Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

(1)

SKRIPSI

ANDRI AGASI MARPAUNG

090904057

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2015


(2)

(Studi Deskriptif Kulitatif Efektifitas Saluran Komunikasi Dalam

Menentukan Pilihan Pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 Di

Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat).

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Program Strata 1 (S1) Pada Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

ANDRI AGASI MARPAUNG

090904057

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2015


(3)

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : ANDRI AGASI MARPAUNG NIM : 090904057

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Tanggal :


(4)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : ANDRI AGASI MARPAUNG NIM : 090904057

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu

(Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat).

Medan, Juli 2015 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Mazdalifah, M.Si., Ph.D Dra.Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196507031989032001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si NIP. 19680525199203100


(5)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku.

Nama : Andri Agasi Marpaung NIM : 090904057

Tanda Tangan : vvvv Tanggal : 22 Juli 2015


(6)

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ANDRI AGASI MARPAUNG NIM : 090904057

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan imu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti non Eksklusif (Non Exclusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : 22 Juli 2015

Yang menyatakan


(7)

Skripsi ini berisi tentang Efektifitas saluran komunikasi dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum presiden tahun 2014 di desa pasar IV Namutrasi kabupaten Langkat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa pasar IV Namutrasi dalam mnenentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan teori Komunikasi Massa, Komunikasi Kelompok, Komunikasi antarpribadi, Multi Step Flow, dan teori Sikap dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Dalam penelitian ini, studi yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan presiden tahun 2014 di desa pasar IV Namu Trasi Informasi diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap 5 orang masyarakat desa pasar IV Namutrasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis Miles and Huberman. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat desa pasar IV Namutrasi menggunakan saluran komunikasi yang beragam diantaranya komunikasi Massa, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi antar pribadi dengan penggunaan saluran komunikasi Massa yang paling mendominasi. Mode aliran banyak tahap juga berperan dalam membentuk sikap masyarakat pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan presiden tahun 2014.

Kata kunci: Efektifitas Saluran Komunikasi, Multi Step Flow, Pasar IV Namutrasi, Pemilihan umum


(8)

This thesis contains about effectiveness of communication channels in determining the choice of the presidential elections in 2014 in the village of pasar IV Namutrasi Langkat district. The purpose of this study was to determine the communication channel which affect rural communities pasar IV Namutrasi in determining the choice of the candidate presidential election in 2014. In connection with this, the researchers used the theory of Mass Communication, Group Communication, Interpersonal Communication, Multi-Step Flow, and Attitude theory using Constructivist approach. In this study, the study used a qualitative descriptive study to illustrate the communication channels that affect rural communities pasar IV Namutrasi in determining the choice of president in 2014 in the village of pasar IV Namu Trasi Information was obtained through in-depth interviews (in-in-depth interviews) for 5 people in the village pasar IV Namutrasi. This study uses the method of analysis Miles and Huberman. Based on this study it was found that villagers IV Namutrasi market using a variety of communication channels including mass communication, group communication and inter-personal communication channel with the use of the most dominating mass communications. Mode flow of many stages also play a role in shaping public attitudes IV Namutrasi market in determining the choice of presidential couple in 2014.

Keywords: Effective Communication Channel, Multi-Step Flow, Pasar IV Namutrasi, Elections


(9)

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa pencipta semesta alam karena atas rahmat dan karuniaNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Efektifitas saluran komunikasi dalam pemilu (studi deskriptif kulitatif

efektifitas saluran komunikasi dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum

presiden tahun 2014 di desa pasar IV Namutrasi kabupaten Langkat)”. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Saya menyadari tanpa bimbingan dan dukungan berbagai pihak serta sebuah

kata-kata motivasi “yesterday you say tomorrow” yang peneliti temukan di dunia maya mungkin sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan kasih sayang dan pengorbanannya untuk menghidupi dan memberikan pendidikan yang layak bagi peneliti yang jasanya tidak ternilai dengan materi.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU. 3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

4. Ibu Dra. Mazdalifah M. Si selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi atas ilmu dan pengalaman hidup yang dibagikan selama masa perkuliahan sebagai bekal hidup di masa mendatang.

