Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEK KIMIA FARMA 255 MEDAN

Afifatul Munawaroh Harahap S. Farm. 073202003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 255 MEDAN

Disusun Oleh:

Afifatul Munawaroh Harahap, S.Farm.

073202003

Disetujui Oleh: Pembimbing,

Mardhiah S. Farm, Apt. Manager Apotek Pelayanan Apotek Kimia Farma 255 Medan

Disahkan Oleh: Dekan Fakultas Farmasi,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Praktek Kerja Profesi dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 255 Medan. Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan dalam menyelesaikan studinya. Praktek Kerja Profesi ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 255 Medan. Penghargaan ini dipersembahkan kepada :

1. Bapak Hendra Farma Johar, M.Si., Apt., selaku Manager Bisnis PT. Kimia Farma Apotek Medan, yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada

penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi, dan Ibu Mardhiah, S.Farm.Apt., selaku Pembimbing dan Penanggung

Jawab Apotek di Apotek Kimia Farma 255 Medan, serta seluruh staf karyawan Apotek Kimia Farma 255 Medan yang telah memberi petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto, MS., Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik Bapak dan Ibu, serta laporan ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Januari 2008 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan... 3

II TINJAUAN UMUM APOTEK... ... 4

2.1 Pengaturan Apotek... 4

2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi... 4

2.2.1 Pengadaan/Pembelian... 5

2.2.2 Penyimpanan dan Penataan... 6

2.2.3 Penjualan / Pelayanan... 8

2.3 Pelayanan Kefarmasian... 10

2.4 Sumber Daya Manusia (SDM)... 10

III KIMIA FARMA... 12

3.1 Sejarah Kimia Farma... 12

3.2 Bisnis Kimia Farma... 12

3.2.1 Holding... 12

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi)... 14

3.2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan... 15

3.3 Anak Perusahaan... 16

3.3.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution... 16

3.3.2 PT. Kimia Farma Apotek... 18


(5)

IV PELAYANAN INFORMASI OBAT ... 21

4.1 Pengantar Pelayanan Informasi Obat ... 23

4.2 Tujuan Pelayanan Informasi Obat... 23

4.3 Keuntungan Pelayanan Informasi Obat... 23

4.3.1 Keuntungan bagi pasien... 23

4.3.2 Keuntungan bagi Apoteker ... 24

4.4 Metode Pelayanan Informasi Obat... 24

V PELAYANAN RESEP DAN SWAMEDIKASI... . 26

5.1 Pelayanan Resep... 26

5.2 Pelayanan Swamedikasi... 49

IV PEMBAHASAN... 59

V KESIMPULAN DAN SARAN... . 61

5.1 Kesimpulan... . 61

5.2 Saran... . 61


(6)

RINGKASAN

Apotek Kimia Farma 255 Medan terletak di jalan Sisingamangaraja. Lokasi apotek termasuk lokasi yang strategis karena terletak dijalan raya yang bisa dilewati transportasi 2 arah. Selain itu apotek letaknya berdekatan dengan kawasan perbelanjaan dan kawasan pemukiman penduduk. Penduduk disekitar apotek terdiri dari masyarakat kawasan menengah. Area Apotek Kimia Farma juga dilengkapi dengan halaman parkir yang luas sehingga para pelanggan lebih merasa nyaman. Apotek Kimia Farma 255 juga menyediakan praktek dokter. Kawasan Apotek Kimia Farma berada didekat praktek dokter dan klinik sehingga lebih memudahkan pasien dalam mengambil obat.

Dalam prakteknya, Apotek Kimia Farma 255 Medan melakukan aktivitas pelayanan swamedikasi, penjualan kosmetik, susu, pelayanan resep dan penjualan alat kesehatan. Pelayanan swamedikasi di apotek Kimia Farma adalah dengan model swalayan, dimana pasien bebas memilih sendiri obat sesuai dengan kondisi penyakitnya dan jika memerlukan bantuan, maka petugas dengan ramah siap membantu mencarikan obat.

Pelayanan di Apotek Kimia Farma Medan sudah baik karena selalu megusahakan obat-obat yang tidak ada di apotek, fasilitas yang ditawarkan kepada pasien adalah antar obat ke alamat pasien, sehingga pasien tidak perlu menunggu lama, tentunya hal ini memberikan penghargaan kepada pasien dalam efisiensi waktu


(7)

Pelayanan informasi obat di apotek Kimia Farma 255 Medan sudah berjalan dengan baik, Pelayanan Informasi obat dilakukan terhadap pasien. Komunikasi berjalan dengan baik antara pasien dan Apoteker. Apoteker memberikan penjelasan kepada pasien untuk pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep, sehingga pasien lebih mengetahui tentang obat yang dibeli. Pelaksanaan pemberian informasi obat perlu ditingkatkan lagi karena tidak semua pasien yang datang mau diberikan informasi obat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pelayanan yang kurang cepat maupun keterbatasan waktu dari pasien dalam menunggu obat, selain itu perlu disediakan ruang khusus untuk pelayanan informasi obat, sehingga pasien bisa lebih nyaman dalam menerima informasi obat.

