Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dana yang
dihimpun dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional bank syariah yang telah ditetapkan secara luas
adalah wadi ’ah dan mudharabah. Masing-masing produk dan akad
dengan lebih rinci dibahas pada uraian berikut. 1
Prinsip Wadi’ah Prinsip
wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.
Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bank bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
4
Produk dalam prinsip wadi’ah adalah produk giro
wadi’ah merupakan simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro current account untuk keamanan dan
kemudahan pemakaiannya. Produk lainnya adalah tabungan wadi’ah, yang merupakan simpanan dari nasabah dalam bentuk
4
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 108
rekening tabungan savings account untuk kemanan dan kemudahan pemakaiannya, seperti halnya
giro wadi’ah 2 Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan
prinsip mudharabah,
penyimpan atau deposan sebagai shahibul maal pemilik modal dan bank sebagai mudharib pengelola. Dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan suatu usaha. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
5
b. Penyaluran Dana financing Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis
besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam kategori berikut: 1 Prinsip Jual Beli
a Murabahah Pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan berupa
talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan kewajiban mengembalikan talangan
dana tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan bank pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin
keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.
6
b Istishna
5
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 109
6
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, h. 106
Pembiayaan istishna adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli
suatu barang atau jasa dengan pembayaran dimuka, dicicil, atau tangguh bayar. Nasabah wajib mengembalikan
talangan dana tersebut ditambah margin keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu
atau tunai sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok
dengan harga jual bank kepada nasabah.
7
c Salam Pembiayaan salam yaitu berupa talangan dana yang
dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barangjasa dengan
pembayaran dimuka
sebelum barangjasa
diantarkanberbentuk nasabah
berkewajiban mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin
keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan.
Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.
8
2 Prinsip Bagi Hasil a Mudharabah
7
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, h. 109
8
Ibid, h. 112
Pembiayaan mudharabah
adalah pembiayaan
seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Porsi bagi hasil
ditetapkan bagi mudharib lebih besar daripada sahibul maal.
b Musyarakah Pembiayaan
musyarakah yaitu
pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka
terbatas sesuai kesepakatan. Porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi masing-masing.
3 Prinsip Sewa-menyewa a Ijarah
Pembiayaan ijarah yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk memiliki
suatu barangjasa dengan kewajiban menyewa barang tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan. Pada akhir jangka waktu tersebut pemilikan barang dihibahkan ke nasabah. Bank memperoleh margin
keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.
b Ijarah Muntahiya Bittamlik Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik adalah akad
sewa menyewa barang antara bank dengan penyewa yang
diikuti janji, bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada penyewa.
4 Prinsip Pinjam-Meminjam Pembiayaan Qardhul Hasan, yaitu pembiayaan berupa
pinjaman tanpa dibebani baiaya apapun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnafzakatinfaksedekah dan ingin mulai berusaha
kecil-kecilan. Nasabah hanya wajib mengembalikan pinjaman pokoknya saja pada waktu jatuh tempo dengan sesuai
kesepakatan dengan membayar biaya-biaya administrasi.
9
c. Jasa Pelayanan 1 Al-Wakalah
Al-wakalah yaitu jasa melakukan tindakanpekerjaan mewakili nasabah sebagai pemberi kuasa. Untuk mewakili
nasabah melakukan tindakan atau pekerjaan tersebut nasabah diminta untuk mendepositokan dana secukupnya. Atas
pemberian jaminan ini bank memperoleh fee. 2 Al-Hiwalah
Al-hiwalah yaitu jasa pengalihan tanggung jawab pembayaran utang dari seseorang yang berutang kepada orang
lain. Atas pemberian jaminan ini bank memperoleh fee. 3 Al-Kafalah
9
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, h. 113
Al-kafalah yaitu pemberian jaminan oleh bank sebagai penanggung kafil kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak
kedua yang ditanggung. Atas pemberian jaminan ini bank memperoleh fee.
4 Ar-Rahn Ar-rahn yaitu menahan salah satu harta milik
sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Nilai barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
10
Nasabah diwajibkan membayar kembali utangnya pada saat jatuh tempo dan membayar sewa tempat penyimpanan barang
jaminannya. Bank mendapatkan pendapatan berupa sewa tempat penyimpanan barang jaminan.
