2.3 Pelayanan Kefarmasian
Perubahan orientasi pelayanan kefarmasian dari pelayanan produk product oriented menjadi pelayanan obat drug oriented telah menuntut
Apoteker untuk bisa memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar kompetensi. Peran FarmasisApoteker tidak hanya menjual obat, tetapi lebih
menjamin tersedianya obat yang berkualitas, jumlah yang cukup, aman, serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan
pada saat penggunaan obat dan pada akhirnya di evaluasi. Pelayanan farmasi atau yang dikenal dengan istilah “Pharmaceutical Care” diharapkan dapat mengelola
sediaan obat secara efektif dan efisien dimana manfaat, keamanan dan mutu yang tepat, jenis obat yang tepat dan diberikan dengan dosis yang tepat dan terus
mewaspadai kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan, disamping itu pengelolaan pelayanan kefarmasian yang profesional, etis dan memenuhi
kriteria pelayanan yang berdasarkan keilmuan. Selain itu, dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi apabila
masyarakat ingin mengobati diri sendiri swamedikasi untuk penyakit ringan dengan memilih obat yang sesuai dan Apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu penyebarluasan informasi, antara lain dengan pengedaran brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain.
2.4 Sumber Daya Manusia SDM
Banyak kasus jatuhnya bisnis ritel dipicu oleh lemahnya pelayanan dan kurangnya pemahaman personil terhadap produk, atau pengabaian terhadap
keluhan pelanggan, serta rendahnya keterampilan untuk menjual, karena itu, harus diperhatikan mengenai pengelolaan SDM, mulai dari perekrutan.
Afifatul Munawaroh Harahap: Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Proses orientasi awal bisa disajikan pada saat melakukan wawancara dengan karyawan pada waktu seleksi. Saat itulah calon karyawan dijelaskan bagaimana
sikap bekerja yang dihargai di apotek dan mana yang tidak. Tahap selanjutnya adalah memberikan pelatihan singkat yang harus dilalaui oleh setiap karyawan
baru. Pada tahap ini dijelaskan secara rinci mengenai peraturan yang harus dilaksanakan beserta sanksi yang diberikan jika tidak mematuhinya, calon
karyawan diberikan pandangan tentang latar belakang organisasi apotek proses berdiri, siapa yang memiliki, dan lain-lain, bagaimana posisi apotek dalam
lingkungan pasar, sasaran-sasaran apa saja yang ingin diraih, siapa saja yang bekerja disana, serta informasi-informasi lain yang relevan.
Tindak lanjut dari pelatihan tersebut adalah evaluasi. Ada beberapa tindakan umum yang perlu dirancang secara sistematis yaitu:
1. Pertemuan singkat setiap pagi sebelum apotek dibuka
2. Pertemuan 2 mingguan yang dirancang untuk melatih karyawan dalam
keterampilan menjual dan product knowledge 3.
Presentasi dan laporan dari staf 4.
Pertemuan antar staf untuk membahas lebih mendalam pertanyaan- pertanyaan yang datang dari pelanggan
Afifatul Munawaroh Harahap: Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Afifatul Munawaroh Harahap: Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III KIMIA FARMA
3.1 Sejarah Kimia Farma
Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
Bhineka Kimia Farma. Kimia Farma merupakan perintis dalam industri farmasi Indonesia. Dimana pendiri perusahaan dapat ditelusuri kembali ke tahun 1917, pada
saat pertama kali perusahaan farmasi didirikan di Hindia Timur. Selanjutnya pada pada tanggal 16 Agustus 1971 nama badannya diubah menjadi Perseroan Terbatas,
menjadi PT. Kimia Farma Persero. Sejak tanggal 4 Juli 2001. Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan umum di Bursa Efek Jakarta.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang memperhatikan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi salah
satu perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang semakin meningkatkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.
3.2 Bisnis Kimia Farma 3.2.1 Holding
PT. Kimia Farma Tbk dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus Badan Usaha Milik
Negara BUMN, Kimia Farma berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang No. 192003 tentang BUMN.
Afifatul Munawaroh Harahap: Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan, 2008. USU e-Repository © 2008