Universitas Sumatera Utara
Suku : Batak Karo
Pekerjaan : Mahasiswa Pasca Sarjana
Status : Belum Menikah
Pendidikan : Sarjana Pertanian
Hoby : Menyanyi
Status Sosial : Masyarakat Sesuai namanya, Tri Yaninta merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara.
Saat ini Tri Yaninta sedang fokus mengambil Kuliah Pasca Sarjana jurusan Agroteknologi di Universitas Sumatera Utara. Kedua saudaranya telah menikah
dan tinggal bersama keluarganya di luar desa pasar IV Namutrasi. Tri Yaninta tinggal berempat dirumah bersama kedua orang tuanya dan satu orang neneknya.
Tri Yaninta sempat mencari pekerjaan setelah lulus Sarjana Pertanian, tetapi karena sulitnya mendapatkan pekerjaan orang tuanya menganjurkan untuk
mengambil kuliah pasca sarjana.
4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada delapan orang masyarakat sebagai informan. Berikut hasil wawancara dengan masing-masing informan:
INFORMAN 1 Nama
: Albert Sibarani Tanggal
: 10 Juni 2015 Pukul
: 20:20 WIB – 20:40 WIB
Tempat : Di rumah teman Informan
Informan yang bernama lengkap Albert Sibarani yang pada saat pemilu tahun 2014 kemarin masih berusia 23 tahun dan baru saja menyelesaikan
pendidikan Sarjana Komputernya tersebut menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2014 lalu. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab Albert
memutuskan untuk memilih presiden berdasarkan calon pilihannya, dia memperoleh informasi calon presiden pilihannya tersebut berdasarkan media
massa yang sering memberitakan calon presiden pada waktu itu, ketika di tanya siapa saja calon presiden yang mencalonkan diri pada pemilu tahun 2014 silam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan yakin Albert menyebutkan nama dari calon presiden tersebut, hal ini membuktikan bahwa Albert masih mengingat tentang pemilihan umum yang
sudah lama berlangsung. Ketika ditanya tentang sumber informasi yang meyakinkan dia untuk memilih pasangan calon presiden yang akan dia pilih
Albert menuturkan kepada peneliti bahwa media massa merupakan sumber yang paling banyak memberikan sumbangsih sebagai acuannya untuk memperoleh
informasi tentang calon presiden yang akan dipilihnya pada waktu itu, dia juga menyebutkan salah satu media yang paling berperan penting pada saat itu adalah
media massa elektronik yaitu media televisi. ”Informasi tentang calonnya itu dari internet, dari media televisi,
radio juga, tapi kebanyakan sih dari media televisi gitu. karena Kan di metro itu sering di buat itu profil-profil dari kedua calon
presiden yang sering dapat informasinya dari media televisi
” Albert Sibarani yang menetapkan pilihan untuk memilih calon presiden
nomor satu tersebut juga mengatakan informasi yang diperolehnya dari media televisi kebanyakan adalah informasi berupa profil dan latar belakang calon
presiden yang disukainya. Profil dan Latar belakang calon presiden memang kerap kali diberitakan oleh media massa untuk meyakinkan masyarakat pada waktu itu.
Tekhnik persuasif dalam memberitakan pasangan calon presiden membuat masyarakat menjadi sangat ingat bagaimana sepak terjang dari masing-masing
capres yang mencalonkan diri teresebut. Begitu juga halnya dengan Albert Sibarani yang sepertinya masih ingat dengan latar belakang dari setiap pasangan
capres baik itu pasangan yang disukainya maupun yang tidak disukainya. Albert yang masih ingat dengan jelas latar belakang pasangan calon presiden tahun 2014
lalu juga menyebutkan masing-masing latar belakang dari setiap calon presiden, diantaranya adalah Prabowo yang memiliki latar belakang profesi sebagai seorang
militer yang bertugas sebagai anggota pasukan elite tentara negara Indonesia Komando Pasukan Khusus KOPASUS, tidak sampai disitu saja dia juga
mengetahui bahwa Jokowi pernah menjabat sebagai walikota Solo dan Gubernur Jakarta..
“Kalo informasi sih paling pertama tentang biografi dari kedua calon presiden yang tau sih kalo Prabowo kan itu latar
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
belakangnya militer, terus dia dari kopasus, terus kalo jokowi dulunya dia itu walikota Solo terus jadi gubernur, uda itu aja sih.
” Alasan Albert menyukai calon presiden yang bernama Prabowo Subianto
tersebut murni dikarenakan ketertarikan informan terhadap latar belakang dari calon presiden tersebut yang pernah berprofesi sebagai tentara nasional Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akses terhadap media massa yang tidak terbatas membuat siapa saja yang ingin mengetahui informasi tentang calon presiden pada
saat itu menjadi sangat mudah. Albert yang sering menonton televisi ini memperoleh informasi yang bertubi-tubi dari televis dan pada akhirnya
mengetahui informasi yang lebih lanjut bahwa selain bertugas sebagai anggota Komando Pasukan Khusus, Prabowo Subianto juga pernah menjabat sebagai
komandan pasukan khusus tersebut. Hal ini membuat Albert semakin yakin akan pilihannya dan memutuskan untuk memilih calon presiden yang berlatar belakang
sebagai komandan pasukan khusus tersebut. Latar belakang Prabowo sebagai sorang tentara membuat Albert semakin yakin bahwa calon presiden pilihannya
tersebut nantinya akan mampu untuk memimpin negara kesatuan Republik Indonesia ini. Albert menjelaskan bahwa sikap Prabowo yang tegas dan pernah
memimpin banyak prajurit sudah pasti dapat diterapkan untuk memimpin masyarakat Indonesia, selain itu dia juga mengatakan bahwa calon presiden
saingan Prabowo Subianto tersebut kurang mampu untuk memimpin sebuah negara.
