Tabel 2 Kriteria Penilaian Selektifitas Alat Tangkap berdasarkan Mesh Size Alat Tangkap di Perairan Kota Dumai Provinsi Riau.
Mesh size X cm Kategori Penilaian
Skor X
≤ 1.8 cm Tidak selektif
1 1.8 X
≤ 3.6 cm Kurang selektif
2 3.6 X
≤ 5.4 cm Cukup selektif
3 X 5.4 cm
Selektif 4
2 Aspek teknis : penilaian kriteria teknis dari unit penangkapan yaitu produksi
pertahun X1, produksi pertrip X2 dan produksi pertenaga kerja X3. 3
Aspek sosial : respon nelayan terhadap penerimaan alat tangkap X1, kemampuan investasi untuk pemilikan alat tangkap X2, kemudahan
pengoperasian X3 dan kemudahan pengadaan alat tangkap X4. 4
Aspek ekonomi : keuntungan X1, payback period X2, RevenueCost Ratio X3 dan untuk kriteria kelayakan investasi adalah: Net Present Value X1,
Internal Rate of Rreturn X2 dan BenefitCost Ratio X3.
tidak
ya
Gambar 4. Diagram alir analisis unit penangkapan ikan Input :
Aspek Biologi, Teknis, Sosial dan Ekonomi
Cukup
Metode Skoring
Output : Unit Penangkapan Ikan Unggulan
Selesai Mulai
4 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kota Dumai 4.1.1 Letak geografis
Kota Dumai terletak di pesisir timur pulau Sumatera, Rupat. Secara geografis
Kota Dumai terletak pada posisi 1°27’ – 2° 15’ Lintang Utara dan 101°0’ -101°50’
Bujur Timar yang berbatasan dengan wilyah: -
Sebelah Utara dengan Selat Rupat -
Sebelah Timur dengan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis -
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
- Sebelah Barat dengan Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko
Kabupaten Rokan Hilir. Kota Dumai mempunyai luas wilayah 3.611 km
2
yang meliputi daratan 2.308,60 km
2
63,93 dan lautan 1.302,40 km
2
36,07 atau setara 26.800 Ha dengan garis pantai sepanjang 134 km, mangrove seluas 14.062,5 Ha dan kawasan
pasang surut seluas 8.968 Ha.
4.1.2 Keadaan topografi
Topografi wilayah Kota Dumai relatif datar dengan ketinggian dari permukaan laut 1-4 m dan kemiringan kurang dari 3 . Keadaan pantai disekitar muara sungai
landai, rawa dialiri oleh 15 sungai membentang dari barat dengan total panjang 222 km dari ± 115,5 km dapat dimanfaatkan untuk prasarana perhubungan laut dengan
menggunakan perahu-perahu kecil yang bermuara ke Selat Rupat. Sungai terpanjang adalah Sungai Bulu Bala 40 km, Sungai Senepis 35 km dan Sungai Mesjid 29 km
dengan Kondisi kualitas air pada umumnya payau, asin dan berwarna keruh. Terdapat danau seluas 25 Ha merupakan potensi untuk usaha budidaya.
4.1.3 Karakteristik oseanografi
Perairan pesisir Kota Dumai merupakan bagian dari Selat Rupat. Selat Rupat terbentuk diantara daratan Pulau Sumatera dengan Pulau Rupat, sementara Pulau
Rupat berada di Selat Malaka, sehingga baik bagian utara maupun bagian timur Selat
Rupat berhubungan langsung dengan Selat Malaka, dengan demikian kondisi oseanografi perairan Selat Rupat , khususnya perairan pesisir Kota Dumai banyak
dipengaruhi oleh kondisi perairan Selat Malaka. 1
Pasang Surut Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya permukaan air laut sebagai
akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari terhadap massa air di bumi. Bulan mempunyai peranan yang lebih besar dari pada matahari
dalam menentukan pasang surut Bishop 1984. Di Perairan Kota Dumai terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
semalam. Hanya saja tinggi antara pasang yang satu berbeda dengan yang lainnya. Menurut Nontji 1993, tipe pasang tersebut termasuk ke dalam tipe pasang surut
campuran condong keharian ganda. Perbedaan tinggi pasang surut di perairan Kota Dumai mencapai 3,1 meter. Hal
ini terjadi pada saat pasang purnama, baik pada saat bulan purnama maupun pada saat bulan baru. Pada saat ini pasang tinggi akan maksimum dan surut terendah akan
minimum. Sedangkan pada saat perbani, perbedaan pasang tertinggi dan surut terendah hanya 0,7meter.