Pemberian informasi obat sangat diperlukan pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat, mencegah kesalahan penggunaan obat, pasien lebih mengerti dan lebih mengetahui tentang kondisi penyakit dan mengobatinya.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah suatu upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi suatu kesatuan yang utuh dan terpadu yang disebut sistem pelayanan kesehatan.

Profesi farmasi termasuk profesi yang harus ditingkatkan perannya. Peran ini didasarkan pada filosofi ‘Pharmaceutical Care’ yang diterjemahkan sebagai asuhan kefarmasian. Defenisi asuhan kefarmasian menurut International Pharmaceutical Federation adalah tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien.

Terapi dengan obat merupakan proses kolaboratif antara pasien, dokter, Apoteker dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Proses ini merupakan proses yang harus ditingkatkan terus menerus agar penggunaan obat yang menjadi tanggung jawab bersama antara Apoteker, tenaga kesehatan lain, dan pasien memperoleh hasil terapi yang optimal. Apoteker memberikan jaminan bahwa obat yang diberikan adalah obat yang benar dan pasien menggunakannya dengan


(9)

benar. Segala keputusan profesional Apoteker didasarkan pada pertimbangan atas kepentingan pasien dan aspek ekonomi yang menguntungkan pasien.

Menurut Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a): Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannnya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Sebagai perantara, apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari supplier ke konsumen memiliki 5 fungsi kegiatan yaitu kegiatan pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan dan pembukuan sehingga agar dapat dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) selain ilmu kefarmasian yang telah dikuasai juga diperlukan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi.

Seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya tidak hanya dituntut sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja, melainkan juga dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat.

Apotek Kimia Farma merupakan perusahaan umum sekaligus Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma untuk mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker. Dalam hal ini ditunjuk Apotek Kimia Farma 255 Medan.


(10)

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma adalah untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan, tugas dan fungsi Apoteker sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). Diharapkan setelah lulus mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai APA yang profesional sesuai dengan kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.


(11)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Pengaturan Apotek

Pengaturan apotek yang paling umum adalah secara grid. Pada sistem grid ini tata letak apotek dibuat secara berlajur-lajur. Lajurnya terdiri dari lorong-lorong dimana setiap lorong-lorong diletakkan barang khusus.

2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi tidak sama dengan pengelolaan barang kebutuhan rumah tangga, karena perbekalan farmasi khususnya obat mempunyai sifat yang mempengaruhi kondisi fisik ataupun psikis. Maka pemerintah menerbitkan peraturan melalui Permenkes RI No. 922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pasal 10: bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan sediaan farmasi di apotek adalah : ayat a) yaitu: pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

Perbekalan farmasi memiliki sifat kimia yang dapat mempengaruhi fungsi faal manusia, oleh karena itu pemerintah menerbitkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata cara pengelolaan perbekalan farmasi di apotek yaitu : 1) Obat non narkotik dan psikotropika (bebas, bebas terbatas, obat keras, obat generik dan obat wajib apotek), 2) Obat narkotika dan psikotropika. Pengelolaan apotek dalam hal ini mempunyai tujuan yang mengarah pada terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya dengan kualitas


(12)

yang benar, termasuk juga sistem pengendalian keuangan beserta sumber daya manusianya.

Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat dibantu oleh asisten apoteker. Pengelolaan yang baik dari sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di apotek akan mempengaruhi kelengkapan, harga, pelayanan dan persediaan obat serta keuangan yang pada akhirnya akan menentukan citra suatu apotek.

2.2.1 Pengadaan/Pembelian

Pembelian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan didasarkan atas kebutuhan penjualan melalui resep dan penjualan bebas. Apoteker harus merencanakan pembelian dengan baik untuk mencegah terjadinya kekosongan ataupun penumpukan barang sehingga perputaran barang tidak mengalami hambatan.

Dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan penting dipertimbangkan pemilihan distributor meliputi legalitas, harga yang kompetitif, pelayanan yang cepat, potongan harga yang diberikan, tenggang waktu pembayaran yang ditawarkan serta dapat membeli barang dalam jumlah yang sedikit.

Pemesanan barang dilakukan dengan cara menghubungi pemasok melalui penjualnya atau melalui telepon dengan menggunakan Surat Pesanan 1. Khusus narkotika, pemesanan dilakukan kepada PBF Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek, untuk psikotropika digunakan Surat Pesanan Psikotropika.


(13)

Dalam penerimaan barang dari pemasok, perlu dilakukan pemeriksaan di apotek. Tujuan pemeriksaan adalah untuk memastikan bahwa barang yang masuk sesuai dengan faktur dan pesanan pembelian, tanggal kadaluarsanya dan kondisi barang yang dibeli dalam keadaan baik.

