Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Bagaimanakah upaya-upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan
terhadap anak? Permasalahan-permasalahan tersebut diatas merupakan kerangka acuan bagi
penulis untuk melakukan pembahasan agar terstruktur dan sistematis
C. Keaslian Penulisan
Belum ada tulisan yang mengangkat mengenai ”Pembunuhan Yang dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anak ini. Penulisan ini berdasarkan literatur-literatur yang
berkaitan dengan skripsi ini, oleh karena itu skripsi ini merupakan sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka.
Semua ini merupakan proses menemukan kebenaran ilmiah sehigga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1.
Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya Tindak Pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana
pembunuhan terhadap anak oleh orang tua.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Manfaat Secara Teoritis
Yaitu penulisan ini dapat menjadi bahan kajian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan khususnya mengenai Pembunuhan
terhadap anak oleh orang tuanya.
Manfaat Secara Praktis
Yaitu : 1. Dapat menjadi sumbangsih dan bahan masukan bagi Pemerintah khususnya
kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. 2. Sebagai informasi tentang penegakan hukum terhadap pembunuhan oleh
orang tua terhadap anak.
F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian anak
Anak sebagai bagian generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak dalam
pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi dapat ditelaah dari sisi pandang sentralistis kehidupan. Seperti,
agama, hukum dan sosiologi yang menjadikan pengertian semakin rasional dan aktual dalam lingkungan sosial.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pengelompokan pengertian anak, memiliki aspek yang sangat luas. Berbagai makna terhadap anak dapat diterjemahkan untuk mendekati anak secara benar
menurut sistem kepentingan agama, hukum, sosial, dari masing-masing bidang. Pengertian anak dari berbagai cabang ilmu akan berbeda-beda secara substansial,
fungsi, , makna dan tujuan. Sebagai contoh dalam agama Islam pengertian anak sangat berbeda dengan pengertian anak yang dikemukakan pada bidang disiplin ilmu
hukum, sosial, ekonomi, politik dan hankam. Pengertian anak dalam Islam diasosiasikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang dhaif lemah dan
berkedudukan mulia yang keberadaannya melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak Allah SWT.
1
Pandangan anak dalam pengertian religius akan dibangun sesuai dengan pandangan Islam yang mempermudah untuk melakukan kajian sesuai dengan konsep-
konsep Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammmad SAW. Islam memandang pengertian anak sebagai suatu yang mulia kedudukannya. Anak memiliki atau mendapat tempat
kedudukan yang istemewa dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadis. Oleh karena itu seorang anak dalam pengertian Islam harus diperlakukan secara manusiawi dan diberi
pendidikan, pengajaran dan keterampilan dari akhlak nul-karimah agar anak tersebut Untuk meletakkan kedudukan anak dalam arti khusus dibentuk dari ketentuan-
ketentuan nilai yang tumbuh dalam lingkungan agama, sosial, ekonomi dan politik dari suatu bangsa secara universal. Pengertian kedudukan anak tersebut terdapat pada
hal-hal berikut ini :
a. Pengertian anak dari aspek religius atau agama
1
Maulana Hasan wadong, 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta, halamn 5-6.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kelak akan bertanggung jawab dalam mensosialisasikan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup dari masa depan yang kondusif. Masalah anak dalam pandangan Al-
Qur’an menjadi tanggungan kedua orang tua seperti ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Kedudukan anak dalam pengertian Islam yaitu anak adalah titipan Allah SWT kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara sebagai pewaris dari ajaran Islam
yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lil alamin. Pengertian ini memberikan hak atau melahirkan hak anak yang harus diakui, diyakini dan
diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Pengertian anak dalam aspek sosiologis
Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan anak sebagai makhluk sosial ciptaan Allah SWT yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat, bangsa dan Negara. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masayarakat
dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan pada kemampuan untuk menerjemahkan ilmu dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang
dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala yang lebih rendah.
Pengelompokan pengertian anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan –keterbatasan yang dimiliki oleh sang
anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa. Faktor keterbatasan kemampuan dikarenakan anak berada pada proses pertumbuhan, proses
belajar dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum dewasa disebabkan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan atau mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa.
c. Pengertian anak dalam aspek ekonomi
Dalam pengertian ekonomi, status seorang anak sering dikelompokkan pada golongan yang non produktif. Jika terdapat kemampuan ekonomi yang persuasif
dalam kelompok anak, kemampuan tersebut dikarenakan anak mengalami transformasi finansial yang disebabkan dari terjadinya interaksi dalam lingkungan
keluarga yang berdasarkan nilai kemanusiaan. Kenyataan-kenyataan dalam masyarakat sering mengeksploitasi anak-anak melakukan kegiatan ekonomi atau
kegitan produktifitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi. Kedudukan pengertian anak dalam bidang ekonomi, adalah elemen ynag
mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak kedalam suatu konsep normatif , agar status anak tidak menjadi korban dari ketidakmampuan ekonomi keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Akan tetapi kesejahteraan anak diperoleh baik dari faktor internal yang berasal
dari anak itu sendiri maupun faktor eksternal dari keluarga anak itu. Kelompok pengertian anak dalam bidang ekonomi mengarah pada konsepsi kesejahteraan anak
yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak yang menempatkan kedudukan kesejahteraan anak sebagai “hak asasi anak yang harus
diusahakan bersama”. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan, perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang tidak wajar . Selanjutnya Konsepsi kesejahteraan anak yang ditetapkan oleh UU No. 4 Tahun 1979
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tentang kesejahteraan anak termasuk didalam klasifikasi menafkahkan anak, mendidik untuk melakukan kegiatan berproduktifitas yang wajar, sehat dan tidak bertentangan
dengan hak asasi anak.
d. Pengertian anak aspek Politik
Eliminasi kegiatan politik semakin menjelajahi dimensi usia dari warga masyarakat. Meluasnya kehidupan politik yang semakin membangkitkan kekuatan
kelompok-kelompok sosial yang berusia muda untuk berpartisipasi secara terbuka. Meskipun berbagai ketentuan Undang-Undang atau peraturan lain telah memberikan
pengertiannya tentang anak sebagai wujud untuk mengukur kemampuan berpolitik. Dalam kenyataan partisipasi sosial anak dalam bidang politik, partisipasi anak
semakin menunjukan tranpolitik yang kondusif. Meletakkan kedudukan anak dalam pengertian anak, sangat sulit untuk
dijabarkan melalui pola ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada esensi yang mendasar pada kelompok anak yang kemudian dijadikan subjek dalam diplomasi politik.