Dalam satu bulan terjadi dua kali pasang purnama dan dua kali pasang perbani. Di mana tinggi pasang surut dari hari kehari berikutnya tidak sama. Adanya
perbedaan ini disebabkan oleh posisi bulan terhadap bumi berubah sesuai dengan pergerakan bulan mengelilingi bumi. Untuk perairan Kota Dumai pasang tinggi dari
satu hari kehari berikutnya akan terlambat 50 menit PKSPL UNRI 2002. 2
Musim Pada daerah yang berhubungan langsung dengan Selat Malaka, masyarakat
nelayan mengenal empat musim yaitu: musim utara, timur, selatan dan barat. Kondisi oseanografi perairan sangat ditentukan oleh musim dimana pada musim utara, angin
berhembus sangat kuat disertai gelombang besar. Sementara pada musim timur juga terjadi angin kencang dan gelombang besar namun tidak sebesar musim utara.
Sedangkan pada musim selatan dan barat gelombang dan angin relatif tenang dibandingkan musim utara . Walaupun pada musm utara dan timur angin kencang dan
gelombang besar, namun kondisi ini tidak langsung mempengaruhi perairan pasisir Kota Dumai karena terlindung oleh Pulau Rupat.
Bagian utara dan timur Selat Rupat berhubungan langsung dengan Selat Malaka, maka pada musim-musim tersebut kondisi di Selat Malaka akan merambat
masuk ke perairan pesisir Kota Dumai melalui ujung utara dan timur Selat Rupat. Sehingga pada beberapa bagian daerah pesisir terutama bagian timur dan utara
terjadi abrasi di Pantai akibat aksi gelombang besar yang merambat dari Selat Malaka.
3 Pola Arus
Arus yang terjadi di perairan pesisir kota Dumai merupakan arus yang dibangkitkan oleh gerakan gelombang pasang surut yang merambat dari Selat Malaka
dan Selat Rupat. Dengan demikian arah arus yang terjadi akan mengikuti pola arus yang terjadi di Selat Malaka dan Selat Rupat PKSPL UNRI 2003.
Secara umum arus pasang di Selat Malaka akan bergerak dari arah barat laut ke arah tenggara sedangkan pada saat surut arus akan bergerak dari arah tenggara
menuju barat laut. Sementara di Selat Rupat khususnya di perairan pesisir Kota Dumai, pada saat air pasang, arus akan merambat dari arah utara menuju selatan.
Setelah itu arus akan berbelok ke arah timur dan bergabung kembali dengan arus di Selat Malaka, yang mengalir ke arah tenggara dan sebagian masuk ke Selat
Bengkalis. Sebaliknya pada saat surut , arus akan bergerak dari arah timur menuju barat kemudian berbelok ke utara dan keluar di Selat Malaka.
Kecepatan arus pada masing-masing tempat juga bervariasi, akan tetapi secara umum kecepatan arus pada saat pasang lebih tinggi dibandingkan dengan saat surut.
Kecepatan arus maksimum 0,5 meterdetik 1,0 knot terjadi pada saat pasang. Arus yang paling lambat terjadi pada saat surut yaitu hanya 0,22 meterdetik 0,4 knot
PKSPL UNRI 2003. 4
Gelombang Tinggi gelombang di perairan pesisir Kota Dumai berkisar antara 0,05 hingga
0,35 meter. Pada musim utara gelombang yang cukup besar akan menerpa bagian utara dan timur pesisir Kota Dumai. Hal ini dkarenakan daerah ini berhadapan
langsung dengan selat malaka yang merupakan parairan terbuka. Selama musim tersebut gelombang dapat menyebabkan abrasi.
