Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 27 Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEK KIMIA FARMA 27 MEDAN

Emil Salim, S. Farm. 073202024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 27 MEDAN

Disusun Oleh: Emil Salim,S. Farm.

073202024

Disetujui Oleh: Pembimbing,

Hendra Farma Johar, M.Si., Apt. MAP Apotek Kimia Farma 27 Medan

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di apotek Kimia Farma 27 Medan dan penyusunan laporan ini.

Latihan Kerja Profesi ini merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Latihan Kerja Profesi ini selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hendra Farma Johar, M.Si, Apt sebagai Manajer Bisnis PT Kimia Farma apotek Medan dan sebagai apoteker apotek Kimia Farma 27 Medan, beserta staf pegawai yang telah banyak membantu penulis selama Latihan Kerja Profesi di apotek Kimia Farma 27 Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Wiryanto, M.S, Apt sebagai Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan seluruh Staf pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT membalas budi baik Bapak dan Ibu dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2008


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... .ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I Pendahuluan ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan ...2

II Tinjauan Umum Apotek ... 3

2.1 Apotek ... 3

2.2 Peranan Apoteker Pengelola Apotek ... 4

2.3 Manajemen... 5

2.4 Pengelolaan Obat dan Pengendalian Perbekalan Farmasi ... 7

2.5 Penyimpanan dan Penataan... 8

2.6 Penjualan dan Pelayanan... 9

III Kimia Farma... 11

3.1 Sejarah Kimia Farma ... 11

3.2 Bisnis Kimia Farma ... 11

2.1 Holding ... 12

2.2 Pabrik (Industri Farmasi) ... 12

2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan... 14

3.3 Anak Perusahaan... 14

3.1 PT Kimia Farma Trading and Distribution ... 14

3.2 PT Kimia Farma Apotek ... 15

3.3 Store Manager PT Kimia Farma... 17

3.4 Apotek Kimia Farma 27... 17

4.1 Lokasi ... 17


(5)

IV Tugas Khusus Kontrol Inventori ... 18

4.1 Pengertian Kontrol Inventori ... 18

4.2 Persediaan ... 19

4.3 Biaya-Biaya Persediaan ... 20

4.4 Model-Model Persediaan ... 21

4.5 Klasifikasi ABC dalam Persediaan ... 23

4.6 Waktu tenggang, Persediaan Pengaman dan Titik Pemesanan Ulang 26 4.7 Just in Time ... 27

4.8 Metode Penilaian Persediaan ... 27

V Pelayanan Resep dan Swamedikasi... 28

5.1 Pelayanan Resep ... 28

Resep I ... 28

Resep II ... 31

Resep III ... 33

Resep IV ... 36

Resep V ... 39

5.2 Kasus Swamedikasi ... 42

Kasus I ... 42

Kasus II ... 43

Kasus III ... 44

Kasus IV ... 45

Kasus V ... 46

Kasus VI ... 47

Kasus VII ... 48

Kasus VIII ... 49

Kasus IX ... 50

Kasus X ... 51

VI Pembahasan ... 52

VII Kesimpulan dan Saran ... 56

7.1 Kesimpulan ... 56

7.2 Saran ... 56


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Persediaan dalam Model EOQ ... 22 Gambar 2. Grafik pendistribusian Persediaan ... 24 Gambar 3. Model Persediaan Dengan Safety Stock ... 26


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui pekerjaan yang berhubungan dengan kefarmasian. Yang dimaksud pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu persediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pemahaman dan perhatian masyarakat terhadap kesehatan semakin hari semakin meningkat, terutama terhadap ketepatan penggunaan sediaan farmasi, dalam hal ini obat. Untuk mendapatkan pelayanan dan informasi yang memuaskan mengenai ketepatan penggunaan obat tersebut, diperlukan suatu tempat yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan memberikan informasi obat yang lengkap kepada masyarakat, salah satunya adalah apotek.

Apotek merupakan salah satu tempat pengabdian profesi yang mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi mengatur agar apotek dapat memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan usahanya, sedangkan fungsi sosialnya adalah untuk pemerataan distribusi obat dan sebagai salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat. Jadi apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang pelayanan kefarmasian di apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari


(8)

pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut maka diperlukan seorang apoteker yang profesional. Seorang apoteker yang profesional dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk dapat melakukan interaksi langsung dengan pasien melalui pemberian informasi mengenai obat, monitoring penggunaan obat, sehingga diperoleh tujuan pengobatan yang diharapkan.

Untuk dapat mengelola sebuah bisnis apotek, seorang APA tidak cukup dengan hanya berbekal ilmu teknis kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen karena mengelola sebuah apotek sama halnya dengan mengelola sebuah perusahaan. APA dituntut pengetahuannya untuk dapat menguasai produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menganalisis hasil kinerja operasional.

Berdasarkan hal tersebut, maka Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di Apotek Kimia Farma. Adapun Praktek Kerja Profesi dilaksanakan mulai tanggal 22 Mei 2008 hingga 19 Juni 2008 di Apotek Kimia Farma 27 di jalan Palang Merah No. 32 Medan.

1.2Tujuan

Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Profesi (PKP) di Apotek Pemerintah adalah untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan, tugas dan fungsi apoteker sebagai APA. Diharapkan kelak mahasiswa mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai APA yang profesional sesuai dengan kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.


(9)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1Apotek

Menurut Kepmenkes RI No 1332/Menkes/Sk/X/2002 tentang Perubahan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Jadi apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan).

Bisnis eceran (retail) sendiri menurut Kamus Ekonomi Edisi kedua memiliki pengertian sebagai bisnis yang menyediakan satu jenis produk tertentu atau produk yang berbeda yang di jual kepada pemakai akhir (konsumen).

Sebagai perantara, apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari pemasok kepada konsumen, memiliki 5 fungsi kegiatan yaitu kegiatan :

1. Pembelian 2. Gudang

3. Pelayanan dan Penjualan 4. Keuangan

5. Pembukuan

Sehingga agar dapat dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), disamping ilmu kefarmasian yang telah dikuasai, juga diperlukan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi-fungsi manajemen dalam menyusun rencana kerja (planning) untuk mencapai suatu tujuan. Karena untuk melaksanakan rencana kerja tidak mungkin dilakukan oleh satu fungsi, maka organisasi (apotek) membagi-bagi pekerjaan (organisation) yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap fungsi. Kemudian masing-masing fungsi melaksanakan rencana kerja (actuating)


(10)

sesuai dengan fungsi pekerjaan dan sasaran yang akan dicapai. Umumnya fungsi pengawasan (controlling) dilakukan oleh fungsi pencatatan (accounting).

2.2Peranan Apoteker Pengelola Apotek

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasiaan di Indonesia sebagai apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.

Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, membantu memberi pendidikan dan peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

Apotek mempunyai fungsi utama dalam pelayanan obat atas dasar resep dan yang berhubungan dengan itu, serta pelayanan obat tanpa resep yang biasa dipakai di rumah. Dalam pelayanan obat ini apoteker harus berorientasi pada pasien/penderita, bagaimana obat yang diinginkan pasien tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya serta ada tidaknya efek samping yang merugikan.

Sebagai pengelola apotek, apoteker mempunyai tugas dan kewajiban dalam melaksanakan kegiatan apotek yaitu sebagai berikut :

3 Bidang Pengabdian Kesehatan

1. Mampu melaksanakan pengelolaan obat sesuai peraturan yang berlaku. 2. Mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian secara profesional kepada

pasien secara tepat, aman, dan efektif.

3. Mampu melaksanakan fungsi pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi tentang obat dan alat kesehatan kepada pasien.

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(11)

6. Mampu melaksanakan fungsi pimpinan di apotek baik dalam bidang managemen maupun kefarmasian

7. Mampu berpartisipasi aktif dalam program promosi kesehatan masyarakat. (Haryanto. Dhanutirto, PUKA, 2007).

B. Bidang Administrasi

1. Apoteker memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan tata usaha, keuangan, pelayanan, statistik dan logistik.

2. Apoteker membuat laporan-laporan kepada pihak yang berwenang,

menyelenggarakan surat-menyurat.

3. Apoteker mengadakan pengawasan terhadap penggunaan dan

pemeliharaan aktiva perusahaan.

4. Apoteker menambah, memberikan, memutasikan dan menetapkan gaji karyawan

C. Bidang Usaha Komersil

1. Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang yaitu obat, bahan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya untuk satu periode tertentu. 2. Mengatur dan mengawasi penjualan dalam bentuk resep, penjualan bebas

dan langganan.

3. Menetapkan kalkulasi dan kebijakan harga.

4. Berusaha meningkatkan penjualan dengan menjalin hubungan baik dengan pasien, mencari langganan baru serta promosi dan publikasi.

2.3Manajemen

Manajemen adalah istilah yang lebih dikenal saat ini baik oleh kalangan masyarakat, para profesional ataupun kalangan perguruan tinggi. Ada beberapa definisi manajemen, diantaranya adalah :

1. Management is decision making; manajemen adalah pengambilan

keputusan, yang dapat diartikan bagaimana pimpinan harus mengambil keputusan untuk menentukan misalnya pengembangan produk baru, memperluas usaha dengan membuat pabrik baru, dan lain-lain membuat strategi pemasaran bahkan dalam menerima ataupun mengeluarkan karyawan, melakukan hubungan dengan mitra bisnisnya, juga dengan pelanggan potensial dan berbagai pekerjaan yang lain (dapat dikatakan


(12)

bahwa untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan akan menggunakan bantuan/melalui orang lain).

2. Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi (definisi dari George R. Terry). Yang dikenal dengan

Planning-Organizing-Actuating-Controlling (POAC).

Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik. Sebelum perencanaan ditetapkan, umumnya didahului oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan datang. Khusus menyangkut pengelolaan logistik, fungsi perencanaan mencakup kegiatan dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, garis-garis besar apa yang akan dituju dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan terutama menyangkut keterbatasan organisasi. Dalam penentuan kebutuhan adalah menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah kebutuhan persediaan barang/obat per jenisnya di apotek atau rumah sakit. Penentuan kebutuhan dapat dikatakan adalah merupakan perincian yang kongkrit dan detail dari perencanaan logistik.

Fungsi penganggaran adalah menyangkut kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar yaitu dengan skala mata uang (Dollar, Rupiah, dan lain-lain).

Fungsi pengadaan adalah merupakan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan peramalan yang baik), maupun penganggaran. Di dalam pengadaan dilakukan proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan fungsi kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam fungsi pengadaan adalah pengadaan tersebut haruslah memenuhi syarat, yaitu :


(13)

Haruslah sesuai kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya. 2. Rechmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

Untuk pengadaan obat, WHO memperkenalkan system VEN (Vital, Esensial, Nonesensial), dengan mengatur pengadaan dari hanya item-item “V”, kemudian item-item “E”, yang apabila diperlukan, tentukan dengan tepat prioritas antar item-item tersebut dan akhirnya apabila dana yang tidak dialokasikan tersisa/tersedia, diatur untuk pengadaan item-item “N”. Perlu diingat bahwa VEN untuk tiap negara akan berbeda penggolongannya.

3. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaan haruslah sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pengendalian persediaan adalah berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan bahan-bahan agar dapat menjamin kelancaran proses persediaan obat di apotek, serta menjamin kelancaran pelayanan terhadap pasien secara efektif dan efisien.

2.4Pengelolaan Obat dan Pengendalian Perbekalan Farmasi

Pengelolaan adalah segala pekerjaan yang mengarah kepada terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya dengan kualitas yang tepat, termasuk sistem pengendalian keuangan serta sumber daya manusia. Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotek besar maupun kecil. Persediaan obat merupakan harta yang paling besar dari sebuah apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek.

Pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil. Bila apoteker pengelola apotek dapat menurunkan persediaan dengan menjual lebih sedikit obat atau dengan menyingkirkan barang/obat yang tidak mudah dijual dan bila pengurangan ini digunakan untuk menurunkan modal sendiri, maka perolehan kembali atas modal sendiri akan meningkat. Sebaliknya, bila investasi/penanaman modal atas persediaan obat/barang dagangan dinaikkan, maka perolehan kembali atas modal sendiri dengan sendirinya akan menurun.


(14)

Pengendalian persediaan obat juga penting sebab apotek harus mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan baik. Apotek harus mempunyai produk yang dibutuhkan pasien/konsumen dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen. Bila pada sebuah apotek umum tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Oleh karena itu, pengendalian persediaan yang efektif adalah mengoptimalkan 2 tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi : perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).

2.5Penyimpanan dan Penataan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 yang perlu diperhatikan pada penyimpanan:

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualiaan atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan/gudang yaitu:

1. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan resiko terbesar dari penyimpanan. Apalagi barang-barang farmasi sebagian adalah mudah terbakar.

2. Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jumlah karyawan tidak berlebihan sehingga tidak ada waktu menganggur yang merupakan biaya. Demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga akan menimbulkan antrian di apotek. Jadi harus dijaga keseimbangan jumlah karyawan dan pembagian kerja yang sesuai.


(15)

3. Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin baik dari segi besarnya ruangan dan pembagian ruangan.

4. Memelihara gudang dan peralatannya dengan sebaik mungkin.

5. Menciptakan suatu sistem yang lebih efektif untuk lebih memperlancar arus barang. Barang yang datang lebih dulu harus dikeluarkan lebih dulu (metode

First In First Out/FIFO) dan obat dengan tanggal kadaluarsa lebih dekat harus

dikeluarkan lebih dulu walaupun obat tersebut datangnya belakangan (metode

First Expire First Out/ FEFO).

Penataan dilakukan dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi pelayanan, pembagian farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan seringkali bisa disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta menyederhanakan alur pelayanan.

2.6Penjualan dan Pelayanan

Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep, penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat-obat wajib apotek, kosmetik dan alat kesehatan. Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker kepada pasien di apotek (Menkes No. 347/Menkes/SK/VII/1990). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, maka dirasakan perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. Obat yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Obat Wajib Apotek ini dapat ditinjau kembali dan disempurnakan setiap waktu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Seiring dengan meningkatnya kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri maka obat yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek semakin bertambah yang tercantum dalam Keputusan Menkes No. 924/Menkes/PER/X/1993. Selain itu juga terjadi perubahan golongan beberapa obat yang terdapat dalam daftar Obat Wajib Apotek No. 1 (Keputusan Menkes No. 925/Menkes/PER/X/1993). Misalnya bromheksin HCl dan mebendazol dari obat keras menjadi obat bebas terbatas.

Harga jual obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan harga obat yang wajar bagi kemampuan


(16)

masyarakat sekitar apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dengan kualitas yang terjamin. Harga jual obat di apotek harus mempertimbangkan faktor jual obat terutama dari apotek sekitarnya. Bila sebuah apotek tidak memiliki kelebihan khusus dibanding apotek sekitarnya, misalnya lokasi yang lebih nyaman, perbekalan farmasi yang lebih lengkap, lebih banyak jumlah dan pilihannya atau pelayanan yang lebih baik, tentunya apotek tidak dapat menetapkan harga tinggi. Apotek yang mempunyai kelebihan khusus dapat menetapkan harga yang lebih tinggi hanya bila apotek dapat meyakinkan konsumennya akan kelebihan tersebut.

Persepsi pasien/konsumen didasarkan pada kesan yang dimiliki sebuah apotek. Kesan sebuah apotek sebagian ditentukan oleh harga-harga yang ditetapkan apotek tersebut. Faktor lain yang cukup mempengaruhi kesan sebuah apotek mencakup luas dan lokasi apotek, kualitas dan keanekaragaman barang dagangan nonresep yang dijual (alat kesehatan, kosmetik) dan kualitas pelayanan yang ditawarkan.

Pelayanan apotek ditentukan oleh produktivitas karyawan dan pelayanan profesi seorang apoteker di apotek. Biaya pelayanan profesional (professional fee) adalah nilai yang telah ditentukan yang ditambahkan pada biaya obat untuk menentukan harga resep obat. Sistem biaya pelayanan profesional memberi perhatian pada aspek profesional dari pelayanan apotek. Apoteker melakukan fungsi profesional yang sama pada setiap resep yang dilayani tanpa mempedulikan biaya obat. Apakah itu produk mahal atau murah, apoteker harus menjalankan proses yang sama dalam menyeleksi obat yang sesuai, meracik dan memberi label secara benar, memberi konseling pada pasien dan memeriksa interaksi obat.


(17)

BAB III KIMIA FARMA

3.1 Sejarah Kimia Farma

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1817, ketika didirikan perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur yaitu NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, maka pada tahun 1969 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 PT. Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, PT. Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia, yang semakin memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat. PT. Kimia Farma terus melebarkan bisnisnya dalam bidang pemasaran dengan membentuk dua anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2003 yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution

3.2 Bisnis Kimia Farma 3.2.1 Holding

PT Kimia Farma Tbk dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha Pelayanan Kesehatan.

PT. Kimia Farma Tbk sebagai perusahaan publik sekaligus BUMN, berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 19/2003 tentang BUMN.

PT. Kimia Farma Tbk, merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu: industri, marketing, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.


(18)

Budaya perusahaan mengandung tiga nilai utama : 1. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan nilai intelektual yang terwujud dalam bekerja lebih giat, cerdik dan kreatif serta jeli mengamati dan memanfaatkan peluang bisnis. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk diterapkan secara profesional dalam melaksanakan tugas menjadi komitmen untuk mencapai hasil tersebut.

2. Integritas

Totalitas dalam berkarya adalah budaya kerja kami, integritas merupakan nilai spiritual yang mempunyai makna kepercayaan, menekankan integritas sebagai landasan utama dalam menerapkan totalitas kerja dengan didukung ketulusan hati dan semangat untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kesehatan masyarakat.

3. Kerja Sama

Kerja sama merupakan nilai emosional yang melandasi semangat kerja sama melalui keterbukaan dan kepercayaan, serta mensinergikan kemampuan setiap individu untuk saling melengkapi dalam membangun tim yang tangguh untuk mencapai sukses.

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi)

Dengan dukungan kuat riset & pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunannya, rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit


(19)

produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirop, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati (bedak). Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan US-FDA Approval.

Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirop, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-4002 dan ISO-14001 ini meliputi tablet, krim, kapsul lunak, salep, sirop dan cairan obat luar/dalam.