Kebijaksanaan politik muncul dengan menonjolkan suara-suara yang mengaspirasikan status anak dan cita-cita untuk memperbaiki anak-anak Indonesia dari kepentingan
politik partai dari pemerintah. Partisipasi anak-anak dalam bidang politik partai sangat begitu tinggi,
keterlibatan status sosial politik ini meletakkan posisi anak semakin strategis dalam kebijaksanaan bangsa dan Negara.
2
Pengertian anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian kedudukan anak dari pandangan sistem hukum atau disebut kedudukan dalam arti khusus sebagai
e. Pengertian anak dalam aspek hukum
2
Ibid, halaman 9-14.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
subjek hukum. Kedudukan anak dalam artian dimaksud meliputi pengelompokan kedalam subsistem dari pengertian ebagai berikut :
1 Pengertian anak Menurut Undang-undang Dasar 1945
Pengertian anak yang ditetapkan menurut UUD 1945 terdapat dalam kebijaksanaan Pasal 34 UUD 1945 yang menyebutkan :
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara” Mengandung kekhususan bagi pengelompokan anak-anak terlantar dan
kemudian dijadikan objek pembangunan, pembinaan, pemeliharaan dengan tujuan anak-anak tersebut akan dapat menjalani kehidupan yang layak dari suatu kehidupan
yang penuh dengan kesejahteraan. Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan makna status anak dalam bidang politik karena menjadi essensi dasar
kedudukan anak dalam pengertian yaitu anak adalah sebagai subjek hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk kesejahteraan anak. Pengertian
anak menurut UUD 1945 dan pengertian politik melahirkan ataupun menonjolkan hal- hal yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan Negara. Masyarakat dan
pemerintah adalah pihak yang lebih bertanggung jawab terhadap masalah sosial yuridis politik yang ada pada anak.
Pengertian anak menurut UUD 1945 oleh Irma Setyowati Soemitro, SH, dijabarkan sebagai berikut :
“Ketentuan undang-undang Dasar 1945 ditegaskan pengaturan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak,
yang berarti makna pengertian tentang anak yaitu seseorang harus memperoleh hak- hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
perkembangan wajar baik secara rohaniah , jasmaniah maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial”.
3
Ayat 2: menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadi pada seseorang sebelum berusia 21 tahun, tidak mempunyai pengaruh
terhadap status kedewasaannya. Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik sewaktu dalam
kandungan maupun dilahirkan. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dengan wajar.
2 Pengertian Anak Menurut Hukum Perdata
Pengertian anak menurut hukum Perdata dibangun dari beberapa aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai seorang subjek hukum yang tidak mampu.
Aspek-aspek tersebut sebagai berikut : a Status belum dewasa
b Hak-hak dalam Hukum Perdata Pengertian anak disini disebutkan dengan istilah “belum dewasa” dan
mereka yang berada dalam pengasuhan orang tua dan perwalian.
Ad.2.1 Pengertian Anak Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata BW
Pasal 330 BW berbunyi : Ayat 1: memuat batas antara belum dewasa minderjerigheid dengan telah
dewasa meerderjarigheid yaitu 21 tahun kecuali : - Anak itu sudah kawin sebelum berumur 21 tahun
- Pendewasaan venia aetetis pasal 419
3
Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta Halaman 16.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Ayat 3: menyebutkan bahwa seseorang yang belum dewasa yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua akan berada dibawah
perwalian.
Ad 2.2 Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak secara langsung mengatur tentang masalah ukuran kapan seseorang digolongkan anak, tetapi secara
tersirat tercantum dalam pasal 6 ayat 2 yang berbunyi : “Untuk melangsungkan Perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus
mandapat izin kedua orang tua”. Pasal 7 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 memuat batas minimum usia untuk
dapat kawin bagi pria adalah 19 tahun, sedangkan bagi wanita adalah 16 tahun. Menurut Prof. H. Hilman Hadikusuma, SH menarik batas antara belum
dewasa dan sudah dewasa tidak perlu dipermasalahkan oleh karena pada kenyataannya walaupun orang belum dewasa namun ia telah dapat melakukan
perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa telah melakukan jual-beli, berdagang dan sebagainya walaupun ia belum wenang kawin.
4
Pasal 50 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 berbunyi :”Anak yang belum mencapai umur 18 tahun delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan
Pasal 47 ayat 1 No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melakukan pernikahan ada dibawah
kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orang tuanya.
4
Ibid, halaman 18
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
perkawinan yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua berada dibawah kekuasaan wali”.
Dari pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Undang-undang tersebut
menentukan batas belum dewasa adalah 16 tahun dan 19 tahun.
3. Pengertian anak Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP
Pasal 45 KUHP menyabutkan bahwa :”Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas
tahun, hakim boleh : memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya; walinya atau pemeliharannya dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau
memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada Pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah
satu pelanggaran yang diterangkan dalam pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 414, 417-419, 526, 531, 532 536 dan 540 dan perbuatan itu dilakukannya sebelum
lalu dua tahun sesudah keputusan dahulu menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran ini atau sesuatu kejahatan; atau menghukum anak yang tersalah itu”.
Jika dilihat dari bunyi pasal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa batas
usia anak menurut KUHP adalah 16 tahun. Akan tetapi ketentuan tersebut tidak berlaku lagi sejak dikeluarkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang menyatakan bahwa anak adalah anak yang belum berumur 18 delapan belas tahun termasuk yang masih dalam kandungan.
4 Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Perlindungan anak dalam Undang-Undang ini memiliki makna yang lebih luas dibandingkan Undang-Undang yang ada pada sekarang ini. Pengertian anak dalam
Undang-Undang ini diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 point 1 : “Anak adalah
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
seorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun termasuk yang masih dalam kandungan”.