2.2.2 Penyimpanan dan penataan

Dalam merancang tata letak, harus dipertimbangkan seluruh aspek terkait. Berbagai jenis pertimbangan harus disesuaikan. Misalnya kesesuaian antara apotek dengan barang yang dijual, pelaksanaan kebersihan, klasifikasi barang, dan kelancaran arus keluar masuknya barang.

Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya kepada pasien yang membutuhkan.

Untuk kegiatan penyimpanan tentunya difokuskan pada tujuan agar tetap terjaminnya kualitas obat sekaligus mendukung jalannya proses pelayanan sesuai yang ditetapkan. Jelas hal ini juga memerlukan wawasan pendukung yang memadai serta tenaga yang cukup terlatih.

Penataan dilakukan dengan memperhatikan point of interest, efektivitas dan efisiensi pelayanan, efek farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan tempat penyimpanan seringkali bisa disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta menyederhanakan jalur pelayanan.

Penyimpanan perbekalan farmasi (obat) di apotek dilakukan sebagai berikut: 1. Obat bebas dan bebas terbatas disimpan di etalase penjualan bebas berdasarkan

efek farmakologinya. Misalnya kelompok obat analgetik/antipiretik, obat batuk, vitamin dan lain-lain.


(14)

Ada beberapa kriteria dalam menempatkan posisi perbekalan farmasi untuk penjualan bebas (OTC) yaitu:

a. Barang yang sedang menjadi mode/tren, permintaannya cenderung lebih dari jenis barang lain. Dengan demikian bila barang tersebut diletakkan di tempat yang agak sedikit tersembunyi tidak masalah asalkan bisa dipastikan tanda atau lorong-lorong yang menuju ke barang yang dimaksud itu menunjang. Biarkan pelanggan mudah dan nyaman untuk mencapai lokasi itu. Sementara itu, tempat dimana jalur pelanggan menuju kesana, diletakkan barang-barang yang potensial untuk dibeli secara spontan oleh pelanggan.

b. Tempatkan barang-barang yang memiliki laba yang tinggi ditempat yang paling nyaman bagi pembeli.

c. Barang-barang impulse item adalah barang-barang yang dibeli pelanggan secara spontanitas (tanpa perencanaan). Hal ini tidak boleh dianggap remeh, kerena seringkali pelanggan tertarik saat melihat suatu barang, kemudian langsung membeli.

d. Barang-barang terkait (related merchandising)

Barang-barang tertentu yang sifatnya saling melengkapi dapat dipajang di satu lokasi.Tempat tersebut harus diatur agar pandangan pelanggan dimudahkan untuk melihat barang terkait dari satu barang, karena hal tersebut akan memudahkan pelanggan untuk membeli.

2. Obat-obat keras disimpan di ruang peracikan yang disusun menurut bentuk sediaan kemudian diurutkan menurut abjad.


(15)

3. Barang yang fast moving yang dipesan dalam jumlah besar, sebagian disimpan di gudang sebagai stok.

4. Bahan baku obat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan diberi label.

5. Sediaan supositoria dan obat yang penyimpanannya di bawah suhu kamar (seperti vaksin, serum, insulin dll) disimpan dalam lemari pendingin.

6. Narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan lainnya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).

2.2.3 Penjualan/pelayanan

Pelayanan apotek antara lain :

1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dokter hewan dan pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. Dalam melayani resep harus sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesi apoteker dengan dilandasi kepentingan masyarakat.

2. Apotek wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan pada pasien.

3. Apotek melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen baik obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya.

4. Di Apotek, Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras yang termasuk Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep.


(16)

Bagian penjualan mempunyai tugas yaitu menjaga kelengkapan persediaan barang dan obat-obatan dengan cara selalu mengadakan pengawasan terhadap barang yang hampir kosong. Disamping itu ia juga bertugas melayani konsumen, memberikan informasi kepada konsumen, memelihara kebersihan dan kerapian etalase.

Saat ini penjualan obat bebas hampir sama besarnya obat dengan resep, bahkan beberapa apotek, penjualan bebas lebih besar dari penjualan resep. Pada penjualan bebas perlu diperhatikan:

• Harga

Umunya persentase keuntungan lebih kecil dari penjualan resep, karena obat bebas terdapat dimana-mana, sehingga pasien tahu akan harga.

• Kelengkapan

Usahakan selalu semua obat yang sering diminta jangan dibiarkan sampai habis, perlu dibuat catatan dalam buku untuk obat-obat yang sering diminta tetapi belum disediakan.

• Susunan obat

Obat-obat disusun di etalase menurut daya kerja farmakologinya, sehingga jika orang meminta sesuatu dapat mengadakan pilihan.

• Susunan obat dalam jumlah yang cukup

Penyusunan obat tidak boleh dalam jumlah yang sedikit, misalnya 1 atau 2 botol dengan alasan agar pasien tahu bahwa obat tersebut ada. Hal ini memberikan kesan bahwa apotek tidak mempunyai modal yang cukup.