11
5 Al-Jualah Al-jualah yaitu jasa pelayanan pesananpermintaan
tertentu dari nasabah, misalnya untuk memesan tiket pesawat atau
barang dengan
menggunakan kartu
debit atau
kreditcektransfer. Atas jasa pelayanan ini bank memperoleh fee. Bentuk jasa pelayanan ini tidak disebutkan dalam
ketentuan PBI, baik untuk Bank Umum Syariah ataupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
10
Edy Setiadi, Manajemen Treasury Bank Syariah, Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2013, h. 13
11
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, h. 114
4. Deposito Mudharabah a. Pengertian
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga rupiah dan valuta asing yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar penyimapan dengan bank yang
bersangkutan.
12
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu, dan hasilnya lebih tinggi
dari pada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati,
sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpunan dana ini biasanya dipilih nasabah
yang memiliki kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana
berinvestasi.
13
Menurut UU N0. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 7, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank
12
Veithzal Rivai, Bank and Financial Instituation Management Conventional and Sharia System, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 417
13
Nurianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung: CV. Al Fabeta, 2010, h. 35
yang bersangkutan.
14
Sedangkan menurut UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 tentang perbankan, Deposito adalah Investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariahatau UUS.
Deposito investasi mudharabah adalah dana yang disimpan nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah
ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.
15
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan persentase keuntungan. Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian atau
kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga dan
keahliannya.
16
Mudharabah yaitu dimana bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga 100,
sedangkan nasabah menyediakan usaha dan managementnya. Bagi
14
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004, h. 277
15
Muhammad, Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2006, h. 19
16
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007, h. 60-61
hasil keuntungan melalui perjanjian yang sesuai dengan proporsinya.
17
Mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal shahibul maal dengan pengelola mudharib untuk memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Dana
nasabah yang disimpan di bank akan dikelola oleh bank untuk mendapatkan keuntungan. Hasil pengelolaannya itulah yang
kemudian harus dibagikan diantara bank dan nasabah.
18
Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito mudharabah adalah simpanan masyarkat yang disimpan kepada
bank, dapat berupa rupiah atau pun valuta asing dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah
ditentukan dan disepakati antara nasabah dengan pihak bank dalam baik dengan prinsip syariah bagi hasil dengan akad mudharabah
yang biasanya memiliki jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Prinsip syariah deposito diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03DSN-MUIIV2000 yang menyatakan bahwa
keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. Salah satu produk
17
Ibid, h. 19
18
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, h. 105
perbankan dibidang penghimpunan dana dari masyakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. Deposito yang dibenarkan, yaitu
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Ada pun ketentuannya adalah sebagai berikut :
1 Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana. 2 Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan mengembannya,
termasuk didalamnya
mudharabah dengan pihak lain. 3 Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang. 4 Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5 Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6 Bank tidak
diperkenankan untuk
mengurangi nisbah
keuntungan.
c. Macam-macam Deposito Mudharabah Berdasarkan
kewenangan yang
diberikan pihak
penyimapan dana, terdapat 2 dua bentuk mudharabah, yakni:
19
1 Mudharabah Muthlaqah Unretricted Investment Account, URIA
Dalam deposito mudharabah muthlaqah URIA, pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan
tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek
investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana
URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah Muthlaqah URIA, basis perhitungan adalah dari bagi hasil
sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah mutlaqah
URIA dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebutangka pembagi adalah
hari kalender bulan yang bersangkutan 28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari.
19
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004, h. 304
2 Mudharabah Muqayyadah Restricted Investment Account, RIA
Berbeda halnya dengan deposito mudharabah mutlaqah URIA, dalam deposito mudharabah muqayyadah RIA,
pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang
berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah tidak mempunyai hak dan
kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh
keuntungan. 5. Bagi Hasil
Bagi hasil menurut Istilah adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola
dana. Menurut terminologi asing Inggris bagi hasil dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan
pembagian laba.
20
Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang diperoleh atas usaha anatara pihak bank dan nasabah atas kesepakatan
bersama dalam melakukan suatu kerjasama. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa bagi hasil merupakan suatu teknik distribusi pendapatan yang
20
Edy Setiadi, Manajemen Treasury Bank Syariah, Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2013, h. 81
diperoleh atas jenis usaha yang ditanamkan pada sektor riil yang tidak melanggar ketentuan syariat Islam.