“Aku kan milih Prabowo, kenapa aku milih Prabowo pertama karena latar belakangnya dari militer dan dia kan dulu mantan
komandan kopasus, kalo menurutku itu dia dulu memimpin banyak prajurit-prajurit, nah disitu dia sikap tegas dan kepemimpinan,
jadi menurutku sikap tegasnya bisa diaplikasikan ke masyarakat, kalo calon satunya itu saya lihat kurang berpotensi untuk
memimpin suatu negara itu aja sih bro
” Informasi yang diperoleh Albert bahwa Prabowo adalah mantan prajurit
TNI secara nyata membuatnya tetap yakin untuk memilih calon presiden pada saat itu Prabowo Subianto dan pasangannya Hatta Rajasa. Media massa sepertinya
satu-satunya sumber informasi yang digunakan Albert Sibarani dalam mengumpulkan informasi tentang calon presiden pilihannya tersebut. Hal ini
didukung oleh sikap acuhnya yang mengatakan bahwa dia tidak tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
berdebat ataupun sekedar untuk mendengarkan obrolan mengenai calon presiden pilihan teman-temannya. Keaktifannya dalam kelompok muda-mudi gereja di
desa pasar IV Namutrasi juga bukan berarti dia serta merta sering berdebat ataupun meminta saran kepada kelompok muda-mudi gerejanya. Didalam
keluarganya Albert juga tidak pernah meminta saran dari kedua orang tuanya ataupun saran dari kakaknya masalah calon pilihan presiden pilihannya. Albert
yang teguh terhadap pilihannya bahkan sering kali mencoba mempengaruhi kedua orang tuanya untuk mengikuti pilihannya dalam memilih calon presiden.
“Oh kalo saya sih jarang berdebat-debat tentang calon presiden dengan teman-teman gereja gitu ataupun teman-teman lainnya ya,
karena memang agak males dengar-dengar itu, ya seringnya dari televisi aja dengar berita-berita, bahkan saya mencoba untuk
mempengaruhi kedua orang tua saya, karena kami memiliki pilihan yang berbeda gitu, dia pilih nomor dua aku pilih nomor
satu.
” Keberpihakkan media televisi terhadap salah satu pasangan calon presiden
pada saat itu membuat berita yang ditayangkan menjadi tidak seimbang antara kedua belah pihak calon kandidat presiden pada saat pemilihan umum tahun 2014.
Tetapi hal ini sepertinya sedikitpun tidak mempengaruhi keputusan informan dalam menentukan calon presiden pilihannya tersebut. Informan juga menjelaskan
bahwa media yang ditonton oleh masyarakat seluruh Indonesia tidak mungkin menayangkan informasi yang bisa mengurangi kepercayaan masyarakat pada
media televisi nasional tersebut. Hal yang paling penting adalah Albert tetap berpegang teguh pada pilihannya tanpa bisa dipengaruhi orang lain. Informan
yang tidak pernah meminta saran dari orang menyebutkan bahwa dia juga pernah melihat persaingan antar media massa televisi khususnya yang sering menyiarkan
berita. Ini disebabkan karena hanya ada dua media televisi nasional yang sering menayangkan program berita diantaranya Metro TV dan TV One. Kedua media
tersebut adalah media yang paling banyak ditergur oleh KPI pada masa pemilihan presiden tahun 2014 lalu. Media massa yang saat itu jelas-jelas tidak cover both
side tetap menjadi pilihan informan dalam mencari sumber informasi. Informan yang pada akhirnya memilih calon presiden karena informasi dari media televisi
yang dilihatnya mengatakan hanya ada sedikit kejanggalan pada berita yang sering dilihatnya ditelevisi pada saat itu, tetapi informan menyimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
media massa televisi yang dilihatnya cenderung lebih banyak sisi positifnya ketimbang sisi negatifnya, dan yang paling penting adalah dia sering
membandingkan berita-berita yang ditayangkan mengenai calon presiden pilihannya dengan tidak hanya melihat berita hanya melalui satu stasiun televisi
saja. “Kalo menurut saya sih informasi media televisi itu dapat
dipercaya ya karena itu kan tv nasional nggak mungkin media televisi itu memberitakan yang nggak benar, paling tidak banyak
sisi positif yang bisa kita ambil gitu. Memang sih kayak ada sedikit persaingan diantara kedua televisi yang menurut saya itu yang
sering menayangkan berita, salah satunya lebih dominan ke calon yang satu dan yang satu lagi dominan ke calon yang lainnya, tapi
kalo saya sih kalo nonton, nonton yang kedua-duanya mencoba membandingkan mana yang betul-betul informasi yang bisa saya
ambil dari media itu
”
INFORMAN 2 Nama
: Tukimin Tanggal
: 12 Juni 2015 Pukul
: 20:10 WIB – 20:30 WIB
Tempat : Di Rumah Informan
Informan yang bernama Tukimin pada saat ini telah menginjak usia 67 tahun, di usianya yang tidak terbilang muda ini bapak Tukimin masih sangat ingat
dan tertarik dengan pemilihan presiden pada tahun 2014 yang lalu. Saat peneliti memulai proses wawancara awalnya peneliti menjelaskan secara detail tujuan
peneliti untuk mewawancarai pak Tukimin mengenai pemilihan umum presiden pada tahun 2014 yang lalu. Peneliti mulai mencoba membuka kembali ingatan pak
Tukimin yang akrab dipanggil dengan sebutan kek Katuk atau wak Katuk ini. Peneliti awalnya menanyakan apakah saat itu dia menggunakan hak pilihnya
dalam pemilihan presiden tahun 2014 silam dan bertanya siapa-siapa saja calon yang maju pada saat itu. Pak Tukimin yang masih mengingat pasangan para calon
kandidat Presiden ini menjelaskan bahwa dia memperoleh informasi tersebut bersumber dari media massa seperti televisi dan koran. Pak Tukimin juga
mengatakan sumber informasi yang paling banyak memberikan masukan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kepadanya adalah sumber informasi yang berasal dari media massa televisi dan koran.