(17)

2.3 Pelayanan Kefarmasian

Perubahan orientasi pelayanan kefarmasian dari pelayanan produk (product oriented) menjadi pelayanan obat (drug oriented) telah menuntut Apoteker untuk bisa memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar kompetensi. Peran Farmasis/Apoteker tidak hanya menjual obat, tetapi lebih menjamin tersedianya obat yang berkualitas, jumlah yang cukup, aman, serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan pada akhirnya di evaluasi. Pelayanan farmasi atau yang dikenal dengan istilah “Pharmaceutical Care” diharapkan dapat mengelola sediaan obat secara efektif dan efisien dimana manfaat, keamanan dan mutu yang tepat, jenis obat yang tepat dan diberikan dengan dosis yang tepat dan terus mewaspadai kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan, disamping itu pengelolaan pelayanan kefarmasian yang profesional, etis dan memenuhi kriteria pelayanan yang berdasarkan keilmuan. Selain itu, dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilih obat yang sesuai dan Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu penyebarluasan informasi, antara lain dengan pengedaran brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain.

2.4 Sumber Daya Manusia (SDM)

Banyak kasus jatuhnya bisnis ritel dipicu oleh lemahnya pelayanan dan kurangnya pemahaman personil terhadap produk, atau pengabaian terhadap keluhan pelanggan, serta rendahnya keterampilan untuk menjual, karena itu, harus diperhatikan mengenai pengelolaan SDM, mulai dari perekrutan.


(18)

Proses orientasi awal bisa disajikan pada saat melakukan wawancara dengan karyawan pada waktu seleksi. Saat itulah calon karyawan dijelaskan bagaimana sikap bekerja yang dihargai di apotek dan mana yang tidak. Tahap selanjutnya adalah memberikan pelatihan singkat yang harus dilalaui oleh setiap karyawan baru. Pada tahap ini dijelaskan secara rinci mengenai peraturan yang harus dilaksanakan beserta sanksi yang diberikan jika tidak mematuhinya, calon karyawan diberikan pandangan tentang latar belakang organisasi apotek (proses berdiri, siapa yang memiliki, dan lain-lain), bagaimana posisi apotek dalam lingkungan pasar, sasaran-sasaran apa saja yang ingin diraih, siapa saja yang bekerja disana, serta informasi-informasi lain yang relevan.

Tindak lanjut dari pelatihan tersebut adalah evaluasi. Ada beberapa tindakan umum yang perlu dirancang secara sistematis yaitu:

1. Pertemuan singkat setiap pagi sebelum apotek dibuka

2. Pertemuan 2 mingguan yang dirancang untuk melatih karyawan dalam keterampilan menjual dan product knowledge

3. Presentasi dan laporan dari staf

4. Pertemuan antar staf untuk membahas lebih mendalam pertanyaan-pertanyaan yang datang dari pelanggan


(19)

(20)

BAB III KIMIA FARMA

3.1 Sejarah Kimia Farma

Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhineka Kimia Farma. Kimia Farma merupakan perintis dalam industri farmasi Indonesia. Dimana pendiri perusahaan dapat ditelusuri kembali ke tahun 1917, pada saat pertama kali perusahaan farmasi didirikan di Hindia Timur. Selanjutnya pada pada tanggal 16 Agustus 1971 nama badannya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001. Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan umum di Bursa Efek Jakarta.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang memperhatikan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi salah satu perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang semakin meningkatkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

3.2 Bisnis Kimia Farma 3.2.1 Holding

PT. Kimia Farma Tbk dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola


(21)

PT. Kimia Farma Tbk., merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu: industri, marketing, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.

Budaya perusahaan ini mengandung tiga nilai utama : 1. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan nilai intelektual yang terwujud dalam bekerja lebih giat, cerdik dan kreatif serta jeli mengamati dan memanfaatkan peluang bisnis. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk diterapkan secara profesional dalam melaksanakan tugas menjadi komitmen untuk mencapai hasil tersebut.

2. Integritas

Totalitas dalam berkarya adalah budaya kerja kami, integritas merupakan nilai spiritual yang mempunyai makna kepercayaan, menekankan integritas sebagai landasan utama dalam menerapkan totalitas kerja dengan didukung ketulusan hati dan semangat untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kesehatan masyarakat.

3. Kerja Sama

Kerja sama merupakan nilai emosional yang melandasi semangat kerja sama melalui keterbukaan dan kepercayaan, serta mensinergikan kemampuan tiap individu untuk saling melengkapi dalam membangun tim yang tangguh untuk mencapai sukses.


(22)

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi)

Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat, yaitu: Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunanya, Rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirop, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati (bedak). Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan US-FDA Approval.


(23)

garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirop, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-4002 dan ISO-14001 ini meliputi tablet, krim, kapsul lunak, salep, sirop dan cairan obat luar/dalam.

