Komunikasi Antarpersonal Divisi Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Dalam Membangun Hubungan Kerja Antar Karyawan

(1)

DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN

KERJA ANTAR KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Witono NIM 41807126

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

iv

KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DIVISI HUMAS PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN KERJA ANTAR KARYAWAN

Oleh : Witono Nim 41807126

Skripsi ini di bawah bimbingan, Dra. Kiki Zakiah, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Antarpersonal divisi humas PT. PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah Tiga orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Efektivitas Komunikasi Antarpersonal dari DeVito yaitu penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera, dimana Humas dalam melaksanakan kegiatan harus menggunakan komunikasi Antarpersonal yang baik kepada karyawannya, yakni untuk memberikan informasi mengenai seputar pekerjaan atau informasi melalui komunikasi Antarpersonal.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi Antarpersonal yang dilakukan oleh divisi humas sudah cukup baik dilaksanakan untuk memberikan informasi kepada seluruh karyawan divisi humas umumnya seluruh karyawan PT. PLN, yang dapat menghasilkan hubungan kerja yang baik antar karyawan khususnya divisi humas.

Saran yang dapat peneliti berikan kepada humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Untuk Meningkatkan Informasi Kepada Setiap Karyawan Melalui Komunikasi Antarpersonal diharapkan kedepannya bisa memberikan informasi lebih Efektif lagi sehingga informasi lebih cepat diterima dan bisa meningkatkan kualitas maupun kuantitas.


(3)

v

(PERSERO) DISTRIBUTION WEST JAVA AND BANTEN IN BUILDING A RELATIONSHIP

WORK AMONG EMPLOYEES By :

Witono Nim 41807126

This scripts under Supervise of, Dra. Kiki Zakiah, M.Si.

This study aims to determine how interpersonal communication public relations division of PT. PLN (Persero) West Java and Banten distribution in building working relationships among employees.

This study used a qualitative approach with the informant, amounting to three people. Data obtained through in-depth interviews, observation, literature study, searching the internet. The data analysis techniques, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation.

In this study, researchers used the theory of interpersonal communication effectiveness of DeVito is the delivery of messages by one person and receiving messages by another person or a small group of people, with various effects and with the opportunity to provide immediate feedback, which the PR must use in conducting interpersonal communication to employees, namely to provide information on around work through interpersonal communication.

From the results of research can be concluded that interpersonal communication conducted by the public relations division has been effectively implemented to provide information to all employees of public relations division, which can produce a good working relationship among employees, especially public relations division.

Advice that can give researchers PR PT. PLN (Persero) Distribution West Java and Banten To Improve Information Through To Each Employee is expected in the future interpersonal communication can provide more effective information again so that information more quickly accepted and can improve the quality and quantity.


(4)

vi

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Skripsi ini berjudul “Komunikasi Antarpersonal Divisi Humas PT. PLN Distribusi Jawa Barat Dan Banten Dalam Membangun Hubungan Kerja Antar Karyawan.” Hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini telah dilewati sebagai suatu tantangan yang seharusnya dijalani, di samping sebagai pemenuhan kewajiban yang memang semestinya dilaksanakan.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka penulis sangat mengharapkan dan menghargai sekali berbagai sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya. Namun penulis tetap memanjatkan rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah swt yang telah menuntun qolbu, akal dan jasad ini untuk taat, tunduk dan patuh di Jalan-Nya dan saya ucapkan terima kasih juga kepada kedua orangtuaku, Apa dan Mamah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan Doa, materil juga moril dan semangat spiritual yang begitu berarti.


(5)

vii

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin dan pengesahan skripsi ini agar dapat dijadikan literatur bagi penerus.

2. Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas segala bentuk Perizinan yang diberikan yang berhubungan dengan kegiatan akademik, dan juga ilmu yang diberikan selama penulis berada di Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth, Ibu Melly Maulin. P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations, terima kasih atas ilmu yang diberikan kepada peneliti.

4. Yth, Rismawaty, S.Sos., M.Si selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan nasehat, bimbingan dan support dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini. Terima kasih ibu.

5. Yth. Dra. Kiki Zakiah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatiannya kepada penulis, serta telah membuka pikiran penulis.

6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi IK dan PR, khususnya Bapak Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si, Ibu Iin Rahmi S.Sos., M.Kom, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang telah diberikan.


(6)

viii

8. Mbak Astri Ikawati, A. Md, Kom dan Mbak Rr. Sri Intan Fajarini, S.i.Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

9. Yth. Bapak Adang Djarkasih selaku Manager Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10.Yth. Bapak Agus Budianto selaku Anggota Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang telah bersedia dan meluangkan waktu sebagai informan penulis.

11.Yth. Ibu Yayoek selaku Protokoler Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang telah mengarahkan penulis serta memberikan nasihat-nasihat yang begitu berarti dan bersedia menjadi informan.

12.Yth. seluruh staf dan karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang telah meluangkan waktunya untuk membantu Peneliti dalam penyusunan Skripsi ini.

13.Kepada Kakak dan adik tercinta, Teh Sisca, Ignes, dan Aa Aip terima kasih atas iringan doa, kasih sayang, nasihat, dorongan dan pengertiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman IK 3 Kemas, Asep, Akbar, Trisna, Septian, Alan, Arief, Faijullaetsi, Gilang, Dwi Asri, Penti, Yuni Rizani, Ismet, Fauzi, Wandrik, Candra, Indra,


(7)

ix

15.Teman-teman di kelas Humas 3 Ahmad Baasith, Bayu Sakti, Fazly, Destra, Fridsal, Andini, Alti, Mariana, Defry, Yudi, M Fadil, Deny, Duane, Diah, Farah, Selvy, Janitha, Nonci, Fitri, Metha, Nonci, Friska, Santi, Farly, Wahyu, Fahrial, Wahyu Putera, Terimakasih dukungan serta semangatnya.