“Itu dari televisilah, sama koran.” Bapak Tukimin mempercayai pasangan calon presiden pilihannya tersebut
beranggapan bahwa calon presiden pilihannya tersebut kelak akan dapat memimpin bangsa dengan adil dan merakyat. Ketertarikannya terhadap calon
presiden bernama Jokowidodo ini berdasarkann latar belakang beliau yang merupakan seorang tukang kayu dan berasal dari keluarga yang sederhana
membuat pak Tukimin sangat yakin calon presiden pilihannya tersebut mampu memimpin negeri ini. Informasi calon presiden yang diperolehnya melalui media
massa ini menjelaskan dengan rinci bagaimana perjalanan hidup seorang Jokowi sehingga membuat pak Tukimin tertarik untuk mendukungnya. Latar belakang
pak Tukimin yang juga merupakan orang yang sederhana membuatnya merasa simpati terhadapa perjalan hidup calon pemimpin yang pilihannya. Pak Tukimin
juga melihat calon presiden pilihannya ini dari bagaimana cara dia berpenampilan dan cara dia berbicara membuat pak Tukimin semakin yakin akan keputusuannya
memilih pak Jokowi dan Jusuf Kalla dalam pemilihan umum presiden tahun 2014 yang lalu.
“Sepengetahuan saya pribadi iyakan saya milih Jokowi memang karena dia apapun cerita memang belum ada bukti, tapi kalo
nengok daripada omongannya gerak-geriknya segalanya lah itu aku yakin bahwa dia mau memajukan bangsa. Informasi mula-
mula riwayat hidup dialah iyakan, mula-mula dulu dia hidup di bangkaran termasuk dipinggiran sungai lah, terbukti dia memang
orang rakyat jadi dari situ dia jadi tukang kayu itu cita-cita dialah ya, jadi tukang kayu di aceh jadi begitu dari tukang kayu angin
segarlah buat dia lah itu buat pak Jokowi tadi, maka dia memasukkan dirinya menjadi mengikuti arus politik
.” Dalam menentukan keputusan untuk memilih calon presiden yang baik
dan berkualitas memang terkadang kita tidak bisa hanya melihat dari pengetahuan calon presiden itu sendiri, terkadang latar belakang seorang calon pemimpin juga
dapat menjadi faktor yang menentukan seseorang untuk menetapkan pilihannya pada pasangan calon presiden yng mengajukan diri dalam pemilihan umum tahun
2014. Hal ini sejalan dengan sudut pandang pak Tukimin yang melihat seorang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sosok calon pemimpin itu melalui latar belakang dan prestasi yang telah dilakukannya pada profesinya yang terdahulu. Pak Tukimin juga berkeyakinan
bahwa calon presiden pilihannya itu kelak akan mampu memperjuangkan hak-hak rakyat miskin di tanah air ini. Informasi tentang latar belakang calon presiden
yang ditayangkan oleh media massa televisi ini ternyata menjadi patokan bagi informan dalam menentukan siapa pasangan calon presiden yang akan dipilihnya.
“Saya berkeyakinan bahwa dia itu kebelakang nanti eceknya membela rakyat miskin macam manapun, dia memang jiwanya itu
jiwa rakyat jadi ya saya percaya sama informasi itu, makanya saya milih jokowi karena jiwanya merakyat.
” Perdebatan dan masukan-masukan juga sering didengar pak Tukimin saat
dia sedang berada di warung ataupun pada saat dia bersama teman-temannya, tetapi hal tersebut tidak serta merta membuat pak Tukimin terpengaruh untuk
memilih calon presiden lainnya. pak Tukimin juga mengatakan bahwa hati nuraninya lah yang paling berperan dalam hal keberpihakannya kepada calon
presiden Jokowi pada saat itu. Temannya yang berbeda pilihan terhadap pasangan calon presiden pada saat itu menghargai keputusan pak Tukimin untuk
menetapkan pilihannya untuk memilih pak Jokowi, tetapi temannya yang berbeda desa itu hanya memberikan masukan kepada pak Tukimin untuk memilih
pasangan pak Prabowo. Pak Tukimin yang mengaku pernah menjadi seorang militan ini mengatakan kepada temannya bahwa dirinya tidak perlu pengaruh
ataupun uang dari orang lain untuk menetapkan pilihannya. Pak Tukimin mengakui bahwa media massa televisi paling banyak memberikan informasi
kepadanya dikarenakan media massa seperti koran yang diperolehnya lebih banyak menginformasikan tentang pasangan calon presiden Prabowo dan Hatta
Rajasa. Saat ditanya mengenai sumber informasi lainnya dia mengatakan bahwa dia memilih berdasarkan hati nuraninya. Hal ini meyakinkan peneliti bahwa
saluran komunikasi yang mempengaruhi pak Tukimin adalah media massa yang berperan besar dalam membentuk sudut pandang informan.