3.2.3Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan

Sejak tahun 2004 Kimia Farma mencanangkan perubahan arah bisnis dari perusahaan farmasi menjadi perusahaan pelayanaan kesehatan. Perubahan paradigma ini untuk mengantisipasi munculnya kesadaran baru di masyarakat, dari mengobati penyakit dan mengelola penyakit menjadi mencegah penyakit dan mengelola kesehatan. Oleh sebab itu Kimia Farma melakukan pengembangan usaha baru yang meliputi Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Menangkap peluang dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan, pembentukan unit usaha baru ini terutama ditujukan untuk memberikan layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik dan Pemeriksaan Mikrobiologi Industri. Layanan yang diberikan, yaitu: Pemeriksaan Atas


(20)

Permintaan Sendiri (APS), Pemeriksaan Atas Permintaan Dokter (APD), medical

check up, Pemeriksaan Mikrobiologi Industri, pemeriksan rujukan

Sebagai salah satu upaya mewujudkan visi perusahaan menjadi Healthcare

Company, maka Kimia Farma merintis infrastruktur bisnisnya memasuki usaha

jaringan penyedia layanan kesehatan (klinik kesehatan) yang terpadu dan terintegrasi dengan membangun sistem informasi yang mendukung.

Klinik kesehatan Kimia Farma dengan konsep one stop healthcare

services menyediakan layanan klinik dokter yang didukung dengan layanan

pemeriksaan kesehatan (laboratorium), layanan farmasi (apotek) dan layanan pendukung lainnya.

Jasa layanan kesehatan yang akan diberikan meliputi konsultasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan layanan medical check up dan untuk perorangan dan perusahaan, serta perencanaan administrasi pelayanan kesehatan dan pengelolaan medical record untuk karyawan. Layanan tersebut diatas juga akan di-upgrade sesuai dangan kebutuhan konsumen melalui layanan care

service. Klinik Kimia Farma ke depan dihadirkan oleh perusahaan sebagai suatu

solusi total kesehatan.

3.3 Anak Perusahaan

3.3.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution

PT. Kimia Farma Trading and Distribution dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Distribusi Obat dan Alat Kesehatan.

PT. Kimia Farma Trading & Distribution, sebagai anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak dibidang yang sama, yaitu perdagangan dan distribusi. Oleh karena itu pengalamannya bukan baru satu tahun, tetapi sama dengan umur PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Hampir sepanjang sejarahnya sejak sebagai Divisi PBF, perusahaan lebih menonjol dalam bidang perdagangan, hal ini terlihat dari data tahun ketahun, dimana komposisi penjualan kepada institusi baik melalui tender atau langsung, lebih dominan dari pada penjualan reguler, yang mencerminkan kepada bisnis distribusi.

Disamping itu dimasa yang lalu, divisi PBF ini terfokus lebih banyak menyalurkan atau menjadi keagenan dari produk perusahaan induk, yaitu produk


(21)

Kimia Farma sebagai satu satunya prinsipal. Setelah lahir menjadi anak perusahaan, serta melihat kondisi kedepan, maka perusahaan telah bertekad untuk merubah visi, tidak lagi hanya menyalurkan produk dari perusahaan induk, tetapi akan menyalurkan produk-produk prinsipal lain. Oleh karenanya perusahaan telah merubah visinya akan menjadi perusahaan distributor pilihan utama bagi prinsipal. Visi ini mengandung arti kedepan perusahaan akan lebih fokus kepada penjualan reguler, tanpa meninggalkan penjualan kepada institusi/tender dan menjadi perusahaan distribusi multi prinsipal.

Jalur Usaha :

1. Jasa pelayanan distribusi produk Prinsipal Kimia Farma dan Prinsipal Non Kimia Farma serta Nonprinsipal terdiri dari: Consumer Health Product (OTC

Chemical, OTC Herbal, kosmetik, Body Care, Food Supplement), ethical,

generik, lisensi, narkotika, kontrasepsi, bahan baku, alat kesehatan, Consumer

Goods.

2. Jasa Perdagangan atau Trading

PT. Kimia Farma Trading & Distribution, memiliki 41 cabang yang mendistribusikan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, baik yang diproduksi sendiri maupun yang diproduksi oleh pihak ketiga. Dalam operasionalnya didukung dengan fasilitas pergudangan yang besar dan peralatan yang efisien serta armada transportasi yang terintegrasi dengan sistem informasi untuk mendukung kelancaran pengiriman barang ke seluruh Indonesia.

3.3.2 PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi.PT. Kimia Farma apotek mengelola sebanyak 320 apotek yang tersebar diseluruh tanah air, yang memimpin pasar dibidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek di seluruh Indonesia.

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung, melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.


(22)

Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk.

Tabel 3.1 Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia :

No. Provinsi No. Provinsi

1. Bali 16. Kepulauan Bangka Belitung

2. Banten 17. Lampung

3. Bengkulu 18. Maluku

4. DIY 19. Maluku Utara

5. DKI 20. Nanggroe Aceh Darusalam

6. Gorontalo 21. NTB

7. Irian Jaya 22. NTT

8. Jambi 23. Riau

9. Jawa Barat 24. Sulawesi Selatan

10. Jawa Tengah 25. Sulawesi Tengah

11. Jawa Timur 26. Sulawesi Tenggara

12. Kalimantan Barat 27. Sulawesi Utara

13. Kalimantan Selatan 28. Sumatera Barat 14. Kalimantan Tengah 29. Sumatera Selatan

15. Kalimantan Timur 30. Sumatera Utara

Visi : Menjadikan apotek berdaya saing di pasar global Misi :

1. Menyediakan, mengadakan dan menyalurkan sediaan farmasi, alat kesehatan lainnya, yang berkualitas dan bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(23)

2. Mengembangkan bisnis farmasi dan jasa kesehatan lainnya untuk meningkatkan nilai apotek saham tanpa meninggalkan prinsip Good

Corporate Governance.

3. Mengembangkan SDM untuk meningkatkan kompetensi dan

komitmen serta berperan aktif dalam pengembangan perapotekan nasional.

3.3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma

Apotek Kimia Farma Medan memiliki 23 store yang tersebar diseluruh sumatera yaitu: Apotek Pelayanan 2 Kimia Farma Inalum, Apotek Pelayanan 14 Kimia Farma Pirngadi, Kimia Farma 27 Medan, Kimia Farma 28 Belawan, Kimia Farma 29 Pematang Siantar, Kimia Farma 30 Tebing Tinggi, Apotek Pelayanan 41 Kimia Farma Tebing Tinggi, Kimia Farma 39 Medan, Kimia Farma 41 Kabanjahe, Apotek Pelayanan 54 Kimia Farma Rantau Prapat, Kimia Farma 84 Tanjung Balai, Kimia Farma 85 Pematang Siantar, Kimia Farma 90 Kisaran, Kimia Farma 106 Medan, Kimia Farma 107 Medan, Kimia Farma 160 Medan, Kimia Farma 162 Pematang Siantar, Kimia Farma 255 Medan, Kimia Farma Basri Medan, Kimia Farma Namso Pematang Siantar, Kimia Farma 312 Rantau Prapat, Kimia Farma 313 Pematang Siantar, Kimia Farma 314 Binjai.

3.4 Apotek Kimia Farma 27 3.4.1 Lokasi

Apotek Kimia Farma 27 berada di Jl. Palang Merah No. 32 Medan, terletak di daerah perkotaan dan pemukiman yang ramai dengan penduduk yang cukup padat serta mudah dijangkau oleh kendaraan umum, dekat dengan tempat perbelanjaan dan dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan lain seperti rumah sakit dan klinik. Lokasi Apotek Kimia Farma 27 dilengkapi dengan praktek dokter umum, dokter spesialis, swalayan farmasi, optik dan laboratorium klinik

3.4.2 Sumber Daya Manusia

Apotek Kimia Farma 27 dipimpin oleh seorang oleh Manajer Apotek Pelayanan (Apoteker Pengelola Apotek) yang membawahi 22 orang karyawan antara lain 9 orang Asisten Apoteker dan 13 orang non Asisten Apoteker (2 orang Juru Resep, 6 orang Kasir, 2 orang Fakturis, 2 orang bagian pembelian dan 1 orang Pengantar barang).


(24)

BAB IV TUGAS KHUSUS MANAJEMEN INVENTORI

4.1Pengertian Manajemen Inventori

Persediaan (inventori) adalah bahan atau barang-barang yang pada suatu saat akan dijual kembali oleh perusahaan tanpa atau setelah mengalami pengolahan. Persediaan dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

Produk farmasi sangat banyak jumlahnya, menyulitkan dalam penyediaan barang, ditambah lagi produk farmasi umumnya merupakan me too product, suatu produk yang sama dengan kemasan yang berbeda, tapi isi obatnya sama. Bila di apotek tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Di sisi lain, pengelola apotek kesulitan karena banyaknya obat yang harus dimusnahkan karena rusak atau kadaluarsa, yang tentunya merugikan apotek. Untuk itu perlu dicari jalan agar apotek dapat mempunyai stok yang benar dan dapat memenuhi kebutuhan pasien, tetapi di lain pihak tidak mengalami kerugian akibat kerusakan obat, tidak diproduksi lagi dan kadaluarsa. Usaha untuk menghindari hal-hal tersebut adalah menyeimbangkan besarnya persediaan dengan permintaan dari sekelompok barang, yang disebut pengendalian persediaan barang (kontrol inventori).