3.2.3 Laboratorium klinik dan klinik kesehatan

Sejak tahun 2004, Kimia Farma mencanangkan perubahan arah bisnis dari perusahaan farmasi menjadi perusahaan pelayanaan kesehatan. Perubahan paradigma ini untuk mengantisipasi munculnya kesadaran baru di masyarakat, dari mengobati penyakit dan mengelola penyakit menjadi mencegah penyakit dan mengelola kesehatan. Oleh sebab itu, Kimia Farma melakukan pengembangan usaha baru yang meliputi Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Melihat peluang dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan, pembentukan unit usaha baru ini terutama ditujukan untuk memberikan layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik dan Pemeriksaan Mikrobiologi Industri. Layanan yang diberikan, yaitu: Pemeriksaan Atas Permintaan


(24)

Sendiri (APS), Pemeriksaan Atas Permintaan Dokter (APD), Medical Check Up, pemeriksaan mikrobiologi industri dan pemeriksaan rujukan.

Sebagai salah satu upaya mewujudkan visi perusahaan menjadi Healthcare Company, maka Kimia Farma merintis infrastruktur bisnisnya memasuki usaha jaringan penyedia layanan kesehatan (klinik kesehatan) yang terpadu dan terintegrasi dengan membangun sistem informasi yang mendukung.

Klinik Kesehatan Kimia Farma dengan konsep one stop healthcare services menyediakan layanan klinik dokter yang didukung dengan layanan pemeriksan kesehatan (laboratorium), layanan farmasi (apotek) dan layanan pendukung lainnya.

Jasa layanan kesehatan yang akan diberikan meliputi konsultasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan layanan medical check up dan untuk perorangan dan perusahaan, serta perencanaan administrasi pelayanan kesehatan dan pengelolaan medical record untuk karyawan. Layanan tersebut diatas juga akan diupgrade sesuai dangan kebutuhan konsumen melalui layanan care service. Klinik Kimia Farma ke depan dihadirkan oleh perusahaan sebagai suatu solusi total kesehatan.

3.3 Anak Perusahaan

3.3.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003, dengan jalur usaha distribusi obat dan alat kesehatan. PT. Kimia Farma Trading & Distribution, sebagai anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak di bidang yang sama, yaitu perdagangan


(25)

sejak sebagai Divisi PBF, perusahaan lebih menonjol dalam bidang perdagangan, terlihat dari data tahun ke tahun, komposisi penjualan kepada institusi baik melalui tender atau langsung, lebih dominan daripada penjualan reguler, yang mencerminkan kepada bisnis distribusi.

Di masa yang lalu, divisi/SBU PBF ini terfokus lebih banyak menyalurkan atau menjadi keagenan dari produk perusahaan induk, yaitu produk Kimia Farma sebagai satu satunya prinsipal. Setelah lahir menjadi anak perusahaan, serta melihat kondisi ke depan, perusahaan telah bertekad untuk merubah visi, tidak lagi hanya menyalurkan produk dari perusahaan induk, tetapi akan menyalurkan produk-produk prinsipal lain. Oleh karena itu, perusahaan telah merubah visinya akan menjadi perusahaan distributor pilihan utama bagi prinsipal. Visi ini mengandung arti ke depan perusahaan akan lebih fokus kepada penjualan reguler, tanpa meninggalkan penjualan kepada institusi/tender dan menjadi perusahaan distribusi multi prinsipal. Jalur Usaha :

1. Jasa pelayanan distribusi produk Prinsipal Kimia Farma dan prinsipal Non Kimia Farma serta Non Prinsipal terdiri dari: Consumer Health Product (OTC Chemical, OTC Herbal, kosmetik, body care, food supplement), ethical, generik, lisensi, narkotika, kontrasepsi, bahan baku, alat kesehatan dan consumer goods.

2. Jasa Perdagangan atau Trading.

PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 41 cabang yang mendistribusikan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, baik yang diproduksi sendiri


(26)

pergudangan yang besar dan peralatan yang efisien serta armada transportasi yang terintegrasi dengan sistem informasi untuk mendukung kelancaran pengiriman barang ke seluruh Indonesia.

3.3.2 PT. Kimia Farma Apotek

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi. PT. Kimia Farma Apotek mengelola sebanyak 323 Apotek yang tersebar di seluruh tanah air, yang memimpin pasar di bidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek di seluruh Indonesia.

Apotek kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola Apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk.


(27)

Tabel 1. Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia :

No. Provinsi No. Provinsi

1. Bali 16. Kepulauan Bangka Belitung

2. Banten 17. Lampung

3. Bengkulu 18. Maluku

4. DIY 19. Maluku Utara

5. DKI 20. Nanggroe Aceh Darusalam

6. Gorontalo 21. NTB

7. Irian Jaya 22. NTT

8. Jambi 23. Riau

9. Jawa Barat 24. Sulawesi Selatan 10. Jawa Tengah 25. Sulawesi Tengah 11. Jawa Timur 26. Sulawesi Tenggara 12. Kalimantan Barat 27. Sulawesi Utara 13. Kalimantan Selatan 28. Sumatera Barat 14. Kalimantan Tengah 29. Sumatera Selatan 15. Kalimantan Timur 30. Sumatera Utara

3.3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma Medan

Apotek Kimia Farma Medan memiliki 23 store yang tersebar di seluruh sumatera yaitu : Kimia Farma Pel 2 R.S. Inalum, Kimia Farma Pel 14 R.S. Pirngadi, Kimia Farma 27 Palang merah Medan, Kimia Farma 28 Belawan, Kimia Farma 29 P.