“Tapi yang paling banyak dapat masukan aku dari televisi ya, bukan dari media koran, kalo media disini korannya koran
Prabowo kutengok, jadi saya dapat dari media televisi termasuk metro
.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pak Tukimin yang berprofesi sebagai penambang pasir di sungai yang berada tidak jauh dari desanya tersebut menuturkan bahwa media massa
khususnya televisi yang dia tonton selama masa pemilihan umum tahun 2014 lalu dapat dipercaya. Pak Tukimin menjelaskan alasan kenapa dia mempercayai media
teelvisi adalah karena media televisi itu sendiri adalah milik bangsa. Pak Tukimin berasumsi bahwa media televisi milik bangsa telah diakui pemerintah dan
menyangakan berita yang netral tidak berpihak kepada siapapun. Kepercayaan pak Tukimin terhadap sumber informasi yang diakui oleh pemerintah
membuatnya tidak ragu untuk memilih pasangan calon presiden yang dipilihnya. Terkadang pak Tukimin juga tidak hanya melihat sumber informasi hanya dari
satu stasiun televisi saja. Dia mengatakan bahwa dirinya sering membanding- bandingkan media televisi dalam hal informasi mengenai calon presiden
pilihannya. Stasiun televisi yang paling sering dilihat pak Tukimin adalah TVRI dan Metro Tv sedangkan stasiun televisi yang lainnya hanya menjadi selingan
diantara kedua stasiun televisi TVRI dan Metro tv. Hal ini disebabkan stasiun televisi yang lainnya lebih banyak menayangkan pemeberitaan mengenai
pasangan calon presiden Prabowo Subianto. “mempercayai televisi? Orang televisi itu punya bangsa kok diakui
pemerintah jadi apapun cerita walaupun dia siarannya itu antv macem kek, iyakan, Sampai ke tvri iyakan yang saya apain ke tvri
nya, tvri televisi republik Indonesia jadi saya rasa dia nggak ada kontra atau pro tapi netral. Ada, yang kontra pro kan, kalau aku
nggak memang dari tvri dibarengi ke metro itupun ada juga masukan, Metro, Tvri yang paling utamalah yang lainnya seling-
selingan lah kalo ada masukan ya 10-20 persennya itu media televisi karena orang itu cenderung Kontra itu. Jadi begitulah
keterangan dari saya, itu nggak ada unsur-unsur intervensi nggak ada, dari nurani apapun cerita dialah bukannya aku berarti
kepingin dapat imbalan dari dia puji-puji dari dia nggak hati nurani yang bisa memajukan bangsa kalo aku. Saya mempercayai
media karena dia netral
.”
INFORMAN 3 Nama
: Suryatno Tanggal
: 12 Juni 2015 Pukul
: 21:00 WIB – 21:15 WIB
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tempat : Di rumah Informan
Informan merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang ada dalam keluarganya. Informan yang dibesarkan oleh kedua orang tua yang berprofesi
sebagai petani tersebut bekerja sebagai buruh harian di sebuah pabrik di kabupaten Deli serdang. Saat memulai wawancara dengan informan yang
bernama lengkap Suryatno ini peneliti mula-mula bertanya tentang hak suaranya dalam pemilihan presiden tahun 2014 lalu. Suryatno yang baru berusia 25 tahun
pada bulan maret kemarin mengakui dirinya menggunakan hak suaranya dalam pemilihan presiden tahun 2014. Informan juga masih mengingat kedua pasangan
calon presiden yang pada saat itu mengajukan diri sebagai calon presiden Indonesia periode 2014
– 2019. Informan mengatakan bahwa dirinya yang melihat sosok presiden dari kesederhanaan dan kebaikannya ini memutuskan untuk
memilih presiden bernomor urut dua yaitu pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Suryatno tertarik terhadap pasangan calon presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla
karena melihat visi-misi dari calon presiden tersebut yang terlihat bagus. Teman- teman Suryatno juga sering menyarankan untuk memilih pasangan calon presiden
nomor satu yang bukan merupakan calon pilhannya, tetapi Suryatno yang telah tertarik terhadap pasangan calon presiden nomor dua itu memutuskan untuk tetap
memilih pasangan nomor urut dua. Suryatno yang mendapatkan informasi melalui media televisi ini mengatakan bahwa informasi berupa visi misi dan latar
belakang Jokowi yang sederhana menurutnya merupakan pilihan yang tepat untuk dijadikan presiden nantinya.
“Kalo visi misi Jokowi dari media televisi, cuman aku lihat memang ini Jokowi bagus orangnya sederhana, baik, yaitulah
awak pilih Jokowi .”
Suryatno yang dari awal tertarik terhadap pasangan Jokowidodo dan Jusuf Kalla karena kesederhanaannya ini menceritakan perjalanan karir Jokowidodo
yang awalnya berasal dari kota Solo menjadi seorang Bupati dan kemudian menjadi seorang Gubernur di Ibukota Jakarta dan sekarang mencalonkan diri
menjadi seorang Presiden Republik Indonesia. Hal tersebut membuat Suryatno menjadi terkagum dan merasa bahwa pak Jokowi memiliki kemampuan untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
memimipin negeri ini. Meskipun dia sering menerima informasi tetapi sumber media yang paling berpengaruh terhadap diri informan adalah sumber media
massa Televisi, sedangkan menurut penuturan Suryatno dia jarang memperoleh dari sumber media lain bahkan dia hampir tidak pernah melihatnya melalui media
massa seperti surat kabar. Beranjak dari informasi yang diterimanya ini kemudian dia menyimpulkan bahwa dari kedua calon Presiden yang mencalonkan diri
tersebut pasangan calon Presiden nomor dua tersebut menjadi pilihannya dalam pemilihan umum tahun 2014 lalu.