Pengendalian persediaan sangat penting, kerana besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek. Pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang bebih kecil. Untuk laba tertentu, pengendalian persediaan obat mengarah pada perolehan yang lebih besar atas investasi. Bila APA apotek dapat menurunkan persediaan dengan menjual lebih sedikit obat atau dengan menyingkirkan barang/obat yang tidak mudah dijual dan bila pengurangan ini digunakan atas modal sendiri akan meningkat. Sebaliknya, bila investasi/penanaman modal atas persediaan barang/obat dinaikkan, perolehan atas modal dengan sendirinya akan menurun.


(25)

Oleh karena itu, pengendalian barang yang efektif adalah mengoptimalkan dua tujuan: memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen.

4.2Persediaan

Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan apotek, sebagai berikut:

1. Untuk memberikan suatu stock barang – barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan harga produk. 3. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

4. Untuk menghindari dari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, keterlambatan, atau pengiriman yang tidak tepat.

1.3

1.4‘Biaya dalam Persediaan

Tujuan mengontrol persediaan (inventori) adalah unuk menyediakan jumlah barang/obat yang tepat, lead time yang tepat dan biaya rendah. Biaya persediaan adalah keseluruhan biaya operasi atas sitem persediaan, adalah sebagai berikut:

1. Biaya pembelian (purchase cost) adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan.

2. Biaya pemesanan (order cost/set up cost) adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan barang, sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang digudang. Biaya pemesanan ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang tersebut, yang dapat mencakup biaya administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor/pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan barang. Biaya


(26)

pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan, tetapi tergantung dari berapa kali pesanan dilakukan.

3. Biaya simpan (carrying cost/holding cost) adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa biaya: modal yang tertanam dalam persediaan, sewa gudang, pajak, asuransi, pemindahan persediaan keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.

4. Biaya kekurangan persediaan (stock out cost) adalah adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan merupakan biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini, antara lain semua biaya kesempatan yang timbul karena terhentinya proses penjualan akibat tidak adanya barang yang diproses, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya penerimaan keuntungan bahkan kehilangan pelanggan.

4.4Model-Model Persediaan

Pengawasan terhadap persediaan yang dikenal sebagai kontrol inventori adalah bagaimana fungsi pengendalian/pengawasan dapat dilaksanakan secara efektif. Hal ini dapat ditemukan jawaban yang benar atas 3 pertanyaan berikut:

1. Berapa banyak suatu item obat/barang akan dipesan pada suatu waktu 2. Kapan dilakukan pesanan ulang terhadap item tersebut

3. Yang mana dari item obat perlu dilakukan pengawasan

Di sini dilakukan pengontrolan jumlah stok untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang paling ekonomis. Bila stok terlalu kecil maka permintaan kerap kali tidak terpenuhi sehingga pasien/konsumen tidak puas, maka kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dapat hilang, diperlukan tambahan biaya untuk mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat guna memuaskan pasien/konsumen. Bila stok terlalu besar maka menyebabkan penyimpanan terlalu tingi, kemungkinan obat menjadi rusak/kadaluarsa, ada resiko bila harga bahan/obat turun.


(27)

Untuk memudahkan dalam memudahkan dalam pengambilan keputusan, telah dikembangkan beberapa model dalam manajemen persediaan. Model yang banyak dipakai, antara lain sebagai berikut:

1. Model persediaan economic order quantity

Economic order quantity disingkat EOQ merupakan besarnya pesanan

dengan jumlah biaya pesanan dan biaya penyimpanan yang lebih kecil. Bila perusahan menempatkan pesanan-pesanan terlampau banyak, ini berarti perusahaan membeli dalam jumlah yang relatif kecil, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya pesanan yang tidak perlu. Sebaliknya, kalau perusahan terlampau sedikit melakukan pesanan-pesanan, hal yang sama berarti pesanan ditempatkan dalam jumlah yang relatif besar, perusahaan akan memiliki persediaan tinggi dan dengan demikian harus mengeluarkan biaya penyimpanan dan biaya gudang yang tinggi. Dengan menghitung suatu economic order quantity kita dapat menentukan berapa unit yang harus dipesan agar dalam jumlah kedua jenis biaya tersebut semimum mungkin. Di dalam EOQ kita membuat asumsi penyederhanaan sebagai berikut: jumlah penjualan setahun dalam unit diketahui, penjualan secara merata sepanjang tahun, biaya yang terjadi karena keabsahan persediaan tidak diperhatikan, safety stock level juga tidak diperhatikan.

Safety stock adalah tingkat minimum persediaan yang perlu dimiliki


(28)

Gr a fik pe r se dia a n da la m m ode l EOQ :

Tingkat persediaan

Rata-rata persediaan

waktu

0 Q

Q/2

Jumlah persediaan (unit)

Gambar 1. Grafik Persediaan dalam Model EOQ 2. Model persediaan dengan penesanan tertunda

Model persediaan ini memperhitungkan back order, dimana pesanan dari pelanggan akan tetap diterima walaupun pada saat tidak ada persediaan, permintaan akan dipenuhi kemudian setelah ada persediaan baru. Asumsi dasar yang digunakan sama seperti EOQ biasa, kecuali tambahan asumsi bahwa penjualan tidak hilang karena stock out tersebut.

3. Model persediaan dengan potongan kuantitas

Bila diskon kuantitas ditawarkan, biaya tambahan menurun bila memesan jumlah yang lebih besar. Jelas sekali, hal ini mempengaruhi jumlah biaya inventaris/persediaan. Cara yang sederhana dalam menentukan jumlah pesanan bila jumlah potongan kuantitas ditawarkan. Pertama-tama, hitunglah EOQ menggunakan harga yang tidak diskon. Bila EOQ lebih besar dari kuantitas yang diperlukan untuk mendapat diskon, maka EOQ lebih besar dari kuantitas yang diperlukan untuk mendapatkan diskon, maka EOQ merupakan ukuran pesanan yang memperkecil total biaya. 4. Model persediaan dengan penerimaan bertahap

Penerimaan barang sering terjadi dengan tidak diterima secara seketika, tetapi berangsur-angsur dalam suatu periode. Selama terjadi akumulasi


(29)

persediaan, unit dalam persediaan juga digunakan untuk penjualan, sehingga menyebabkan berkurangnya persediaan.

Model-model dari beberapa aspek praktek persediaan yang berbeda, yaitu:

1. Model Fixed-Order-Period adalah suatu model di mana pesanan-pesanan dilakukan setiap periode (misal: 2 minggu atau bulan). Kuantitas order bisa bervariasi, tetapi setiap periode tingkat persediaan ditinjau kembali, dan pesanan dilakukan untuk mengisi persediaan sebesar optimal. Model ini banyak dipakai, karena perusahaan-perusaan membeli komponen dengan basis periodik.

2. Pengawasan persediaan/ABC

4.5Analisis ABC

Analisis ABC membagi persediaan ditangan kedalam 3 kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC Merupakan penerapan persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa “beberapa yang penting dan banyak yang sepele”. Pemikiran yang mendasari hal ini adalah bagaimana memfokuskan sumberdaya yang ada pada bagian persediaan yang penting yang sedikit itu dan bukan pada bagian persediaan yang banyak namun sepele.

Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, kita mengukur permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya perunit.Butir persediaan kelas A adalah persediaan – pesediaan yang jumlah nilai uang pertahunnya tinggi. Butir – butir persediaan semacam ini mungkin hanya mewakili sekisar 15% dari butir – butir persediaan total, tetapi mewakili 70 – 80% dari total biaya persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir – butir persediaan yang volume tahunanya (dalam nilai uang) sedang. Butir – butir persediaan ini mungkin hanya mewakili 30% dari keseluruhan persediaan dan 15 – 25% dari nilainya. Butir – butir persediaan yang volume tahunannya kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili hanya 5% dari keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari keseluruhan persediaan.


(30)

Kriteria selain volume tahuna dalam nilai uang dapat menentukan klasifikasi butir persediaan. Misalnya, perubaha teknis yang diantisipasi, masalah – masalah pengiriman, masalah – masalah mutu, atau biaya peruni yang tinggi dapat mebawa butir persedian menaik kedalam klasifikasi yang lebih tinggi. Keuntungan pembagian butir – butir persediaan kedalam kelas – kelas memungkinkan ditetapkannya kebijakan dan pengendalian dari setiap kelas yang ada.

Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal – hal dibawah ini:

1. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C.

2. Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C, harus dikendalikan scera lebih ketat, mungkin karena butitr persediaan A ini ditemnpatkan diwilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuyratan catatan persediaannya harus lebih sering diverivikasi.

3. Meramalkan butir persediaan kelas A mungkin harus lebih berhati – hati dari pada meramalkan butir – butir persediaan kelas yang lainnya.

Peramalan yang lebih baik, pengendalian fisik, keandalan pemasok, dan pengurang besar stock pengaman dapat dihasilkan oleh senua teknik manajemen persediaan semacam analisis ABC.

