Gejala-gejala Pembunuhan Dalam Lingkungan Keluarga di Kotamadya Medan

Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 d. adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain tertentu. 41

B. Gejala-gejala Pembunuhan Dalam Lingkungan Keluarga di Kotamadya Medan

Kalimat “menyebabkan orang lain mati” mengandung 3 unsur yakni unsur : b, c, dan d. Tiga unsur ini tidak berbeda dengan unsur perbuatan menghilangkan nyawa dari pembunuhan 338. Perbedaan dengan pembunuhan hanyalah terletak pada unsur kesalahannya, yakni pada pasal 359 ini adalah kesalahan dalam bentuk kurang hati- hati kulpa sedangkan kesalahan dalam pembunuhan adalah kesengajaan. Perbuatan tertentu tidak terbatas wujud dan caranya, misalnya : menjatuhkan balok, menembak, memotong pohon, menjalankan mobil, yang penting dari perbuatan itu adalah orang mati. Wujud perbuatan ini dapat berupa perbuatan aktif, misalnya seperti disebut diatas tadi dan dapat juga berupa perbuatan pasif, misalnya : penjaga palang kereta api, karena tertidur ia lupa menutup palang pintu ketika kereta api lewat mengakibatkan sebuah bis ditabrak oleh kereta api dan banyak orang mati. Adapun unsur kulpa atau kurang hati-hati dalam kejahatan 359 adalah bukan ditujukan pada kurang hati-hatinya perbuatan tetapi ditujukan pada akibat. Hal ini akan lebih nyata jika dilihat dari kejadian sehari-harinya, misalnya : seorang menjatuhkan balok karena kurang hati-hati menimpa anak yang sedang bermain, membersihkan pistol, karena lupa berat sebagaimana dalam pasal 90, tetapi semua luka-luka itu menyebabkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahrian dalam waktu tertentu. 41 Ibid, halaman 126 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 Pada dasarnya, penduduk kotamadya Medan berasal dari berbagai suku bangsa yang masing-masing mempunyai adat-istiadat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Menurut sejarahnya, kota ini pada mulanya didiami oleh penduduk asli suku Melayu Deli, dan sekitarnya didiami oleh suku Karo. Dalam masa penjajahan Belanda banyak membuka areal perkebunan di sekitar kotamadya Medan, mereka mendatangkan pekerja dari luar daerah kota Medan dan dari pulau Jawa, mereka juga mendatangkan bangsa India dan Cina, dimana sekarang keturunannya banyak mendiami kotamadya Medan. Sehingga bertambah ramailah persentuhan kebudayaan, adat istiadat, sebagai akibat dari keadaankomposisi penduduk yang beraneka ragam. Setelah Indonesia merdeka, kotamadya Medan ditetapkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara. Maka menjadilah kota ini sebagai pusat dari seluruh kegiatan ekonomi, pendidikan dan kebudayaan di Sumatera Utara. Mulailah orang- orang berdatangan dari luar kotamadya Medan untuk berdagang, bekerja serta sekolah ke Medan. Seperti halnya pada setiap pertengahan tahun, ribuan bahkan puluhan ribu para lulusan SLTA membanjiri kotamadya Medan mengadu nasib mengikuti seleksi ke Perguruan Tinggi lewat testing SPMB dimana bagi yang tidak berhasil lulus akan menjadi persoalan tersendiri bagi kotamadya Medan, sebab mereka umumnya enggan untuk kembali ke desa aslinya melainkan mereka tetap mempertahankan diri untuk tinggal di kota, sekalipun mereka dengan status pencari kerja penggangur. Kenyataan ini sangat mempengaruhi struktur sosial, ekonomi dari pada penduduk kotamadya Medan. Oleh karena itu struktur sosial ekonomi penduduk di kotamadya Medan dapat digolongkan atas 4empat golongan penduduk, yaitu sebagai berikut : 1. Golongan atas 2. Golongan menegah Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 3. Golongan tidak mampu 4. Golongan gelandangan. 