“iyalah, dari awal memang suka juga sama pak Jokowi karena dia dari Solo ke Jakarta, dari Jakarta jadi Gubernur terus kok dia bisa
langsung jadi presiden RI Republik Indonesia terus uda gitu berarti ini kerjanya Jokowi bagus banyak yang suka banyak yang
milih. Ya sudah awak dari situ menyimpulkan bahwasanya dari kedua pasang itu saya pilih nomor 2 pak Jokowi dan pak Jusuf
Kalla.” Suryatno yang sebelumnya mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
mendapatkan saran dari orang lain ini akhirnya mengatakan bahwa dirinya yang pada awalnya telah melihat kinerja Jokowi yang bagus dan telah tertarik terhadap
Jokowi menuturkan bahwa dirinya juga sempat mendengarkan dan melihat banyak orang yang sering menceritakan tentang Jokowi dan membuatnya semakin
penasaran terhadap pasangan nomor urut dua tersebut. Faktor karena banyaknya orang yang dilihatnya yang akan memilih Jokowi serta orang tuanya yang juga
memilih Jokowi membuat Suryatno bertambah yakin untuk menetapkan pilihannya tersebut untuk memilih pasangan calon presiden nomor dua Jokowi
dan Jusuf Kalla. Meskipun Suryatno telah mengetahui informasi-informasi mengenai pasangan calon Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla tidak jarang dia juga
mendengarnya dari orang-orang sekitar berulang-ulang kali sehingga Suryatno mengetahui bahwa Jokowi banyak yang menyukainya. Sementara itu informasi
yang diperolehnya dari orang-orang yang didengarnya hanyalah sebatas informasi bahwa calon Presiden nomor urut dua tersebut memiliki jiwa yang merakyat dan
sederhana, tidak sampai kepada informasi yang mencakup partai politik dan visi- misi dari pasangan calon presiden yang akan dipilihnya.
“Ia, gini intinya secara logikanya aja mungkin kalo banyak yang suka banyak yang milih mungkin dia yang menang mungkin karena
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
orangnya bagus kerjanya juga bagus makanya banyak yang suka, mungkin kenapa dia banyak yang suka karena kerjanya bagus
orangnya bagus baru latar belakang dari orang yang biasa-biasa ajalah gitu.
” Informan yang pada awalnya tertarik kepada pak Jokowi tersebut
juga mengatakan bahwa dirinya awalnya mendengar orang-orang sering menyebutkan tentang Jokowi dan membuatnya penasaran, kemudian
informan membandingkan informasi yang dilihatnya melalui media televisi.
“Kalo pertanyaannya kayak gitu ya kan dua tu antara televisi sama orang-orang kan, ah televisilah lebih kepada
televisi baru keduanya karena orang bilanglah gini-gini
gini.” Informan juga mengatakan bahwa dirinya pernah berdebat dengan teman-
teman kerjanya tentang siapa yang paling pantas untuk menjadi Presiden nantinya, menyatakan bahwa dalam berdebat dengan teman-teman satu pekerjaannya
tersebut dirinya tidak pernah terpengaruh sedikitpun dengan ajakan dari teman- temannya yang selalu mencoba untuk mempengaruhi dirinya dalam memilih
pasangan calon presiden. Teman-teman satu pekerjaannya cenderung lebih memilih pasangan nomor urut satu dikarenakan latar belakangnya yang seorang
militer yang bertentangan dengan pilihan dari informan sendiri yang memilih pasangan nomor urut dua karena informan telah melihat kinerjanya yang
dianggapnya bagus. Meskipun Suryatno sering mendengarkan saran dan masukan yang didengarnya mengenai kedua pasang calon Presiden yang berkompetisi
tetapi Suryatno menyaring informasi yang diperolehnya, dia menolak mentah- mentah informasi negatif yang disarankan kepadanya seperti untuk merubah
sikapnya memilih pasangan Prabowo- Hatta dalam hal perdebatannya dengan teman-teman kerjanya.
“Teman-teman saya lebih memilih nomor satu Prabowo sama pasangannya, dia lebih milih nomor satu karena mungkin karena
pangkatnya juga ia, maksudnya pangkatnya itu taulah. Kalau pak Jokowi orang yang sederhana, yang kayak manalah gitu, memang
samalah kayak kita, Cuma untuk tadi karena kinerjanya bagus
saya pilih nomor dua”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Melihat kesungguhan dari informan yang mengatakan bahwa untuk menentukan pilihan, seseorang harus kembali lagi kepada keyakinan dirinya
sendiri dalam mengambil keputusan, bila seseorang tidak menyukai pasangan calon presiden tersebut ada baiknya dia tidak memilihnya. Meskipun tidak
sepenuhnya mempercayai media televisi Suryatno mengakui bahwa media televisi merupakan media yang simpel bukan media yang harus mengeluarkan uang untuk
mengtahui informasinya. Terlepas dari itu semua derajat kepercayaan informan terhadap media televisi hanya sebesar 80 persen hal ini dikarenakan pengalaman
informan saat melihat kampanye ataupun visi-misi dari kandidat calon Presiden yang menyebutkan bahwa pasangan yang berkampanye tersebut bila sudah
terpilih tidak sepenuhnya menepati janji-janjinya. “Gini loh balik lagi kita ke diri kita keyakinan kita itu sama dia
kayak mana, kalau memang dia bagus ya pilihan kita sama dia, kalau kita nggak suka sama dia nggak usah milih, intinya dari hati
dan diri kita sendiri. Cuman kan gini dia nggak perlu ini kan media yang simpel, gitu. Nggak usa jauh-jauh beli koran nggak
perlu kita buka-buka hp buat kita ngecek internet. Kan kita tinggal hidupan tivi kita liat kan dia nggak perlu kesana kemari tinggal
tonton aja.
” INFORMAN 4
Nama : Agus Tianto
Tanggal : 10 Juni 2015
Pukul : 20:20 WIB
– 20:40 WIB Tempat
: Di rumah Informan
Agus Tianto menggunakan hak pilihnya pada pemilu presiden tahun 2014 dia merasa itu sudah menjadi kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk
menggunakan hak suaranya dalam setiap pergelaran pesta rakyat di tanah air. Pada saat pemilihan presiden tahun 2014 lalu bisa dikatakan informan masih
merupakan kategori pemilih pemula. Agus yang memilih calon presiden berdasarkan koalisi partai politik yang bekerja sama dengan partai calon presiden
yang akan dipilihnya menyebutkan bahwa dirinya akan memilih pasangan capres yang paling banyak berkoalisi dengan partai islam, Agus Tianto juga mengatakan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
informasi yang diperolehnya bersumber dari KPU Komisi Pemilihan Umum dan juga dari media massa seperti Televisi. Agus yang merupakan anak kedua dari
dari dua bersaudara tersebut sedikitpun tidak terpengaruh oleh kedua orang tuanya dalam menentukan pilihan dalam pemilihan umum Presiden tahun 2014 yang lalu.