Keakuratan Catatan Persediaan

Kebijakan persediaan yang baik tidak berarti manajemen tidak mengetahui persediaan yang ada di tangan. Keakuratan catatan mengenai persediaan ini penting dalam sistem produksi dan persediaan. Keakuratan inimemungkinkan organisasi unutuk tidak merasa yakin bahwa ”beberapa dari seluruh produk” berada di persediaan dan memungkinkan organisasi untuk tidak hanya memfokuskan pada butir – butir persediaan yang dibutuhkan. Bila hanya suatu organisasi dapat secara akurat menentukan apa yang ada ditangannyalah


(31)

organisasi itu dapat membuat keputusan yang tepat mengenai pemesanan, penjadwalan dan pengangkutan.

Kelompok A merupakan obat yang cepat laku dan dalam beberapa kasus merupakan obat yang sangat mahal. Hanya ada sedikit kelompok A dalam persediaan apotek. Tetapi karena kelompok tersebut sangat tinggi permintaannya, merupakan obat yang berputar dengan cepat (atau karena obat itu sangat mahal), kelompok A merupakan mayoritas penjualan apotek. Kelompok A seharusnya dimonitor dengan hati-hati; angka pemesanan ulang dan economic order quantity

(EOQ)-nya seharusnya dihitung dan digunakan serta dikalkulasi ulang paling

sedikit setiap 6 bulan.

Kelompok B dan C merupakan agak lambat lakunya. Kelompok B mempunyai penjualan rata-rata dan perputaran inventaris. Kelompok C adalah obat yang paling lambat lakunya, obat produk yang paling kurang diminta. Karena kelompok B dan C merupakan jumlah yang jauh lebih besar, tidak perlu dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A. Kelompok B dan C biasanya dapat cukup dikendalikan dengan menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan eceran.

Pengelola/Apoteker secara perodik seharusnya memonitor kelompok C untuk menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat atau barang dan investasi dalam persediaan.

4.6Waktu Tenggang, Persediaan Pengaman, dan Titik Pemesanan Ulang

Untuk memesan suatu barang/obat sampai barang itu datang diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari beberapa jam dampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak pembeli dengan pemasok.

Karena adanya waktu tenggang itu, perlu adanya persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang. Persediaan itu disebut persediaan pengaman (safety stock) atau persediaan penyangga (buffer

stock). Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga


(32)

Saat harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu (di mana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol) disebut titik pemesanan ulang (reorder point). Jika titik pemesanan ulang ditetapkan terlalu rendah, persediaan barang akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi dapat terganggu atau permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Namun, jika pemesanan ulang ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan baru sudah datang, sedangkan persediaan di gudang masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan.

Titik pemesanan ulang (reorder point) dicari dengan cara:

ROP = (permintaan perhari)(lead time untuk pemesana baru dalam hari) = d x L

Persamaan mengasumsikan bahwa permintaannya sama dan bersifat konstan. Bila tidak demikian hanlnya harus ditambahkan stok tambahan, seringkali disebut stok pengaman (safety stock).

Permintaan perhari, d, dibagi denagan membagi permintaan tahunan, D, dengan jumlah harinkerja pertahun.

Contoh.

Apotek kimia farma dihadapkan pada permintaan sebanyak 9000 tablet obat X setiap tahunnya. Apotek beroperasi 300 hari kerja pertahun. Secara rata – rata pengiriman pesanan memakan waktu 3 hari kerja. Perhitungan titik pemesana adalah sebagai berikut:

d = D/jumlah hari kerja pertahun = 9000/300 = 30

ROP = Titik Pemesanan Ulang

= d x L (Lead time) = 30 unit perhari x 3 hari = 90 unit

Maka, pada saat tingkat persediaan turun ketingkat 90 unit, perusahaan harus melakukan pemesanan. Pesanan itu akan tiba dalam waktu 3 hari, tepat saat persediaan telah habis.


(33)

M ode l pe r se dia a n dgn sa fe t y st ock :

Tingkat persediaan

waktu

0 ROP

SS

Jumlah persediaan (unit)

L T

Q

Gambar 3. Model Persediaan Dengan Safety Stock

4.7 Just in Time (JIT)

Dalam JIT, persediaan diusahakan seminimum yang diperlukan untuk menjaga tetap berlangsungnya produksi. Barang harus tersedia tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat pada saat diperlukan, serta dengan spesifikasi yang tepat sesuai dengan yang dikehendaki. JIT semula merupakan sistem pengendalian persediaan sehingga JIT juga dikenal sebagai produksi tanpa persediaan (stockless production atau zero stock). Manfaat JIT dalam sistem persediaan yaitu berkurangnya tingkat persediaan, yang artinya berkurangnya biaya penyimpanan, modal yang tertanam dalam persediaan, tempat penyimpanan, kemungkinan kerusakan dari barang yang disimpan sebagai persediaan. Dan meningkatnya pengendalian mutu, karena dengan rendahnya tingkat persediaan, barang yang dipasok arus benar-benar memenuhi kualitas dan kuantitas sesuai yang dipersyaratkan.

4.8Metoda Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan betujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang dipakai/dijual atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode. Terdapat tiga


(34)

metode dalam menilai persediaan, yaitu first in first out, last in first out, dan rata-rata timbang.

Metode first in first out (FIFO) ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang persediaan sudah terjual atau terpakai dinilai menurut harga pembelian barang yang terlebih dahulu masuk. Dengan demikian, persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk.

Metode last in first out (LIFO) ini mengasumsikan bahwa nilai barang yang terjual dihitung berdasarkan harga pembelian barang yang terakhir masuk, dan nilai persediaan barang akhir dihitung berdasarkan harga pembelian yang terdahulu masuk.

Metode rata-rata tertimbang ini didasarkan atas harga rata-rata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu. Cara yang mana yang dipilih tidak menjadi persoalan asal digunakan secara konsisten sepanjang tahun. Penggunaan metode yang berganti-ganti akan mengakibatkan data persediaan menjadi tidak akurat.

BAB V


(35)

5.1Pelayanan Resep Resep I

Resep I

Dr. Pantas Hasibuan


(36)

S 2 x 1 minggu R/ INH 400 No. XXX

S 1 dd I

R/ Codein tab 10 No. XXX S 3 dd I

R/ Lesichol 300 No. XXX S 1 dd I

Pro: Origenes

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat pada resep diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengelami TB paru.

5 Spesialite obat pada resep

Tabel 2. Spesialite Obat Resep I

No. Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Rifamtibi 600

(SanbeFarma)

Rifampisin 600 mg/Tablet

Rimactane®, Rifampin®

G Pengobatan TB paru 2 INH Ciba 400 Isoniazid 400 mg,

vit B6 10 mg

Pehadoxin forte®, Inoxin®

G Pengobatan TB paru 3 Codein 10

(Kimia Farma)

Codein HCl 10 mg

- O Menekan

pusat batuk

4 Lesichol 300

(Landson)

Lesitin murni PPC 95%, vit B1, vit B2, vit B12, vit E, nikotinamida

- B Memelihara

faal hati

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Obat Anda? 4. Pelayanan Informasi Obat

a. Rifampisin

Kegunaan: terapi Tb paru; bentuk sediaan : kaplet; Cara pakai: 2 kali seminggu 1 kaplet 1 jam sebelum makan pada pagi hari. Hal-hal yang perlu diinformasikan: Terapi TB memakan waktu lama, 3-6 bulan. Obat ini


(37)

diminum 1 jam sebelum makan, teratur setiap pagi. Untuk menghindari lupa minum obat, obat dimunum pada jam yang sama setiap paginya. Jangan menghentikan pemakaian obat tanpa konsultasi dokter,walaupun telah terlihat perbaikan gejala-gejala. Jangan mengkonsumsi alkohol selama penggunaan obat ini, karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati yang disebabkan rifampicin. Penggunaan obat ini menyebabkan urin, feses, keringat, saliva dan air mata berwarna merah, dan dapat menyebabkan tidak efektifnya kontrasepsi oral. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruanga, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

b. INH 400

Kegunaan: pengobatan TB paru; bentuk sediaan: Tablet; cara pakai: 1 kali sehari 1 tablet; hal-hal yang perlu diinformasikan: Terapi TB memakan waktu lama, 3-6 bulan. Obat ini diminum 1 jam sebelum makan, teratur setiap pagi. Untuk menghindari lupa minum obat, obat diminum pada jam yang sama setiap paginya. Jangan menghentikan pemakaian obat tanpa konsultasi dokter,walaupun telah terlihat perbaikan gejala-gejala. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

c. Codein 10

Kegunaan: menekan pusat batuk; bentuk sediaan: tablet; cara pakai: 3 kali sehari 1 tablet; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini bekerja sebagai penekan pusat batuk, diminum secara teratur setiap harinya. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

d. Lesichol 300

Kegunaan: memelihara faal hati; bentuk sediaan: kapsul; cara pakai: 1 kali sehari 1 kapsul, hal-hal yang perlu diinformasikan: Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.


(38)

Resep II


(39)

R/ Gastrul tab No. X S 2 dd I Pro : Mestika S Umur : 36 tahun

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat pada resep diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan lambung.