Undang –Undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara, merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara terus-menerus demi terlindungnya hak-hak anak. Upaya perlindungan anak dilaksanakan sedini mungkin yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak
berusia 18 delapan belas tahun. Bertitik tolak dari konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan komprehensif Undang-Undang ini meletakkan kewajiban
memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut : a.
Non diskriminasi. b.
Kepentingan yang terbaik bagi anak. c.
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan. d.
Penghargaan terhadap pendapat anak.
5 Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Didalam Undang-Undang ini memperoleh pengertian bahwa yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 delapan belas tahun.
Undang-Undang ini memberikan perlindungan terhadap anak, dimana dalam Pasal 68 disebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Sedangkan menurut
Pasal 69 adalah sebagai berikut : 1
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tiga belas tahun sampai dengan 15 lima belas
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial.
2 Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan : a.
izin tertulis dari orang tua atau wali b.
perjanjian kerja antara pengusaha denga orang tua atau wali c.
waktu kerja maksimum 3 tiga jam d.
dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah e.
keselamatan dan kesehatan kerja f.
adanya hubungan kerja yang jelas g.
menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a, b, f dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya.
Pasal 71 ayat 2 menyebutkan bahwa anak dapat melakukan pekerjaan untuk bakat dan minatnya. Lebih lanjut disebutkan dalam ayat 2 nya bahwa pengusaha yang
mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib memenuhi syarat : a.
dibawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali b.
waktu kerja paling lama 3 tiga jam sehari c.
kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental. sosial dan waktu sekolah
Selanjutnya Pasal 72 mengatur bahwa dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerjaburuh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat
kerja pekerjaburuh dewasa.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pasal 74 menyebutkan tentang pelarangan terhadap siapapun yang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk.
Adapun yang dimaksud dengan pekerjaan-pekerjaan terburuk itu antara lain : a.
Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya. b.
Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian.
c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak
untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan atau ;
d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral
anak.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui bahwa Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 telah mengatur secara tegas dan jelas tentang
hak-hak anak yang perlu dilindungi khususnya sebagai tenaga kerja anak. Akan tetapi pada kenyataannya masih juga dijumpai anak-anak yang bekerja di perusahaan-
perusahaan dimana hak-hak anak tersebut kurang terlindungi dan bahkan tidak ada perlindungan sama sekali. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari
pemerintah dan segera mengefektifkan pelaksanaan Undang-Undang ini dalam melindungi hak-hak anak.
2. Psikologi Kriminal sebagai Ilmu Pembantu Kriminologi a. Pengertian Psikologi dan Psikologi Kriminal
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani Psyce = jiwa dan Logos = Ilmu, secara Harfiah Psikologi = Ilmu Jiwa.
Pendapat-pendapat sarjana : 1
TH. F. Hoult Psikologi adalah Suatu disiplin yang secara sistematis mempelajari perkembangan dan berfungsinya faktor-faktor mental dan
emosional manusia. 2
Robert J. Wicks Psikologi adalah suatu ilmu tentang prikelakuan. 3
Gorden Murphy Psikologi adalah suatu ilmu yang menguraikan masalah kemauan serta motif dalam hubungannya dengan perannya mempengaruhi
fikiran serta perbuatan manusia. 4
Wood Worth Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas-aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan lingkungan
meliput i pengertian motoritis berjalan, berlari Pengertian cognitif melihat, berfikir dan emosional bahagia, duka cita.
5 Edwin G. Boring Psikologi adalah Studi tentang Hakikat manusia.
5
Sedangkan Pengertian Psikologi Kriminal adalah sebagai berikut : 1 W. A. Bonger, menggolongkan Psikologi dalam arti sempit dan dalam arti
luas. Dalam arti Sempit yaitu mempelajari jiwa penjahat perorangan.
Dalam arti luas yaitu meliputi dalam arti sempit dan jiwa segolongan penjahat, terlibatnya langsung atau tidak langsung beserta akibat-
akibatnya.
6
5
Joko Prakoso, SH, 1986 Peranan Psikologi dalam Pemeriksaan Tersangka pada tahap penyidikan, halaman 113
6
Chainur Arrasyid, 1988, Pengantar Psikologi Kriminal, Medan halaman 2
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2 W. E. Noach Psikologi Kriminal adalah Ilmu Pengetahuan tentang kejahatan dan penjahat dipandang dari ilmu jiwa yaitu mengenai
perorangan dan kelompokmasa jiwa, tersangka, saksi, pembela, penuntut, hakim, kondisi psikologis,dll.
7
1 Mr. Paul Mudigdo Mulyono Kriminologi adalah Ilmu pengetahuan yang
ditunjang berbagai ilmu membahas kejahatan sebagai masalah manusia.
b. Pengertian Kriminologi
Pengertian Kriminologi menurut para sarjana adalah :
2 J. Constant Kriminologi adalah Pengetahuan empiris berdasar
pengalaman bertujuan menentukan faktor penyebab terjadinya kejahatan dan penjahat dengan memperhatikan faktor-faktor sosiologis, ekonomi dan
individual. 3
W. A. Sauer Kriminologi yaitu Ilmu Pengetahuan mengenai sifat jahat pribadi perorangan dan bangsa-bangsa berbudaya.
4 S. Seeling Kriminolgi adalah Ajaran tentang Gejala-gejala konkrit yaitu
gejala badaniah dan rohaniah mengenai kejahatan. 5
J. Michael dan M. J Adler Kriminologi adalah segenap informasi mengenai perbuatan dan sifat penjahat, lingkungan dan keadan penjahat
sewaktu diperlakukan secara formal atau tidak formal oleh masyarakat.
7
Kartini kartono, 1981, Psycology abnormal, Alumni Bandung.Bandung, halaman 124
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
6 G. A. Word Kriminologi adalah pengetahuan yang diperoleh dari teori dan
prraktek mengenai kejahatan dan penjahat serta reaksi kehidupan bersama atas kejahatan dan penjahat.
7 Mr. W. A. Bonger Kriminologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai
kejahatan seluas-luasnya yaitu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang menyelidiki sebab-sebab dan gejala kejahatan.
8
Kejahatan atau Crime adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya.
