Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Berdasarkan perkembangan pada setiap jenis produknya, produk penghimpunan dana khususnya simpanan berjangka deposito mudharabah
merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun. Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah BUS dari
tahun 2011 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Perkembangan Deposito
Mudharabah Bank Umum Syariah BUS dalam milyar rupiah
Tahun Deposito
Mudharabah Peningkatan
2011 70.806
60 2012
84.732 19
2013 107.812
27 2014
883.731 71
2015 784.154
-11
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah
Berdasarkan tabel 1.2 di atas yang menunjukan bahwa perkembangan deposito mudharabah Bank Umum Syariah BUS pada tahun 2011 sampai
2015 mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun di tahun 2015 perkembangan deposito mudharabah terjadi penurunan, hal ini harus
diperhatikan oleh BUS mengenai faktor apa saja yang membuat jumlah dana deposito mudharabah menurun. Namun jika dilihat dari peningkatan jumlah
dana deposito mudharabah menunjukkan BUS sangat mampu memberikan
bagi hasil yang besar terhadap dana deposan. Adanya perkembangan deposito m
udharabah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal tersebut berupa tingkat bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah dan jumlah kantor layanan bank syariah yang terdapat di
Indonesia dan faktor eksternal berupa inflasi dan PDB.
Deposito mudharabah adalah salah satu bentuk produk pendanaan perbankan syariah Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pasal 1 ayat 22 deposito syariah adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dana bank syariah dan atau Unit
Usaha Syariah UUS. Akad yang digunakan deposito mudharabah adalah akad yang sesuai
dengan prinsip syariah, yakni mudharabah dengan profit sharing bagi hasil, dengan pengertian simpanan yang ditabung atau didepositokan ke bank
syariah akan disalurkan ke pembiayaan ke sektor riil, kemudian keuntungan yang didapat akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama. Jika
keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar. Akan tetapi, walaupun kemungkinan risiko cukup besar, banyak masyarakat
sekarang yang menjadikan bank syariah sebagai ladang investasi menggiurkan untuk mendepositokan uangnya ke bank syariah karena tingkat keuntungan
dari dana yang diinvestasikan cukup besar.
Bagi hasil memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan DPK perbankan syariah hal ini menunjukan setiap peningkatan bagi hasil dapat
meningkatkan pertumbuhan DPK perbankan syariah begitu juga sebaliknya. Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan
yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Pada sistem bagi hasil, kinerja bank syariah akan menjadi transparan
kepada nasabah, sehingga nasabah bisa memonitor kinerja bank syariah atas jumlah bagi hasil yang diperoleh Apabila jumlah keuntungan meningkat,
maka tingkat bagi hasil yang diterima nasabah juga akan meningkat, demikian pula sebaliknya, apabila jumlah keuntungan menurun, tingkat bagi hasil ke
nasabah juga akan menurun, sehingga semua menjadi adil.
Survey perilaku investasi dari kalangan konsumen perbankan yang dilakukan oleh BI tahun 2013 di pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan
menyatakan bahwa dalam rangka memilih bank syariah, kemudahan akses mencapai 53,5 , kredibilitas bank 27,4 , dan profesionalisme 14 . Dari
survey tersebut kemudahan akses memiliki prosentase paling besar, dapat disimpulkan bahwa kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang berperan
penting bagi bank dalam menghimpun dana. Hal ini didukung oleh penelitian Penelitian Zidni 2008 juga menyatakan bahwa jumlah kantor layanan syariah
memiliki pengaruh positif dengan jumlah DPK Bank Negara Indonesia BNI syariah.
Sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor ekonomi seperti inflasi dan PDB.
Pengaruh inflasi terhadap simpanan mudharabah juga menggunakan perbandingan dengan simpanan konvensional yaitu apabila laju inflasi naik,
sementara tingkat suku bunga simpanan bank tetap, akan mengakibatkan turunnya tingkat bunga riil perbankan. Kondisi ini akan mempengaruhi
perilaku penyimpanan. Para deposan akan cenderung mengurangi simpanannya di bank dan digunakan untuk melakukan pembelian barang dan
jasa atau diinvesatsikan dalam bentuk aset lain. Dengan demikian meningkatnya laju inflasi, dengan tidak diikuti kenaikan tingkat bunga akan
dapat mengakibatkan menurunnya simpanan masyarakat pada lembaga perbankan.
3
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation Targeting Framework ITF dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang
ditetapkan oleh pemerintah di dalam PBN-P 2015 sebesar 5 sedangkan perkiraan realisasi sebesar 4. Sementara itu, Badan Pusat Staitistik BPS
mencatat inflasi dari Januari 2015 sampai dengan Juli 2015 sebesar 3,35 dan inflasi year on year periode Juli 2014-2015 sebesar 8,36. Hal ini
3
Arwansyah, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat, Media Ekonomi, 2003, h. 2
menunjukkan bahwa realisasi sampai dengan bulan juli 2015 telah melebihi target yang diterapkan pemerintah.
Industri Perbankan Syariah Indoneisa, diharapkan terus bertumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan
karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan erat dengan sektor ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan syariah
akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada perbankan syariah,
kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset
perbankan syariah
4
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi deposito mudharabah, yaitu Produk Domestik Bruto PDB. Variabel PDB digunakan untuk
mewakili besarnya pendapatan atau kegiatan ekonomi. Kenaikan nilai PDB menunjukkan naiknya jumlah output yang diproduksi oleh suatu
perekonomian. Pertumbuhan PDB tersebut juga mencerminkan naiknya pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan
diperekonomian tersebut. Dalam kaitan antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan diketahui bahwa tidak semua pendapatan yang diterima akan
digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian akan disimpan. Jadi,
4
www.bi.go.id
tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi dalam periode tertentu. Suatu kenaikan dalam pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan
tabungan. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara pendapatan dan simpanan.
5
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian lainnya mulai dari variabel, objek penelitian lebih banyak dan data yang
diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi Bank
Umum Syariah pada saat ini. Berdasarkan pada fenomena tersebut, maka diperlukan suatu kajian
yang mendalam. Maka penulis mencoba menelitinya dengan sebuah skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah BUS di Indonesia ”.