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan, maka berarti telah menajdi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah.
21
Karena hal di atas, Dewan Syariah Nasional memberikan fatwa sebaga acuan bagi bank syariah terdapat pada fatwa DSN Nomor
15DSN-MUIIX2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha yaitu sebagai berikut:
a. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil revenue sharing maupun bagi hasil untung profit sharing
dalam distribusi usaha dengan mitra nasabah-nya. b. Dilihat dari segi kemaslahatan al-ashlah, distribusi bagi hasil
usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil revenue sharing.
c. Penetapan prinsip distribusi hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar
21
Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2009, h. 370
bagi hasil bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi,
konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit. Prinsip
perhitungan bagi hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2.1
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian Jumlah
Metode Bagi Hasil Penjualan
Xx Harga Pokok
Penjualan xx
Laba Kotor Xx
Gross Profit Sharing Beban
xx LabaRugi Bersih
Xx Profit Sharing
Sumber : Yaya dkk, 2009:371 Rumus gross profit sharing :
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor
Rumus profit sharing :
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih
Besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang memepengaruhi bagi hasil yang
berdampak langsung dan tidak langsung : a. Faktor Langsung direct factors
Diantara faktor
langsung yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investmen rate, jumlah dana yang
tersedia, dan nisbah bagi hasil profit sharing. 1 Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen
dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. 2 Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode ini: a Rata-rata saldo minimum bulanan
b Rata-rata saldo harian Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia
untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
3 Nisbah Profit Sharing Ratio a Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. b Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat
berbeda.
c Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
dan 12 bulan. d Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan
account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh tempo.
b. Faktor Tidak Langsung undirect factors 1 Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
a Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya profit and sharing. Pendapatan yang dibagi
hasilkan merupakan pendapatan yang akan diterima dikurangi biaya-biaya.
b Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebit
revenue sharing. 2 Kebijakan akunting prinsip dan metode akunting
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan
dengan pengakuan pendapatan dan biaya. 6. Jumlah Kantor Layanan
Office channeling dapat diartikan sebagai kantor yang berfungsi menyalurkan atau meneruskan layanan syariah kepada
masyarakat. Layanan syariah adalah mekanisme kerjasama kegiatan penghimpunan dana antara kantor cabang syariah dengan kantor bank
konvensional yang sama dalam kegiatan pengumpulan dana dalam bentuk giro, tabungan dan atau deposito.
22
Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin
banyak dan meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi
kebutuhannya di bidang perbankan. 7. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.
23
Inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan
biaya-biaya umum naik, misal naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang
modal.
24
Inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi. Tenaga beli uang pendapatan turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan
dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi
pendapatan. Inflasi merupakan variabel penghubung antara tingkat bunga
dan nilai tukar efektif, dimana dua variabel ini merupakan variabel penting dalam menentukan pertumbuhan dalam sektor produksi.
22
www.bi.go.id
23
Mishkin Frederic, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, Columbia University, 2008, h. 13
24
Zakaria, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 61
Inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut:
25
a. Moderate Inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat
inflasi seperti ini orang-orang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam
bentuk aset riil. b.
Galopping Inflation Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20 persen sampai
dengan 200 persen per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan
kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan aset riil. Pasar
uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga yang amat
tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami inflasi seperti ini tetap berhasil walaupun sistem harga yang berlaku sangat buruk.
Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena
orang-orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk
25
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh. dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
,
2004, h. 137
berinvestasi di luar negeri daripada di dalam negeri capital outflow.
c. Hyper Inflation Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi
yaitu sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan
menghadapi galopping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi jenis inflasi ini.
Inflasi menurut teori Islam berakibat sangat buruk bagi perkonomian karena:
26
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terhadap fungsi tabungan nilai simpanan, fungsi dari pembayaran dimuka, dan
fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi
juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali. b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat turunnya Marginal Propensity to Save. c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah naiknya Marginal Propersity to Consume.
26
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh. dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
,
2004, h. 139
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan hoarding seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif sperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,
dan lainnya. 8. PDB
PDB Produk Domestik Bruto merupakan ukuran nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang
berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian
dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.
PDB hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa
dibeli untuk diproses jadi dan dijual lagi barang dan jasa intermediate tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double
counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.
27
27
Mc Eachem, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat, 2000, h. 146