Sikap Empati empathy Komunikasi Antarpersonal

“Untuk hal ini, biarlah karyawan saya yang menilai, jadi jika saya bilang saya sudah berempati saya sudah bersimpati rasanya itu tidak adil mas yah, lebih baik biarkan saja karyawan yang menilai tetapi saya berusaha dan sebisa mungkin harus selalu bersikap empati dan simpati sehingga menimbulkan suatu ke solidan daripada divisi humas khususnya, umumnya untuk semua karyawan PT. PLN distribusi jawa barat dan banten. ” Kemudian pertanyaan saya lontarkan kepada Pak Abo, kemudian dengan santainya beliau menjawab: “Dari pihak humas sendiri biasanya mencoba ikut merasakan apa yang karyawan rasakan, terkadang karyawan tersebut sedang ada masalah, jadi disini kita tidak ada tekanan, kita juga memberikan solusi yuang terbaik agar masalah yang dirasakan oleh karyawan dapat dengan mudah di selesaikan. ” Lalu ibu yayuk menjawab pertanyaan serupa yang saya berikan kepada beliau, dan beliau dengan gaya nya yang aga serius menjawab: “Saya berusaha sebisa mungkin untuk berempati dan bersimpati kepada karyawan, misalanya ada karyawan yang kelihatan muarung atau mengeluh lalu saya memberikan dorongan dan menanyakan kepada dia tentang apa yang sedang dia hadapi, sehingga dia melakukan curhat kepada saya dan saya memberikan solusi agar masalah nya dapat di selesaikan dengan cepat. ” Lalu pertanyaan selanjutnya masih seputar tentang sikap empati itu sendiri saya pertama tanyakan kepada Pak Adang sebagai berikut: b. Bagaimana keterlibatan aktif divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam memahami keadaan dan perasaan karyawannya? “Oh itu, mungkin itu bukan saya sombong atau gimana, jadi saya terus terang dengan karyawan itu merasa dekat aja pokoknya setiap kali saya ada waktu mereka ada waktu, saya sering berkunjung ke rumah nya atau mungkun apabila ada yang sakit, saya di usahakan selalu hadir minimalnya menjenguk, seperti itu mas. ” Lalu saya mengajukan pertanyaan yang sama kepada ibu yayuk, lalu dengan lantang dia menjawab: “Sama seperti jawaban yang di atas, saya lebih mendengarkan dulu dia curhat sehingga dapat mengetahui permasalahannya seperti apa dan saya memberikan solusi atau jalan keluar nantinya mas. ” Lalu pertanyaan selanjutnya masih seputar tentang sikap empati itu sendiri saya pertama tanyakan kepada Pak Adang sebagai berikut: Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten bertanggung jawab atas rasa aman karyawannya? ” ”Untuk itu, insya allah mas saya diusahakan bertanggung jawab, bukan di usahakan lagi tapi harus bertanggung jawab atas rasa aman dan kenyamanan kepada karyawan tersebut, hal ini di tunjukkan dengan, tapi hal ini di tunjukkan dengan saya berusaha mengurangi hal-hal yang sifatnya arogan, jadi apabila ada kesalahan saya tidak langsung membentak tetapi saya tanya terlebih dahulu kendalanya apa sehingga menyebabkan hal-hal tersebut terjadi, terus sudah itu saya kasih gambaran saya kasih solusi kemudian apabila dia ngerti ya saya terimakasih sekali kalau begitu, jadi intinya saya bertanggung jawab atas rasa aman karyawan saya. ” Henry Backrack 1976 mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk “mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan 1 keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; 2 konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta 3 sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Dalam sikap empati ini juga, karyawan PT PLN khususnya divisi humas, dari hasil wawancara yang saya lakukan bahwa dari pihak humas sendiri biasanya mencoba ikut merasakan apa yang karyawan rasakan, terkadang karyawan tersebut sedang ada masalah maka karyawan lain pun ikut andil dalam masalah itu dengan cara menanyakan terlebih dahulu masalahnya kemudian memberikan jalan keluar atau solusi yang bisa diambil untuk kebaikan, dan akhirnya suasana karyawan menjadi baik kembali dan dapat bekerja seperti biasa tanpa adanya tekanan dari karyawan ketika ada satu karyawan sedang ada masalah, kita juga memberikan solusi yang terbaik agar masalah yang dirasakan oleh karyawan dapat dengan mudah di selesaikan. Sikap empati juga timbul dari setiap orang, dimana di divisi humas selalu diterapkan sikap empati tersebut untuk lebih menghargai orang lain, timbulnya saling menghargai menjadi faktor utama dalam kegiatan bekerja di kantor khususnya di divisi humas, sehingga karyawan menjadi lebih tahu dan tahu lebih dengan karyawan lainnya, dan akhirnya ada rasa saling menghargai dan menghormati antar karyawan, yang mana dengan timbulnya rsa saling menghargai dan menghormati akan mempermudah dalam proses Komunikasi Antarpersonal di divisi humas PT. PLN sendiri dalam membangun suasana kerja yang baik untuk membangun hubungan kerja yang baik juga untuk mencapai tujuan dari perusahaan.

4.2.3 Sikap Mendukung supportiveness Komunikasi Antarpersonal

Pada penetitian ini peneliti melakukan sebuah wawancara dengan pertanyaan Selanjutnya adalah: Untuk Informan Pertama Pak Adang a. Apakah komunikasi antar pribadi yang dilakukan divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah tepat dengan situasi dan suasana pribadi karyawannya? “Saya rasa kalau masalah tepat memang sudah tepat, saya sesuai prosedur kerja saya, terus mereka juga sudah mengerti dengan rutinitas, rutinitas seperti apa yang saya paparkan atau jelaskan harus bagaimana nya mereka sudah paham semuanya, tapi untuk suasana pribadi karyawan saya rasa hanya orang itu sendiri yang tau, saya tidak mungkin tahu suasana pribadi karyawan saya, yang pasti saya kalau masalah itu hanya mereka yang tahu. ” Pendapat Pak Abo cukup singkat untuk jawaban ini: “Ya tergantung juga, kadang disini suasana pribadi itu tidak terlalu tepat, tetapi kita disini selalu kondisikan dari suasana yang tidak baik menjadi lebih baik untuk semaksimal mungkin agar terjadi suasana yang baik juga. ” Pendapat dari Bapak Adang didukung oleh pernyataan yang dilontarkan ibu yayuk, lalu dengan lantang dia menjawab: “Untuk saya sendiri tergantung mas, kadang suasana pribadi karyawan tidak terlalu baik untuk dilangsungkan nya komunikasi antarpersonal, tetapi kita disini selalu kondisikan dari suasana yang tidak baik menjadi lebih baik untuk semaksimal mungkin agar terjadi suasana yang baik juga. ” Lalu pertanyaan selanjutnya yang saya ajukan kepada Bapak Adang: b. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten mendukung karyawannya? “Untuk itu saya sendiri sudah memberikan semacam job description jadi pemaparan tugas kepada masing-masing karyawan humas itu seperti apa, tapi saya selalu mendukung