Kedua orang tua Agus bekerja sebagai seorang petani di desa pasar IV Namutrasi, Ayah Agus sendiri merupakan kepala lorong atau setara dengan ketua RT di salah
satu dusun di desa pasar IV Namutrasi. Agus sendiri merupakan mahasiswa semester VI pada salah satu perguruan tinggi Negeri di kota Medan. Agus Tianto
memperoleh informasi mengenai pasangan calon Presiden yang mengajukan diri menjadi presiden periode 2014-2019 tersebut melalui sosialisai dari Komisi
Pemilihan Umum, dari kampus tempatnya mengenyam pendidikan, dari media massa yang dilihatnya seperti televisi dan internet juga dari tim sukses masing-
masing kandidat saat berkampanye. “Dari KPU sosialisasi iyakan, dari kampus, dari media televisi,
dari dunia maya internet iyakan, sama dari tim kampanye- kampanye merekalah dari setiap masing-
masing calon.” Agus memiliki banyak sumber informasi dalam menentukan pasangan
Presiden pilihannya, salah satunya adalah bersumber dari tim sukses salah satu pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Informan memperoleh informasi
mengenai pasangan calon presiden tersebut melalui kampanye langsung yang diselenggarakan di salah satu gedung serbaguna yang ada di kampusnya.
Kampanye langsung tersebut juga menginformasikan jadwal kampanye berikutnya serta minggu tenang menjelang masa pemilihan umum.
”Pertama kampanye mereka dimana tim sukses, misalnya kemarin digedung serbaguna itu dijadwalkan mereka jadi kami tau
bisa hadir disana iyakan, terus jadwal minggu tenang istilahnya gak dibolehkan lagi kampanye, terus jadwal pemilihan
langsungnya.
” Selain dari kampanye langsung Informan memperoleh informasi yang
memperkuat keyakinannya tersebut melalui sumber media massa seperti televisi. Televisi yang merupakan media yang paling banyak ditemui ditengah-tengah
kehidupan kita sehari-hari juga tidak terlepas dari keseharian Agus yang sering menonton media tersebut. Informasi yang diperolehnya adalah seputar masalah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
koalisi atau gabungan parta-partai yang cenderung mendukung pak Prabowo. Koalisi yang kemudian disebut koalisi merah putih atau disingkat dengan KMP
tersebut merupakan acuan Agus untuk memilih pak Prabowo selain dari latar belakangnya. Pasalnya partai-partai islam yang disukai oleh Agus lebih banyak
yang bergabung dengan koalisi merah putih tersebut. Agus mengakui meskipun dia sudah pernah melihatnya di media seperti koran tetapi dia juga ingin lebih
memastikan dengan melihat melalui sumber media lainnya seperti internet dan televisi. Informan juga mengatakan bahwa dirinya sempat bingung untuk memilih
siapa pasangan yang cocok untuk dipilihnya dikarenakan partai islam yang banyak berpisah seperti halnya partai PKB yang bergabung dengan koalisi
Indonesia hebat, sementara partai PKS dan partai PPP berkoalisi dengan pak Prabowo. Agus yang mengenyam pendidikan Sarjana Agama ini juga sempat
bertanya-tanya kenapa tidak semua partai Islam yang bergabung bersama koalisi merah putih tersebut, hingga akhirnya Agus memutuskan untuk memilih calon
presiden yang paling banyak partai Islamnya. “Pertama, masalah koalisi inilah iyakan kalo misalnya koalisi
merah putih Prabowo – Hatta Rajasa itukan dapat dari media
dikoran uda ada iyakan media cetak, media informasi, diinternet juga ada, dispanduk-spanduk dijalan juga uda ada itu koalisi
mereka koalisi merah putih sama koalisi JK Indonesia hebat, masing-masing lah. Saya sempat bingung juga kan semua-semua
partai islam pisah gitu kayak PKB sama Jusuf Kalla sama pak Jokowi, sementara partai yang lain islam kayak PKS, PPP itukan
Prabowo Hatta. Itulah informasinya bang dari spanduk, dari koran dari internet itu ada tiap-tiap koalisinya.
”
Informan mengatakan bahwa koalisi dari partai Islam yang banyak mendukung pasangan Prabowo
– Hatta serta jumlah ulama yang cukup banyak meyakinkan diri informan bahwa pasangan presiden tersebut adalah pilihan yang
tepat untuk didukung. “Karena memang saya berpanduan pada partai islam itu mana
banyakan partai islam itu saya pilih karena ulamanya paling banyak disitu gitu mendukung pak Prabowo gitu.”
Orang tua Agus sendiri memberikan kebebasan kepada Agus untuk memilih siapapun calon Presiden yang Agus anggap pantas untuk menjadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pemimpin negeri ini. Agus menyebutkan setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih siapa calon Presiden yang disukainya tanpa ada paksaan dari orang lain.