16.Rekan-rekan IK-Humas 1 Akrom, Adri, Duwie, Silfia, Fiona, Amel, Taufik, Imaddudin, IK-Humas 2 Bayu Away, Gilang, Markus, Reza, Hendra, Agus, Inna, Irna, Mute, Kiqien, Asha, Dedew, Dwi, Verlian, dan IK-Jurnalistik Teguh, Fajar Surya, Gilang Manyu, Ludiansyah, terima kasih atas kerjasamanya.

17.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia-Nya. Amin.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011

Penulis


(8)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks.

Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu, Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan empati dari komunikannya), Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan kebutuhan dan diminati oleh komunikan) Media (sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan sesuai dengan kebutuhan komunikan).

Karyawan dan perusahaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Baik itu di instansi pemerintahan ataupun swasta, karena karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan semangat kerja yang tinggi, maka laju


(9)

perusahaan pun akan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan, hal ini dikarenakan karyawan memberikan kinerja terbaik dalam melakukan pekerjaannya.

Untuk tercapainya semangat kerja yang tinggi dari karyawan maka perlu adanya suasana kerja yang nyaman, tenang, dan tentunya hubungan baik yang terjalin antara sesama karyawan. Hubungan baik antar karyawan merupakan faktor utama yang menyebabkan seorang karyawan bisa bertahan bekerja di suatu perusahaan, apabila hubungan antar karyawan tidak baik, dimana tidak ada toleransi, kerjasama, serta saling menghargai pekerjaan masing-masing maka dengan sendiri karyawan akan mengalami tekanan dan frustasi akibatnya pekerjaan pun tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.

Hubungan yang baik tercapai apabila ada kepuasan yang dirasakan oleh karyawan ketika melakukan komunikasi. Berbicara mengenai kepuasan dan ketidakpuasan merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti.

Kepuasan dalam bekerja merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh setiap karyawan, jika kepuasan terpenuhi maka karyawan akan senantiasa melakukan pekerjaanya dengan baik, tetapi sebaliknya jika karyawan tidak mendapatkan kepuasan dari apa yang dilakukannya di perusahaan maka dengan sendirinya juga berdampak pada penurunan kinerja karyawan itu sendiri.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya komunikasi yang efektif diantara karyawan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dimana pesan


(10)

yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal menurut Mc. Crosky, Larson & Knapp bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi.1

Efektifnya Komunikasi Anterpersonal itu karena adanya arus balik langsung. Komunikator dapat melihat seketika tanggapan komunikan, baik secara verbal (dalam bentuk jawaban dengan kata) maupun secara non-verbal (dalam bentuk gerak-gerik) sehingga komunikator dapat mengulangi atau meyakinkan pesannya kepada komunikan. Pengertian efektif dalam Komunikasi Anterpersonal ini adalah dalam hubungannya perubahan sikap. Disadari atau tidak saat ini komunikasi sudah merupakan kebutuhan bagi setiap orang untuk menyampaikan aspirasi, keinginan, harapan ataupun hal-hal yang tidak disukai atau disukainya terhadap seseorang. Orang tersebut harus mengkomunikasikannya agar orang lain tahu apa yang dirasakan orang tersebut. Mungkin secara tidak langsung sebagian besar orang beranggapan komunikasi itu tidak lah penting, tapi seiring dengan berkembangnya zaman, komunikasi sudah memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat agar setiap masalah yang timbul bisa dicari pemecahannya.

1

http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunikasi-interpersonal.html pada hari rabu tanggal 30/03/2011 pukul 9.14


(11)

Begitu juga diperusahaan komunikasi juga memegang peranan penting agar dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan. Sebagaimana kita ketahui komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dalam penyebaran informasi yang bersifat kompleks. Karena dengan komunikasi, manusia dapat berhubungan antara satu dengan yang lain dalam kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan kerja dan lain-lain.

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Mulyana, 2003 : 62).

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa tujuan utama dari komunikasi ini adalah untuk mendapatkan respons atau umpan balik dan mengubah tingkah laku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Jadi dimanapun kita melakukan interaksi pasti berujung pada komunikasi. Hal ini juga berlaku pada sebuah perusahaan atau instansi.

Begitu juga yang terjadi di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten khususnya Bagian Humas. Interaksi yang terjadi di antara karyawan menunjukkan bahwa diantara karyawan terdapat kedekatan yang lebih yang terjalin dalam bentuk kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana hubungan tersebut terjadi dalam keseharian. Dalam melakukan aktivitas kerja pola komunikasi antar karyawan tidak menunjukkan suatu bentuk komunikasi


(12)

yang formal. Alur hirarki tetap di ikuti tetapi bentuk komunikasi yang terjadi menunjukkan bahwa ada kedekatan yang terjadi diantara mereka.

Kedekatan ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, adanya rasa kesamaan diantara sesama sehingga ini dapat membuat siapa tertarik kepada siapa, ataupun pada interaksi awal mereka sudah merasa ada komunikasi yang baik yang terjalin diantara mereka. Adanya komunikasi yang baik dari sesama karyawan sehingga menimbulkan kedekatan, dapat menjadi kekuatan bagi karyawan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan secara bersama-sama.

Ini semua tidak lepas dari interaksi dan kerjasama antar karyawan dalam melaksanakan tugas dan untuk tercapainya tujuan perusahaan perlu adanya hubungan yang baik antar karyawan dalam mengkoordinasikan tugas masing-masing. Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi antar karyawan adalah Komunikasi Antarpersonal.

