,4%) 43 (43,4%) 11 (11,1%) 4 (4%) 4 Klien dapat mengerti pesan
yang disampaikan oleh perawat 2 (2%) 15 (15,2%) 43 (43,4%) 39 (39,4%) 5 Perawat mendengarkan
keluhan klien dengan penuh perhatian 3 (3%) 15 (15,2%) 43 (43,4%) 39 (39,4%) 6 Perawat menyampaikan
tujuan prosedur keperawatan yang akan dilakukan kepada klien 8 (8,1%) 75 (75,8%) 14 (14,1%) 2 (2%) 7 Perawat membina hubungan
kerjasama dengan klien
0 (0%) 11 (11,1%) 46 (46,9%) 42 (42,4%) 8 Saat memberikan asuhan
keperawatan, perawat berkomunikasi dengan klien dengan cara tatap muka
0 (0%) 0 (0%) 25 (23,3%) 74 (74,7%) 9 Perawat mendampingi klien
saat sedang sakit 0 (0%) 59 (59,6%) 39 (39,4%) 1 (1%) 10 Perawat mendengarkan rasa
cemas klien tentang penyakit yang dideritanya 0 (0%) 28 (28,3%) 65 (65,7%) 6 (6,1%) 11 Perawat memberikan
sentuhan saat klien putus asa
30 (30,3%) 60 (60,6%) 8 (8,1%) 1 (1%) 12 Perawat tidak menjelaskan
kepada klien tentang tindakan medis yang akan dilakukan 35 (35,9%) 60 (60,6%) 2 (2%) 2 (2%) 13 Perawat tidak menjelaskan
kepada klien tentang tindakan medis yang sedang
31 (31,3%) 63 (63,6%) 2 (2%) 3 (3%)
(65)
Tabel 5.6 (Lanjutan)
No Pernyataan
Tidak Pernah
Kadang-kadang Sering Selalu f % f % f % F % 14 Perawat bersikap sopan
santun saat berinteraksi dengan klien 0 (0%) 27 (27,3%) 35 (36,4%) 37 (37,4%) 15 Perawat memberikan pujian
kepada klien sebagai bentuk perhargaan terhadap sesuatu yang telah dilakukan klien.
2 (2%) 65 (66,7%) 31 (31,3%) 1 (1%) 16 Ketika bertemu dengan klien,
perawat menunjukkan wajah tersenyum pada klien
0 (0%) 26 (26,3%) 47 (47,5%) 1 (1%) 17 Perawat memberikan
motivasi saat klien merasa putus asa 0 (0%) 51 (51,5%) 47 (47,5%) 1 (1%) 18 Ketika berinteraksi perawat
berkomunikasi lebih baik dengan klien yang lebih mampu daripada klien yang kurang mampu 47 (47,5%) 44 (44,4%) 8 (8,1%) 0 (0%) 19 Perawat menganjurkan untuk
makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur untuk mencapai kebutuhan
0 (0%) 4 (4%) 80 (80,8%) 15 (15,2%) 20 Perawat memberikan
perhatian kepada klien tanpa melihat perbedaan status klien seperti umur, warna kulit, suku, jenis kelamin, agama. 0 (0%) 1 (1%) 71 (71,7%) 27 (27,3%) 2. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran komunikasi interpersonal perawat pelaksan menurut persepsi perawat dan klien di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan responden 74 perawat dan 99 klien yang terlibat dalam penelitian ini.
Jenis komunikasi yang sering digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara interpersonal terutama komunikasi
(1)
(2)
123
(3)
(4)
125
(5)
(6)
127
RIWAYAT HIDUP
Nama : Dini Angriani Hrp
Tempat / Tanggal Lahir : Pematang Siantar / 15 Juli 1993
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Kamboja No.38 Padang
Bulan, Medan
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 087645 Sibolga Tahun 1999/2000
2. SMP Al-Muslimin Pandan Tahun 2005/2006
3. SMA Negei 1 Sibolga Tahun 2008/2009
4. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2011/2012