Dipandang dari sudut formil menurut hukum kejahatan adalah suatu perbuatan yang oleh masyarakat Negara diberi pidana.
Kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. Kejahatan adalah perbuatan yang anti sosial, oleh Negara
ditentang dengan sadar berupa pemberian penderitaan.
9
8
Ibid, halaman125
9
W. A. Bonger, 1982, Pengantar Tentang Kriminologi, PT Pembangunan, Jakarta, halaman 25
c. Kejahatan secara sosiologis, juridis dan Psikologis 1 Kejahatan secara sosiologis
Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam norma, seperti norma agama, kebiasaanadat, kesopanan, Kesusilaan dan hukum. Pelanggaran atas norma-norma
tersebut dapat diberikan sanksi seperti dikucilkan, diasingkan, dicemooh oleh masyarakat.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Paul Mudigdo Mulyono menyatakan kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma yang dirasa merugikan, menjengkelkan sehingga tidak
boleh dibiarkan. W. A. Bonger juga menyatakan kejahatan adalah perbuatan yang amoral dan
asosial yang tidak dikehendaki oleh masyarakat dan harus dihukum.
10
Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
2 Kejahatan secara Juridis
Kejahatan secara juridis adalah jenis-jenis kejahatan perbuatan-perbuatan tertentu dianggap perbuatan jahat yang sudah definitif diatur dalam Undang-undang.
Hal ini sesuai dengan asas legalitas dalam pasal 1 ayat 1 KUHP. Buku ke II mengatur tentang kejahatan dan diluar KUHP Tindak Pidana Khusus.
3 Kejahatan secara Psikologis
Kejahatan secara psikologis artinya sejauh mana pengaruh kejiwaan psikis dapat mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku yang menyimpang dalam
masyarakatsosial.
a Motivasi dan Kebutuhan
11
- Kebutuhan pribadi
Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi motivasi adalah :
- Tujuan dan persepsi kelompok
- Cara dengan apa kebutuhan dan tujuan tersebut direalisasi
Whiterington menyatakan individu merasakan adanya suatu kebutuhan individu bertindak untuk memenuhi kebutuhan tadi.
10
Chainur Arrasyid, Op-Cit, halaman 60
11
George R. Terry, 1986, Azas-azas Manajemen, halaman 328
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Prof. Dauglas Mc Regor , menyatakan bahwa manusia itu merupakan makhluk yang terus menerus memiliki keinginan-keinginan segera apabila kebutuhan tertentu
dipenuhi manusia. Proses tersebut tidak berhenti berkelanjutan sejak lahir hingga kematian.
12
Bakat dan karakter manusia itu sangat ditentukan oleh otak dan otak memberi bentuk pada tengkorak.
H. Maslow mengemukakan klasifikasi kebutuhan dasar manusia antara lain : Kebutuhan Psikologis keamanan, Affeksi, Penghargaan dan aktualisasi diri.
b Struktur Personality Struktur Kepribadian
Tingkah laku kriminil memperlihatkan sifat agresif tingkah laku dan jiwa mempunyai hubungan yang erat, maka oleh psikaonalis memegang peranan penting
mengungkapkan teka-teki kejahatan The Enigma Of crime , contohnya oleh Lombroso mempelajari ciri-ciri biologis dan mengukur tengkorak kepala.
Josepp Gall menyatakan ….”Talents and character depend on the function of the brain, and that the brain inturn, moulds the from of the skull”.
13
Bagian yang tidak sadar lebih luas, lebih dalam yang sukar diduga dan dihayati kecuali melakukan analisa jiwa.
Menurut Freud Jiwa manusia mempunyai daerah-daerah yang sadar dan tidak sadar.
Bagian yang sadar merupakan bagian yang tipis dari irisan gunung es diatas permukaan laut.
14
Proses kejiwaan dibagian tak sadar mempengaruhi perasaan, fikiran dan perbuatan manusia. Kejiwaan manusia dibagi atas :
12
Ibid , Halaman 330
13
G. W. Bawengan, Op. Cit, halaman 90
14
Syafri yusuf, 1978, Ilmu jiwa Kepemimpinan, halaman 6.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
- Das es id
- Das ich ego
- Das uber ich super ego
Das Es adalah segala sesuatu yang terlupa yang mengendap didalamnya serta terdapat unsur-unsur kejiwaan yang dibawa bersama kelahiran. Misalnya insting atau
naluri, contohnya naluri kematian death instinct disebut juga naluri pemusnahan. Disamping itu terdapat juga libido yaitu naluri yang bersifat konstruktif. Segala hal
yang semula terdapat dalam alam sadar kemudian terlupa dan mengendap dibawah sadar seperti pengalaman hidup, oleh sebab itu perbedaan pengalaman hidup maka
nampak perbedaan attitude atau sikap perangai dan karakter. Das ich atau ego merupakan inti dari dari alam sadar, pelaksanaan dari segala
dorongan yang dikehendaki das Es, mempunyai prinsip realitas berhubungan dengan dunia luar, bersifat objektif sebagian berfungsi sadar berusaha menyesuaikan diri
dengan keadaan. Das uber ich atau super ego berfungsi moral, segala norma dan tata kehidupan
yang pernah mempengaruhi Das ich atau ego membekas. Das uber ich menjalankan kontrol terhadap Das ich, bagian moral dari jiwa yang dibentuk oleh dunia luar
seperti dari orang tua, lingkungan sekolah, sosial budaya, Agama dan sebagainya. Tegasnya berisi Norma-norma etika, moral dan social. Penilaian yang dilakukan
contohnya memberi teguran, jangan melakukan, izin untuk melakukan, memberi pujian atau mencela. Jika pujian yang diberikan gejala mukanya merah padam atau
debaran jantung yang diikuti dengan senyuman sebagai tanda perasan bangga,
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
sebaliknya jika memberi celaan menimbulkan rasa penyesalan dengan gejala wajah pucat.
15
a. Kejahatan terhadap kepentingan negara, terdiri atas :
Das es, das ich dan das uber ich seharusnya berada dalam keadaan seimbang sehingga diperoleh pribadi kejiwaan yang mantap dan kuat. Das ich yang bijaksana
dapat memadukan tuntutan das es dengan kemauan das uber ich, das ich yang lemah yaitu selalu tunduk pada tuntutan das es, sedangkan das ich yang kaku adalah yang
selalu tuduk pada das uber ich.