“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)" Pentingnya situasi komunikasi Antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialog. Dengan begitu bisa terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan dengan menghasilkan umpan balik (feedback) dari komunikan.


(13)

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya menyatakan bahwa: dialog adalah bentuk komunikasi Antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Walaupun demikian interaksi yang efektif terjadi apabila adanya derajat kesamaan antara orang-orang yang sedang melakukan komunikasi. Sebagaimana yang disebut oleh Wilbur Schramm, Frame Of reference (kerangka referensi) atau juga Frame of experience (kerangka Pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai kesamaan dalam frame Of reference maupun Frame Of experience itu adalah mereka yang hampir sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi atau pekerjaan, agama, bangsa, hobi, ideologi dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa orang-orang yang saling berdialog akan menimbulkan interaksi, tetapi faktor kesamaan akan lebih meningkatkan keakraban diantara komunikator dan komunikan. Proses pengalihan informasi pada komunikasi antar personal selalu mengandung perngaruh tertentu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat menyusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut : “BAGAIMANA KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DIVISI HUMAS PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN KERJA ANTAR KARYAWAN?”


(14)

1.2 Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan masalah yang penulis teliti, identifikasi masalahnmya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap keterbukaan (openness) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?

2. Bagaimana sikap empati (empathy) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?

3. Bagaimana sikap mendukung (suppotiveness) komunikasi antarpersonal yang disampaikan humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya? 4. Bagaimana sikap positif (positiveness) komunikasi antarpersonal humas

PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?

5. Bagaimana sikap kesetaraan (equality) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?

6. Bagaimana komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?


(15)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3. 1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menjelaskan bagaimana peranan komunikasi Antarpersonal yang di gunakan humas PT. PLN dalam membangun hubungan kerja antar karyawan.

1.3. 2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sikap keterbukaan (openness) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

2. Untuk mengetahui sikap empati (empathy) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

3. Untuk mengetahui sikap mendukung (suppotiveness) komunikasi antarpersonal yang disampaikan humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.


(16)

4. Untuk mengetahui sikap positif (positiveness) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

5. Untuk mengetahui sikap kesetaraan (equality) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan teoritis

Dapat menguji teori-teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi dan pengembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang komunikasi antarpersonal.

1.4.2 Kegunaan praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi suatu wacana untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam segi keilmuan khususnya komunikasi Antarpersonal.

2. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam eksplorasi konsep komunikasi Antarpersonal.

3. Bagi Universitas Komputer Indonesia, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah pengetahuan yang dapat dibaca dan dianalisa kembali oleh mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.


(17)

4. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan khasanah keilmuan dalam kehidupan dan salah satu alternatif langkah untuk mengumpulkan pembentukan komunikasi Antarpersonal yang ideal.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologis acap kali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antar pribadi.

Komunikasi Antarpersonal akan efektif jika komunikator dan komunikan merasa senang dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi didasarkan pada suka sama suka maka interaksi antara keduanya akan berjalan lancar dan tidak akan mengalami kekeliruan atau kesalah pahaman.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Menurut Wlbur Schramm yang dikutip oleh Onong uchjana effendi bahwa:


(18)

“Pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang disampaikan”. (Effendy, 1991:19).

Komunikasi dapat dikatakan efektif jika:

1. Pesan yang diterima sangat dekat dengan pesan yang dikirim.

2. Tindakan berkomunikasi menggunakan jumlah lambang minimum untuk pesan itu.

3. Pesan-pesan bukan-verbal selaras dengan pesan yang verbal. 4. Pesan itu mendatangkan jawaban yang diinginkan.

5. Komunikasi itu menghasilkan hubungan saling mempercayai antar pengirim dan siteralamat.

(Pareek, 1984:69-70)

Mengacu pada konsep Devito tentang efektivitas komunikasi interpersonal dari sudut pandang humanistik bahwa:

“Untuk menciptakan komunikasi Antarpersonal yang efektif dalam sebuah hubungan yang jelas, harus terdapat 5 kualitas umum yang harus dimiliki komunikator, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (suppotiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality)”. (Devito, 1997:259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka


(19)

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang


(20)

lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.


(21)

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi anterpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan antarpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami


(22)

perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kitamenerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. Komunikasi Antarpersonal, sama seperti bentuk perilaku, dapat berjalan sangat efektif. Semua tergantung dengan seberapa tinggi tingkat itensitas hubungan dan perjumpaan yang dilakukan didalamnya.

Menurut joseph A. Devito dalam bukunya, komunikasi antarpersonal adalah:

“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)". Dalam komunikasi antarpersonal hubungan yang terjadi antar komunikan dan komunikator terdapat beberapa elemen yaitu:

1. Konteks, adalah pengaruh lingkungan pada saat berlangsungnya komunikasi, minimal ada empat macam konteks yaitu kontak fisik, sosial, psikologis, dan waktu.

2. Ruang lingkup pengalaman, berkaitan dengan pengetahuan, kepribadian dan sikap individu.

3. Umpan balik, adalah respon dari pesan yang menghasilkan efek. 4. Efek, berkaitan dengan sikap dan tindakan yang dihasilkan.