2. Spesialite obat pada resep

Tabel 3. Spesialite Obat Resep II

No. Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Gastrul® (Fahrenheit)

Misoprostol Cytotec®

(Pfizer)

G Mencegah ulkus gaster yang

diinduksi oleh AINS

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Obat Gastrul®

Kegunaan: mencegah ulkus gaster yang diinduksi oleh AINS; Bentuk Sediaan: tablet; cara pemakaian: 2 kali sehari 1 tablet; Hal-hal yang perlu diinformasikan: Obat ini dipakai 2 kali sehari, pada saat sarapan pagi dan akan tidur, obat ini dipakai bersama dengan makanan. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.


(40)

(41)

Poliklinik Angkasa Pura-II

R/ Syr. Sanadryl Exp 100 cc f I S 3dd C I

R/ Tab Intunal Forte No. X S 3dd tab I

Pro : Zulkarnain

Umur : Pensiunan

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat pada resep diatas maka dapat disimpulkan bahwa dokter mendiagnosa pasien menderita flu, batuk, pilek dan demam.

2. Spesialite obat pada resep

Tabel 4. Spesialite Obat Resep III

No. Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Sanadryl Expectorant® (Sanbe Farma)

Tiap 5 ml sirop: Difenhidramin HCl 12,5 mg; amonium klorida 100 mg; K-sulfaguaiakolat 30 mg; Na sitrat 50 mg, mentol 1 mg.

Benadryl®, Decadryl®, Nufadril Epektoran®, Poncodryl® T Menghilangk an batuk berlendir yang disebabkan alergi.

2 Intunal Forte® (Meprofarm)

Parasetamol 500 mg,

fenilpropanolami n HCl 15 mg, deksklorfenirami na maleat 2 mg, dekstrometorfan HBr 15 mg, gliseringuaiakolat 50mg.

Termorex Plus®, Supra flu®,

Lacoldin®

T Mengobati flu

disertai

demam, sakit kepala, batuk, pilek.

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Obat Anda?


(42)

a. Sanadryl Expectorant®

Kegunaan: mengilangkan batuk berlendir yang disebabkan alergi; bentuk sediaan: sirop; cara pemakaian: 3 kali sehari 1 sendok makan; Hal-hal yang perlu diinformasikan: obat diminum sesuai anjuran dokter dan tidak boleh melebihi dosis, selama penggunaan obat ini pasien harus banyak minum. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

b. Intunal Forte®

Kegunaan: mengobati flu disertai demam, sakit kepala, batuk, pilek; bentuk sediaan: Tablet; 3 kali sehari 1 tablet; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat diminum sesuai anjuran dokter dan tidak boleh melebihi dosis, hentikan pemakaian bila deman telah turun. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.


(43)

(44)

Dr. Rudi Gandawinata

R/ Claneksi Forte f No. I S 3 dd cth I

R/ Primperan syrup f No. I S 3 dd cth I pc R/ Sanmol syrup f No. I

S 4 dd cth II Pro : Alvan

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat pada resep diatas maka dapat disimpulkan bahwa dokter mendiagnosa pasien mengalami infeksi saluran cerna yang disertai mual, muntah dan demam.

2. Spesialite obat pada resep

Tabel 5. Spesialite Obat Resep IV

No. Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Claneksi Forte® (Sanbe Farma)

Tiap 5 ml: Amoksisilin 250 mg, asam klavulanat 62,5 mg

Clavamox®, Aclam®, Augmentin® K Antibiotik 2 Primperan syrup® (Delagrange, Soho)

Tiap 5 ml: Metoklopramida HCl 5 mg

Plasil®, Piralen®, Tomit®, Vomitrol® K Mengobati gangguan saluran pencernaan seperti mual dan muntah. 3 Sanmol syrup® (Sanbe Farma)

Tiap 5 ml: Parasetamol 120 mg

Praxion®, Pamol®, Panadol®

B Analgeik dan

antipiretik

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Obat a. Claneksi Forte®


(45)

Kegunaan : Antibiotik; Bentuk: sirop; cara pemakaian: 3 kali sehari 1 sendok teh; Hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini diminum secara teratur setiap harinya, obat ini harus dihabiskan dan jangan menghentikan penggunaan obat ini walaupun telah terjadi perbaikan gelaja-gejala. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

b. Primperan®

Kegunaan: antimual dan muntah, bentuk: sirop; cara pemakaian: 3 kali sehari 1 sendok teh; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini diminum secara teratur setiap harinya, obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

c. Sanmol sirop®

Kegunaan: analgetik antipiretik, bentuk: sirop; cara pemaaian: 4 kali sehari 1 sendok teh; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini diminum secara teratur dan dimunum sesudah makan, bila sudah tidak demam lagi pemakaian obat ini dapat dihentikan. Obat ini disimpan ditempat kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.


(46)

(47)

Dr. Nora C. Hutajulu, SpJP(K)

R/ Cardioaspirin No. XXX S 1 dd I siang R/ Simvastatin 20 No. XXX

S 1 dd 1 malam R/ OMZ No. X

S 1 dd 1 malam R/ Isoket No. X

S 1 dd 1 kalau sakit Pro : Tn. Gomgom S.

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat pada resep diatas maka dapat disimpulkan bahwa dokter mendiagnosa pasien mengalami gangguan sirkulasi darah dan kolesterol.

2. Spesialite obat pada resep

Tabel 6. Spesialite Obat Resep V

No. Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Cardioaspirin ®

(Bayer)

Asam

asetilsalisilat

Aspilet®, Ascardia®, Procardin®

G Mengurangi resiko trombosit koroner

2 Simvastatin® (Kimia Farma)

Simvastatin 20 mg

Cholestat®, Zocor®, Esvat®

G Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada

hiperkolesterolim ia

3 OMZ®

(Ferron)

Omeprazole Losec®,

Prohibit®, Socid®

G Terapi jangka pendek ulkus duodenal dan lambung

4 Isoket 5®

(Pharos)

Isosorbid dinitrat Cedocard®, Farsorbid®, Vascardin®

G Mengontrol serangan angina dan terapi angina pektoris

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?


(48)

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Obat a. Cardio Aspirin®

Kegunaan: untuk mengurangi resiko trombosit koroner; bentuk sediaan: tablet; cara pemakaian: 1 kali sehari 1 tablet pada siang hari; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat digunakan secara teratur setiap harinya dan obat ini diminum setelah makan. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

b. Simvastatin®

Kegunaan: untuk mengurangi kolesterol; bentuk sediaan: tablet; cara pemakaian: 1 kali sehari pada siang hari; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini digunakan secara teratur setiap harinya. Pasien sebagiknya banyak mengkonsumsi serat alamiah untuk menyerap kolesterol seperti makanan quaker out yang terbuat dai gandum. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

c. OMZ®

Kegunaan: untuk menurunkan sekresi asam lambung; bentuk sediaan: kapsul; cara pemakaian: 1 kali sehari 1 kapsul pada malam hari; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini digunakan secara teratur untuk mencegah efek samping dari penggunaan cardio aspirin yang dapat mengiritasi lambung. Obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.

d. Isoket 5®

Kegunaan: sebagai vasodilator, yang memperlebar pembuluh darah jantung dan perifer; bentuk sediaan: tablet; cara pemakaian: 1 kali sehari 1 tablet kalau sakit; hal-hal yang perlu diinformasikan: obat ini digunakan kalau sakit, obat ini disimpan ditempat tertutup, pada suhu ruangan, kering dan jauh dari jangkauan anak-anak.


(49)

1. Kasus I

Seorang bapak datang ke apotek dengan keluhan badannya lemas, pegal-pegal, sering kesemutan, cepat lelah dan lesu maka obat yang dianjurkan adalah Neurobion®.

A. Spesialite obat yang diberikan Tabel 6. Spesialite Obat Swamedikasi I

Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol Khasiat

Neurobion® (Merck)

Neurophyl® (Soho) Daneuron® (Dankos) Biocombin® (Meprofarm)

Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin B12.

B Mengobati kekurangan vitamin B1, B6, B12 pada polyneuritis, beri-beri, meredakan nyeri,

mengembalikan kesegaran tubuh setelah sakit.

B. Pelayanan Informasi

Kegunaan: Mengobati kekurangan vitamin B1, B6, B12 pada polyneuritis, beri-beri, meredakan nyeri, mengembalikan kesegaran tubuh setelah sakit. Bentuk

Sediaan: Tablet. Cara Pemakaian: 2-3 kali sehari, 1 tablet. Hal-hal yang perlu diinformasikan: Makan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup, obat di

minum pada saat makan atau sesudah makan, simpan ditempat kering dan sejuk.


(50)

Seorang ibu datang ke apotek dengan keluhan anaknya sering merasa gatal pada anus khususnya pada malam hari dan kurang nafsu makan. Berdasarkan keluhan tersebut diduga anaknya menderita penyakit cacingan dan dianjurkan minum Combantrin®syrup rasa jeruk

a. Spesialite Obat

Tabel 7. Spesialite Obat Swamedikasi I

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Combantrin® syrup rasa jeruk

(Combiphar)

Pirantel pamoat Conpyran® (Ponco) Compyrantel® (Mega Esa Farma) Pyrantin®

(Mecosin)

W Antelmentika

b. Pelayanan Informasi

Kegunaan : antelmentika (membasmi cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang); Bentuk sediaan : sirup; Cara pemakaian : 1 kali sehari 1- 2 sendok teh pada malam hari; hal-hal yang perlu diinformasikan : cukup diberikan 1 hari, jangan melebihi dosis yang dianjurkan, pengobatan ulang dianjurkan 6 bulan kemudian, obat diminum sebelum tidur agar efeknya optimal, tinja akan berwarna merah, hal ini tidak perlu dirisaukan, jaga kebersihan anak-anak.