3. Tindak Pidana Pembunuhan dalam KUHP
KUHPidana, membuat kualifikasi atau penggolongan atas semua jenis tindak pidana kedalam “kejahatan” dan “pelanggaran”. Kejahatan diatur dalam Buku II
KUHP yang memuat segala jenis-jenis kejahatan. Sedangkan pelanggaran dimuat dalam Buku III KUHP yang mengatur segala jenis pelanggaran.
Selanjutnya Buku II KUHP memuat perincian tentang jenis-jenis kejahatan dan terdiri dari pasal 104 sampai dengan pasal 488 KUHP, yang terbagi dalam 30 bab.
Ke-30 bab dimaksud dapat diperinci kedalam 3 jenis kepentingan hukum yang dilanggar, yakni :
- kejahatan terhadap kedudukan negara bab I,II,III, dan IV
- kejahatan yang berhubungan dengan kekuasaan umum bab
VIII dan XXVIII b.
Kejahatan terhadap kepentingan masyarakat, meliputi : - kejahatan yang menimbulkan bahaya bagi keadaan bab V, VI,
dan XXIX c.
Kejahatan terhadap kepentingan perorangan terdiri atas :
15
G. W. Bawengan , Op-Cit, Halaman 96
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
- kejahatan terhadap jiwa bab XIX - kejahatan terhadap badan bab XV, XX, XXI
- kejahatan terhadap kemerdekaan babXVIII - kejahatan terhadap kehormatan bab XIII,XIV, dan XVII
- kejahatan terhadap kekayaan orang bab XXII, XXIII, XXIV,XXV, XXVI, XXVII, dan XXX”. 18
Dengan demikian melihat kepada penggolongan tindak pidana di atas, maka pembunuhan dalam keluarga dapat dikualifikasikan atau digolongkan kedalam bentuk
kejahatan yaitu “kejahatan terhadap jiwa”. Disamping itu pembunuhan dalam keluarga ini dapat lagi dikualifikasikan
menurut macam-macam pembunuhan yaitu sebagai berikut : a. Pembunuhan biasa ;
Pembunuhan biasa diatur dalam pasal 338 KUHP yang berbunyi : Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
. Kejahatan ini mengakibatkan kematian orang lain yang disengaja, artinya “dimaksud” termasuk dalam niatnya dan pembunuhan itu harus segera dilakukan
sesudah timbul maksud untuk membunuh itu tidak dengan dipikir-pikir lebih panjang. b.
Pembunuhan berencana ; Pembunuhan berencana diatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi :
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Kejahatan ini dilaksanakan setelah direncanakan lebih dahulu. Direncanakan
lebih dahulu maksudnya adalah bahwa antara timbulnya maksud untuk membunuh
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dengan pelaksanaanya itu masih ada tempo bagi si pelaku untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimana pembunuhan akan dilakukan. “Tempo”
ini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama, yang penting didalam tempo tersebut si pelaku dengan tenang masih dapat berpikir-
pikir, yang mana dalam kesempatan tersebut masih dapat dipergunakan untuk membatalkan niatnya.
c. Pembunuhan anak ;
Pembunuhan anak ini ada 2dua macam yaitu pembunuhan anak biasa kinderdoodslag yang diatur dalam pasal 341 KUHP yang berbunyi :
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Yang dihukum disini adalah seorang ibu baik kawin maupun tidak yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak berapa lama
sesudah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak. Pembunuhan anak ini dilakukan terdorong oleh karena rasa ketakutan akan diketahui
kelahiran anak itu. Biasanya anak tersebut diperoleh karena berzinah atau hubungan kelamin yang tidak sah. Pembunuhan anak berencana kindermoord diatur
dalampasal 342 KUHP berbunyi :
“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.
d. Pembunuhan euthanasia
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pembunuhan euthanasia diatur dalam pasal 344 KUHP yang berbunyi : Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
Permintaan untuk membunuh itu harus disebutkan dengan nyata dan sungguh- sungguh.
e. Pembunuhan pengguguran kandungan
Pembunuhan pengguguran kandungan ini diatur dalam pasal 346 KUHP yang berbunyi :
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun
.
Yang dikenakan pasal ini adalah perempuan yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau atas suruhan orang lain untuk itu.
G. Metode Penelitian
Metode yang dimaksudkan adalah sebagai suatu hal yang merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehubungan dengan
hal itu penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini menggabungkan penelitian hukum normatif dan empiris juridis sosiologis. Pada tahap awal penulisan penulis akan melakukan penelitian terhadap
asas-asas hukum bahan-bahan hukum seperti peraturan perundang-undangan yang berkaitan tindak pidana pembunuhan dan anak.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Penulis juga akan mengetengahkan kasus sebagai studi kasus dalam skripsi ini.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Medan .
3. Metode Pengumpulan data
Dalam skripsi ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Library Research Penelitian Kepustakaan
Penelitian di perpustakaan library research, yaitu melakukan penelitian melalui sumber-sumber bacaan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang
dihadapi, guna memperoleh data-data yang diperlukan yang bersifat teori-teori ilmiah baik berupa buku-buku bacaan, ketentuan perundang-undangan, karya-karya ilmiah,
brosur-brosur dan harian-harian umum yang penulis lakukan dengan jalan membaca dan mengutipnya.
b. Field research Penelitian lapangan
Penelitian di lapangan field research, yaitu melakukan penelitian dengan cara mendatangi objek-objek permasalahan, mengadakan wawancara dan tanya jawab
terhadap berbagai pihakinstansi yang oleh karena tugas dan bidangnyakedudukannya berkaitan dengan penulisan ini. Hal mana penulis lakukan guna untuk mendapatkan
ataupun mengetahui keadaan yang sebenarnya dari apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
a. Analisis Data
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam penulisan ini analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif , karena dalam melakukan analisis data ini berpedoman pada tipe dan tujuan dari
penulisan yang dilakukan. Dalam penelitian deskriptif maka data yang terkumpul diperoleh dari hasil penelitian langsung kelapangan, sehingga analisis data ini
merupakan penjelasan terhadap penemuan dilapangan. Dari penelitian data-data tersebut diatas, penulispun dapat memenuhi
pembahasan skripsi ini secara metode deduksi yaitu menarik kesimpulan dari fakta yang bersifat universal kepda fakta yang bersifat reprentatif dari umum ke yang
khusus . Selain itu, dapat pula dilakukan secara metode induksi yaitu kesimpulan dari data yang bersifat reprensatatif kepada data yang bersifat Universal.