(23)

Gambar 1.1

Model Komunikasi Antarpersonal

Dalam gambar diatas, lingkaran paling luar dengan garis putus-erasi. Perhatikan sumber dan penerima, mereka dilingkari oleh 2 lingkaraan dengan garis putus-putus juga, dan diantara lingkaran tersebut terdapat lingkaran yang berimpitan (overlap). Kedua lingkaran yang berimpitan tersebut menggambarkan bahwa baik penerima maupun sumber mempunyai ruang lingkup pengalaman tertentu yang sama (lingkaran yang berimpitan). Baik gambar lingkaran maupun kedua lingkaran ruang lingkup pengalaman, digambarkan dengan garis putus-putus, artinya disini dilukiskan bahwa baik konteks komunikasi maupun ruang lingkup pengalaman adalah hal-hal yang


(24)

selalu berubah, tidak statis. Sedangkan proses komunikasi antar persona disini ialah: dari sumber mengirim pesan kepada penerima, menimbulkan efek langsung serta umpan balik yang langsung pula. (Prakito, 1987 : 44-45)

Proses komunikasi Antarpersonal yang melibatkan pribadi-pribadi (komunikan) secara langsung dan utuh antara satu dengan yang lainnya dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Komunikasi Antarpersonal terjadi secara timbal balik, sehingga bilamana komunikator menyampaikan pesan maka komunikator bisa langsung mengetahui reaksi komunikan pada saat itu pula, dengan begitu pula sebaliknya jawaban atau reaksi dari komunikan akan menjadi arus balik dan pada saat itu komunikan berubah menjadi komunikator.

Oleh Karena komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah umpan balik yang berlangsung seketika (immediate feedback). Artinya jika respon tanggapan komunikan positif terhadap pesan, maka terjadi perubahan sikap, kepercayaan, dan prilaku pada komunikan. Respon terhadap pesan bisa diketahui langsung dari komunikan, baik raut muka, gaya dan perasaannya, sehingga jika tanggapan komunikan negatif terhadap pesan, maka kita bisa langsung mengubah gaya penyampaian kita selanjutnya.

1.5. 2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, dapat di katakan bahwa Komunikasi Antarpersonal dalam perusahaan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten yang dilakukan oleh divisi humas, dirasakan sangat penting dan bermanfaat


(25)

bagi karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja yang baik antara sesama karyawan di PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten.

Tentunya dalam sebuah perusahan yang besar, pentingnya seorang Humas dalam meningkatkan suatu hubungan yang baik itu sangat penting baik dalam hal apa saja, apalagi dalam hal pekerjaan tentunya sangat berguna dan penting, dalam hal Humas pada PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah melakukannya melalui Efektivitas Komunikasi Antrapersonal yang dimana dalam melakukan Efektivitas Komunikasi Antarpersonal agar dapat menumbuhkan suatu hubungan yang baik dalam pekerjaan antara para karyawannya, hal ini dilakukan agar antara setiap para karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dapat bekerja sama dengan baik dalam melakukan pekerjaan di dalam Perusahaan.

Melihat dari teori diatas, jika dikaitkan dengan penelitian dengan yang peneliti buat dapat dikatakan bahwa pengaruh dari seorang humas di PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sangat diperlukan dalam membangun hubungan yang baik antar karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam hal melakukan suatu pekerjaan dalam perusahaan agar setiap karyawan mempunyai sikap yang baik sesama karyawan, sehingga pekerjaan tersebut dapat di kerjakan dengan baik supaya memperoleh hasil yang baik pula dalam perusahaan.


(26)

Dimana Humas tersebut melakukan suatu bentuk komunikasi melalui percakapan secara langsung antara Pimpinan Humas dengan karyawan agar terbentuk suatu keharmonisan di antara sesama karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten, agar pesan yang disampaikan oleh pimpinan Humas mendapatkan respon yang positif dari karyawan sehingga dapat membangun hubungan yang baik dalam melakukan pekerjaan secara keseluruhan.

Dalam kerangka praktis ini, yang dimaksud dengan komunikator itu adalah pimpinan Humas, dan yang dimaksud dengan respon tersebut adalah pesan yang diberikan oleh komunikator yang mana komunikator adalah pimpinanan Humas, yang dimaksud dengan pesan yang disampaikan tersebut adalah kontak formal melalui percakapan secara langsung, yang di maksud dengan komunikan disini yaitu para karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan Penelitian ini di tujukan kepada divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten, sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Keterbukaan

a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh kepada karyawannya?


(27)

b. Apakah pesan yang disampaikan oleh divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten kepada karyawannya itu sama? c. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam melakukan pendekatan dengan karyawannya? d. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat

dan Banten melakukan pendekatan agar bisa diterima oleh karyawannya?

e. Bagaimana penanggulangan yang dilakukan divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten terhadap karyawan yang acuh?

2. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Empati

a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah dapat berempati dan bersimpati kepada karyawannya? b. Bagaimana keterlibatan aktif divisi Humas PT. PLN distribusi

Jawa Barat dan Banten dalam memahami keadaan dan perasaan karyawannya?

3. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Suportif

a. Apakah komunikasi anatar pribadi yang dilakukan divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah tepat dengan situasi dan suasana pribadi karyawannya?

b. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten mendukung karyawannya?


(28)

4. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Positif

a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah menerapkan prilaku disiplin kepada karyawannya?

b. Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten membangun sikap positif pada dirinya sendiri? c. Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan

Banten membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan karyawannya?

5. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Kesamaan/Kesetaraan a. Apakah sikap divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan

Banten dalam memberikan perhatiannya sama kepada semua karyawannya?

b. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten menghargai karyawannya?

1.7 Subjek dan Informan Penelitian

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.


(29)

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001).

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 orang yang diambil pada bagian divisi humas. Peneliti disini mengambil informan pada bagian divisi humas sendiri karena ketiga informan yaitu Bapak Abo dan Ibu Yayuk, karena beliau yang setiap harinya bekerja di bagian Humas itu tersebut. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat tabel informan dan identitas informan dibawah ini.