6. Saudara saya Arnold Yosua Lasro Nainggolan, Desi Natalia Marpaung, Julius Ginting Manik, Kudus Marpaung, MHD Hadis Saleh yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.


(10)

angkatan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya. 8. Warga desa pasar IV Namutrasi yang telah membantu peneliti

menyelesaikan skripsi ini serta semua pihak yang telah membantu peneliti.

Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu saya.Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran yang membangun.Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan 22 Juli 2015


(11)

EFEKTIFITAS SALURAN KOMUNIKASI DALAM PEMILU ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN……….iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 KonteksMasalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat penelitian ... 7

BAB II ... 8

KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Paradigma Kajian ... 8

2.1.1 Konstruktivisme ... 8

2.2 Kajian Pustaka ... 10

2.2.1 Komunikasi Massa ... 10

2.2.2 Komunikasi Kelompok ... 15

2.2.3 Komunikasi Antarpribadi ... 22

2.2.4 Multi Step Flow ... 28

2.2.5 Sikap ... 30

BAB III ... 38

METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1 Metode Penelitian ... 38


(12)

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 41

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 42

3.5.3 Keabsahan Data ... 43

3.6 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV ... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Hasil ... 46

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 46

4.1.2 Profil Informan ... 53

4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara ... 56

4.1.4 Penyajian Data ... 74

4.2 Pembahasan ... 76

BAB V ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83


(13)

Nomor Judul Gambar Halaman 1. Kerangka Analisis……… 70


(14)

Nomor Judul Gambar Halaman 1. Tabel hasil wawancara menurut sumber informasi………75 2. Tabel hasil wawancara menurut informasi yang diperoleh………75 3. Tabel hasil wawancara menurut urutan yang paling menentukan

pilihan……….76


(15)

Skripsi ini berisi tentang Efektifitas saluran komunikasi dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum presiden tahun 2014 di desa pasar IV Namutrasi kabupaten Langkat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa pasar IV Namutrasi dalam mnenentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan teori Komunikasi Massa, Komunikasi Kelompok, Komunikasi antarpribadi, Multi Step Flow, dan teori Sikap dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Dalam penelitian ini, studi yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan presiden tahun 2014 di desa pasar IV Namu Trasi Informasi diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap 5 orang masyarakat desa pasar IV Namutrasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis Miles and Huberman. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat desa pasar IV Namutrasi menggunakan saluran komunikasi yang beragam diantaranya komunikasi Massa, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi antar pribadi dengan penggunaan saluran komunikasi Massa yang paling mendominasi. Mode aliran banyak tahap juga berperan dalam membentuk sikap masyarakat pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan presiden tahun 2014.

Kata kunci: Efektifitas Saluran Komunikasi, Multi Step Flow, Pasar IV Namutrasi, Pemilihan umum


(16)

This thesis contains about effectiveness of communication channels in determining the choice of the presidential elections in 2014 in the village of pasar IV Namutrasi Langkat district. The purpose of this study was to determine the communication channel which affect rural communities pasar IV Namutrasi in determining the choice of the candidate presidential election in 2014. In connection with this, the researchers used the theory of Mass Communication, Group Communication, Interpersonal Communication, Multi-Step Flow, and Attitude theory using Constructivist approach. In this study, the study used a qualitative descriptive study to illustrate the communication channels that affect rural communities pasar IV Namutrasi in determining the choice of president in 2014 in the village of pasar IV Namu Trasi Information was obtained through in-depth interviews (in-in-depth interviews) for 5 people in the village pasar IV Namutrasi. This study uses the method of analysis Miles and Huberman. Based on this study it was found that villagers IV Namutrasi market using a variety of communication channels including mass communication, group communication and inter-personal communication channel with the use of the most dominating mass communications. Mode flow of many stages also play a role in shaping public attitudes IV Namutrasi market in determining the choice of presidential couple in 2014.