BAB II MAZHAB-MAZHAB TENTANG SEBAB-SEBAB KEJAHATAN
A. Mazhab-mazhab Tentang Sebab-sebab Kejahatan
Tanpa mempelajari sebab-sebab kejahatan sulitlah untuk mengerti mengapa suatu kejahatan telah terjadi, apalagi untuk menetukan tindakan apakah yang tepat
dalam menghadapi para penjahat. Sejak lama orang mengadakan pendidikan untuk mengetahui latar belakang
yang menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Dalam hal ini banyak sarjana telah mengemukakan pendapatnya.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
W. A. Bonger membagi aliran-aliran tentang sebab-sebab kejahatan sebagai berikut :
1. Mazhab Sosiologi
Mazhab sosiologi yang menyelenggarakan statistik kriminal ini muncul sekitar tahun 1830 M yakni, dengan ditanda tanganinya pengertian sosiologi. Pertumbuhan
ini akibat perkembangan ilmu sosial disatu pihak juga karena diadakannya statistik kriminil dilain pihak.
Statistik adalah pernyataan-pernyataan kejadian yang digambarkan dengan angka-angka, juga mendorong dengan kemajuan ilmu pengetahuan sosial.
Penggunaan statistik sudah banyak dipakai oleh ahli-ahli sejak abad ke 17 M. Tetapi Ad Quetelet 1796-1874 seorang bangsa Belgi ilmu pasti dan sosiologi
menciptakan dasar-dasar statistik yang praktis dari kongres-kongres statistik kriminil internasional. Beliau adalah statistik kriminil yang pertama di Perancis yang pada
Tahun 1826 telah mulai mengadakan statistik kriminil. A. M. Guerry 1802-1866 bangsa Perancis mempergunakan “statisque”. Di
dalam salah satu bukunya beliau mengumpulkan bahan-bahan mengenai kelamin dan umur berhubungan dengan kejahatan begitu juga adanya hubungan atau korelasi
antara tempat dengan kejahatan di Perancis diterangka n dalam statistik, misalnya provinsiyang terkaya terdapat banyak kejahatan terhadap hak milik. Begitu juga
dibicarakannya tentang kekayaan yang tidak merata dengan kemiskinan. Ad. Quetelet sendiri memepergunakan ststistik kriminil sebagai alat dalam
sosiologi kriminil dan membuktikan untuk pertama kalinya bahwa kejahatan adalah suatu hak asalnya dari keadaan masyarakat.
16
16
Sutherland-Cressey, 1955, Principle of Criminology. Edisi kelima, halaman 52.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Adanya unsur dinamis dalam kejahatan oleh Ad. Quetelet tidak diingkari bahkan diakui dengan tegas. Memang kita akui bahwa penyilidikan yang berjalan
dalam beberapa tahun saja dan dimana tidak ada perubahan besar dilapangan sosial, maka terlihatlah adanya unsur yang tetap. Tetapi jika kita bandingkan dengan
beberapa Negara dalam beberapa tahun, maka ternyata adanya perubahan dalam kejahatan dengan tidak melupakan bahwa sebagian besar masih dalam keadaan tetap.
Antara lain tokohnya adalah L. M. Christone 1791-1848 yang mengatakan bahwa di Inggris 1814-1848 ada hubungannya antara industri dengan pertambahan
kemiskinan yang mengakibatkan naiknya kejahatan. A. Von Oettingen 1827-1905 yang beraliran keagamaan menyatakan bahwa
dalam waktu-waktu krisis, pencurian dan lain-lain akan meningkat terutama dilakukan oleh wanita dan anak-anak sedangkan kejahatan penyerangan akan bertambah pada
keadaan makmur.
17
17
Guilford, 1954, General Psychology, halaman 18, edisi kedua, Kanada, 1952, halaman, 70.
2. Mazhab Anthropologi
Mazhab anthropologi muncul disekitar permulaan tahun 30 dan 70 abad ke-19. Antara lain pelopor mazhab ini adalah ahli pherenologi Gali dan Spurzheim walaupun
pelajarannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Pelanjut teori ini antara lain H. Lauvergne 1797-1859 disamping
menguraikan pendapatnya yang bersifat phrenology yang kemudian tidak benar, tetapi terdapat juga hasil penelitian yang penting mengenai kejiwaan dan masyarakat.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
C. G. Carus 1789-1869 yang menyatakan adanya ciri-ciri pada tengkorak orang –orang jahat sebagai tanda-tanda yang menggambarkan bahwa jiwanya kurang
sehat. P. Broca 1824-1880 mengatakan berdasarkan penyelidikan tentang tengkorak dari si penjahat, ternyata keadaannya yang tidak biasa mempunyai sifat phatologis.
Pinel dan Esqueril menyatakan bahwa sakit gila menyebabkan kejahatan. J.C. Prichard 1789-1848 sejalan dengan pemikiran Esquerol tentang pelajaran
monomanien penjahat “moral insanity” yakni tidak dapat membedakan antara budi pekerti yang baik dan yang jelek dengan tidak ada gangguan jiwa dikemukakan
pertama olehnya.
18
Salah seorang tokoh yang terkenal dari mashab ini adalah Cecare Lombroso 1835-1909 Lombroso berpendapat bahwa manusia yang pertama adalah penjahat
sejak lahirnya pencuri, suka memperkosa, pembunuh dan kalau perempuan adalah pelacur.
P. Lucas 1805-1885 menyatakan sifat jahat pada hakikatnya sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan. Keadaan sekitarnya juga mempunyai
pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A. B Morel 1809-1873 mengajarkan teori degenarasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh
keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya. kemerosotan sifat-sifat menyebabkan kejahatan.
