HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber dan Jenis Pencemar Perairan Donan

Parameter Fisika Kualitas Perairan Donan Pengukuran parameter fisika kualitas perairan diambil sebagai data penunjang penelitian. Parameter fisika kualitas Perairan Donan yang di ukur meliputi suhu, kekeruhan, total padatan tersuspensi TSS. Suhu Air Suhu air memiliki kaitan erat dengan kualitas lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semakin tinggi suhu perairan semakin menurun kualitasnya, karena kandungan oksigen terlarut yang ada juga akan semakin menurun sehingga banyak mikroorganisme perairan yang mati. Tinggi rendahnya suhu air dipengaruhi oleh suhu udara sekitar, kedalaman air, jenis bahan yang masuk ke perairan, tutupan vegetasi dan kekeruhan air. Hasil pengukuran suhu Perairan Donan berkisar antara 28-37.5 o C. Nilai suhu terendah terdapat pada stasiun satu kondisi pasang yaitu 28 o C. menurut Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 perbedaan suhu alamiah dengan hasil pengukuran tidak boleh lebih dari tiga derajat. Perairan kondisi pasang deviasinya sebesar 2.9 sedangkan pada kondisi surut deviasinya sebesar 3.4, artinya suhu perairan pada kondisi surut melebihi batas yang ditentukan, sedangkan kondisi pasang masuk dalam batasan tetapi perlu harus di jaga agar tidak melebihi batasan yang ditentukan. Deviasi yang tinggi menyebabkan suhu perairan sangat jauh berbeda antara stasiun satu dengan yang lainnya, sehingga berhubungan dengan kenyamanan dan ketahanan biota yang hidup didalamnya. Nilai suhu udara pada stasiun empat selalu lebih tinggi baik pada kondisi pasang maupun surut, hal tersebut karena adanya bahan pencemar dari industri setempat dibuang keperairan, excess air buangan industri industri yang dibuang kelingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu membuat suhu perairan naik, bahkan masyarakat setempat menyebut aliran tersebut “Kali Panas”. Tingginya suhu perairan di lingkungan dekat stasiun empat membuat biota perairan tidak dapat hidup, begitu juga dengan vegetasi yang ada disekitar wilayah stasiun pengambilan sampel tersebut. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa suhu daerah tropis berkisar antara 27-35 o Perbedaan suhu antar jarak pengamatan tidak terlalu tinggi bahkan relatif sama, hal ini diduga karena perairan bersifat dinamik sehingga kemungkinan terjadinya stratifikasi suhu pun menjadi sangat rendah. Perbedaan suhu juga dapat berpengaruh oleh suhu udara, perbedaan intensitas cahaya matahari pada saat C Abowei dan George 2009. Tingginya suhu air dan udara disebabkan karena adanya aktivitas kimia maupun biologis seperti degradasi bahan organik dari sampah atau limbah yang terbawa. Pada kondisi surut air sungai turun dan suhu perairan tersebut menjadi tinggi. Selain itu, suhu tinggi diperairan dapat disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi saat ini yang menyebabkan suhu udara meningkat sehingga menyebabkan suhu udara menjadi ekstrim. Industri pengolahan semen limbah yang dihasilkan lebih banyak limbah gas, dan debu. Cerobong asap tiap mesin industri menghasilkan limbah yang dibuang ke udara, selain menyebabkan udara menjadi panas pada lokasi penelitian juga bila terjadi hujan limbah akan menyatu dengan air hujan dan terbawa ke perairan. pengukuran, ketinggian, kekeruhan, kondisi iklim, dan cuaca pada saat pengukuran. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran suhu Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.1 Gambar 4.1 Suhu Perairan Donan pada kondisi pasang dan surut Kekeruhan Nilai kekeruhan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Semakin tinggi nilai kekeruhan maka kualitas perairan tersebut semakin buruk. Rata-rata pengamatan nilai kekeruhannya antara 8.25-39.45 mgl. Nilai kekerukan tertinggi baik pada kondisi pasang maupun surut terletak distasiun dua dan empat, stasiun dua pada kondisi surut sebesar 39.45 mgl pada kondisi pasang sebesar 27.5 mgl dan stasiun empat pada kondisi surut sebesar 23.3 mgl dan pada kondisi pasang sebesar 26.05 mgl. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat didalam air, misalnya pertikel lumpur, bahan organik, plankton dan mikroorganisme Mason 1981. Nilai kekeruhan di lokasi penelitian pada kondisi surut rata-rata lebih tinggi dibandingkan kondisi pasang karena volume air yang meningkat pada kondisi pasang menyebabkan pencampuran yang baik antar komponen sehingga menyebabkan kekeruhan kondisi pasang menjadi rendah disbandingkan pada kondisi surut. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran nilai kekeruhan Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.2 Gambar 4.2 Nilai kekeruhan Perairan Donan Total Suspended Solid TSS Padatan tersuspensi terdiri dari partikel halus yang terlaruttersespensi berupa partikel padatan yang terlarut bersama air serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah, erosi, maupun bahan pencemar yang masuk kedalam badan air. Tingginya bahan tersuspensi pada perairan maka nilai TSS pada saat pengukuran juga tinggi. Padatan tersuspensi mengandung bahan organik dan bahan anorganik Suwari 2010. Padatan tersuspensi merupakan bahan-bahan tersuspensi dalam air yang tertahan pada 0.45µm dan tidak terlarut. Padatan tersuspensi juga mempengaruhi fontosintesis dalam air karena mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga akan mempengaruhi oksigen yang ada di perairan Effendi 2003. Hasil pengukuran TSS Perairan Donan antara 6.5-81.5 mgl. Pada stasiun dua dan stasiun empat terlihat nilai TSS nya tinggi karena di daerah tersebut dekat dengan wilayah mangrove dan industri baik migas, industri pengolahan semen, gula rafinasi, maupun bengkel perkapalan. Wilayah mangrove pada stasiun dua dan empat tanahnya mudah tersuspensi oleh air sehingga sering menjadi penyebab sedimentasi pada perairan tersebut yang menyebabkan nilai TSS dilokasi tersebut tinggi. Dalam penelitian Sutisna 2007 menyebutkan bahwa di muara sungai nilai TSS nya cenderung lebih besar, hal tersebut disebabkan oleh sedimentasi dan sampah-sampah organik yang terbawa arus sungai yang mengandung padatan yang menyebabkan kekeruhan air. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai padatan tersuspensi 50 mgl. Tingginya nilai TSS akan menghambat fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air tingginya padatan tersuspensi juga dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fardiaz 1992 padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya kedalam air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen untuk fotosintesis. Menurut Kodoatie dan Sjarief 2008 pengendalian sedimentasi harus dilakukan pada sistem sungainya, hal ini tergantung dari karakteristik geometrik hidraulik penampang sungai misalnya lebar, tinggi air, debit air, dan karakteristik sedimen yang terangkut selain itu juga penanaman pohon sekitar sungai sangat penting dilakukan untuk mengurangi erosi dan sedimentasi. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran TSS Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.3 Gambar 4.3 Nilai TSS Perairan Donan Parameter Kimia Kualitas Perairan Donan Pengukuran parameter kimia kualitas perairan diambil sebagai data penunjang penelitian. Parameter kimia kualitas Perairan Donan yang di ukur meliputi pH, DO, Biological Oxygen Demand BOD, Chemical Oxygen Demand COD, logam berat Pb Timbal, Cd kadmium. Derajat Keasaman pH Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kekuatan asam dan basa dalam air. Besarnya pH air mempengaruhi kelarutan dan bentuk senyawa kimia dalam badan air. Perubahan pH dalam air akan mempengaruhi perubahan dan aktivitas biologis. Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung antara pH 6.5-8.2. Pada baku mutu perairan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 antara 6-9. Pada pengukuran pada saat pasang maupun surut nilai pH yang didapat antara 5.75-7.25. Rendahnya nilai pH pada stasiun satu diduga terkait adanya aktifitas kegiatan yang ada disekitar perairan, misalnya industri pengolahan semen, perikanan, pertanian, transportasi nelayan yang menangkap hasil perairan. Fluktuasi nilai pH pada air sungai dipengaruhi oleh bahan organik yang membebaskan CO 2 jika mengalami proses penguraian juga berpengaruhnya waktu pengambilan sampel Effendi 2003. Air limbah industri bahan organik umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi, basa dan garam basa dalam air, hujan asam akibat emisi gas. Rendahnya nilai pH bisa diakibatkan karena terjadinya hujan asam, karena penurunan nilai pH perairan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan daya larut dari bahan berbahaya dan beracun B3, logam berat seperti merkuri Hg, arsen As, kadmium Cd, timbal Pb, pestisida, dll serta bahan kimia yang dihasilkan dari kegiatan antropogenik lain seperti tributylin TBT, pestisida, dan sebagainya Riani 2012. Pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa nilai pH Perairan Donan masih tergolong layak bagi kehidupan biota. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran pH Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.4 Gambar 4.4 Grafik pengukuran nilai pH Perairan Donan Menurut Adeyemo et al. 2008 masalah utama yang terkait dengan asidifikasi adalah meningkatnya pH perairan yang dapat menyebabkan peningkatan kelarutan beberapa logam, disamping pengaruhnya terhadap kerusakan daerah pengaliran sungai. Ketika nilai pH 4.5, maka kelarutan atau konsentrasi logam dalam air akan meningkat. Hal ini menyebabkan logam dalam air dapat bersifat racun bagi ikan dan biota perairan lainnya serta membuat air tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Oxygen Demand DO Oksigen terlarut DO merupakan parameter kualitas air yang menggambarkan kondisi kesegaran suatu perairan, sehingga apabila kadar oksigen terlarut rendah maka ada indikasi telah terjadi pencemaran zat organik pada lokasi tersebut Effendi 2003. Kadar DO menunjukkan jumlah oksigen terlarut dalam air atau mengindikasikan status oksigen dalam badan air. Oksigen dibutuhkan organisme untuk melakukan proses respirasi baik eksternal maupun internal. Kandungan oksigen terlarut dalam air sangat penting bagi kehidupan organisme. Kandungan oksigen terlarut juga dapat dijadikan petunjuk tentang adanya pencemaran bahan organik. Pada pengamatan di dapatkan nilai DO antara 1.7-6.9 mgl. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai DO4 mgl. Pengukuran saat kondisi surut didapat nilai DO antara 1.7-2.7 mgl, sedangkan pada kondisi pasang didapatkan nilai DO antara 3.5-6.9 mgl. Berkurangnya oksigen pada kondisi surut diakibatkan debit air sungai yang kecil di banding pada saat pasang, penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam air yang tinggi, dan juga banyaknya bahan organik yang masuk ke dalam perairan. Sesuai dengan pendapat Sutisna 2007 afinitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik diperairan, arus dan proses pencampuran serta interaksi antara permukaan air akan dapat mempengaruhi konsentrasi O 2 terlarut, hal tersebut diduga penyebab nilai DO saat pengamatan rendah. Penelitian Suwari 2010 menyatakan bahwa semakin banyak zat organik, semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme. Rendahnya jumlah oksigen diperairan juga berpengaruh terhadap kehidupan biota perairan tersebut, kemampuan untuk hidup dan kemampuan organisme pengurai limbah berkurang sehingga tingkat pencemaran akan semakin tinggi terutama yang berada paling bawah kolom air yaitu sedimen Garcia dan Gomez 2004. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran DO Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.5 Gambar 4.5 Grafik nilai pengukuran DO Perairan Donan Penurunan kadar DO dapat terjadi karena adanya penambahan beban pencemaran organik dalam jumlah besar, yang disebabkan oleh buangan limbah cair yang melebihi kemampuan self purification sungai dan adanya bahan kimia yang dapat teroksidasi oleh oksigen. Peristiwa tersuspensi akibat penambahan debit air secara tiba-tiba mengakibatkan larutan-larutan racun di dasar sungai dapat terangkat dan tersuspensi dalam air sehingga akan meningkatkan kekeruhan. Biological Oxygen Demand BOD BOD adalah banyaknya oksigen yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air selama lima hari. Nilai BOD di gunakan sebagai cara untuk mengindikasikan pencemaran organik di perairan. Semakin tinggi nilai BOD 5 menunjukkan semakin tingi aktifitas organisme untuk menguraikan bahan organik atau dapat dikatakan juga semakin besar kandungan bahan organik di perairan itu. Hasil pengukuran didapatkan nilai BOD antara 3-45 mgl. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai BOD 3 mgl. Nilai BOD yang tinggi terdapat di stasiun dua kondisi pasang sebesar 22.5mgl , kondisi surut 25 mgl, stasiun empat sebesar 27.5 dan stasiun 6 pada kondisi pasang yang paling tinggi sebesar 45 mgl. Nilai BOD yang tinggi secara langsung mencerminkan tingginya kegiatan mikroorganisme didalam air dan secara tidak langsung memberikan petunjuk tentang kandungan bahan-bahan organik yang tersuspensikan. Nilai pengukuran BOD apabila hasilnya tinggi maka ada indikasi telah terjadi pencemaran zat organik pada lokasi tersebut, karena kandungan oksigen terlarut dalam air sangat penting bagi kehidupan organisme. Pemasukan buangan organik dan volume air yang naik maupun turun yang dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan konsentrasi BOD sungai. Adanya pengaruh arus dan pergerakan massa air yang disebabkan oleh pasang surut di Perairan Donan sehingga diduga adanya pergerakan pada BOD 5 kearah pergerakan arus dan massa air tersebut. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran BOD Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.6 Gambar 4.6 Grafik nilai pengukuran BOD Perairan Donan Chemical Oxygen Demand COD Kebutuhan oksigen kimia COD menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar dibiodegradasi secara biologis non-biodegradable Santika 1984. Nilai COD dapat digunakan sebagai ukuran bagi pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen didalam air. Hasil pengukuran didapat nilai COD antara 50.48-75.42 mgl. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 adalah 25 mgl. Pengamatan yang dilakukan dari stasiun satu sampai stasiun enam baik pada kondisi pasang maupun surut di atas baku mutu yang di tetapkan. Tingginya nilai COD karena banyaknya kandungan bahan organik tidak mampu diuraikan secara biologis. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Sutisna 2007 hasil pengamatan COD diatas baku mutu diduga banyak bahan organik yang tidak terurai secara biologis di pelabuhan sunda kelapa yang berasal dari limbah organik dan limbah industri. Nilai COD yang lebih besar dari BOD mengindikasikan keberadaan bahan-bahan yang dapat teroksidasi secara kimia terutama bahan-bahan non-biodegradable. Tingginya pencemaran konsentrasi BOD dan COD berasal dari buangan limbah industri, pertanian, kegiatan pelabuhan, transportasi air perahu nelayan maupun kapal penumpang yang menuju segara anakan. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran COD Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.7 Gambar 4.7 Grafik Nilai pengukuran COD Perairan Donan Pb Timbal Logam timbal Pb merupakan kelompok logam berat yang tidak dapat di degradasi oleh tubuh, bersifat toksik walaupun konsentrasinya rendah, sehingga keberadaan dalam lingkungan perairan telah menjadi permasalahan lingkungan hidup Effendi 2003. Hasil penelitian Pb di lokasi penelitian setelah dilakukan uji analisa menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometric AAS terdeteksi antara 0.04-0.0985 ppm. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai Pb yang diperbolehkan 0.03 ppm. Pada kondisi pasang nilai pengukuran Pb lebih tinggi yaitu antara 0.0795-0.099 ppm di banding kondisi surut antara 0.04-0.093 ppm. Seringnya terjadi sedimentasi di hulu waktu kondisi pasang, maupun lumpur mangrove sekitar sungai yang tergenang air, tingginya curah hujan sehingga debit air sungai juga tinggi pada waktu pasang menyebabkan sedimentasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Walukow 2008 menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan tingginya nilai bahan pencemar logam yang mengalir dari Danau Sentani Papua adalah tingginya erosi dan sedimentasi di sekitar bantaran danau tersebut. Tingginya nilai Pb juga disebabkan karena adanya bahan pencemar yang masuk ke perairan, bongkar muat barang atau mobilisasi lalu lintas perairan perahu yang menggunakan bahan bakar minyak BBM. Logam yang terdapat dalam ekosistem perairan tidak selalu berbahaya, atau bersifat toksik. Tingginya kandungan logam total dalam perairan tidak dapat disimpulkan bahwa akumulasinya pada organism yang hidup di dalamnya juga akan tinggi. Hal ini disebabkan karena pada saat logam masuk ke perairan logam tersebut akan bereaksi dengan ligan, baik ligan organik maupun ligan anorganik dan selanjutnya akan membentuk struktur kimia yang lebih kompleks, logam berat sangat sulit dilepaskan dari kompleks tersebut, terutama bila terjadi pada sedimen Riani 2012. Menurut Barreiro et al. 2004 menyebutkan sedimen merupakan tempat terjadinya pengendapan akhir logam berat, dan konsentrasi logam berat pada sedimen tersebut bukan hanya bergantung pada masukan logam berat semata, tetapi juga bergantung pada asal dan komposisi sedimen, ukuran partikel sedimen serta pada jenis reaksinya saat terjadi pengendapan. Tingginya kandungan logam total Keberadaan arus dan gelombang air yang kuat disekitar lokasi pengamatan berperan dalam menentukan keberadaan logam di badan perairan. Hal ini dikarenakan arus dapat mengaduk massa air yang ada didekat dasar perairan maupun yang berada di dalam sedimen sehingga keberadaannya di perairan tidak akan terkonsentrasi hanya pada tempat tertentu saja. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran Pb Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.8 Gambar 4.8 Grafik pengukuran Pb Perairan Donan Kadmium Cd Logam Cd bersifat toksik terhadap organisme dan sulit di degradasi dalam tubuh. Kadar logam Cd yang tinggi juga dapat mempengaruhi biota perairan terutama ikan atau kerang. Tingginya logam Cd dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari pencemar yang dibuang ke perairan. Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan karena pada pH yang tinggi cadmium mengalami presipitasipengendapan Effendi 2003. Hasil pengukuran didapat nilai Cd antara 0.008-0.4 ppm. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 sebesar 0.001 ppm. Hasil analisa menggambarkan baik pada kondisi pasang maupun surut diatas baku mutu yang ditetapkan, artinya Perairan Donan telah tercemar logam berat Cd. Lokasi penelitian banyak industri yang berdiri di sekitar Perairan Donan industri migas, pengolahan semen, bengkel perkapalan, pengantongan pupuk, dll dan juga aktifitas lain seperti pelabuhan, pertanian, transportasi air yang menggunakan bahan bakar minyak. Sumber Cd dalam badan perairan yang terkontribusi dari limbah industri sangat sedikit yaitu 0.6 dari total kandungan Cd yang ada. Kontribusi paling besar dari logam Cd justru berasal dari limbah padat, kerak bumi, sumber alamiah hawleyite, sphalerite, greenockite, otavite Moore 1991 yaitu sebesar 82, sedangkan limbah yang berasal dari limbah cair rumah tangga dan aliran dari pemukiman dan perkotaan adalah 5. Hal ini diduga erat ada kaitannya dengan peringatan oleh beberapa lembaga di dunia yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti greenpeace akan bahaya logam kadmium, sehingga apabila suatu industri kedapatan secara nyata mencemari perairan dengan kadmium maka dapat dicabut ijin usahanya. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran Cd Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.9 Gambar 4.9 Grafik pengukuran Cd Perairan Donan Konsentrasi Logam Pb dan Cd dalam Sedimen Sedimen pada perairan mempunyai peranan yang penting sebagai tempat berkumpulnya berbagai bahan pencemar, termasuk logam berat beracun. Telah diketahui bahwa logam berat di lingkungan perairan mempunyai kedudukan yang penting dalam studi ekotoksikologi karena keberadaannya beracun meskipun dalam konsentrasi yang kecil trace. Dalam kondisi menjadi struktur kimia yang kompleks, logam berat sangat sulit dilepaskan dari kompleks tersebut, terutama apabila kompleks tersebut berada dalam sedimen, bahkan pada sedimen tanah liat dan sedimen yang terdiri dari bahan organik, logam berat sangat sulit terlepas dalam sedimen bahkan tidak dapat terlepas dalam sedimen. Pada sedimen perairan, bahan organik memegang peranan penting dalam mengatur efek biologi dari trace logam berat, yaitu mungkin mempunyai sifat dalam detoksifikasi, membantu mencegah akumulasi secara biologi ataupun bahkan meningkatkan daya racunnya. Hasil pengukuran di dapat konsentrasi Pb antara 0.4-53.6 ppm, sedangkan konsentrasi Cd pada sedimen sebesar 0.08-4.55 ppm. Baku mutu yang ditetapkan oleh Canadian Council Minister of the Environment CCME 2002, menetapkan maksimum logam Pb kurang dari 35 ppm, Cd 0.6 ppm. Namun menurut US-EPA 2004 kadar Cd maksimum yang diperbolehkan sebesar 0.67 ppm, kadar Pb yang di perbolehkan kurang dari 47.82 ppm. Sedangkan menurut Ducth Quality Standards For Metal in Sediments IADCCEDA 1997 kadar Cd yang diperbolehkan yaitu di bawah 0.8 ppm, dan Pb 85 ppm. Perlu di waspadai kadar logam berat dalam sedimen keberadaannya pada biota laut seperti ikan maupun kerang-kerangan. Hal ini terkait dengan sistem rantai makanan yang ada, karena logam yang terdapat diperairan lama kelamaan akan terakumulasi pada sedimen sehingga kadar logam dalam sedimen menjadi tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Puspitasari 2011 tingginya nilai logam berat yang berada di perairan pesisir Cirebon maka logam berat yang terdapat pada sedimen semakin tinggi begitu juga kerang hijau yang hidup di pesisir Cirebon. Logam berat yang terakumulasi dalam biota yang dikonsumsi oleh manusia seperti ikan dan kerang akan sangat membahayakan. Konsentrasi logam berat pada sedimen lebih tinggi dari pada konsentrasi pada perairan disebabkan adanya akumulasi logam di perairan yang mengendap di dasar air, lama kelamaan logam akan terus bertambah sehingga kadar logam di sedimen lebih tinggi dari kadarnya di perairan Edet dan Ubuo 2013. Tingginya konsentrasi pada sedimen juga disebabkan karena konsentrasi logam dalam air dipengaruhi oleh faktor musim. Logam logam didalam badan perairan dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi antara air dengan sedimen endapan. Keadaan ini terutama terjadi dibagian dasar perairan. Dimana pada dasar perairan, ion logam dan kompleks- kompleksnya yang terlarut dengan cepat akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar apabila terjadi kontak dengan pertikulat yang melayang-layang pada badan perairan Palar 2008. Kualitas sedimen juga berpengaruh terhadap kualitas biota perairan yang hidup di perairan tersebut, karena untuk hidup beberapa biota perairan mengambil nutrisi dari sedimen Forstner et al 1993. Sedimen merupakan tempat terjadinya pengendapan akhir logam berat, dan konsentrasi logam berat pada sedimen tersebut bukan hanya bergantung pada masukan logam berat, tetapi juga bergantung pada asal dan komposisi sedimen, ukuran partikel sedimen serta pada jenis reaksinya pada saat terjadinya pengendapan Riani 2012. Meskipun demikian sebaran logam berat pada area studi tidak memperlihatkan pola penyebaran yang jelas. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi hidrodinamik dari Perairan Donan yang mempunyai arus air yang kuat dengan pergantian massa air harian. Secara umum, kandungan logam berat di stasiun-stasiun dekat kegiatan industri dan pelabuhan stasiun dua, empat, lima dan enam mempunyai kecenderungan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding stasiun yang lain. Dengan demikian kegiatan industri migas, industri pengolahan semen, industri pengantokan pupuk, bengkel perkapalan yang terdapat di pinggir Sungai Donan dan juga transportasi air merupakan sumber utama dari pencemaran logam berat pada sedimen. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran konsentrasi Pb dan Cd sedimen pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.10 4.11 Gambar 4.10 Grafik konsentrasi Pb pada sedimen Gambar 4.11 Grafik konsentrasi Cd pada sedimen Kandungan Logam Berat Pb dan Cd Pada Kerang Polymesoda erosa Akumulasi logam Pb dan Cd dalam Polymesoda erosa terjadi karena penyerapan logam dari air media oleh kerang. Konsentrasi logam Pb dan Cd akan terakumulasi pada jaringan lunak kerang. Unsur logam dapat masuk ke dalam tubuh biota perairan melalui tiga cara yaitu melalui rantai makanan, insang, dan difusi melalui permukaan kulit. Kerang memiliki habitat yang menetap, pergerakan yang lambat, serta memiliki cara makan yaitu dengan cara menyaring air dan nutrisi dari sedimen. Logam yang sudah bersifat bioavailable akan bersifat toksik dan mudah terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup. Logam yang terakumulasi dalam tubuh maka akan menjadi benda asing yang terikat dan terakumulasi pada tubuh mahluk hidup pada akhirnya akan menyebabkan gejala toksisitas pada tubuh mahluk hidup tersebut Riani, 2012 Hasil pengamatan kandungan logam pada kerang Polymesoda erosa Pb antara 4-53.8 ppm sedangkan logam Cd pada kerang sebesar 0.97-20 ppm. Ambang batas kandungan logam berat Kadmium yang dianjurkan oleh ILOWHO 1990 bahwa dalam hewan laut dalam hal ini kerang yang dikonsumsi oleh manusia adalah sebesar 0.1 ppm, berdasarkan Dirjen POM Depkes RI No. 03725BSK1989 Pb max 2 ppm, Cd max 1 ppm, hal ini jelas menunjukkan bahwa jaringan pada kerang totok Polymesoda erosa yang yang ada di Perairan Donan tidak layak konsumsi karena telah melebihi nilai ambang batas. Pada satasiun dua terlihat baik logam Cd maupun Pb lebih tinggi dari pada konsentrasi pada stasiun lainnya. Hasil tersebut menunjukkan telah terjadi bioakumulasi dalam jaringan lunak kerang, sehingga konsentrasi logam dalam tubuh kerang semakin tinggi. Kenaikan logam dalam jaringan sesuai dengan kenaikan kandungan logam dalam air dan juga sedimen. Logam Pb dan Cd memiliki kecenderungan tinggi kadarnya pada kerang yang memiliki ukuran besar. Hal tersebut karena besarnya cangkang suatu spesies biasanya identik dengan umur spesies tersebut. Artinya semakin besar ukuran cangkang maka umurnya akan semakin lama, sehingga akumulasi logam berat akan berlangsung lebih lama dari pada kerang dengan cangkang yang berukuran lebih kecil. Kecepatan penyerapan secara langsung untuk beberapa logam sesuai dengan tingkatan ketersediannya konsentrasi di lingkungan karena kerang mengambil nutrisi dari sedimen. Sesuai dengan pendapat Puspitasari 2011 menunjukkan bahwa konsentrasi Pb pada sedimen sekitar wilayah pelabuhan yang melebihi baku mutu yang ditetapkan menyebabkan tingginya abnormalitas larva kerang di kawasan tersebut. Selain faktor konsentrasi logam yang cukup tinggi dalam sedimen, faktor musim juga berpengaruh terhadap laju masuknya polutan dari daratan. Curah hujan yang tinggi diduga membawa limpasan hasil aktivitas daratan yang dapat mengandung sumber polutan seperti logam berat. Faktor tingginya konsentrasi logam dalam sedimen dan faktor curah hujan yang tinggi, abnormalitas kerang juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak di ukur dalam penelitian ini. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran konsentrasi Pb dan Cd kerang Polymesoda erosa pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.12 4.13 Gambar 4.12 Grafik konsentrasi Pb pada kerang P.erosa Gambar 4.13. Grafik konsentrasi Cd pada kerang P. erosa Beban Pencemaran Perairan Donan Beban pencemaran merupakan besarnya bahan pencemar yang masuk ke suatu perairan. Aliran masuk dapat berupa point source atau aliran dengan saluran pada titik tertentu, seperti saluran drainase atau irigasi, anak sungai, dan outlet limbah industri di lokasi penelitian misalnya industri migas, pengolahan semen, pengantongan pupuk, bengkel perkapalan. Sumber pencemar juga bisa berupa non point source atau aliran masuk yang tidak berupa saluran tertentu dan merata di sepanjang sungai, yaitu limbah dari kapal yang berlabuh baik perahu kecil sampai kapal tongkang yang lebih besar, kegiatan pencucian mesin kapal, pembakaran BBM pada alat tranportasi air mengingat lokasi penelitian merupakan pelabuhan yang utama menghubungkan antara Cilacap dengan kawasan segara anakan, limbah dari kegiatan domestik, limbah pertanian. Penghitungan beban pencemaran bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber pencemaran, jenis pencemar dan besarnya beban pencemar yang masuk ke perairan. Penghitungan beban pencemaran dari parameter limbah organik COD, BOD, TSS, Logam Pb dan Cd dihitung berdasarkan perkalian antara debit sungai dengan konsentrasi parameter kualitas air yang diteliti. Kecepatan arus saat surut sebesar 0.5155 mdtk dan kecepatan arus saat pasang 0.4430 mdtk. Besarnya beban pencemar yang masuk ke Perairan Donan dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Parameter beban pencemaran Perairan Donan No Parameter Bebantonhari Pasang Surut 1 TSS 92 83 2 BOD 67 28 3 COD 225 219 4 Pb 0.25 1.63 5 Cd 0.12 0.25 Sumber: Data perhitungan 2013 Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat beban pencemaran tertinggi adalah parameter COD pada kondisi pasang 225 tonhari, kondisi surut 219 tonhari. Sedangkan beban pencemar terendah adalah parameter Cd, pada kondisi pasang 0.12 tonhari, kondisi surut 0.25 tonhari. Beban limbah sangat di pengaruhi oleh kegiatan masyarakat maupun industri disepanjang Perairan Donan. Tingginya beban pencemar parameter TSS saat pasang 92 tonhari dibandingkan pada saat surut 83 tonhari disebabkan karena pada saat pasang biasanya di aliran sungai sering terjadi sedimentasi, begitu juga dengan parameter lainnya BOD, COD, kandungan logam Pb dan Cd di perairan, pada kondisi pasang beban sungai terlihat lebih tinggi daripada pada saat kondisi surut. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Rafni 2004 hasil beban pencemar di dapat pada kondisi pasang lebih rendah dari pada pada kondisi surut. Hal tersebut tergantung pada jenis kegiatan yang terjadi di sekitar perairan, besarnya debit limbah pencemar pada saat pasang maupun surut dipastikan sama. Kapasitas Asimilasi Perairan Donan Perairan Sungai memiliki kemampuan menampung beban pencemaran sampai pada batas-batas tertentu. Kemampuan ini dipengaruhi oleh proses pengenceran dan perombakan yang terjadi di dalamnya. Kapasitas asimilasi didefinisikan sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima beban pencemar limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya Sanusi et al. 2005. Konsentrasi polutan yang masuk ke perairan danau akan mengalami tiga fenomena, yakni dilution pengenceran, dispersion penyebaran dan decay or reaction reaksi penguraian. Kemampuan badan air dalam menerima limbah yang masuk ditentukan oleh flushing time kemampuan pembilasan atau penggelontoran dan purifikasi. Apabila beban limbah yang masuk ke perairan melebihi kemampuan asimilasinya, maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Penghitungan kapasitas asimilasi perairan dalam menampung beban pencemar dilakukan secara indirect approach tidak langsung yaitu dengan metode hubungan antara masing-masing konsentrasi parameter kualitas air di perairan sungai dengan beban pencemar perairan sungai. Kemudian hasil yang didapat dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001. Jika kapasitas asimilasi belum terlampaui, menunjukkan bahwa beban pencemar yang masuk masih tergolong rendah, dimana beban yang masuk akan mengalami proses difusi atau dispersi atau penguraian di dalam lingkungan perairan. Hal ini ditandai oleh nilai konsentrasi parameter beban pencemar yang masih di bawah nilai ambang batas baku mutu air. Sebaliknya, jika nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui, berarti bahan yang masuk ke perairan sungai tergolong tinggi. Parameter beban pencemar yang dianalisis seperti TSS, BOD, COD, logam Pb dan Cd. Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter beban pencemar dapat dilihat pada Gambar 4.14 sampai Gambar 4.18 Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter TSS dapat dilihat pada Gambar 4.14 Gambar 4.14 Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter TSS Grafik kapasitas asimilasi terhadap parameter beban pencemar TSS di Perairan Donan terlihat masih dibawah baku mutu yang ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 sebesar 50 mgl walaupun ada titik proyeksi yang diatas baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa Perairan Donan pada kondisi pasang telah melampaui kapasitas asimilasinya. Kondisi surut walaupun belum melampaui batas asimilasinya tetapi beban pencemar yang masuk harus dijaga agar kondisinya tidak melampaui kemampuannya untuk membersihkan diri sendiri. Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter BOD dapat dilihat pada Gambar 4.15 Gambar 4.15 Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter BOD Grafik kapasitas asimilasi terhadap parameter beban pencemar BOD di Perairan Donan titik proyeksi antara beban pencemar dan konsentrasi hasil pengukuran telah diatas baku mutu yang telah ditetapkan untuk BOD, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 BOD3 mgl. Hal ini menunjukkan bahwa Perairan Donan baik pada saat pasang maupun surut telah melampaui kapasitas asimilasi, artinya Perairan Donan telah tercemar bahan organik. Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter COD dapat dilihat pada Gambar 4.16 Gambar 4.16 Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter COD Grafik kapasitas asimilasi terhadap parameter beban pencemar COD di Perairan Donan, titik proyeksi antara beban pencemar dan konsentrasi hasil pengukuran telah diatas baku mutu yang telah ditetapkan untuk COD, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 COD25 mgl. Hal ini menunjukkan bahwa COD Perairan Donan baik pada saat pasang maupun surut sudah melampaui batas asimilasi. Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter logam Pb dapat dilihat pada Gambar 4.17 Gambar 4.17 Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter logam Pb Grafik kapasitas asimilasi terhadap parameter beban pencemar Pb di Perairan Donan, titik proyeksi antara beban pencemar dan konsentrasi hasil pengukuran telah diatas baku mutu yang telah ditetapkan untuk Pb, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pb0.03 mgl. Hal ini menunjukkan bahwa Perairan Donan baik pada saat pasang maupun surut telah melampaui kapasitas asimilasi, artinya Perairan Donan telah tercemar oleh logam berat Pb. Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter logam Cd dapat dilihat pada Gambar 4.18 Gambar 4.18 Kapasitas asimilasi berdasarkan parameter logam Cd Grafik kapasitas asimilasi terhadap parameter beban pencemar Cd di Perairan Donan, titik proyeksi antara beban pencemar dan konsentrasi hasil pengukuran telah diatas baku mutu yang telah ditetapkan untuk Cd perairan, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Cd0.01 mgl. Hal ini menunjukkan bahwa Perairan Donan baik pada saat pasang maupun surut telah melampaui kapasitas asimilasi, artinya Perairan Donan telah tercemar oleh logam berat Cd. Secara umum kondisi Perairan Donan dapat di katakan tercemar, seperti yang di paparkan diatas, yang rata-rata parameter pengukuran diatas baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, sehingga perlu adanya solusi atau penyelesaian untuk mempertahankan kondisi perairan agar dapat dipulihkan kualitasnya menjadi lebih baik lagi. Pada tiap-tiap parameter harus di cermati lebih dalam sumber pencemar, perlunya tindak lanjut terhadap industri-industri yang berdiri di sekitar Perairan Donan, limbah transportasi, limbah pertanian. Perlu adanya pemantauan secara terus menerus agar kualitas Perairan Donan sesuai peruntukannya. Tingkat Pencemaran Perairan Donan Tingkat pencemaran Perairan Donan terhadap parameter kualitas air didasarkan pada analisis parameter fisik, kimia air yaitu suhu, kekeruhan, padatan tersuspensi TSS, pH, BOD, COD, DO, logam Pb dan Cd perairan. Metode yang digunakan untuk menentukan status kualitas air dengan menggunakan indeks pencemar KepMen LH No 115 Tahun 2003. Indeks pencemar merupakan suatu nilai yang menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi umum kualitas air yang kemudian di transformasikan menjadi suatu indeks. Indeks pencemar dapat menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi umum kualitas air Perairan Donan. Indeks pencemaran Perairan Donan pada kondisi pasang maupun surut dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Indeks pencemaran Perairan Donan. Stasiun IP Keterangan 1 3 Tercemar Ringan 2 7.44 Tercemar Sedang 3 4.3 Tercemar Ringan 4 7.56 Tercemar Sedang 5 2.3 Tercemar Ringan 6 6.12 Tercemar Sedang Sumber: Data perhitungan 2013 Terlihat pada tabel diatas bahwa Peraitan Donan pada kondisi pasang tergolong tercemar sedang. Tingginya pencemaran dikarenakan adanya industri besar yang berdiri di dekat pengambilan sampel industri migas, pengolahan semen, bengkel perkapalan, industri gula rafinasi, industri pengantongan pupuk dan juga pelabuhan tempat kapal singgah, sehingga tingginya pencemaran karena banyaknya limbah yang masuk ke badan air pada saat kondisi pasang. Indeks pencemaran tercemar sedang pada stasiun dua, empat