Keywords: Effective Communication Channel, Multi-Step Flow, Pasar IV Namutrasi, Elections


(17)

1.1Konteks Masalah

Pemilihan umum atau lebih sering disebut dengan singkatan PEMILU merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi suatu jabatan politik dalam sistem pemerintahan. Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari Presiden, Wakil rakyat, Gubernur, Walikota, Bupati hingga Kepala desa. Para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama periode waktu yang telah ditentukan, hingga batas menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh komisi pemilihan umum ataupun aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan kepada para pemilih.

Pemilihan umum di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 yang diadakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 29 September 1955 dan 15 Desember 1955. Setelah Pemilu pertama di tahun 1955 Indonesia tidak melaksanakan Pemilu yang kedua 5 tahun berikutnya dikarenakan berubahnya format politik dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebuah keputusan Presiden untuk membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 1945. Pemilu selanjutnya baru diadakan lagi pada tanggal 5juli 1971 dijaman orde baru dibawah pemerintahan Presiden kedua Soeharto. Partai yang berpartisipasi saat itu sebanyak sembilan partai dan satu organisasi masyarakat. Pemilu selanjutnya diadakan 5 tahun sekali mulai dari tahun 1977-1982-1987-1992 dan 1997 dengan jumlah peserta yang lebih sedikit sebanyak 3 partai yaitu: Golongan Karya (GOLKAR), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Pembangunan Persatuan (PPP). Peserta Pemilu kali ini lebih sedikit dibanding Pemilu sebelumnya. Ini terjadi setelah sebelumnya pemerintah bersama-sama dengan


(18)

DPR berusaha menyederhanakan jumlah Partai dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Kedua Partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi Indonesia atau PDI) dan satu Golongan Karya atau Golkar. Dalam setiap kali digelar Pemilu, Partai Golkar selalu menduduki peringkat pertama perolehan kursi di DPR dengan meraih lebih dari 62% suara dalam setiap gelaran Pemilu, diikuti oleh PPP dan terakhir PDI.

Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998 jabatan Presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.Atas desakan publik, Pemilu yang baru segera dilaksanakan, sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Ternyata Pemilu selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie. Pemilu tahun 1999 merupakan Pemilu pertama sejak zaman orde baru runtuh dan dimulailah era reformasi di Indonesia, Indonesia kembali melakukan Pemilu setiap lima tahun sekali secara langsung. Bahkan Pemilu 2004 merupakan Pemilu pertama kali di Indonesia dimana setiap warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, dapat memilih Presiden dan wakilnya secara langsung, selain Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD tingkat II. Selain itu, sejak pemilu 2004,pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga dilakukan secara langsung. Pemilu tahun 2004 dan 2009, ditetapkan parliamentary threshold (PT) sebesar 2.5%. Di tahun 2012 Undang-undang pemilihan umum atas ambang batas parlemen(parliamentary threshold/PT) untuk DPR diganti dengan yang terbaru yaitu UU Nomor 8 Tahun Tahun 2012, sebesar 3,5%, naik dari Pemilu 2009 yang hanya sebesar 2,5%.Apabila partai politik yang memperoleh suara dengan persentase kurang dari 3,5% tidak berhak memperoleh kursi di DPR (http://jefrihutagalung.wordpress.com/2014/04/08/sejarah-pemilihan-umum-di-indonesia-hingga-pemilu-2014-indonesia-election-2014/).