19
Disamping itu beliau berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Dikatakannya bahwa penjahat
dipandang dari sudut antropologi merupakan suatu macam manusia tersendiri.
19
18
George Godwin, 1957, Criminal Man, New York, Halaman 18
19
W. A. Bonger. 1981, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, ghalia- Indonesia, edisi ke empat, halaman 100
20
Ibid, halaman 28
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi makhluk yang abnormal penjahat dari kelahiran Lambroso memajukan hipotesa bahwa manusia yang masih
rendah peradabannya sifatnya tidak susila jadi seorang penjahat adalah suatu kejadian yang aktivistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat
yang dekat tetapi didapatnya kembali dari yang lebih dahulu yang dinamakan kemunduran dari keturunan.
20
Hal ini disebabkan karena ferri menyadari bahwa pelajaran-pelajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Karena itu tanpa
mengubah intinya ferri mengubah bentuknya dengan mengatakan faktor lingkungan ada juga mempengaruhinya.
Ia juga menyatakan bahwa para penjahat adalah orang yang mempunyai penyakit sawan. Di sekitar tahun 1830 anthropologi kriminil di Negeri Belanda
mendapat perhatian dan dipelajari dengan pesat. Beberapa dokter seperti Winkler, Berends dan Aretrino mengukur tengkorak-tengkorak penjahat dan jenis orang
lainnya. Dalam hal ini Berends dalam kesimpulannya menyatakan, pembunuh adalah orang sakit jiwa adalah orang sawan babi dan orang imbisil adalah cabang-cabang
dari suatu pokok, dan pokok ini adalah suatu kemunduran. Pertumbuhan dari tengkorak bagian otak dan kemajuan pertumbuhan dari tengkorak bagian muka.
Winkler dalan hal ini lebih berhati-hati dari lambroso dalam mengeluarkan pendapatnya. Beliau tidak menyebut tipe penjahat tapi menyatakan berhubungan dari
bahan-bahan tersebut diatas, maka dengan tidak insaf hakim akan memilih orang- orang yang dahinya sempit dan tulang dagunya lebar.
Enricco ferri seorang murid dari lambroso mengadakan beberapa perbaikan demi kelanjutan dari ajaran-ajaran gurunya mengenai hal tersebut.
21
Sutherland-Cressey, Op-Cit, halaman 54.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Didalam bukunya Sosiologi Criminille ia memberikan rumusan tentang timbulnya kejahatan :
a. Setiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, disatu pihak dan
sosial. b.
Keadaan sosial memberi bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari bakatnya yang bilogis dalam arti sosial organis dan psikis.
21
Jadi berarti unsur individu tetap paling penting, walaupun ada faktor lain yang juga turut mempengaruhinya.
3. Mazhab Lingkungan
Mazhab lingkungan terdiri dari mazhab Prancis khusus mazhab berdasarkan perekonomian lingkungan, hasil aetielogi dalam sosiologi kriminal dan keadaan
sekelilingnya. Mazhab Prancis khusus adalah mazhab yang datang dari kalangan para dokter
Prancis yang mengajukan tentang mazhab anthropologi Lombroso. Para dokter Prancis menganut garis-garis yang diberikan oleh J. Lamarck, E.
Geoffry St Hileire dan L Pasteure yang menekan pada arti lingkungan sebagai sumber dari bermacam-macam sebab dari segala penyakit.
Golongan ini tidak menggabung pada golongan ahli sosiologi statistik yang pada dasarnya termasuk golongan ahli teori keadaan sekeliling atau teori lingkungan
dengan lingkaran pelajaran yang mengajarkan bahwa kejahatan berasal dari kelahiran. Mereka adalah dokter yang bukan ahli sosiologi, biarpun mereka mempunyai
penglihatan yang tajam tentang keadan masyarakat.
22
Ibid, halaman 57.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pelopornya antara lain A. Lacasagne 1843-1924 guru besar dalam hukum kedokteran di perguruan tinggi Lyon, juga G. Tarde 1843-1924 ahli hukum dan
sosiologi yang menyatakan kejahatan bukan suatu hal yang anthropologis tetapi sosilogis seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai oleh hasrat meniru
antara lain bukunya “Les Dois de Limitation”. Mazhab berdasarkan perekonomian lingkungan mulai berkembang pada
penghabisan abad ke-19 ketika timbul sistem baru dalam perekonomian dan kejahatan kelihatan bertambah.
Teori baru dalam kemasyarakatan yang timbul pada pertengahan abad ke 19 yang pandangan masyarakatnya berdasarkan keadaan ekonomi akan mengarah
kedalam kriminologi. Menurut teori ini unsur-unsur ekonomi dalam masyarakat dipandang dari sudut dinamis adalah Primair dan dipandang dari sudut statis
merupakan dasarnya. Semuanya terdapat dalam ajaran K. Mark didalam bukunya “Zur kritik der
Politischen Oekonomie” 1895. Tokoh pertama dari aliran ini adalah F. Turrati di dalam bukunya “Ildelito e la question sosiale” 1883 terutama mengkritik mazhab
Itali dalam bagian Positif ia juga nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang mendorong kejahatan perekonomian.
Juga dikatakan mengenai kejahatan terhadap orang kejahatan penyerangan menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia, kesengsaran
membuat jiwa menjadi timbul, kebodohan dan keindahan merupakan juga sebab- sebab yang mengakibatkan kejahatan yang semacam. Begitu juga keadaan tempat
tinggal yang jelek merosotnya kesusilaan dan menyebabkan kejahatan kesusilaan. N. Colojanna 1847-1927 di dalam bukunya “sosiologis criminale” 1887
menyatakan juga adanya hubungan antara krisis dengan bertambahnya kejahatan
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dengan keadaan phatologis sosial, seperti pelacuran, yang juga berasal dari adanya perekonomian, dan kejahatan politik karena ekonomi. Beliau juga menekan adanya
hubungan antara sistem ekonomi dan unsur-unsur umum dalam kejahatan, yakni hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri dan oleh karyawan yang
mendekatkan pada kejahatan. Untuk mencegah kejahatan adalah dengan suatu sistem ekonomi yang dapat mencapai perimbangan yang tetap dan pembagian kekayaan yang
serata-ratanya.