Warga desa pasar IV Namutrasi yang banyak memilih Jokowi juga sempat membuat Agus yang saat itu masih bingung dengan pilihannya hampir mengikuti
warga desa untuk memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Kesederhanaan ekonomi warga pasar IV Namutrasi menurut Agus membuat mereka cenderung
lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo, tetapi pada akhirnya Agus tetap berkomitmen untuk mendukung pasangan pak Prabowo
– Hatta Rajasa. Agus yang mengatakan dirinya tidak pernah terpengaruh orang lain dalam menentukan
pilihan untuk memilih calon Presiden tersebut ternyata telah membuat kesepakatan bersama teman-teman organisasinya untuk memilih pasangan
Prabowo dan Hatta Rajasa. Adapun alasan mereka membuat kesepakatan tersebut dikarenakan banyaknya organisasi yang dasar dari didirikannya organisasi
tersebut berlandaskan partai politik yang mendukungnya, pihak kampus UIN kota Medan sendiri ternyata juga mendukung pasangan Prabowo
– Hatta tersebut. “Kalo dari keluarga sendiri nggak ada pengaruh apa-apa,
memang saya diberikan kebebasan kita punya hak memilih, kalo dari keluarga sendiri sih mungkin nggak memilih pak Prabowo
mungkin, mungkin milih pak Jokowi kalo saya tidak salah. Lagian tiap-tiap orang kan bebas untuk memilih. Kalau dari teman-teman
sendiri memang ada ya kami uda sepakat dari kawan-kawan misalnya dari kampus kami memang mendukung pak Prabowo JK
gitu, karena partai PKS, partai PPP Partai PAN itu memang uda hampir ratalah di organisasi di IAIN itu sendiri atau UIN iyakan.
Misalnya di KAMNI, KAMNI itu basisnya ke PKS kayak LDK, Dakwah kampus itukan basisnya PKS, Jasi kami itu memang dari
situlah kawan-kawan itu merujuk ke pasangan Prabowo sama pak Hatta Rajasa itu bang.
” Informan yang telah membuat kesepakatan dengan teman-teman satu
kampusya untuk mendukung pasangan nomor urut 1 pak Prabowo dan Pak Hatta menuturkan bahwa informasi yang paling menentukannya untuk memilih
pasangan nomor urut 1 tersebut bersumber dari media massa televisi. Media televisi yang selalu menayangkan informasi terbaru seputar kondisi koalisi
pasangan calon presiden membuat Agus lebih memilih untuk melihat media tersebut yang juga lebih ringkas dibandingkan media lainnya. Setiap partai yang
memiliki pendukung membuat Agus lebih mudah untuk melihat perkembangan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dari koalisi partai tersebut. Teman-teman Agus yang jarang mengetahui informasi tersebut menurut Agus bukanlah acuan yang tepat untuk menjadi sumber dalam
meperoleh informasi. Sumber informasi yang paling dominan menurutnya adalah media televisi, karena dapat menyajikan berita terbaru lebih cepat.
“Kalau saya dari informasi media, itu sangat menentukan terus perkembangan yang saya lihat apa-apa aja yang terjadi karena
memang tiap-tiap partai itukan masing-masing ya, punya pendukung masing-masing media itu langsung muncul gitu. Partai
mana yang mendukung mana saya melihat dari media aja gitu gak dari kawan-kawan, kawan-kawan pun jarang ada yang tau iyakan
gak banyak tau, tapi dari media lebih banyak tau dia yang mendominasi saya untuk memilih pak Prabowo dari media itu
bang.” Agus yang menjadikan media massa sebagai acuannya dalam memilih
pasangan calon presiden yang di sukainya tersebut mengatakan bahwa pada awalnya dirinya tidak terlalu yakin terhadap media massa. Tetapi pada akhirnya
dia merasa yakin terhadap berita yang disampaikan karena informasi yang didapatnya menurutnya cukup akurat dari satu media ke media lainnya.
“Yang pertama, sayapun nggak terlalu yakin tapi ya itulah tadi informasi itu memang saya rasa akurat memberikan informasi
yang akurat, misalnya dari internet itu sendiri iyakan, dan saya… disetiap- tiap media itu memang sama jawabannya, di media
koran, di media televisi maupun internet mengatakan bahwa dia tadi memilih kan karena merujuk pada partai islam, mengatakan
bahwa, internet koran dan televisi menyatakan bahwa pasangan pak Prabowo itu didukung oleh beberapa partai yang diantaranya
partai islam yang mendominasi sehingga itu memperkuat saya untuk memilih pak Prabowo Hatta Rajasa.
” Informan mempercayai media massa dikarenakan kesamaan pemberitaan
yang sering ditayangkan oleh berbagai sumber media massa seperti internet, koran dan televisi yang sering ditontonnya. Meskipun Agus mengetahui setiap calon
yang paling banyak dananya dapat dengan mudahnya mencari dukungan media, tetapi Agus mengatakan bahwa pada saat pemilihan umum tahun 2014 kemarin
setiap media massa telah memberikan kontribusi sebaik mungkin kepada masyarakat sehingga masyarakat sendirilah yang pada akhirnya menentukan siapa
pasangan terbaik menurut mereka.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Iya, kesamaan pendapat baik itu dikoran maupun ditelevisi ataupun internet tadi, walaupun yang sekarang ini yang abang
bilang tadi memang tiap-tiap media itu nggak independen lagi gitu siapa yang paling banyak dananya atau mungkin uangnya bisa dia
yang didukung, tapi saya rasa kemarin itu tiap-tiap media itu memang memberikan informasi yang sudah baik lah gitu nggak
pala mendukung memihak siapapun gitu kalau menurut saya memberikan informasi yang baik gitu, sehingga memang kita
pemilih pun bisa memilih hak kita secara langsung gitu.