Pemilu presiden 2014 menjadi pemilihan Presiden dan wakil Presiden Indonesia ketiga kalinya yang dilaksanakan secara langsung. Pemilu Presiden dilaksanakan pada tanggal 09 Juli 2014. Partai politik atau koalisi partai politik yang memenangkan 25 persen suara sah atau memperoleh paling sedikit 20 persen kursi DPR dapat mengajukan calon untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Adapun sebelum dilaksanakannya pemilihan presiden pada tanggal 09


(19)

Juli 2014 terdapat sebanyak 4 bakal calon kandidat presiden yang diusung diantaranya adalah : Abu Rizal Bakrie dari Partai GOLKAR, Joko Widodo dari Partai PDI Perjuangan, Prabowo Subianto dari Partai GERINDRA, dan Wiranto dari Partai Hanura. Setelah dilaksanakannya Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April 2014 terjadi penurunan elektabilitas terhadap Calon presiden dari partai GOLKAR dan HANURA, yang menyebabkan Partai GOLKAR memilih untuk berkoalisi dengan Partai GERINDRA dan membatalkan pencalonan Presiden dari Partai mereka, sementara Partai HANURA memilih untuk berkoalisi dengan Partai PDI Perjuangan, sehingga hanya tersisa dua kandidat yang terus melanjutkan untuk menjadi calon Presiden dan wakil Presiden yaitu pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang diusung oleh koalisi Partai Golkar, PKS,PPP, Gerindra dan PAN dengan total suara di DPR-RI sebanyak 292 kursi atau 47,47% sementara pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang diusung oleh koalisi partai PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan PKPI dengan total suara di DPR-RI sebanyak 207 kursi atau 39,97% sementara Partai yang tersisa seperti Partai Demokrat, PKB dan PBB belum menentukan arah koalisi saat itu.

Terpilihnya presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kala menjadi tanda tanya yang besar dalam panggung politik tanah air Indonesia. Presiden terpilih yang hanya memiliki koalisi partai dan pendukung dari kepala daerah lebih sedikit daripada lawannya capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Muhammad Hatta Rajasa sekitar 60 berbanding 40 persen, menjadi sebuah era strategi politik baru dalam kematangan berpolitik masyarakat Indonesia. Pemilihan umum merupakan ciri khas sebuah negara yang menganut sistem politik demokrasi. Presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh masyarakat dalam sebuah negara. Masyarakat yang terdiri dari berbagai individu yang majemuk bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan dari pihak manapun, karena hal tersebut merupakan hak individu yang berada dalam sebuah negara dengan sistem politik demokrasi. Setiap individu bebas untuk menggunakan hak suaranya. Kandidat calon presiden tentunya harus dapat mengambil hati masyarakat melalui masa kampanye terbuka yang diberikan oleh komisi pemilihan umum sebagai cara untuk mempromosikan diri dan mempengaruhi masyarakat agar memilih mereka. Para calon kandidat


(20)

berlomba untuk menarik minat masyarakat terhadap mereka dengan menggandeng berbagai saluran komunikasi seperti komunikasi massa, komunikasi kelompok dan komunikasi individu. Calon kandidat harus semaksimal mungkin memberikan pengaruhnya dengan berbagai cara dan tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan kampanye terselubung dengan menjelekan calon kandidat lainnya. Calon kandidat menghabiskan uang yang tidak sedikit ketika mempromosikan dirinya dalam masa kampanye di berbagai saluran komunikasi. Pemilu presiden tahun 2014 presiden terpilih Joko Widodo dengan pasangannya Jusuf Kalla bersaing ketat dengan pasangan Prabowo Subianto dan Jasa Raharja yang pada akhirnya jabatan presiden dan calon presiden dimenangkan oleh presiden terpilih Jokowi Widodo-Jusuf Kalla.

