Pengantar Pelayanan Informasi Obat

BAB IV PELAYANAN INFORMASI OBAT

4.1 Pengantar Pelayanan Informasi Obat

Modernisasi produk obat sebagai akibat berkembangnya Iptek tidak mengubah makna obat sebagai media yang orientasinya adalah pada proses kesehatan. Sebagai produk obat jadi, obat tetap merupakan produk yang sangat dibutuhkan manusia dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan mutu hidup dari sakit dan penyakit. Masyarakat menerima obat sebagai substansi hasil rekayasa Iptek kefarmasian yang mampu mengubah bahan baku obat menjadi bentuk sediaan baru siap pakai. Perkembangan di atas memperlihatkan bahwa peran Apoteker dalam meracik obat telah diambil alih oleh pabrik. Keadaan demikian mendorong terjadinya perubahan pada Apoteker, karena kalau tidak berubah maka akan ditinggalkan orang. Kemudian dari evaluasi penggunaan obat dapat disimpulkan bahwa timbul banyak permasalahan berkenaan dengan penggunaan obat. Hal inilah yang memicu dan membelokkan arah orientasi Apoteker yang semula drug oriented menjadi patient oriented. Peran Apoteker diharapkan tidak hanya menjual obat seperti yang selama ini terjadi, tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakainya, harga yang wajar serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi. Afifatul Munawaroh Harahap: Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit. Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit. Dalam proses pengobatan penyakit berarti menjamin kualitas obat dan proses penggunaan obat untuk dapat mencapai pengobatan maksimum dan terhindar dari efek samping. Memperoleh dan menggunakan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan timbulnya kasus kesalahan obat. Kasus kesalahan obat tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi terjadi pula di negara maju. Kondisi ini dipertajam dengan kemajuan teknologi yang pesat dan pola kehidupan masyarakat yang menuju kemandirian sehingga timbulnya budaya baru berupa pengobatan mandiri. Tersedianya obat efektif yang meruah dipasaran menyulitkan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk memilih pengobatan yang terkait pada saat memerlukan. Untuk itu masyarakat membutuhkan pendamping seorang ahli, yaitu apoteker. Suatu kewajiban moral bagi apoteker untuk memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat secara mandiri dengan aman dan efektif. Perhatian terhadap masyarakat tidak terbatas pada pengobatan mandiri melainkan juga pada saat menderita sakit dan harus ditolong di tempat pelayanan kesehatan. Dengan keterlibatan Apoteker secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan klinik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan Afifatul Munawaroh Harahap: Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 255 Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 kemandirian masyarakat dalam penggunaan obat, penulisan resep oleh dokter dan pengetahuan perawat tentang obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

4.2 Tujuan Pelayanan Informasi Obat