41 Ad.1. Golongan atas ; Yang termasuk kedalam golongan ini adalah golongan masyarakat yang berhasil memenuhi kebutuhannya bahkan dapat melebihi standar hidup baik dalam pendidikan maupun dalam tingkat ekonominya. Golongan ini banyak menduduki jabatan dalam pemerintahan ataupun perusahaan, memegang jabatan yang penting serta mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat. namun golongan atas ini sangat sedikit jumlahnya. Ad.2. Golongan menengah ; Yang termasuk kedalam golongan ini adalah mereka yang telah memenuhi standar kehidupan yang layak baik dari segi pendidikan maupun dalam bidang ekonominya. Golongan ini terdiri dari pegawai negeri dan swasta dalam suatu perusahaan. Jumlah golongan menengah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk golongan atas. Ad.3. Golongan tidak mampu Dalam struktur masyarakat kotamadya Medan, golongan inilah yang paling banyak didapati mendiami kotamadya Medan. Dimana golongan ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu mengalami kekurangan-kekurangan baik dari segi pendidikan maupun dari segi ekonomi. Golongan ini terdiri dari karyawan rendah, buruh-buruh pabrik maupun buruh kasar dalam suatu 41 T. Mansyurdin SH, 1981, Sosiologi Bagian Pertama, Fakultas Hukum USU Medan, halaman 71. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 proyek pembangunan, serta pedagang ekonomi lemah pedagang kaki lima dan pedagang di pusat-pusat pasar. Golongan ini biasa disebut dengan golongan mocok-mocok. Ad.4. Golongan gelandangan ; Yaitu mereka yang hidup tanpa tempat tinggal menetap dan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari mereka mengumpulkan barang-barang bekas. 42 Terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga pada golongan masyarakat tidak mampu di kotamadya Medan, sebenarnya dimulai dari terjadinya disharmoni keluarga. Ketika ketidak-mampuan orang tua dalam menempatkan Memperhatikan struktur sosial ekonomi golongan penduduk kotamadya Medan tersebut, maka jelaslah terdapat perbedaan yang cukup tinggi diantara golongan masyarakat yang satu dengan lainnya, baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal, sehingga terdapat pula perbedaan yang begitu menyolok pada tempat-tempat perbelanjaan dan hiburan dari golongan masyarakat atas dengan golongan masyarakat lainnya. Hal ini jelas menimbulkan kecemburuan sosial diantara golongan penduduk diatas, sehingga berakibat munculnya berbagai kejahatan di kotamadya Medan yang pada umumnya dimonopoli oleh golongan masyarakat tidak mampu dan golongan gelandangan. Khusus dalam kejahatan berupa pembunuhan dalam keluarga, pada dasarnya terjadi dilingkungan masyarakat tidak mampu, yang secara psikologis lebih sering merupakan implementasi total dari tekanan ekonomi yang selama ini mengabaikan eksistensinya dalam persaingan hidup yang ketat. 42 Ibid, halaman 73 Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 dirinya sebagai figur yang dihargai dan dihormati dalam keluarga, serta semakin menipisnya rasa kasih dalam keluarga merupakan gejala awal dari sebab terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di kotamadya Medan dewasa ini.