dan enam, sedangkan tercemar ringan terdapat pada stasiun satu, tiga dan lima. Stasiun dua, empat dan enam merupakan area dekat dengan industri besar yang ada di wilayah tersebut industri migas, pengolahan semen, bengkel perkapalan, jalan utama yang menghubungkan Cilacap dan wilayah Segara Anakan dan juga area perhutani. Sedangkan stasiun satu merupakan area sebelum kegiatan industri tetapi adanya kegiatan manusia misalnya pertanian, perikanan, stasuin tiga dekat dengan area pengembangan industri Cilacap, dan stasiun lima area pelabuhan Sleko. Dampak Pencemaran Perairan Donan terhadap Kesehatan Dampak pencemaran air pada umumnya dapat dibagi kedalam empat kategori KLH 2004 dampak terhadap biota air, dampak terhadap kesehatan manusia, dampak terhadap kualitas tanah dan dampak terhadap estetika lingkungan. Dampak Terhadap Ekosistem Tingginya beban pencemaran organik yang tinggi ditandai dengan nilai DO yang rendah, BOD, COD, TSS yang tinggi serta logam berat Pb dan Cd yang ada di perairan, sedimen maupun kerang P. erosa yang tinggi. Logam dapat terakumulasi pada tubuh manusia melalui kontak langsung maupun konsumsi makanan maupun air TNAS 2007. Kandungan TSS yang tinggi dapat mengakibatkan kandungan oksigen terlarut dalam badan air, sehingga mengganggu suplai oksigen bagi organisme air, seperti nekton dan benthos, mengurangi penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air, sehingga mengganggu fotosintesis tumbuhan air, sedimentasi dasar sungai karena tingginya padatan yang terlarut akibat buangan limbah yang dapat merubah karakteristik dasar sungai, akibatnya hewan yang menetap di dasar sungai P. erosa dapat tereliminasi. Perairan Donan yang tercemar juga berdampak pada penurunan rantai makanan alami dan indeks keragaman biota akuatik serta timbulnya perubahan struktur dan fungsi komunitas akibat terganggunya keseimbangan ekosistem. Keberadaan bahan pencemar dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi biologi molekuler suatu organisme. Perubahan struktur dan fungsi komunitas perairan disebabkan oleh interaksi dua prinsip ekologi yaitu toleransi dan kompetisi Odum 1996. Perubahan struktural, penurunan keanekaragaman spesies organisasi komunitas menjadi lebih sederhana, sedangkan pada perubahan fungsional rantai makanan dan jarring- jaring makanan menjadi lebih pendek. Kondisi perairan menurun akibat pencemaran, maka organisme yang tidak toleran terhadap kondisi tersebut akan menurun populasinya, sebaliknya jika jenis-jenis organisme yang mempunyai toleransi terhadap kondisi tersebut akan meningkat populasinya, karena jenis kompetitornya berkurang. Adanya kompetisi itulah yang menjadi penyebab kelimpahan kerang P. erosa pada Perairan Donan pada titik tertentu saja. Analisis Risiko Kesehatan Analisis risiko dampak pencemaran terhadap kesehatan merupakan pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendeskripsikan masalah lingkungan yang terjadi dan melibatkan penetapan risiko terhadap kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan Suwari 2010. Menurut EPA 1986 analisis risiko adalah karakterisasi dari bahaya-bahaya potensial yang berefek pada kesehatan manusia dan bahaya terhadap lingkungan. Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang tidak diharapkan terjadi sehingga mengganggu apa yang seharusnya terjadi dari suatu kegiatan atau mengganggu tujuan. Analisis risiko digunakan untuk mengetahui besarnya risiko sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam manajemen risiko. Tahap Identifikasi Bahaya Hazard Identification Tahap pertama dalam analisa risiko adalah identifikasi lokasi dan identifikasi sumber-sumber bahaya yang ada dalam lokasi penelitian. Sumber bahaya yang akan diidentifikasi adalah konsentrasi Logam Pb, Cd dan TSS. Identifikasi logam Pb, Cd, dan TSS dengan mengukur konsentrasinya di perairan lokasi studi, di enam stasiun sepanjang Perairan Donan. Tahap Perkiraan Pajanan Expossure Assesment Tahap kedua dalam analisa risiko adalah memperkirakan pajanan kontaminan pada media pencemar dan potensi risiko mencemari populasi. Tahap pertama diawali dengan mengidentifikasikan sumber pencemar dan distribusi cemaran dalam lokasi. Proses pajanan polutan timbal Pb, kadmium Cd, dan TSS yang ada di perairan maupun sedimen ke manusia dapat dirunut sebagai berikut sumber polutan yang dihasilkan oleh berbagai aktifitas darat, misalnya limbah buangan industri wilayah Donan Migas, pengolahan semen, bengkel perkapalan limbah transportasi, limbah pertanian yang yang masuk ke badan air akan mencemari perairan tersebut, akibatnya biota yang ada di perairan dan sedimen akan tercemar dengan polutan tersebut, manusia akan memakan hasil dari perairan tersebut selain itu manusia juga bisa terkena dampak langsung dari polutan tersebut apabila kontak langsung dengan perairan, sehingga manusia menjadi konsumen tingkat tinggi yang dapat terpapar dampak negatif dari pencemaran perairan walaupun tidak kontak langsung dengan air sekalipun baik lewat saluran pernapasan, inhalasi, maupun kontak dermal dengan perairan dan akhirnya bisa mengganggu kesehatan manusia tersebut . Taha p Perkiraan Risiko Risk Characterization Baik Pb dan Cd keduanya bersifat karsinogen, sehingga risiko karsinogen untuk untuk Timbal dan kadmium didefinisikan sebagai banyaknya intake harian kronik dikalikan dengan faktor slope karsinogenik yang didapatkan dari perkiraan daya racun. Nilai risiko bisa diterima dan tidak berbahaya jika kurang dari satu. Penentuan tingkat risiko menggunakan nilai dosis-respon kuantitatif zat-zat kimia dalam formula yang termuat oleh Integrated Risk Information System dari US-EPA. Tingkat risiko setiap asupan dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Tingkat risiko kesehatan setiap asupan No Keterangan Tingkat Risiko RQ Pasang mgkgBBhr Tingkat Risiko RQ Surut mgkgBBhr Anak Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa 1 Asupan bersumber dari sedimen Pb, Cd 1.84 0.14 0.04 0.003 0.68 0.05 0.10 0.01 2 Asupan yang bersumber dari sungaiPb, Cd 5.66 2.01 14.21 5.05 7.19 2.56 9.77 3.47 3 Asupan yang bersumber dari material tersuspensiTSS 0.00 0.00 0.00 0.00 4 Asupan lewat kontak dermal dengan sedimenPb, Cd 1.91 2.48 0.04 0.06 4.22 5.47 0.62 0.81 5 Asupan lewat kontak dermal dengan air permukaanPb, Cd 0.21 0.02 0.54 0.05 0.27 0.03 0.37 0.04 Sumber: Data perhitungan 2013 Tingkat risiko nilai RQ didapat dengan memasukkan nilai parameter dengan model yang ada sehingga di dapat nilai I dan RQ, perhitungan tersebut dipisahkan bersadasarkan kondisi pasang dan kondisi surut, dengan tingkat risiko dewasa dan anak. Berdasarkan tabel diatas, secara keseluruhan prakiraan dampak setelah lima tahun tingkat risiko RQ untuk setiap risk agent di lokasi studi menurut segmentasi populasinya lebih banyak menunjukkan diatas 1 satu kecuali RQ Cd pada sedimen baik pada anak-anak maupun dewasa. Sesuai pendapat Albering 2009 logam Cd walaupun nilai RQ kurang dari satu tetapi perlu di waspadai, karena bahaya logam Cd terhadap organisme yang terkontaminasi langsung baik melalui paparan air maupun pada sedimen. RQ pada BOD, COD, dan TSS nilainya melampaui 1, artinya sangat berisiko terhadap kesehatan. Pencemar yang ada Perairan Donan sangat berisiko dan membutuhkan pengendalian. Adapun perbandingan nilai frekuensi RQ persegmentasi populasi di seluruh wilayah jika dirinci, adalah sebagai berikut Anak - anak Dewasa. Risiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal dari limbah pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan disekitar sungai yang masuk ke dalam air permukaan sungai, di mana masyarakat sekitar tinggal dan memanfaatkan sungai tersebut. Risiko yang mungkin timbul berupa munculnya penyakit kulit, perut, dan sebagainya serta bersifat negatif. Sedangkan menurut US-EPA 2001 terpaparnya logam Cd dapat terjadi proteinuria paparan kronik pada manusia. Menurut Egan keracunan logam berat kadmium dapat menyebabkan pengaruh pada sekresi kelenjar ludah, muntah yang berkelanjutan, sakit perut, vertigo, diare bahkan dapat kehilangan kesadaran apabila mengkonsumsi ikan atau kerang dalam jumlah banyak. Asupan yang berasal dari Pb nilai RQ-nya lebih tinggi dari pada Cd baik pada kondisi pasang maupun surut. Asupan yang bersumber dari material tersuspensi nilai RQ baik pada kondisi pasang maupun surut lebih dari satu, padatan terlarut yang terdapat di perairan menyebabkan nilai TSS yang tinggi sehingga dampak terhadap risiko kesehatan juga menjadi tinggi dan perlu dikendalikan agar dampak terhadap kesehatan bagi masyarakat maupun organisme yang kontak langsung dengan perairan menjadi tidak berisiko. Jumlah paparan harian rata-rata setiap asupan dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Jumlah paparan harian rata-rata setiap asupan Sumber: Data perhitungan 2013 Tingkat risiko konsumsi kerang dapat diketahui dengan menghitung nilai asupan intake US-EPA 2001 dengan berat badan anak 15 kg, dewasa 70 kg. Asumsi laju asupan atau konsumsi kerang 0.15 kghari, dan SF slope factor untuk Cd 0.38 Waalkes dan Rhem 1992 dalam Fan dan Chief 1999 dan Pb 0.042 mgkghr Huboyo dan Syafrudin 2007 dan durasi pemaparan asumsi 15 tahun. Nilai asupan, ECR excess cancer risk, dan batas aman apabila masyarakat sekitar mengkonsumsi kerang P. erosa dapat dilihat pada Tabel 4.5 No Sumber Asupan Jml Paparan Harian Rata2 Pasang mgkgBBhr Jml Paparan Harian Rata2 Surut mgkgBBhr Pb Cd TSS Pb Cd TSS 1 Sedimen Pb, Cd 2.41E-07 3.50E-11 3.76E-08 2.39E-10 2 Air sungai Pb, Cd 9.64E-06 5.20E-05 1.45E-05 8.62E-06 3 Material tersuspensiTSS 268.47 2.99 4 Kontak dermal dengan sedimenPb, Cd 4.52E-06 6.60E-10 2.54E-05 1.62E-07 5 Kontak dermal dengan air permukaanPb, Cd 3.97E-09 2.20E-08 5.98E-09 3.55E-09 Total 1.45E-05 5.20E-05 268.47 3.99E-05 1.65E-07 2.99 Tabel 4.5 Nilai asupan I, ECR excess cancer risk, dan batas aman konsumsi kerang Logam Konsentrasi I Intake mgkg hr ECR mgkghr R batas aman kghr Anak Dewasa Anak Dewasa Timbal Pb 18.58

0.08 0.02

0.0033 0.0007 0.0088 Cadmium Cd

15.69 0.07

0.01 0.0255

0.0055 0.0052 Rata-Rata 0.0070 Sumber: Data perhitungan 2013 Asupan I diperoleh dengan menggunakan formula dengan laju asupan kerang 0.15 kghari. Nilai I 0.08 mgkg bbhr artinya terdapat 0.08 mgkghari Pb dalam setiap 1 kg kerang yang dimakan setiap hari untuk anak, 0.07 mgkghari Cd dalam setiap 1 kg kerang yang dimakan setiap hari pada anak, begitu juga pada kondisi orang dewasa. Menurut Egan dalam Cadmium- Impact Assessment intake masukan untuk molusca 0.05 mgkg bb hr. jika dilihat dari hasil perhitungan pada tabel diatas masukan untuk anak sangat rentan akan bahaya kesehatan dibanding dengan masukan pada orang dewasa. Nilai ECR menunjukkan bahwa ada kasus tambahan kanker setiap 10.000 penduduk karena nilai ECR1x10 -4 No maka kerang P.erosa tidak aman dikonsumsi sebanyak 0.15 kghari selama 365 haritahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 15 kg pada anak, dan 70kg pada dewasa. Perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kerang P.erosa di sekitar Perairan Donan tidak layak untuk dikonsumsi karena telah tercemar logam Pb dan Cd, sehingga sangat berisiko terhadap kesehatan. Batas aman konsumsi kerang totok P erosa per hari sebesar 0.007 kghr. Masyarakat Donan bila diasumsikan setiap konsumsi kerang sebesar 0.15 kghari, jika batas aman konsumsi kerang 0.007 maka untuk konsumsi 0.15 kghr masyarakat dapat konsumsi kerang totok setiap 21 hari sekali. Sesuai dengan pernyataan Hayati 2009 apabila kerang yang mengandung logam dikonsumsi oleh manusia, maka akan terjadi penumpukan logam tersebut dalam tubuh manusia sehingga akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia. Terlihat pada data sekunder penyakit yang sering diderita oleh masyarakat sekitar Perairan Donan pada kondisi real saat ini. Kondisi kesehatan masyarakat sekitar masih rendah berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2009- 2013 tercatat penyakit yang sering diderita oleh Masyarakat Donan. Penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Donan dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Donan tahun 2009-2013. Penyakit Jumlah orang 1 Arthitis tidak spesifik 2326 2 Hipertensipenyakit tekanan darah tinggi 2053 3 Grastitis 1456 4 Penyakit lain pada susunan otot dan jaringan ikat 1123 5 Anemia 773 6 Chepalgia 1043 7 Penyakit pada saluran pencernaan, dan sebab lainnya 604 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Data tersebut terlihat penyakit yang paling banyak diderita masyarakat adalah penyakit grastitis yaitu radang selaput lendir lambung biasanya mengeluh karena nyeri, hilang nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala merupakan gejala terpaparnya logam Pb. Penyakit pada saluran pencernaan juga termasuk penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Donan, arthitis yaitu penyekit radang sendi rheumatic yang diserang adalah kekebalan tubuh, otot, bahkan bisa terjadi penipisan tulang, juga termasuk penyakit lain pada susunan otot dan jaringan ikat yaitu kelainan pada kukukulit, penebalan kulit, pembengkakan sendi biasanya pada jari tangan dan kaki, nyeri pada pergelangan tangan, lutut, pinggul hal tersebut merupakan indikasi penyakit akibat terpapar logam Cd, anemia merupakan penyakit kurang darah bisa juga merupakan indikasi bila tubuh terpapar logam Pb, penyakit hipertensi dapat mengindikasikan bila tubuh terpapar Cd, sedangkan yang termasuk ke dalam sebab lainnya diantaranya penyakit kanker, ginjal, dll. Penyakit disebabkan oleh adanya pencemar yang ada di lingkungan masyarakat, kontak langsung dengan air, sedimen, maupun masyarakat yang banyak mengkonsumsi kerang yang mengandung logam, hal itu menjadi penyebab mudahnya suatu penyakit dapat terjangkit dalam tubuh manusia. Manajemen Risiko Pengendalian Pencemaran Berbagai kemungkinan untuk manajemen risiko suatu risk agent perlu dilakukan. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan cara menurunkan nilai konsentrasi dari setiap risk agent. Perlu adanya besaran nilai risk agent yang dibutuhkan supaya frekuensi RQ = 1 atau RQ 1. Langkah selanjutnya adalah menentukan pengendalian supaya risk agent hanya berada pada konsentrasi amannya. Mengingat sumber dari risk agent tersebut berasal dari beberapa pencemar yang terdapat di perairan tersebut dan juga pengaruh sedimentasi, sehingga pengendalian teknis yang realistis dapat dilakukan adalah dengan mengurangi kontak dengan perairan tersebut, mengurangi konsumsi hasil perairan terutama kerang karena kerang dikenal sebagai Vacum cleaner Riani 2012 sebelum di tindak lanjut oleh berbagai pihak yang terkait dengan perairan tersebut. Sebelum limbah yang dihasilkan industri tersebut dibuang ke lingkungan yang berakibat pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan, maka terlebih dahulu dilakukan proses pengolahan limbah. Tidak hanya mengenai bagaimana pengolahannya, tetapi limbah juga ditentukan baku mutunya. Sebuah aktivitas industri diperlukan sebuah instalasi untuk mengolah limbah yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. IPAL berfungsi agar limbah yang dihasilkan industri masuk ke dalam siklus, artinya setelah proses produksi limbah tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Limbah yang telah diolah yang masih dapat terpakai digunakan kembali kedalam proses, baik sebagai bahan penunjang sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan jumlahnya berkurang. Memastikan apakah IPAL yang digunakan saat ini sudah baik, sehingga limbah yang keluar ke lingkungan benar-benar layak dah tidak akan merusak lingkungan dan tidak menimbulkan risiko. Pemerintah dapat melakukan pengamatan secara berkala, masukan pertimbangan dari pihak-pihak yang melakukan penelitian di lokasi tersebut dengan mengkaji apakah limbah yang keluar ke lingkungan benar-benar sudah aman, menetapkan beban pencemar pada limbah industri yang dibuang ke lingkungan dan juga memperketat penetapan baku mutu limbah cair industri. Pemerintah Daerah harus menetapkan Perairan Donan sesuai peruntukannya. Manajemen risiko terkait dengan regulasi kebijakan pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah Cilacap tentang pembuangan limbah yang di buang ke perairan serta melakukan pengawasan terhadap industri secara rutin. Untuk itu pemerintah daerah selaku pemangku kebijakan di daerah harus menerapkan beberapa strategi yang tepat terutama untuk pemberian ijin usaha bagi kegiatan yang menimbulkan dampak pada masyarakat, selain itu juga perlu pengamatan secara terus menerus di titik lokasi pembuangan limbah industri sepanjang perairan, memastikan limbah yang keluar sudah benar-benar dalam ambang batas baku mutu limbah cair sehingga kualitas perairan tetap terjaga. Mengeluarkan aturan yang keras dalam bentuk peraturan daerahPerda mengenai permasalahan pembuangan limbah cair yang di buang ke badan air, pengawasan penataan baku mutu air limbah untuk kegiatan usaha yang berbadan hukum, memasukkan pertimbangan di bidang kesehatan masyarakat dan lingkungan dalam studi kelayakan, melakukan tindakan prefentif untuk pengendalian untuk mencegah pencemaran bukan untuk mengendalikan pencemaran setelah kejadian, serta mengevaluasi tata ruang Perairan Donan. Pendekatan terhadap masyarakat sangat penting karena masyarakat merupakan konsumen tingkat pertama yang terkena dampak apabila kondisi lingkungan buruk. Berikut tingkat pendidikan Masyarakat Donan dapat dilihat pada Gambar 4.19 Gambar 4.19. Tingkat pendidikan Masyarakat Donan Sumber : Kecamatan Cilacap Tengah dalam angka Gambar 4.19 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Masyarakat Donan relatif rendah. Sedikit masyarakat yang lulus akademiperguruan tinggi dan sebagian besar penduduk yang hanya tamatan SD. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan terhadap masyarakat berkaitan dengan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan. Upaya lain untuk manajemen risiko risk agent adalah dengan cara mengurangi waktu kontaknya, yakni memperkecil waktu pajanan harian dan pajanan tahunan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan maka dapat di simpulkan bahwa: 1. Parameter kualitas air Sungai Donan rata-rata di atas baku mutu yang ditetapkan. 2. Tingkat pencemaran Perairan Donan dilakukan dengan indeks pencemar pada tiap stasiun tercemar sedang pada stasiun 2, 4, 6 dan tercemar ringan pada stasiun 1, 3, 5. Beban pencemaran dihitung berdasarkan parameter TSS, BOD, COD, Pb, dan Cd baik pada kondisi pasang maupun surut rata-rata tinggi per harinya, dan kapasitas asimilasi rata-rata sudah terlampaui setiap parameter. 3. Kandungan logam Pb dan Cd pada sedimen maupun asupan yang terdapat di perairan tingkat risiko 1 artinya sangat berisiko terhadap kesehatan. 4. Pemerintah harus menetapkan klasifikasi perairan sesuai peruntukannya, masuknya beban pencemar relatif tinggi dibandingkan kemampuan untuk memurnikan dirinya sendiri sefl purification sehingga beban pencemar industri harus ditetapkan oleh pemerintah setempat. 5. Pemerintah Daerah selaku pemangku kebijakan di daerah harus menerapkan beberapa strategi yang tepat terutama untuk pemberian ijin usaha bagi kegiatan yang menimbulkan dampak pada masyarakat, selain itu juga perlu pengamatan secara terus menerus di titik lokasi pembuangan limbah industri sepanjang Perairan Donan. Saran 1. Perlunya kajian mendalam yang menganalisis sumur warga sekitar sungai Donan serta kondisi sosial dan kesehatan masyarakat secara mendalam. 2. Perlu dilakukan inventarisasi dan identifikasi penelitian lanjutan yang terfokuskan pada stasiun 4, yaitu setelah industri Pertamina “kali panas” dan juga wilayah pelabuhan sleko, mengingat pada penelitian pada stasiun 4 nilai yang di ukur selalu lebih tinggi dari stasiun lainnya. 3. Perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran, partisipasi masyarakat dan kalangan industri yang berada di daerah aliran sungai untuk pengelolaan lingkungan Perairan Donan secara terpadu. 4. Pemerintah daerah setempat mempertimbangkan terhadap hasil pengamatan yang penulis lakukan, sehingga bisa menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan. Melihat sumber pencemar dan baku mutu limbah yang digunakan saat ini, yaitu dengan memperketat limbah cair yang keluar ke lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Abowei JFN, George ADI. 2009. Some physical and chemical characteristics in opoka greek, niger delta, Nigeria. Research Journal of Environmental and Earth Science. 12:45-53. Adeyemo OK, Adedokun OA, Yusuf RK. 2008. Seasonal change in physico-chemical parameter and nutrient load of river sediment in ibadan city, Nigeria. Global Nest Journal. 10 3:326-336. Albering, Paul J, Edwin JC, Jurian A. 2009. Human health risk assessment in relation to environmental pollution of two artificial freshwater lakes in the Netherlands. Environment Health Perspect. 1071: January 1999. Allenby BR. 1999. Industrial Ecology: Policy Framework and Implementation, Upper Saddle River. New York US: Prentice-Hall. Anggoro, Martina. 2006. Kandungan logam berat timbal Pb pada jaringan daun mangrove di sungai Donan-Cilacap. Jurnal Sains Akuatik. 101:36-42. Diakses tanggal 20 Februari 2012. Barreiro M, Giannini A, Chang P, Saravanan R. 2004. On The Role of The South Atlantic Atmospheric Circulation in Tropical Athlantic Variability in The Earth’s Climate: The Ocean Athmosphere Interaction. Washington DC: 143-156. Boehm PD. 1987. Transport and transformation process regarding hydrocarbon and metal pollution in offshore sedimenary environment in: Long term effect of shore oil and gas development. Elsivier applied science. London GB. Brinkhurst RO, Boltt RE, Johnson MG, and Tyler AV. 2002. The Benthos of Lakes.London UK: Blackburn Press. Budianto A. 2012. Analisis risiko kadar timbal Pb dalam air sumur terhadap kesehatan masyarakat di kelurahan keteguhan kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. PolTekKes Tanjung Karang. Lampung. Calmano W, Ahlf W, Fortsner U. 1997. Sediment Quality Assessment: Chemical and Biological Approach. Berlin Heidelberg-Germani. Hal 1-35. Canadian Council Minister of Live Environment CCME. 2002. Canadian Sediment Quality Guidelines for The Protection of Aquatic Life Summary Table. Edet TC, Ubuo EE. 2013. Levels of heavy metals in the sediment from Itu river. Depertement of Chemistry University of Uyo. Nigeria NG: International of Journal of Environment and Bioenergy. 52: 90-98. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta ID: Kanisius.