2. Analisis Pemaparan
Analisis pemaparan atau exposure assessment adalah proses untuk memperoleh frekuensi, durasi, dan pola pemaparan suatu zat terhadap manusia.
Analisis pemaparan bertujuan untuk mengetahui mengenai pemaparan jalur-jalur risk agent agar jumlah asupan yang di terima individu dalam populasi dapat di
hitung. Perkiraan penyebaran exposure assesment adalah salah satu segi dalam analisis risiko yang menghitung besarnya level pemaparan aktual dari populasi
atau individu yang terpapar. Untuk memberikan pengertian akan sumber kontaminasi, hal yang harus dilakukan adalah menggambarkan sumber dan
distribusi kontaminan pada lokasi dilanjutkan bagaimana zat ini bisa terlepas ke lingkungan, bagaimana kontaminan berpindah tempat dan dan reseptor potensial
yang mungkin terkena La Grega et al. 2001. Menurut La Grega et al. 2001 hal awal yang dilakukan dalam exposure adalah:
1. Identifikasi ekosistem potensial yang terpapar. 2. Identifikasi jalur penyebaran potensial.
3. Perkiraan konsentrasi. 4. Perkiraan dosis intake.
Tingkat pemaparan diukur berdasarkan pada frekuensi dan durasi pemaparan pada media seperti tanah, air, udara atau makanan. Tingkat pemaparan
suatu kontaminan tergantung pada konsentrasi awal dari suatu kontaminan, penyebaran dan pengencerannya pada media udara, air, tanah maupun makanan.
Reaksi kimia yang terjadi dalam media dimungkinkan dapat menyebabkan cemaran menjadi lebih berbahaya atau tingkat bahayanya dapat berkurang dari
senyawa aslinya. Konsentrasi dari zat kimia yang menyebar dapat diperkirakan dengan data hasil sampling dan dengan model transport. Dalam perkiraan
persebaran terdapat rantai peristiwa yang saling berhubungan. Rantai persebaran ini dinyatakan sebagai rute atau pathway. Dalam rantai persebaran terdapat
elemen-elemen yang menjadi bagian dari analisis perpindahan La Grega et al 2001, yaitu :
1. Sumber 2. Mekanisme pelepasan zat kimia, misalnya dengan perlindian.
3. Mekanisme transport, misalnya melalui aliran permuakaan. 4. Mekanisme transfer, misalnya dengan absorbsi.
5. Mekanisme transformasi, misalnya dengan biodegradasi. 6. Titik persebaran, misalnya pada semburan Lumpur panas Lapindo.
7. Reseptor, misalnya biota air permukaan. 8. Rute persebaran.
Mekanisme transfer dan transformasi senyawa kimia dapat dilihat pada Tabel 2.6 Tabel 2.6 Mekanisme transfer dan transformasi senyawa kimia
Media Mekanisme Perubahan
Transfer Transformasi
Air Penguapan
Biodegradasi Adsorbsi
Degradasi fotokimia Tanah
Diserap oleh tumbuhan Biodegradasi
Terlarut air hujan Atmosfir
Terbilas hujan Oksidasi oleh ozon
Pengendapan secara gravitasi
Sumber : La Grega et al. 2001
3. Analisis Dosis –Respon
Analisis dosis-respon adalah penentuan hubungan antara nilai dosis atau tingkat paparan suatu bahan kimia dan respon berupa kejadian-kejadian yang
berkaitan dengan efek buruk dan efek membahayakan. Melalui analisis dosis- respon dapat diperkirakan jumlah zat yang masuk dalam tubuh dan pengeruhnya
terhadap kesehatan seseorang. Menurut
enHealth 2004 dan WHO 1990 Analisis dosis-respon, disebut juga dose-response assessment atau toxicity
assessment, menetapkan nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimia-nya. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi reference
dose, RfD untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Cancer Slope Factor CSF atau Cancer Unit Risk CCR untuk efek-efek karsinogenik. Analisis dosis-respon
merupakan tahap paling menentukan karena ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang sudah ada dosis-responnya.
RfD adalah toksisitas kuantitatif nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan ha-rian yang diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan
kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat. Dosis referensi dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan ingesi, untuk makanan dan minuman yang
disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi udara yang disebut reference concentration RfC. Dalam analisis dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk
agent yang terhirup inhaled, tertelan ingested atau terserap melalui kulit absorbed per kg berat badan per hari mgkghari. Respon atau efek
nonkarsinogenik, yang disebut juga efek sistemik, yang ditimbulkan oleh dosis risk agent tersebut dapat beragam, mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya
sementara, kerusakan organ yang menetap, kelainan fungsional yang kronik, sampai kematian.
Dosis yang digunakan untuk menetapkan RfD adalah yang menyebabkan efek paling ren-dah yang disebut NOAEL No Observed Adverse Effect Level
atau LOAEL Lowest Ob-served Adverse Effect Level. NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisi-tas kronik atau subkronik yang secara
statistik atau biologis tidak menunjukkan efek me-rugikan pada hewan uji atau pada manusia.
Dosis-respon kuantitatif beberapa zat toksik dapat dilihat pada Tabel 2.7