(28)

Siantar, Kimia Farma 30 Tebing Tinggi, Kimia Farma pel 41 R.S. Tebing Tinggi, Kimia Farma 39 Sei Kambing Medan, Kimia Farma 41 Kaban Jahe, Kimia Farma Pel 54 RS. Rantau Prapat, Kimia Farma 84 Tanjung Balai, Kimia Farma 85 P. Siantar, Kimia Farma 90 Kisaran, Kimia Farma 106 Aksara Medan, Kimia Farma 107 Gatot Subroto 72 C Medan, Kimia Farma 160 Setia Budi Medan, Kimia Farma 162 Pematang Siantar, Kimia Farma 255 Sisingamangaraja Medan, Kimia Farma Basri Medan, Kimia Farma Namso P. Siantar, Kimia Farma 313 Padang Sidimpuan, Kimia Farma 96 Rantau Prapat, dan Kimia Farma 314 Binjai.

3.4 Apotek Kimia Farma 255 Medan

Apotek Kimia Farma 255 Medan berada di Jalan Sisinga Mangaraja No. 374/374 A Medan. Letak Apotek Kimia Farma berada di daerah strategis karena terletak di daerah arus lalu lintas dua arah, mudah dijangkau kendaraan, terletak di pinggir jalan, dekat dengan pusat perbelanjaan dan rumah penduduk, rumah sakit serta praktek dokter. Apotek Kimia Farma 255 Medan juga bekerja sama dengan dokter yang praktek di ruangan-ruangan tersendiri di bangunan apotek.

Apotek Kimia Farma mulai beraktivitas pada pukul 8.00 WIB-24.00 WIB. Apotek Kimia Farma 255 merupakan apotek pelayanan, pengelolaannya dipimpin oleh seorang apoteker dan tiga orang karyawan yang terdiri dari satu orang asisten apoteker dan dua orang petugas penjualan bebas dan sekaligus kasir.

Apotek Kimia Farma 255 merupakan apotek tipe 3 M (Medical Mini Market) yang melayani penjualan obat-obat bebas, kosmetika, obat tradisional, susu dan alat


(29)

(30)

BAB IV

PELAYANAN INFORMASI OBAT

4.1 Pengantar Pelayanan Informasi Obat

Modernisasi produk obat sebagai akibat berkembangnya Iptek tidak mengubah makna obat sebagai media yang orientasinya adalah pada proses kesehatan. Sebagai produk obat jadi, obat tetap merupakan produk yang sangat dibutuhkan manusia dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan mutu hidup dari sakit dan penyakit. Masyarakat menerima obat sebagai substansi hasil rekayasa Iptek kefarmasian yang mampu mengubah bahan baku obat menjadi bentuk sediaan baru siap pakai.

Perkembangan di atas memperlihatkan bahwa peran Apoteker dalam meracik obat telah diambil alih oleh pabrik. Keadaan demikian mendorong terjadinya perubahan pada Apoteker, karena kalau tidak berubah maka akan ditinggalkan orang. Kemudian dari evaluasi penggunaan obat dapat disimpulkan bahwa timbul banyak permasalahan berkenaan dengan penggunaan obat. Hal inilah yang memicu dan membelokkan arah orientasi Apoteker yang semula drug oriented menjadi patient oriented.

Peran Apoteker diharapkan tidak hanya menjual obat seperti yang selama ini terjadi, tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakainya, harga yang wajar serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi.


(31)

Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit.

Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit. Dalam proses pengobatan penyakit berarti menjamin kualitas obat dan proses penggunaan obat untuk dapat mencapai pengobatan maksimum dan terhindar dari efek samping.

Memperoleh dan menggunakan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan timbulnya kasus kesalahan obat. Kasus kesalahan obat tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi terjadi pula di negara maju. Kondisi ini dipertajam dengan kemajuan teknologi yang pesat dan pola kehidupan masyarakat yang menuju kemandirian sehingga timbulnya budaya baru berupa pengobatan mandiri.

Tersedianya obat efektif yang meruah dipasaran menyulitkan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk memilih pengobatan yang terkait pada saat memerlukan. Untuk itu masyarakat membutuhkan pendamping seorang ahli, yaitu apoteker. Suatu kewajiban moral bagi apoteker untuk memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat secara mandiri dengan aman dan efektif.