5 Suhu dan Salinitas
Suhu dan Salinitas mempengaruhi densitas air ρ. Semakin dalam perairan,
suhunya makin rendah dan salinitas makin meningkat, sehingga rapat air juga meningkat Raymont, 1996 dalam PKSPL UNRI, 2003.
Suhu sangat berpengaruh terhadap kondisi arus di laut. Arus air akan bergerak dari perairan bersuhu tinggi ke perairan yang bersuhu rendah, untuk menggantikan
massa air yag menguap. Suhu air permukaan di laut Dumai cukup tinggi 32°C - 34°C. Pada lokasi pengukuran dua mil dari pantai, sedangkan salinitas perairan laut Kota
Dumai berkisar 14-27 ppt, di mana pada muara-muara sungai salinitasnya lebih rendah yaitu 14-22 ppt.
4.2 Kondisi Perikanan Tangkap
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam suatu pengoperasian alat tangkap dimana terdiri dari nelayan, perahukapal penangkap ikan
dan alat tangkap yang digunakan.
4.2.1 Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariananya melakukan usaha penangkapan ikan. Nurani 1987 mendefenisikan nelayan sebagai orang yang secara
aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan di pesisir perairan Kota Dumai dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: nelayan penuh, nelayan
sambilan dan buruh nelayan andon. Tabel 3 Jumlah nelayan berdasarkan kategori usaha di Perairan Pesisir Kota Dumai
tahun 2000 – 2006
No Kategori Usaha
Tahun 2000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 1
Nelayan Penuh
1.199 1.221 1.244 1.252 1.250 1.252 1.256
2 Nelayan Sambilan
346 352
364 367
369 365
368 3
Buruh Nelayan Andon 168
171 195
196 198
201 202
Jumlah 1.713
1.744 1.803 1.815 1.817 1.818 1.826 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan tahun 2006
4.2.2 Perahukapal
Perahu kapal yang beroperasi diperairan Kota Dumai, dapat berupa kapal sarana transportasi orang atau barang maupun kapal unit penangkapan ikan yang
didominasi oleh perahu tidak bermotor ukuran sedang. Tahun 2005-2006 perahu kapal motor 0-5 GT mengalami peningkatan.
Tabel 4 Perahukapal berdasarkan jenisukuran di Perairan Pesisir Kota Dumai tahun 2000-2006
No Ukuran Perahu
Tahun Kapal
motor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
1 Perahu
tanpa motor
463 486 533 538 544 546 546 2
Tanpa perahu 2
7 7
8 6
6 6
3 Kapal
motor -
0-5 GT
234 265 274 275 277 278 278 - 5-10 GT
14 15
16 Jumlah
699 758 814 821 841 843 846 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan tahun 2006
Perkembangan jumlah perahukapal motor pertanda adanya keinginan dari nelayan untuk meningkatkan produksinya dengan cara melakukan pencarian daerah
penangkapan ikan fishing ground yang lebih jauh dengan waktu relatif cepat melalui penggunaan jenis dan kekuatan mesin kapal yang berkekuatan besar.
4.2.3 Alat tangkap
Untuk dapat meningkatkan taraf hidup nelayan, salah satu hal penting adalah dengan meningkatkan hasil tangkapan, cara yang paling tepat adalah dengan memilih
dan menggunakan alat tangkap yang berbasis sumberdaya demersal sehingga keberadaan sumberdaya ikan demersal dapat terus lestari.
Unit penangkapan ikan demersal yang digunakan oleh nelayan pesisir Kota Dumai didominasi oleh sondong scoop nets, gombang portable traps, rawai dasar
bottom long line. Tabel 5 Jumlah unit alat tangkap berdasarkan jenis alat tangkap tahun 2005-2006
No Jenis Alat
Tangkap 2005
2006 1 Sondong
Scoop net 90 98
2 Rawai TetapDasar
42 42 3 gombang
Portable trap 54 54
Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan tahun 2007