(51)

Seorang ibu datang ke apotek dan mengeluh sukar buang air besar. Berdasarkan keluhan tersebut kemungkinan pasien mengalami sembelit, maka pasien diberikan Dulcolax® tablet.

a. Spesialite Obat

Tabel 9. Spesialite Obat Swamedikasi III

Nama obat Komposisi Produk lain Gol Khasiat

Dulcolax® (Boehringer Ingelheim)

Bisakodyl 5 mg Prolaxan® (Harsen) Laxamex® (Konimex) Melaxan® (Mecosin)

W Mengatasi konsti-pasi (susah buang air besar),

menghilangkan nyeri saat buang air besar pada hemoroid.

b. Pelayanan Informasi

Kegunaan: mengatasi konstipasi (susah buang air besar),

menghilangkan nyeri saat buang air besar; Bentuk sediaan : tablet; Cara

pemakaian :1 kali sehari 2 tablet sebelum tidur; Hal-hal yang perlu diinformasikan : obat ini dapat menyebabkan kram, sakit perut dan diare,

jangan melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat meyebabkan diare kronis, kram perut, dan berkurang kadar kalium serta elektrolit lainnya, jauhkan dari jangkauan anak-anak, dianjurkan banyak makan buah, sayuran dan makanan yang banyak mengandung serat, digunakan pada malam hari sebelum tidur.


(52)

Seorang wanita datang ke apotek dengan keluhan perutnya terasa kembung dan terasa perih. Berdasarkan keluhannya, maka pasien diberikan Mylanta® tablet.

a. Spesialite Obat yang diberikan

Tabel 10. Spesialite Obat Swamedikasi IV

No Nama Obat

Komposisi Produk Lain

Gol Khasiat

1 Mylanta®

(Pfizer) Alumunium hidroksida 200 mg, magnesium hidroksida 200 mg, simetikon 20 mg. Plantacid® (Kalbe Farma), Magtral® (Otto), Madrox® (Konimex)

B Mengatasi gangguan

pencernaan, refluks esofagitis, lambung perih, meredakan gejala hiperasiditas yang berhubungan dengan ulkus peptik, gastritis, esofagitis peptik.

b. Pelayanan Informasi

Kegunaan : Mengatasi gangguan pencernaan, refluks esofagitis, lambung

perih, meredakan gejala hiperasiditas yang berhubungan dengan ulkus peptik, gastritis, esofagitis peptik; Bentuk obat : tablet kunyah; Cara pemakaian : 3 kali sehari 1-2 tablet 1 jam setelah makan dan sebelum tidur; Hal-hal yang perlu

diinformasikan : gunakan sesuai aturan pakai, jangan melebihi dosis yang

dianjurkan, tablet harus dikunyah sebelum ditelan, jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat karena pada pemakaian jangka panjang akan menimbulkan hipermagnesemia, bila sakit berlanjut konsultasikan dengan dokter, simpan pada suhu kamar dan jauh dari jangkauan anak-anak.


(53)

Seorang pemuda datang ke apotek dengan keluhan mata merah dan gatal karena terkena debu. Berdasarkan keluhan tersebut, maka obat yang diberikan adalah Visine® tetes mata.

a. Spesialite Obat

Tabel 11. Spesialite Obat Swamedikasi V

Nama Obat

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Visine® (Pfizer)

Tetrahidrozoline HCl 0,05%

Visoline® (Darya Varia), Braito®

(Konimex).

W Menghilangkan iritasi dan

kemerahan pada mata.

b. Pelayanan Informasi Obat

Kegunaan: Menghilangkan iritasi dan kemerahan pada mata;

Bentuk sediaan : tetes mata; Cara pemakaian : 3 kali sehari 1-2 tetes; Hal-hal yang perlu diinformasikan : cuci tangan dahulu sebelum menggunakan obat,

jangan digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka atau jika warnanya telah berubah menjadi keruh, pada pemakaian berlebihan dapat menyebabkan hiperemia, simpanlah di tempat yang sejuk dan bersih, hanya untuk pemakaian luar.


(54)

Seorang bapak datang ke apotek dengan keluhan flu, demam dan sakit kepala obat yang diberikan adalah Mixagrip®

a. Spesialite Obat

Tabel 12. Spesialite Obat Swamedikasi VI

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Mixagrip® (Dankos)

Parasetamol, Fenilpropanola min-HCl, Klorfeniramin maleat

Molexflu® (Molex Ayus)

W Flu, demam, sakit kepala

b. Pelayanan Informasi Obat

Kegunaan : Flu, demam, sakit kepala; Bentuk sediaan : Kaplet; Cara pemakaian : Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 kaplet, Anak-anak : 3-4 kali sehari ½-1

kaplet; Hal-hal yang perlu diinformasikan : jangan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin selama mengkonsumsi obat ini, jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal, bila sakit berlanjut konsultasikan dengan dokter, jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(55)

Seorang bapak datang ke apotek dengan keluhan kaki pegal dan kram pada betis setelah berolah raga. Berdasarkan keluhan tersebut, maka obat yang diberikan adalah Counterpain Krim®.

a. Spesialite Obat

Tabel 13. Spesialite Obat Swamedikasi VII

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Counterpain ®

(Bristol Myers Squib)

Metil salisilat, mentol,

eugenol.

Lafalos® (Sanbe Farma), Painkila® (Mugi)

B Meringankan sakit

pinggang, otot kaku, pegal dan nyeri leher, pegal akibat olah raga dan terkilir.

b. Pelayanan Informasi Obat

Kegunaan : meringankan sakit pinggang, otot kaku, pegal dan nyeri leher,

pegal akibat oalah raga dan terkilir; Bentuk sediaan : krim; Cara pemakaian : digosokksn satu sampai tiga kali sehari pada daerah yang sakit; Hal-hal yang

perlu diinformasikan : hindari pada pemakaian pada daerah kulit yang luka,

berdekatan dengan mata, ke dalam rongga hidung dan mulut, hanya sebagai obat luar.


(56)

Seorang ibu datang ke apotek dengan keluhan sakit kepala maka obat yang diberikan adalah Panadol®

a. Spesialite Obat

Tabel 14. Spesialite Obat Swamedikasi VIII

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Panadol® (Winthrop, Sterling)

Parasetamol 500 mg

Parasetol®, Pamol®

B Sakit kepala, sakit

sendi, sakit otot, sakit telinga, reumatik, artritis, sakit gigi, setelah vaksinasi,

menurunkan panas.

b. Pelayanan Informasi

Kegunaan : Sakit kepala, sakit sendi, sakit otot, sakit telinga, reumatik,

artritis, sakit gigi, setelah vaksinasi, menurunkan panas; Bentuk sediaan : Kaplet,

Cara pemakaian : Dewasa : 3-4 x sehari 500 mg - 1 gram sesuai kebutuhan.

Maksimum : 4 gram sehari.; Anak berusia 7-12 tahun : 3-4 kali sehari 250-500 mg, Maksimum : 2 gram/hari; Hal-hal yang perlu disampaikan : jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal, bila sakit berlanjut konsultasikan dengan dokter, jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(57)

Seorang pemuda datang ke apotek dengan keluhan gigi terasa sakit. Berdasarkan keluhan tersebut maka obat yang diberikan adalah Postan ®.

a. Spesialite Obat

Tabel 15. Spesialite Obat Swamedikasi IX

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Ponstan ® (Pfizer)

Asam Mefenamat 500 mg

Pondex® (Dexa Medica)

Lapistan ® (Lapi) Mefinter® (Interbat) Mefinal®

(Sanbe Farma).

G Mengurangi rasa sakit yang ringan sampai sedang (Analgetika).

b. Pelayanan Informasi

Kegunaan : mengurangi rasa sakit yang ringan sampai sedang

sehubungan dengan sakit gigi (analgetika); Bentuk sediaan : tablet salut selaput;

Cara pemakaian : 3 kali sehari 1 tablet; Hal-hal yang perlu di informasikan :

sebaiknya diminum sesudah makan karena dapat mengiritasi lambung, bila sakitnya berlanjut segera konsultasikan ke dokter, jangan digunakan lebih dari 7 hari tanpa rekomendasi dokter, hentikan segera bila terjadi diare dan ruam kulit, simpan di tempat sejuk dan kering.