(30)

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No NAMA JABATAN

1 Adang Djarkasih Manajer Humas

2 Agus Budianto Junior Manager

3 Yayoek Bag Protokoler

Sumber : peneliti 2011

Dari tabel diatas peneliti akan mendeskripsikan lebih jelas mengenai identitas informan.

1.8 Metode Penelitian

Pada Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut seorang ahli yang dikutip dalam sebuah buku karangan Lexy J. Moleong, mengatakan bahwa peneletian Kualitatif adalah:

“Penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.”

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif analisis. Menurut Jalaludin Rakhmat Metode Deskriptif dalam bukunya “Metode Penelitian Komunikasi” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


(31)

1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada.

2. Mendefinisikan masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 1997:24).

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang sedang berlaku pada saat ini di lapangan yang dijadikan objek penelitian, kemudian data atau informasinya di analisis sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah. Hal ini senada apa yang diungkapkan Sukmadinata dimana yaitu:

“Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya “. ( Sukmadinata, 2006 : 72 ).


(32)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa:

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti :

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Koentjaradiningrat, 1986:136)”.

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.


(33)

2. Observasi

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatannya terhadap objeknya secara langsung. Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari. Sebelum pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan, kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian.

3. Studi Literatur

Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan.


(34)

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

5. Penelusuran Data Online

Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148)”. Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa “search engine” seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.

6. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya


(35)

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Moloeng, 2004:330).

1.10 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis dan pengelolaan data dengan menyusun daftar pertanyaan hasil wawancara. Hal ini dilakukan agar memudahkan penulis untuk menganalisa hasil wawancara dengan narasumber sebagai pemberi informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Tahapan teknik analisa data, akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan, penyeleksian, pemeriksaan, kelengkapan, kesempurnaan, serta kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data dan memilah-milah data sesuia dengan jenisnya.

3. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing).

4. Pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelangkapan yang ada pada seluruh data yang peneliti dapatkan, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memperoleh kejelasan makna dari data atau inforamsi yang peneliti peroleh.


(36)

5. Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisa dan diberi penjelasan.

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.11. 1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, di bagian komunikasi. Yang beralamat di Jl. Asia Afrika No.63 Bandung. Telepon (022) 4230747, www.pln.jabar.co.id facsimile 4230822.

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan Penelitian dilakukan selama 5 bulan, di mulai dari bulan Maret s.d Juli 2011 di Divisi Humas PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.


(37)

Tabel 1.2

Waktu dan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Revisi

4 Penulisan Bab II Bimbingan 5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab


(38)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini dapat diuraikan dengan sistematika berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Mencakup tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, teknik pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, subjek penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian) dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan tentang Komunikasi Antarpersonal, tinjauan tentang Humas, tinjauan tentang Karyawan, tinjauan tentang Hubungan Kerja.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Mencakup gambaran umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten (meliputi; sejarah, visi misi, moto, logo) gambaran umum karayawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, khususnya di bagian Humas.


(39)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri atas Analisis Data Responden dan Analisis Data Penelitian dan pembahasan data penelitian.

BAB V PENUTUP


(40)

33

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia, yang sangat mendasar. Seperti halnya, makan dan minuman, manusia, membutuhkan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti detak jantung, keberadaannya, amat penting bagi kehidupan manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

Sejak lahir manusia, telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk membina, komunikasi dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit komunikasi yang dilakukannya. Dimana, komunikasi yang dilakukan tersebut dapat berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu : "Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris "Communication" yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah latin "Communis" yang dalam bahasa Indonesia berarti "sama" dan menurut Sir Gerald Barry yaitu "Communicare" yang berarti berercakap-cakap". Jika kita


(41)

berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian atau makna. (Effendy:2003).

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir 90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia selalu tetjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karna itu sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. la ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tabu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Dari definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari komunikan selama keduannya memiliki mana yang sama terhadap pesan yang disampaikan Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu sebagaimana diharapkan oleh komunikator.


(42)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat unsur-unsur komunikasi berikut beberapa unsur komunikasi menurut Cangara:

Gambar 2.1

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Sumber: www.google.com

Keterangan: 1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggris disebut source, sender, decoder.

MEDIA PENERIMA EFEK

PESAN

SUMBER


(43)

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam istilah asing pesan diterjemahkan dengan kata message, content, atau information

3. Media

Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Selman atau media komunikasi terbagi atas media massa dan media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap muka sedangkan media massa menggunakan saluran yang berfungsi sebagai alat yang dapat menyampaikan pesan secara massal.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Cangara, 2004:21-25). 38.


(44)

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setup individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. (Wendy, 1997:36).


(45)

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para pelaku komunikasi. Menurut Schramm: "Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua persfektif yaitu: kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan”. Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan sumber atau komunikator antara lain:

a. Memberikan informasi

Komunikasi merupakan proses satu pesan yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa informasi. Melalui komunikasi, pesan tersebut disampaikan komunikator kepada komunikan.

b. Mendidik

Dari sekedar memberikan informas akhirnya banyak input yang disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas pengetahuannya.

c. Menghibur

Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata memberikan informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur perasaan komunikan. Hal ini sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan emosional.


(46)

d. Menganjurkan suatu tindakan

Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi komunikan melalui komunikasi.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah media seperti telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa “komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4).

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan komunikan”. (Liliweri, 1997:12). Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang


(47)

dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (1993:61).

2.2.1 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpersonal

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.


(48)

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan.

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan.

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman masalalu, dan mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 197:45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antarpersonal

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut


(49)

Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62).

Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu:

1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka. 2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas. 3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja.


(50)

4. Kerapkali berbalas-balasan.

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil.

7. Menggunakan lambing-lambang yang bermakna. 2.3.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpersonal

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas: a. Fungsi sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis 2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik. 4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri

sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik. b. Fungsi pengambilan keputusan.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk mengambil


(51)

keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi. 2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain. 2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpersonal

Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal dalamgan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu “Keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).” (Devito, 1997: 259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan


(52)

yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.

Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.


(53)

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan


(54)

daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. 2.3Tinjauan Humas

2.3.1 Pengertian Humas

Menurut kamus Fund and wagnal American standard desk dictionary seperti yang dikutip Linggar Anggoro:


(55)

Humas adalah segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. (Anggoro, 2000; 2).

Berbeda dengan diatas, Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny A.Rusli : Humas adalah berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau setiap produknya. (Kotler,2000; 265).

2.3.2 Tujuan Humas

Menurut Oemi Abdurachman, dalam bukunya Dasar Dasar Humas, adalah “mengembangkan Goodwill dan memperoleh opini publik yang favourable image atau menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang baik dengan berbagai publik. (Abdurachman, 2001; 34). Menurut Oemi Abdurachman tujuan Humas terbagi 2, yaitu:

1. Tujuan Internal

Membina hubungan baik antara manajemen dengan pegawai sehingga tercipta komunikasi timbal balik.

2. Tujuan Eksternal

Mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar badan instansi, hingga terbentuk opini publik.


(56)

Dapat disimpulkan bahwa tujuan Humas adalah untuk membentuk, menciptakan, dan mempertahankan citra positif (+) dari suatu perusahaan atau organisasi.

2.3.3 Ciri Ciri Humas

Menurut Onong U. Effendy, dalam buku nya Human Relations dan Public Relations, ciri dari Humas adalah sebagai berikut :

1. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik.

2. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi dan publik yang menjadi sasarannya. Baik itu publik internal maupun publik eksternal. 3. Operasionalisasi Humas adalah membina hubungan yang baik

dan harmonis dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi ataupun dari pihak luar. (Effendy,1999; 31).

2.3.4 Fungsi Humas

Fungsi Humas menurut Cultip & Center and Canfield Ruslan Rosady dalam bukunya “Manajemen PR dan Media Komunikasi”, fungsi humas yaitu :

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajeman organisasi).


(57)

2. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, perserpsi, dan tanggapan masyarakat terhadap organiasasi yang diwakilinya atau sebaliknya.

4. Melayani keinginan publik dan memberikan sumbangan saran kepada pemimpin organisasi demi tujuan dan manfaat bersama. 5. menciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, dan mengatur

arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. (2006 : 19).

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan mengenai peranan humas pada intinya adalah sebagai penghubung perusahaan yang diwakilinya dengan publik, sebisa mungkin terus membina hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, serta menciptakan citra positif bagi perusahaan.

2.4 Tinjauan Tentang Karyawan

Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai. Pada intinya karyawan adalah penjual (pikiran dan tenaganya) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan bagian operasional


(58)

dan karyawan bagian manajerial (pimpinan). Karyawan operasional adalah setiap orang yang secara langsung harus mengerjakan pekerjaanya sesuai dengan perintah atasan. Karyawan manajerial adalah orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah. Merupakan hal yang biasa di dalam suatu perusahaan dalam kegiatannya terdapat karyawan bawahan dan para pimpinan atau direksi manajemen (Hasibuan,2003:12-13).

Menurut Pasal 1 Undang-undang No.14 tahun 1969, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Hasibuan.2003: 41).

Yasin Setiawan dalam artikelnya menyebutkan bahwa karyawan adalah ”Orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor/perusahaan) dengan mendapatkan gaji (upah/pegawai, buruh)” (Setiawan, 2008).

2.5 Tinjauan Tentang Hubungan Kerja

Hubungan Kerja Adalah sebagai hubungan yang terjadi antara bagian-bagian atau individu-individu baik antara mereka di dalam organisasi maupun antara mereka dengan pihak luar organisasi sebagai akibat penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.


(59)

Macam-macam Hubungan Kerja:

1. Hubungan Kerja Vertikal 2. Hubungan Kerja Horizontal 3. Hubungan Kerja diagonal 4. Hubungan Kerja Fungsional 5. Hubungan Kerja Informatif 6. Hubungan Kerja Konsultatif 7. Hubungan Kerja Direktif 8. Hubungan Kerja Koordinatif

Prinsip-prisnip Hubungan Kerja:

1. Hindarkan sifat egois agar kondusif

2. Uraian pekerjaan harus jelas secara tertulis sebagai pedoman hubungan 3. Bangkitkan semangat kerjasama

4. Ukuran tingkat kinerja individu atau kelompok ditetapkan 5. Norma kerja harus dipatuhi semua pihak

6. Gunakan semua sember sesui standar pemanfaatan agar efisien 7. Antisipasi semua hambatan yang mungkin timbul dalam hubungan 8. Non kompromis dengan masalah yang menghambat hubungan kerja 9. Kinerja standar harus sesuai dengan kemampuan orang dan sumber 10.Evaluasi secara berkala pelaksanaan hubungan kerja antar pegawai


(60)

11.Rotasi dapat dilakukan bila hubungan kerja selalu terganggu oleh ulah pegawai

12.Jelas tuntutan disiplin orang terhadap aturan formal organisasi 13.Atur spesialisasi dan uraian pekerjaan secara tertulis

Membina Hubungan Kerja Positif

Membina hubungan kerja antar karyawan. Perlu diingat, sebuah hubungan yang tanpa masalah tidak menjamin telah terjalin hubungan kerja yang positif. Kuncinya, perlu ada pemahaman bahwa memang ada masalah. Intinya adalah diperlukan kesepakatan persepsi. Semakin besar kesamaan persepsi, semakin langgenglah hubungan kerja, semakin puaslah karyawan dengan hubungan mereka. Jika mereka merasa bahwa rekan kerjanya semakin menghargai dan memahami perasaannya, maka mereka semakin merasa menjalani komunikasi yang terbuka dan positif.

