Universitas Sumatera Utara
penerima pesan, masalah artikulasi dalam pengucapan pesan, dan kehilangan ingatan.
3. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis merupakan gangguan pikiran atau gangguan mental.Hambatan ini berhubungan denga prasangka diantara pengirim
dan penerima pesan. Pada komunikastor hambatan psikologis terjadi karena adanya kecenderungan bias atau prasangka yang dimiliki oleh
komunikator terhadap satu sama lain atau terhadap pesan. Sedangkan pada komunikan hambatan yang dimiliki akibat kecenderungan acuh
tak acuh, pikiran yang tertutup, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat pesan yang diterima dari komunikator.
4. Hambatan Semantik
Hambatan semantik adalah gangguan pada komunikasi antarpribadi yang disebabkan adanya perbedaan bahasa dan makna antara sumber
dan penerima pesan.Perbedaan tersebut dapat menyebabkan sumber dan penerima pesan tidak dapat menangkap makna pesan dengan baik.
Hambatan semantik ini antara lain terjadi, ketika orang yang berkomunikasi menggunakan bahasa yang berbeda dan komunikator
menggunakan istilah yang terlalu rumit tidak dimengerti oleh pendengar.
2.2.4 Multi Step Flow Model aliran dua tahap ternyata tidak begitu efektif pada masyarakat yang
tingkat buta hurufnya kecil. Masyarakat dengan kemampuan membaca dan mengintrepetasikan pesan yang di dengar dan di lihat sangat memungkinkan
untuk menerima pesan-pesan dari media massa secara langsung. Meskipun itu tidak berarti mereka tidak menerima pesan-pesan dari opinion leader. Oleh karena
itu untuk menyempurnakannya, muncul lah model aliran banyak tahap multi step flow model. Model ini mengatakan bahwa hubungan timbal balik dari media ke
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
khalayak yang juga berinteraksi satu sama lain, kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya Nuruddin, 2004:134.
Lewat model aliran banyak tahap ini, pemirsa menerima pesan-pesan media massa bisa langsung, bisa juga tidak langsung. Tidak langsung berarti mereka
menerima pesan-pesan media melalui pemimpin opini atau kontak langsung dengan media massa. Bahkan individu bisa mendapatkan informasi dari individu
yang lain. Misalnya, seorang individu menerima pesan melalui pemimpin opininya setelah disebarkan lewat kelompok, kemudian individu itu mencari
informasi lain dari individu yang lain. Atau bisa juga seorang individu menerima pesan dari kelompoknya tetapi ia juga bisa mendapatkan informasi lain dari
kelompok yang lain pula Nuruddin, 2004:135. Pada tahap pertama, para pemuka pendapat akan mengakses informasi
kemudian tahap keduanya para pemuka pendapat berbagi opini dengan anggota lingkaran dalam sosial mereka. Anggota yang tergabung dalam lingkaran sosial
itu memiliki kelompok sosial lainnya, termasuk keluarga, bawahan dan anggota kelompok lain yang akan dipengaruhi oleh mereka. Kita dipengaruhi dan
mempengaruhi orang lain. Misalnya, seseorang mungkin mendengar dari radio bahwa pasar saham akan guncang. Kawan dari orang tersebut mungkin
memperkuat keyakinan ini. Surat kabar sore justru mengemukakan keraguan atas keyakinan anda, atau malah barangkali memberikan alasan-alasan yang kuat bagi
anda untuk mengubah keyakinan tersebut.
Diskusi dengan keluarga atau orang lain mungkin akan membuat seseorang itu mempertimbangkan kembali keyakinannya .Setiap tahapan dalam proses
pengaruh sosial dimodifikasi oleh norma-norma dan kesepakatan dari setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur dengan opini-opini lain
yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan melebihi informasi yang disampaikan oleh media massa Ardianto, 2004:61.
Apabila variasi volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
variasi dari opinion leader bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya pengikisan volume informasi. Dengan kata lain para opinion leader
menjadi kunci atau penjaga gawang.
Jadi model aliran multi tahap ini sangat berbeda dengan model aliran satu tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antara satu dengan yang
lain. Sehingga terpaan media massa dianggap begitu besarnya. Intinya adalah, model alir banyak tahap ini merupakan gabungan dari beberapa model model alir
satu tahap dan model alir dua tahap. Model aliran multi tahap ini tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan
sikap. Paling tidak, model ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang itu dipengaruhi baik oleh media itu sendiri atau komunikasi antarpribadi dan
bahkan mempengaruhi media dan orang lain Nuruddin, 2004:136. Seluruh proses ini, seseorang mempunyai pengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain.
Bahkan seseorang juga bisa mempengaruhi media dengan berbagai cara. Bahkan Kathleen Hall Janieson dan Karlyn Campbell dalam The Interplay Influence
1998 mengatakan bahwa kita dapat secara efektif mempengaruhi media dengan empat cara utama, yaitu:
2.1 Menyampaikan keluhan individual misalnya menulis surat pembaca atau
kepada pihak yang berwenang 2.2
Mengorganisasikan tekanan masyarakat untuk memboikot stasiun pemancar atau produk yang bersangkutan atau melakukan tindakan hukum
2.3 Mendesak pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan tertentu
2.4 Mengadu ke DPRD atau ke DPR
Intinya adalah model alir banyak tahap ini boleh dikatakan lebih akurat dibanding model yang lain dalam menggambarkan arus media massa kepada
khalayak Nuruddin, 2004:137.
2.2.5 Sikap 2.2.5.1 Definisi Sikap