22
Hasil aetiologi dalam sosiologi kriminal antara lain terlantarnya anak-anak dan sebagainya, kesengsaraan, nafsu ingin memiliki, ketagihan minuman keras, kurangnya
peradaban, perang. Menurut W. A. Bonger adalah bahwa mereka dalam salah satu lapangan
menyempurnakan teori lingkungan, yang oleh pengarang Prancis kebanyakan para dokter diterangkan dengan tidak jelas.
24
W. A. Bonger menyatakan juga pengaruh langsung dari iklim dan lain-lain atas iklim dan lain-lain atas diri mansia dengan majunya ilmu teknik dan bertambah
kuasanya manusia terhadap alam menjadi berkurang. Di samping itu beliau juga mengemukakan beberpa jenis kejahatan yang dapat timbul akibat pengaruh keadaan
sekelilingnya ini yaitu kejahatan ekonomi : kejahatan terhadap kelamin, kejahatan kekerasan, dan kejahatan politik.
Keadaan sekelilingnya dalam hal ini ada dua pengaruh atas manusia yakni pengaruh langsung dari iklim dan pengaruh-pengaruh tidak langsung terutama tanah
dengan melalui masyarakat, misalnya keharusan menyelenggarakan pengairan daerah tertentu di dunia timur mengakibatkan adanya pemerintahan diktatori.
23
Bouman, 1961, Sosiologi Pengertian dan masalah, cetakan keenam, Yayasan Kanisius, Semarang, halaman 101
.
24
Chainur Arrasjid SH, Op-Cit, halaman 42.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Mazhab Bio-Sosiologi
Mazhab Bio-Sosiologi seperti yang dikatakan oleh E. Ferri adalah sintesa dari aliran anthropogi dan aliran keadaan lingkungan sebagai sebab kejahaatan.
Rumusannya setiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat, dan keadaan fisik. Sedangkan unsur tetap yang penting
menurutnya adalah individu. Pengertian individu ini unsur yang seperti dikemukakan oleh C. Lombroso.
Aliran ini mendapat penganut yang banyak serta berpengaruh lama, misalnya Ad. Prins di Brussel, F. R. Von Liszt di Beerlin, G. A. Van Hamel di Amsterdam.
Tetapi akhirnya Von Liszt pada saat menjelang tuanya cenderung kearah sosiologis.
25
Dua orang yang benar-benar hidup dalam keadaan yang sama mempunyai hidup yang baik untuk melakukan kejahatan dan keduanya tidak terhalang oleh rasa
budi pekertinya. Pada saat berbuat sesuatu yang seorang berani bertindak. Jadi, Sehubungan dengan mazhab Bio-sosiologi ini Ferri memberikan rumusan :
Tiap kejahatan = keadaan sekelilingnya ditambah bakat dengan keadaan sekelilingnya. Jadi keadaan sekelilingnya terhadap manusia selalu berpengaruh dua
kali dilakukan terdiri dari dua unsur khusus yakni keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirnya sehingga pada saat melakukan perbuatan tersebut dan dengan
bakatnya terdapat dalam individu. Dalam hal ini penting artinya keadaan sekelilingnya yang merupakan unsur menentukan.
Dengan adanya perbaikan dari rumusan Ferri ini, dalam arti yang terbatas rumus ini dapat mengarah kearah yang benar. Dalam hal ini W. A. Bonger
memajukan beberapa contoh serta penjelasan :
25
Ibid, halaman 44.
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
keberanian adalah unsur kejahatan dan ketakutan, dan ketakutan unsur dari kebaikan. Memang ini banyak terjadi mungkin satu demikian licinnya hingga mengetahui
bahwa besar kemungkinannya diketahui lalu tidak berbuat. Apakah juga dapat dikatakan bahwa kepandaian adalah unsur kebaikan dan kebodohan unsur kejahatan.
Memang hal ini juga terjadi tetapi juga sebaliknya tidak dapat terjadi. Dengan kata lain sifat-sifat manusia dapat menjadi pendorong untuk berbuat jahat atau dapat
mencegah berbuat jahat. Di samping itu sifat tidak susila belum berkembang, jika keadaan
membantunya untuk tidak melanggar Undang-Undang. Suatu Kenyataan banyak penjahat besar yang belum pernah mendapat hukuman terutama dari kalangan pejabat
tinggi. W. A. Bonger ada juga mengupas tentang perbedaan individu. Individu dari
suatu jenis termasuk manusia terdapat perbedaan, misalnya jika melihat suatu gerombolan manusia dengan sekejap mata sudah terlihat padanya. Dalam hal ini Ad
Quetelet ahli statistik Bangsa Belgia juga telah membuat suatu pendapat yaitu semua individu dari suatu jenis berbeda dalam sifatnya.
5. Mazhab Agama
W. A. Bonger mengemukakan juga dalam tulisan-tulisannya disamping mazhab-mazhab yang telah dikemukakan diatas yakni mazhab agama.
26
26
Ibid, halaman 45
Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Kemudain aliran ini mengalami perubahan-perubahan dan sekarang lebih tepat dinamakan aliran neo-agama, yakni mementingkan unsur kerohanian dalam mencari
sebab-sebab kejahatan. Antara lain tokoh dari aliran ini seperti A. Von Oettingen, H. Stursberg, F. A.
Krauss, L. Proal dan H. Joly di Prancis dan M. Baets dari Belgi. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa jumlah orang yang beribadah berkurang maka kejahatan akan
bertambah, jadi terdapat hubungan sebab akibat.
27
Terhadap aliran keagamaan Ini W. A. Bonger memberikan kritikan, yakni menganut aliran ini memajukan alasan-alasan kurang teliti. Seandainya dua keadaan
tadi memang bergerak kearah yang sama dengan demikian adanya hubungan dua hal tadi dapat dimengerti tetapi hubungan sebab akibatnya belum dua-duanya dapat
bergabung dari unsur yang ketiga. Berdasarkan penelitian sama sekali tidak terdapat hubungan antara kejahatan dengan kurangnya orang beribadah. Tetapi ia sependapat
bahwa manusia yang patuh terhadap sanksi hukuman di akhirat, juga merupakan faktor pencegah dari perbuatan jahat.
B. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan terhadap Anak