Kesamaan persepsi perlu dibangun sejak awal hubungan. Karena itu periode perkenalan ikut menentukan kadar kesamaan persepsi. Meskipun begitu, penyamaan persepsi juga bisa diperbarui terus selama masa hubungan kerja. Membina hubungan kerja bawahan Hubungan kerja positif atasan-bawahan memang tidak semudah hubungan kerja antar rekan kerja. Intinya tetap berpijak pada komunikasi efektif. Setidaknya ada beberapa tips yang dapat dicoba untuk membina hubungan kerja positif atasan-bawahan.


(61)

• Jangan mencoba mengubah perilaku atasan. Jadi bawahan yang menyesuaikan perilaku dengan atasan.

• Hindari pendapat bahwa anda tahu pasti tujuan-tujuan atasan. Jika memang ada yang tidak dimengerti akan lebih baik jika ditanyakan langsung dan catat semua hal yang tidak konsisten (menurut anda)

• Pemastian prioritas antara atasan-bawahan. • Jangan mudah merajuk atau ngambek.

• Cobalah untuk mencari tahu apa dan bagaimana tipe atasan. Selidiki dengan pasti saat dan cara terbaik untuk menyampaikan pendapat dan kritik pada atasan.

• Jangan putus asa ketika gagasan kita tidak sesuai dengan atasan.

Langkah-Langkah Dasar Mengelola Hubungan Kerja dengan Atasan

Dalam dunia kerja, banyak orang berpendapat bahwa mengelola karyawan (managing people), hanyalah ditujukan bagi atasan terhadap bawahannya. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa hubungan kerja dengan atasan juga perlu dikelola. Mengelola hubungan kerja dengan atasan serupa dengan mengelola hubungan dengan pelanggan anda. Kedua hal tersebut berkaitan dengan pengelolaan manusia dan hubungan baik. Tidak banyak orang yang menyadari pentingnya memiliki hubungan baik dengan atasan.


(62)

Sebenarnya, atasan memainkan peranan penting pada kemajuan karier seseorang. Bagi bawahan, atasannya ialah orang yang merekomendasikan kenaikan gaji dan promosi. Pada sisi lain, hubungan atasan-bawahan yang tegang menyebabkan suasana kerja yang tidak sejahtera dan kesempatan pengembangan karier menjadi terhambat terutama bagi bawahan. Jadi, bagaimanakah caranya membangun hubungan atasan-bawahan yang saling menguntungkan? Mari kita mulai dari beberapa langkah dasar dibawah ini:

1. Kerjakan Pekerjaan dengan Baik dan Patuhi Peraturan

Bekerjalah dengan cerdas dan selesaikan pekerjaanmu dengan baik. Tunjukkan inisiatif yang tinggi dan terbukalah merima tanggung-jawab anda. Penting untuk mengenali dengan baik perusahaan anda dan patuhi kebijakan-kebijakan perusahaan. Anda tidak akan keluar kantor (selain untuk urusan dinas) pada jam 09.15 pagi apabila jam kerja di perusahaan anda dimulai dari pukul 09.00 pagi sampai dengan pukul 6.00 sore.

2. Pahami Cara Kerja Atasan Anda

Penting memahami cara kerja atasan anda. Cari tahu apakah dia menekankan pada aspek praktis atau pada nilai-nilai yang mendalam secara detil. Bekerjalah dengan cerdas dan selesaikan tugasmu sesuai arahan atasan anda. Apabila atasan anda menyukai hal-hal yang sederhana dan praktis, jangan berikan ia hal-hal yang mendetil. Karena dalam jangka panjang anda sendiri yang akan semakin frustasi. Kemudian, cari tahu apa


(63)

harapannya terhadap anda. Berkomunikasilah dengan atasan anda secara kontinu dan mintalah umpan-balik jika diperlukan. Memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan atasan itu terbukti sangat penting.

3. Bekerjalah Sebagai Bagian dari Perusahaan

Bagaimana kerja departemen anda tercermin pada atasan dan juga bawahan. Ketika departemen anda bekerja-sama, kredibilitas seluruh personnelnya meningkat. Bersikaplah professional dan pikirkanlah departemen sebagai satu kesatuan. Bekerja-sama-lah dengan rekan sekerja anda dan berkembanglah sebagai kesatuan. Untuk mencapai kesuksesan sebuah departemen atau perusahaan, dibutuhkan kerjasama tim dan bukan kerja seorang saja.

4. Selesaikanlah Ketidaksepahaman yang Terjadi

Apa yang anda lakukan apabila anda tidak setuju dengan putusan bisnis atasan anda? Apakah anda akan memikirkannya terus-menerus ataukah anda akan menjalankan itu walaupun sukar? Dalam menghadapi dilema seperti ini, lebih baik pikirkan langkah-langkah yang akan diambil. Perlukah anda bersusah-payah membahas masalah yang sensitif itu. Jika tidak, barangkali lebih baik tidak perlu bersikeras membahasnya.


(64)

5. Jangan "Mengancam" Posisi Atasan Anda

Bersikaplah penuh antusias tanpa kesan mengancam posisi atasan anda. Atasan anda akan tidak suka apabila ia tahu bahwa anda mengancam posisinya dalam perusahaan.