Perhatian terhadap masyarakat tidak terbatas pada pengobatan mandiri melainkan juga pada saat menderita sakit dan harus ditolong di tempat pelayanan kesehatan. Dengan keterlibatan Apoteker secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan klinik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan


(32)

kemandirian masyarakat dalam penggunaan obat, penulisan resep oleh dokter dan pengetahuan perawat tentang obat.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

4.2 Tujuan Pelayanan Informasi Obat

Ada beberapa tujuan dari pelayanan Informasi Obat antara lain

Ü Tersedianya informasi obat yang memadai, terpercaya, relevan, jelas pada saat diperlukan

Ü Tersedianya sarana pelayanan informasi obat

Ü Terpenuhinya kebutuhan pasien dan profesi kesehatan lain akan informasi obat Ü Peningkatan status kesehatan masyarakat dalam hubungannya dengan

penggunaan obat dan perbekalan kesehatan lain

4.3 Keuntungan Pelayanan Informasi Obat 4.3.1 Keuntungan bagi pasien

1. Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam penggunaan obat 2. Mengurangi ketidakpatuhan penggunaan obat

3. Mengurangi efek samping dalam penggunaan obat 4. Menjamin obat yang diberikan aman dan efektif 5. Tambahan penjelasan bagi penyakit pasien 6. Membantu pasien dalam merawat diri sendiri


(33)

7. Sebagai rujukan dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah obat-obatan, misal: KB, masalah emosional

8. Mengurangi biaya perawatan kesehatan bagi individual, masyarakat maupun pemerintah

4.3.2 Keuntungan bagi Apoteker

1. Perlindungan hukum (karena tidak/kurang konseling). 2. Menjaga status profesional sebagai bagian dari kesehatan. 3. Meningkatkan kepuasan dalam bekerja

4. Mengurangi stres dalam pekerjaan

5. Tambahan pelayanan sehingga menarik pelanggan dan meningkatkan posisi dalam kompetisi pasar

6. Menaikkan pendapatan dengan adanya pembayaran biaya konseling.

4.4 Metode Pelayanan Informasi Obat

1. Introduksi, perkenalkan diri kepada pasien, tujuan 2. Tekhnik verbal dengan cara:

A. Three prime question, meliputi :

- Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda

- Bagaimana penjelasan dokter tentang cara pakai obat anda

- Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat B. Final Verification

- Minta pasien untuk mengulang instruksi, untuk meyakinkan bahwa pesan tidak ada yang terlewatkan


(34)

- Beri kesempatan pasien jika ingin bertanya lagi C. Show and Tell

- Manfaatnya untuk memastikan pemahaman pasien dan pemakaian obat yang telah dipakai sebelumnya dengan benar

- Farmasis mulai dengan menunjukkan obat kepada pasien, misalnya dengan membuka botol kemudian pasien menceritakan bagaimana memakai obat tersebut. Apoteker menuntun dialog dengan modifikasi Three prime Question, misalnya dengan memberitahukan kegunaan minum obat tersebut, bagaimana cara meminumnya, masala yang dialami pasien.


(35)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

- Pelayanan informasi obat kepada pasien di Apotek Kimia Farma 255 Medan

sudah berjalan dengan baik dan harus ditingkatkan lagi, sehingga pasien akan lebih merasa bahwa peran Apoteker sangat diperlukan dalam pelayanan informasi obat.

- Aktivitas pelayanan swamedikasi pasien dilaksanakan dengan model swalayan,

dimana pasien bebas memilih obat sesuai dengan kondisi penyakitnya dan tetap mendapatkan informasi obat dari Apoteker Pengelola Apotek

7.2 Saran

- Kelengkapan pengadaan obat di Apotek Kimia Farma 255 sebaiknya lebih

ditingkatkan lagi, sehingga pasien dapat merasakan pelayanan yang cepat tanpa harus menunggu lama.

- Untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien dalam pelayanan informasi obat, sebaiknya disediakan ruangan khusus.


(1)

BAB IV

PELAYANAN INFORMASI OBAT

4.1 Pengantar Pelayanan Informasi Obat

Modernisasi produk obat sebagai akibat berkembangnya Iptek tidak mengubah makna obat sebagai media yang orientasinya adalah pada proses kesehatan. Sebagai produk obat jadi, obat tetap merupakan produk yang sangat dibutuhkan manusia dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan mutu hidup dari sakit dan penyakit. Masyarakat menerima obat sebagai substansi hasil rekayasa Iptek kefarmasian yang mampu mengubah bahan baku obat menjadi bentuk sediaan baru siap pakai.

Perkembangan di atas memperlihatkan bahwa peran Apoteker dalam meracik obat telah diambil alih oleh pabrik. Keadaan demikian mendorong terjadinya perubahan pada Apoteker, karena kalau tidak berubah maka akan ditinggalkan orang. Kemudian dari evaluasi penggunaan obat dapat disimpulkan bahwa timbul banyak permasalahan berkenaan dengan penggunaan obat. Hal inilah yang memicu dan membelokkan arah orientasi Apoteker yang semula drug oriented menjadi patient oriented.