1. Keadaan atau Ciri-ciri Keluarga Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Anak

Suatu rumah tangga keluarga adalah kelompok yang paling kecil diantara kelompok-kelompok lain yang ada dalam masyarakat. Walaupun demikian, keluarga merupakan lingkungan yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan kelakuan seseorang. Anak-anak dari mulai dilahirkan, diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan itu. Mereka memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk kepribadiannya. Orang tua sebagai kepala keluarga mendidik anak-anak itu agar supaya terbiasa untuk patuh pada adat istiadat dan peraturan-peraturan dalam lingkungannya dan masyarakat sekelilingnya. Dalam mendidik dan membiasakan dengan peraturan- peraturan itu, kepala keluarga mempergunakan paksaan sehingga dapat menjamin akan kepatuhan anak-anaknya sehingga mereka akhirnya terbentuk sebagai pribadi- pribadi yang dikehendaki oleh kepala keluarga, masyarakat dan negara. Dari uraian di atas teranglah bahwa hubungan antara para anggota keluarga dalam suatu rumah tangga sangat erat sekali. Dan mungkin karena inilah maka Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 “sebagian besar penyelidikan dan pemikiran kriminologi selama waktu ini, khususnya setelah tahun 1930-an ditujukan kepada hubungan antara kenakalan anak-anak dan kejahatan berbagai macam kondisi rumah tangga dan juga cara-cara mengasuh anak”. 43 Disamping itu, dalam suatu keluarga yang jumlah anggotanya banyak sering berakibat tekanan ekonominya berat, apalagi kalau keadaan rumah tangga itu kurang mampu. Keadaaan berat ditambah dengan banyaknya anak sudah tentu berakibat kurangnya pengawasan terhadap anak-anak bahkan pendidikannya pun terlantar. Hal ini berarti kondisikeadaan suatu rumah tangga, sangat berpengaruh terhadap terjadinya suatu kejahatan. Sebagai contoh, apabila dalam suatu keluarga, ayah sebagai kepala keluarga tidak mempunyai pekerjaan menganggur, maka akan timbul ketegangan-ketegangan dalam keluarga tersebut baik antara ayah dengan ibu, maupun antara anak dengan anak, ibu dengan ayah, yang sudah menjadi sebab musabab kejahatan. 44 43 R. Soesilo, 1985, Kriminologi, Politea, Bogor, halaman 44 44 Ibid, halaman 45. Rumah tangga dengan anggota keluarga yang banyak biasanya menempati rumah yang bukan selayaknya, kecil dan ruangan-ruangannya amat sempit lagi kotor dan tidak teratur, sehingga anak-anak tidak dapat bergerak dan bermain dengan leluasa. Pertumbuhan jasmani dan rohani anak-anak itu tertekan dan tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya, sehingga timbullah kenakalan-kenakalan, dan dengan kurangnya pengawasan maka kenakalan anak tersebut akan berkembang jadi kejahatan. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 Kenyataan-kenyataan diatas berakibat kepada kurangnya rasa kasih diantara sesama angota keluarga sehingga dalam keluarga tersebut timbul perpecahan, dan pertentangan-pertentangan yang berakibat terjadinya pembunuhan dalam keluarga. Dengan demikian, keadaan ataupun ciri-ciri keluarga pelaku tindak pembunuhan dalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Adanya tekanan ekonomi sebagai akibat pengangguran, kurangnya penghasilan orang tua ayah sehingga ibu terpaksa bekerja diluar rumah. b. Ketidak-serasian disharmoni keluarga sebagai akibat adanya sifat ”berkuasa sendiri” dari ayah ataupun ibu, iri hati, cemburu, serta terlalu banyaknya anggota keluarga. c. Karena ketiadaan orang tua, salah satu ataupun kedua-duanya karena kematian, atau perceraian dan pelarian diri. e. Kurangnya pengawasan orang tua karena sikap masa bodoh, cacat inderanya, sakit, baik jasmani maupun rohani. f. Terdapatnya anggota keluarga yang lain dalam rumah tangga yang sejak semula sudah merupakan penjahat, pemabok, imoril, dan sebagainya. g. Dan lain-lain

2. Modus Operandi Pembunuhan Dalam Keluarga

Pada umumnya pelaku tindak pidana pembunuhan melakukan perbuatan menghilangkan jiwa dengan cara-cara yang sederhana. 45 45 M. W. Kusumah, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, halama 28. Untuk melaksanakan perbuatan pembunuhan ini dilakukan dengan : a. Menggunakan alat bantu Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 Alat bantu yang dimaksud adalah benda-benda yang dapat melukai, membuat korban tidak berdaya, atau dapat mematikan korban seperti : 1 pisau 2 parang 3 martil 4 benda-benda keras 5 kampak Benda-benda tersebut digunakan oleh pelaku terhadap korban yang memiliki kekuatan fisik yang sama dengan atau melebihi kekuatan fisik pelaku. Sehingga alat bantu itu memiliki arti penting dalam pelaksanaan perbuatan pidana pembunuhan. b. Tanpa menggunakan alat bantu Pelaku sewaktu melakukan perbuatan pidana pembunuhan hanya menggunakan kekuatan fisiknya saja. Perbuatan tanpa menggunakan alat bantu, umumnya ditujukan terhadap korban yang tidak memiliki kekuatan fisik untuk mengadakan perlawanan, misalnya pembunuhan yang dilakukan seorang ibu terhadap anak yang baru lahir atau sesaat sesudah dilahirkan. Cara paling sering dilakukan terhadap korban ini adalah dengan cara : 1. mencekik leher sampai mati 2.membuang ketempat yang tidak memungkinkan korban dapat hidup seperti : - membuang tubuh korban ke tempat sepi - menghanyutkan korban ke sungai - membuang korban ke sungai - membuang korban ke dalam jurang Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 Tindak pidana pembunuhan ditengah keluarga justru dilakukan oleh anggota keluarga itu sendiri. Dalam arti adanya ikatanpertalian antara pelaku dengan korban yang seharusnya untuk saling melindungi, antara pelaku dan korban sudah saling kenal. Dari berbagai kasus pembunuhan yang terjadi, perlu juga diperhatikan peranan korban dalam terciptanya tindak pidana pembunuhan tersebut : “Provokasi oleh korban adalah cara perilaku lain yang membantu meningkatkan suatu interaksi kekerasan”. 46 Tindakan korban berupa perbuatan yang dapat menyinggung perasaan pelaku untuk bertindak melampiaskan emosinya, seperti pertengkaran dalam rumah tangga antar sesama anggota keluarga. 46 Ibid, halaman 29. Taufiq Mustakim : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.