6. Bersikaplah Jujur dan Tidak Berjanji Secara Berlebihan

Kunci dalam mengembangkan hubungan kerja yang baik ialah menempatkan anda pada posisi dimana atasan anda percaya pada kemampuan anda dan ia dapat mengandalkan ide-ide anda yang baik. Walaupun ia meyakini kemampuan anda, katakan sejujurnya apabila anda pikir anda tidak akan dapat memenuhi deadline tertentu. Berikan penjelasan dan negosiasikan deadline yang lebih realistis. Dengan cara ini, atasan anda dapat memahami kapabilitas anda lebih baik lagi. Jika anda mendapatkan masalah, dekati atasan anda dan bertanyalah padanya. Jika anda menghindari masalah itu, masalah itu tidak akan selesai dengan sendirinya.


(1)

5.2 Saran

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Bagi Perusahaan :

1. Humas PT. PLN Persero Distribusi Jawa Barat dan Banten senantiasa membina hubunganyang lebih baik dengan para karyawan, dengan lebih mengoptimalkan cara penyampaian informasi mengenai seputar PT. PLN agar kebutuhan informasi para karyawan terpenuhi.

2. Untuk kedepannya penyebaran informasi mengenai PT. PLN diharapakan sudah menggunakan media komunikasi, agar bisa menghemat waktu dan lebih efektif dan informasi yang didapat oleh para karyawan pada lebih cepat diterima.

3. Sebaiknya Humas PT. PLN Persero Distribusi Jawa Barat dan Banten lebih meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia), baik kualitas dan kuantitasnya dengan cara menambah pengetahuan sesuai dengan spesifikasi keilmuan khususnya ilmu humas.


(2)

125

Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi secara umum dan penelitian sejenis secara khusus.


(3)

126

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grapindo Persada.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

De Vito, Joseph, A, The Interpersonal Communication Book, Professional Book, Jakarta, 1989.

Effendi Uchjana, Onong. , 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Hikmat, M. Mahi. 2001. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi Dan Sastra, Bandung: Graha Ilmu.

Kuswarno, Engkus. , 2009. Metode Penelitian Komunikasi: Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran, Perpustakaan Pusat UII. Liliweli, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi, Bandung : Citra Aditiya Bakti.

Rakhmat, Jalaludin. , 1998. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Ruslan, Rosady. , 2003. Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono. , 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Alphabeta, Bandung.

Sukmadinata, . 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung. Moleong, Alex. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.


(4)

127

Mulyana Deddy,Ph.D, M.A. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Lain: _

http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunikasi-interpersonal.html

pada hari rabu tanggal 30/03/2011 pukul 9.14.

_

http://dewi.students-blog.undip.ac.id/tag/efektivitas/ pada hari rabu tanggal 30/03/2011 pukul 20:19.

Ayu Nuraeni, Bagaimana Komunikasi Antarpersonal Dalam Mendukung Efektivitas KegiatanBelajar Mengajar Di Sekolah Pendidikan Luar Biasa Tunarungu (Splb-B) Cicendo Bandung. Universitas Padjajaran.

Gina Sari Komara, Strategi Public Relations Pt. Kereta Api (Persero) Pusat Bandung Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai Kereta Api Kepada Setiap Divisi Melalui Penyebaran Kliping.

Arif Guntur, Sejauhmana Efektivitas humas PT. Cipta TPI melalui Media Monitoring terhadap motivasi perolehan informasi bagi karyawannya

Resta Rangga, Sejauhmana Efektivitas Komunikasi Antar personal Kepala Bidang Pemberitaan TVRI Jawa Barat Terhadap Kinerja Wartawannya

Nining Muti, Sejauhmana Pengaruh Atraksi Interpersonal terhadap Kepuasan Komunikasi Antar Karyawan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Wilayah Jawa Barat.


(5)

157

Data Diri

Nama lengkap : Witono

Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 13 Ferbruari1988 Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Belum menikah

Agama : Muslim

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jl. Kusnadi Belanegara No. 96 Ciawi Tasikmalaya No telepon : 085-222-651-222


(6)

158

Riwayat Pendidikan

2007 – Sekarang Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung 2006 – 2007 Mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Tasikmalaya 2003 – 2006 SMUN 1 Ciawi Tasikmalaya

2002 – 2003 SLTPN 1 Ciawi Tasikmalaya 2000 – 2002 SLTPN 1 Pagerageung 1996 – 2000 SDN Ciawi 5

Pengalaman Berorganisasi

2003 : Organisasi Sepakbola Sekolah

2004 : Team Sepak Bola IPI (Ikatan Pelajar Indonesia) Bandung 2004 : OSIS di SMUN 1 Ciawi Tasikmalaya

2004 : Anggota Teater Orbiet SMUN 1 Ciawi Tasikmalaya 2005 : Team Hockey Tasikmalaya

2005 : Paduan Suara SMUN 1 Ciawi Tasikmalaya

Pengalaman Pelatihan

1. Pelatihan Kunjungan ke Media Massa

2. Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri 3. Pelatihan Pelatihan Tabble Manner

4. Pelatihan Trend Cyberpreneursip 2011 5. Pelatihan Pendidikan Jurnalistik Dasar IV 6. Pelatihan Road To Success Of A Movie Maker 7. Pelatihan Seminar Perpajakan

8. Pelatihan Konseptual Fotografi dan Lighting Indoor

9. Pelatihan Kebudayaan Film dan Sensor Film (Ilustrasi Tentang Perfilman) 10.Pelatihan Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship 11.Pelatihan Mentoring Agama Islam