(58)

Seorang laki-laki datang ke apotek dengan keluhan anaknya yang berumur 2 tahun menderita demam. Berdasarkan keluhan tersebut maka diberikan

Sanmol®

a. Spesialite Obat yang diberikan

Tabel 16. Spesialite Obat Swamedikasi X

No Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Sanmol®

(Sanbe Farma)

Paracetamol 120 mg

Pamol® (interbat) Ottopan® (Otto)

B Mengobati demam

sakit kepala, sakit otot dan sakit persendian

b. Pelayanan Informasi Obat

Kegunaan : mengobati demam, sakit kepala, sakit gigi disertai influenza

dan demam setelah imunisasi, Bentuk sediaan : sirup, Cara pemakaian : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh,Hal-hal yang perlu diinformasikan : jangan digunakan lebih dari dosis yang telah ditentukan, bila sakit berlanjut konsultasikan dengan dokter, simpan pada suhu kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(1)

Seorang laki-laki datang ke apotek dengan keluhan anaknya yang berumur 2 tahun menderita demam. Berdasarkan keluhan tersebut maka diberikan

Sanmol®

a. Spesialite Obat yang diberikan

Tabel 16. Spesialite Obat Swamedikasi X

No Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

1 Sanmol® (Sanbe Farma)

Paracetamol 120 mg

Pamol® (interbat) Ottopan® (Otto)

B Mengobati demam sakit kepala, sakit otot dan sakit persendian

b. Pelayanan Informasi Obat

Kegunaan : mengobati demam, sakit kepala, sakit gigi disertai influenza

dan demam setelah imunisasi, Bentuk sediaan : sirup, Cara pemakaian : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh,Hal-hal yang perlu diinformasikan : jangan digunakan lebih dari dosis yang telah ditentukan, bila sakit berlanjut konsultasikan dengan dokter, simpan pada suhu kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(2)

PEMBAHASAN

Apotek kimia Farma 27 terletak di Jalan Palang Merah No. 32 Medan. Lokasi Apotek Kimia Farma 27 termasuk strategis karena terletak di tepi jalan raya yang ramai, dilalui banyak sarana angkutan umum, mempunyai tempat parkir yang cukup luas dan aman. Selain itu, terdapat daerah pemukiman penduduk yang cukup padat dengan tingkat pendapatan sebagian masyarakat kelas menengah keatas. Pelanggan Apotek Kimia Farma 27 selain masyarakat di kawasan tersebut, juga pelanggan yang berasal dari perusahaan atau instansi yang memiliki ikatan kerja sama dengan Apotek Kimia Farma.

Di Apotek Kimia Farma 27 terdapat tempat praktek dokter umum dan spesialis. Apotek kimia Farma 27 melayani pasien selama 24 jam, begitu juga dokter umum yang siaga 24 jam untuk melayani pasien. Dalam radius 2 km terdapat 5 rumah sakit, kurang lebih 30 praktek dokter spesialis dan umum, dan 15 apotek swasta. Berdasarkan letak yang strategis itu, dapat memberikan keuntungan bagi apotek baik dari jumlah resep yang masuk maupun dari penjualan obat bebas.

Untuk dapat memberikan pelayanan resep dan swamedikasi yang baik, apotek kimia farma 27 harus menyediakan beribu-ribu jenis barang. Untuk mengelola persediaan apotek yang besar itu, diperlukan pengendalian persediaan (kontrol inventori) yang baik untuk mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam sbuah apotek, sehingga pengendalian persediaan obat yang tepat sangat diperlukan, pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil.

Pengendalian persediaan obat penting dilakukan untuk mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasien dengan baik. Untuk mendapatkan stok yang benar adalah dengan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan, hal ini dilakukan cara-cara antara lain stock opname dengan memeriksa barang setiap bulannya, menggunakan buku kebutuhan, stiker harga, kartu stok barang/obat, kartu inventaris dan komputerisasi.


(3)

Pada apotek Kimia Farma 27 pengendalian persediaan dilakukan dengan cara membuat buku kebutuhan/defekta, buku ini adalah daftar barang yang perlu dipesan di apotek. Buku kebutuhan biasanya terdiri dari sebuah buku catatan yang disimpan di tempat yang mudah terjangkau. Apoteker atau asisten apoteker mencatat nama produk/obat yang sudah habis atau hampir habis/mencapai tingkat minimum dari obat tersebut. Apoteker atau asisten apoteker yang bertanggung jawab atas persediaan obat kemudian melakukan pemesanan kepada pedagang besar farmasi (PBF).

Apotek Kimia Farma 27 menggunakan kartu stok barang/obat yaitu kartu stok peracikan. Pada kartu ini untuk mencatat masuk keluarnya barang/obat di ruang peracikan dan pelayanan. Pada bagian atas kartu dicatat nama obat, bentuk dan satuan obat. Kolom-kolom terdiri dari tanggal (saat terjadinya kegiatan ke luar masuknya barang di ruang peracikan), nomor (nomor resep/nomor struk untuk swamedikasi/nomor BPBA untuk barang masuk), tanda (+) (untuk jumlah barang yang masuk), tanda (-) (untuk jumlah barang yang keluar), sisa (untuk jumlah saldo yang tersedia di bagian peracikan setelah ada pemasukan/pengeluaran barang), paraf (paraf asisten apoteker/petugas yang melayani transaksi tersebut).

Untuk barang kelompok A, B dan C obat digunakan sistem stiker berwarna, stiker ini dapat digunakan untuk menunjukkan jenis obat tersebut. Misalnya, apotek menggunakan stiker warna hijau untuk barang/obat yang perputarannya cepat atau laku, stiker warna kuning untuk barang/obat yang perputarannya sedang atau tingkat sedang lakunya dan stiker merah untuk barang yang kurang laku ataupun tidak laku. Tiap kepala lemari harus jeli untuk mengganti striker pada kotak obat bila terjadi perubahan permintaan, yang dapat dipantau dari bulan sebelumnya. Lamanya waktu sebuah barang berada dalam persediaan memberikan petunjuk secara kasar mengenai jumlah barang yang dibutuhkan dan apakah barang harus dihentikan. Dalam parktek artinya tersedia jumlah minimal dari setiap barang kelompok B dan C, dan menyingkirkan barang yang tidak terjual dalam waktu yang telah ditentukan sebelumnya, misalnya dalam waktu 6 hingga 1 tahun sejak tanggal pembelian.


(4)

Untuk memantau tanggal kadaluarsa obat dilakukan sekaligus pada saat

stock opname dilakukan, obat yang mempuyai tanggal kadaluarsa minimal 3 bulan

lagi dicatat dan diberi penandaan supaya dilakukan terlebih dahulu. Bila obat tersebut tidak laku hingga tanggal kadaluarsa, maka obat tersebut diambil dari rak penyimpanan dan dipisahkan, untuk kemudian disesuaikan dengan faktur pembeliannya dan dikembalikan ke PBF. Pengembalian ke PBF harus memenuhi syarat-syarat seperti jumlah, waktu pengembalian (tepat pada saat tagl kadaluarsa, 1 bulan setelah kadaluarsa, dan sebagainya) dan faktur pembelian.

Persediaaan barang bisa diketahui dengan cara penyetokan barang selama kurun suatu periode. Untuk menentukan tingkat maksimal atau minimal obat ditentukan dengan melihat pada kartu stok di ruang peracikan, tingkat maksimal sebuah produk ditentukan oleh permintaan atas produk yang dapat dilihat dari kartu peracikan, tingkat minimal biasanya ditentukan pada titik pemesanan ulangnya.

Sistem komputerisasi juga diperlukan dalam pengawasan persediaan (kontrol inventori), selain juga bermanfaat dalam kecepatan pelayanan kepada pasien dan ketepatan dalam memberi harga. Sistem komputerisasi memungkinkan apotek melakukan pengendalian persediaan secera terus-menerus seperti halnya dalam sistem kartu barang (setiap ada transaksi barang masuk dari faktur pembelian dan barang ke luar dari hasil penjualan selalu harus dicatat di kartu barang dalam komputer).

Apotek Kimia Farma sudah memiliki citra tersendiri di mata masyarakat, yaitu lokasi apotek yang strategis, pelayanan yang baik, mutu dan kualitas barang yang terjamin karena dipesan dari PBF resmi, suasana apotek yang menarik dan mendorong konsumen untuk kembali membeli di Apotek Kimia Farma. Pelayanan yang baik didukung dengan kontrol inventori yang baik pula.

BAB VII


(5)

7.1 Kesimpulan

Pengawasan persediaan (kontrol inventori) dilakukan dengan cara antara lain menggunakan stock opname, buku kebutuhan/defekta, kartu stok barang/obat, stiker warna dan komputerisasi.

7.2 Saran

Sebaiknya apotek Kimia Farma 27 Medan lebih memperhatikan stok obat yang ada di komputer selalu diperbaharui dan lebih disiplin dalam mencatat keluar masuknya obat di kartu stok sehingga stok obat yang ada di komputer sama dengan stok obat yang ada di lemari obat agar pelayanan obat dapat lebih cepat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A. (1999). Efisiensi Persediaan Bahan. Edisi kedua. Cetakan kelima. Yogyakarta: BPFE.

Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Anonim. (2006). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Vol 41. Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

Beefield, W.H. et al. Medication teaching Manual: The Guide to Patient drug

Information.

CMP Medica, (2007). MIMS Indonesia. Edisi 106. Penerbit PT. Info Master. Jakarta.

Herjanto, E. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kedia. Jakarta: Grasindo.

Haryanto Dhanutirto, PUKA, Tantangan Kefarmasian kedepan, ISFI 2007

Kartadinata, A. (1990). Pembelanjaan Pengantar Manajemen Keuangan. Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Seto, S. dkk, (2004), Manajemen Farmasi, Airlangga University Press, Surabaya. Umar, M., (2005), Manajemen Apotek Praktis, Ar-Rahman, Solo.

Yamit, Z. (2005). Manajemen Persediaan. Edisi pertama. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Ekonisia.