”
INFORMAN 5 Nama
: Tri Yaninta Ginting S. P Tanggal
: 16 Juni dan 17 Juni 2015 Pukul
: 19:00 WIB – 19:30 WIB dan 19: 00 WIB – 19:15 WIB
Tempat : Di Toko Informan
Tri Yaninta merupakan informan wanita yang memiliki latar belakang keluarga yang kondisi ekonominya bisa dikatakan pada level kelas menengah. Tri
Yaninta yang memiliki usia cukup jauh dibawah saudara-saudaranya membuatnya menjadi anak satu-satunya dikeluarga mereka yang belum menikah. Yani
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara di dalam keluarganya, menurut penuturan Yani dia cukup disayang oleh kedua orang tuanya. Ayah Yani
berprofesi sebagai kepala dinas disebuah instansi milik pemerintah di kabupaten Stabat kecamatan Selesai sementara itu Ibunya membuka usaha toko pakaian di
desa pasar IV Namutrasi. Selain bekerja sebagai kepala dinas, Ayah Yani juga dikenal sebagai seorang tokoh masyarakat di desa pasar IV Namutrasi. Yani yang
saat ini sedang menjalani perkuliahan mengambil program PascaSarjana jurusan Agro Teknologi di Universitas Sumatera ini mengaku menggunakan hak suaranya
pada pemilihan umum Presiden tahun 2014 yang lalu dan memilih pasangan nomor urut 2 Jokowi dan Jusuf Kalla. Yani yang menyukai pasangan nomor urut
dua ini merupakan seorang yang aktif dalam menggunakan media sosial melalui jejaring internet. Yani juga sering membaca koran dan melihat media televisi pada
saat sebelum pemilihan umum tahun 2014 yang lalu. Yani mengatakan bahwa dirinya memperoleh informasi mengenai pasangan Presiden pilihannya tersebut
kebanyakan bersumber dari jejaring sosial yang sering dibukanya melalui
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
perangkat telepon genggam miliknya meskipun dia juga sering melihat informasi tersebut melalui media televisi dan koran.
“Dari media sosial, sosmed sosial media dari media televisi, dari koranlah tapi paling banyak dari media sosial sih
.” Media massa yang banyak mendominasi kampanye dari kedua kandidat
Presiden tersebut membuat Yani sering memperoleh informasi dari salah satu media massa yang paling sering dilihatnya lewat telpon pintar miliknya yaitu
media sosial. Informasi yang membuat Yani tertarik terhadap pasangan Presiden nomor urut 2 Jokowidodo dan Jusuf Kalla tidak lain adalah karena Yani tertarik
dengan latar belakang, karakteristik dan Visi-Misi mereka. Latar belakang, karakter dan Visi-Misi pasangan kedua calon Presiden memang pada saat itu
menjadi informasi yang paling banyak dikabarkan oleh media massa pada saat kampanye terbuka. Yani juga menyebutkan yang paling membuatnya tertarik
dengan pasangan Jokowi sebenarnya adalah lebih karena karakteristik pasangan Jokowi yang menurutnya berbeda dengan karakter pasangan Prabowo.
“Visi misinya, terus karakteristik daripada capres dan cawapresnya terus latar belakang sejarahnya lah tapi yang
terutama visi-misinya lah .”
Setiap orang memang memiliki minat yang berbeda-beda dalam melihat sosok calon pemimpin yang mereka pilih, ada yang melihat melalui latar
belakang, kemampuan berbicara, serta visi misi yang dimiliki setiap pasangan calon Presiden tersebut. Media yang melihat celah tersebut kemudian
memanfaatkannya dengan terus menerus menginformasikan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak terus-menerus sehingga tanpa sadar mereka lama
kelamaan akan tertarik dengan salah satu pasangan calon Presiden tersebut. Yani yang sering melihat media massa ternyata tidak serta-merta membuatnya tertarik
dengan calon Presiden yang akan didukungnya melalui informasi yang diberitakan oleh media massa tersebut. Yani hanya menjadikan media massa sebagai
perbandingan dari informasi yang diperolehnya dari orang tuanya. “Nggak, media cuma sebagai perbandingan aja sih, awalnya itu
dari orang tuaku jadi yang lainnya Cuma sebagai pendukung aja sih
.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Informan memperoleh informasi dari orang tuanya berupa sejarah kelam dari calon presiden Prabowo Subianto tentang kasus penembakan mahasiswa di
Trisakti. Yani juga menyebutkan bahwa kampanye dari pasangan Prabowo menggunakan kampanye hitam membuat Yani yang pada awalnya telah tertarik
dengan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla semakin mantap dalam mengambil keputusan untuk memilih pasangan Jokowi-Jk. Informasi yang diberikan oleh
orang tua Yani membuat Yani meyakini bahwa pasangan nomor urut 1 tidak lebih baik dari pasangan nomor urut 2, sehingga kemudian Yani membandingkannya
dengan informasi yang didapatnya melalui media massa. “Sejarahnya seperti Trisakti terus dari pada antek-antek daripada
Suharto, yaudah dan itu satu mereka menggunakan politik hitam, disitu mereka saling menuduh kan tapi karena awalnya uda srek
sama yang nomor dua terus dibumbui dengan sejarah buruk dari nomor satu ya lebih memperkuat untuk memilih nomor dua.
” Informan melihat bahwa pasangan calon Presiden nomor urut 1 Prabowo-
Hatta yang lebih menggebu-gebu dalam menjalankan negatif kampanyenya didalam persaingan memperebutkan kursi kepemimpinan ditanah air membuat
informan lebih tertarik kepada pasangan nomor urut 2 yang dianggapnya lebih santai dalam menanggapi kampanye hitam yang ditudukan pasangan nomor urut 1
kepadanya. Informan yang memperoleh informasi dari orang tuanya kemudian melihat lagi kepada media massa yang sering mempublikasikan antara pedukung
calon Presiden nomor urut 1 dan calon Presiden nomor urut 2. Informan yang merupakan anak bungsu ini mengatakan bahwa dirinya sangat mempercayai saran
yang diberikan oleh orang tuanya, meskipun dia sering menilai sendiri setiap pasangan politik yang diusulkan oleh orang tuanya, sejak pemilihan Presiden
tahun 2009 lalu informan juga sering berkonsultasi dengan orang tuanya dan cenderung untuk mengikuti saran dari orang tuanya.
“Karena dari dulunya memang saya lebih cenderung untuk kayak pemilihan presiden tahun 2009 sayakan juga berkonsultasi tu sama
orang tua memang dari dulunya saya lebih mengikuti apa kata- kata orang tua saya dan saya juga menilai dari apa yang saya lihat
juga.”
4.1.4 Penyajian Data