Peran Apoteker diharapkan tidak hanya menjual obat seperti yang selama ini terjadi, tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakainya, harga yang wajar serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi.


(2)

Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit.

Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit. Dalam proses pengobatan penyakit berarti menjamin kualitas obat dan proses penggunaan obat untuk dapat mencapai pengobatan maksimum dan terhindar dari efek samping.

Memperoleh dan menggunakan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan timbulnya kasus kesalahan obat. Kasus kesalahan obat tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi terjadi pula di negara maju. Kondisi ini dipertajam dengan kemajuan teknologi yang pesat dan pola kehidupan masyarakat yang menuju kemandirian sehingga timbulnya budaya baru berupa pengobatan mandiri.

Tersedianya obat efektif yang meruah dipasaran menyulitkan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk memilih pengobatan yang terkait pada saat memerlukan. Untuk itu masyarakat membutuhkan pendamping seorang ahli, yaitu apoteker. Suatu kewajiban moral bagi apoteker untuk memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat secara mandiri dengan aman dan efektif.

Perhatian terhadap masyarakat tidak terbatas pada pengobatan mandiri melainkan juga pada saat menderita sakit dan harus ditolong di tempat pelayanan kesehatan. Dengan keterlibatan Apoteker secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan klinik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan


(3)

kemandirian masyarakat dalam penggunaan obat, penulisan resep oleh dokter dan pengetahuan perawat tentang obat.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

4.2 Tujuan Pelayanan Informasi Obat

Ada beberapa tujuan dari pelayanan Informasi Obat antara lain

Ü Tersedianya informasi obat yang memadai, terpercaya, relevan, jelas pada saat diperlukan

Ü Tersedianya sarana pelayanan informasi obat

Ü Terpenuhinya kebutuhan pasien dan profesi kesehatan lain akan informasi obat

Ü Peningkatan status kesehatan masyarakat dalam hubungannya dengan

penggunaan obat dan perbekalan kesehatan lain

4.3 Keuntungan Pelayanan Informasi Obat 4.3.1 Keuntungan bagi pasien

1. Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam penggunaan obat 2. Mengurangi ketidakpatuhan penggunaan obat

3. Mengurangi efek samping dalam penggunaan obat 4. Menjamin obat yang diberikan aman dan efektif 5. Tambahan penjelasan bagi penyakit pasien 6. Membantu pasien dalam merawat diri sendiri


(4)

7. Sebagai rujukan dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah obat-obatan, misal: KB, masalah emosional

8. Mengurangi biaya perawatan kesehatan bagi individual, masyarakat maupun pemerintah

4.3.2 Keuntungan bagi Apoteker

1. Perlindungan hukum (karena tidak/kurang konseling). 2. Menjaga status profesional sebagai bagian dari kesehatan. 3. Meningkatkan kepuasan dalam bekerja

4. Mengurangi stres dalam pekerjaan

5. Tambahan pelayanan sehingga menarik pelanggan dan meningkatkan posisi dalam kompetisi pasar

6. Menaikkan pendapatan dengan adanya pembayaran biaya konseling.

4.4 Metode Pelayanan Informasi Obat

1. Introduksi, perkenalkan diri kepada pasien, tujuan 2. Tekhnik verbal dengan cara:

A. Three prime question, meliputi :

- Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda

- Bagaimana penjelasan dokter tentang cara pakai obat anda

- Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat B. Final Verification

- Minta pasien untuk mengulang instruksi, untuk meyakinkan bahwa pesan


(5)

- Beri kesempatan pasien jika ingin bertanya lagi C. Show and Tell

- Manfaatnya untuk memastikan pemahaman pasien dan pemakaian obat yang telah dipakai sebelumnya dengan benar

- Farmasis mulai dengan menunjukkan obat kepada pasien, misalnya dengan membuka botol kemudian pasien menceritakan bagaimana memakai obat tersebut. Apoteker menuntun dialog dengan modifikasi

Three prime Question, misalnya dengan memberitahukan kegunaan

minum obat tersebut, bagaimana cara meminumnya, masala yang dialami pasien.


(6)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

- Pelayanan informasi obat kepada pasien di Apotek Kimia Farma 255 Medan

sudah berjalan dengan baik dan harus ditingkatkan lagi, sehingga pasien akan lebih merasa bahwa peran Apoteker sangat diperlukan dalam pelayanan informasi obat.

- Aktivitas pelayanan swamedikasi pasien dilaksanakan dengan model swalayan,

dimana pasien bebas memilih obat sesuai dengan kondisi penyakitnya dan tetap mendapatkan informasi obat dari Apoteker Pengelola Apotek

7.2 Saran

- Kelengkapan pengadaan obat di Apotek Kimia Farma 255 sebaiknya lebih

ditingkatkan lagi, sehingga pasien dapat merasakan pelayanan yang cepat tanpa harus menunggu lama.

- Untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien dalam pelayanan informasi obat, sebaiknya disediakan ruangan khusus.