Sebelum dilaksanakannya Pemilihan umum pada 9 juli 2014 beberapa lembaga survey mulai merilis hasil survey mereka dengan persentase tingkat elektabilitas yang berbeda antara 2 kandidat calon presiden yang sedang bersaing. Lembaga survey yang menyatakan pasangan Capres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa lebih unggul dari pasangan capres Jokowi dan Jusuf Kalla ialah lembaga survey Political Communication Institute (PolcoMM) dengan hasil survey yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni hingga 27 Juni 2014 dengan perbandingan tingkat elektabilitas Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh elektabilitas sebesar 46,8 persen dan Jokowi-JK sebesar 45,3 persen hal ini berbeda dengan hasil survey yang mereka rilis sepekan sebelumnya. Survei yang dilakukan dari 16 hingga 20 Juni 2014 tersebut, pasangan Jokowi-JK memiliki tingkat elektabilitas 46,4 persen dan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa hanya sebesar 43,3 persen (http://www.poltracking.com/publikasi/rilis-riset-dan-survei/1016-press-release-rilis-hasil-survei-nasional-26-mei-3-juni-2014-poltracking).Tingkat elektabilitas tersebut tentu saja tidak datang dengan sendirinya, hal tesebut dipengaruhi oleh saluran komunikasi seperti media massa. Media massa mempunyai peranan yang sangat besar untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat pada saat itu. Salah satunya adalah untuk mengubah pilihan masyarakat dalam mengambil keputusan sebelum pemilihan umum berlangsung. Media massa sendiri merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari komunikasi massa.


(21)

Komunikasi Massa merupakan proses dalam penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator politik kepada komunikan atau khalayak umum melalui media massa, seperti media elektronik dan media cetak. Media ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu calon dalam pemilihan umum. Berbagai macam saluran yang dapat digunakan dalam berkomunikasi diantaranya adalah saluran media massa(mass media), saluran antar pribadi(interpersonal), dan saluran kelompok (forum media) yang mendiskusikan pesan-pesan tertentu yang diterima dari media massa. Saluran-saluran tersebut menjadi sarana penghubung bagi komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan, saluran inilah yang dimanfaatkan oleh tim sukses masing-masing calon untuk membuat pencitraan yang dilakukan di media massa dan kampanye yang diselanggarakan baik itu kampanye resmi maupun kampanye negatif yang dilakukan untuk menjatuhkan citra masing-masing pasangan Capres.

Saluran media massa seperti televisi, surat kabar dan radio merupakan cara berpromosi yang efektif karena tidak perlu langsung menghadirkan para calon tersebut secara tatap muka untuk mengenalkan diri kepadamasyarakat,dan mampu mendapatkan perhatian para pemilih secara banyak dan massif. Media massa memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini di masyarakat pada saat itu, salah satunya adalah membentuk citra masing-masing pasangan capres dengan kelebihannya masing-masing dan memberitakan kekurangan dari pasangan capres yang mereka dukung. Tidak jarang sebuah media massa yang mendukung salah satu pasangan capres melebih-lebihkan pemberitaan yang membuat pasangan capres lainnya seakan-akan tidak layak untuk dipilih. Dua raksasa media televisi di Indonesia yang secara jelas mendukung pasangan capres dan cawapres adalah Metro Tv dan Tv One, saluran media massa seperti Televisi, Koran dan Radio sebagian masyarakat masih menganggap isi pemberitaan tersebut lebih dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, untuk itu masyarakat yang mendukung pasangan capres yang dianggap mampu untuk menjadi presiden semakin yakin dan teguh untuk menetapkan pilihannya pada pasangan tersebut. Satu pihak yang tidak mendukung pasangan capres tersebut merasa bahwa isi pemberitaan itu tidak benar dan mengada-ada.


(22)

Berangkat dari pemberitaan dan pola pikir seperti itu akhirnya masyarakat Indonesia menjadi terbagi dua, masyarakat yang mendukung Jokowi dan masyarakat yang mendukung Prabowo.Kedua belah pihak masyarakat ini saling mencoba mempengaruhi pihak yang lainnya. Komunikasi interpersonal pun menjadi cara alternatif yang sering digunakan. Sesama teman yang saling mempengaruhi teman lainnya, orang tua yang mempengaruhi anaknya.Pendukung salah satu capres yang masih bimbang dengan pilihannya terkadang bisa berubah-ubah pemikiran dikarenakan masih kurangnya informasi yang didapat. Banyak masyarakat yang kemudian seperti menjadi relawan tim sukses masing-masing capres dan menjadi penyambung lidah bagi capres itu sendiri. Mereka mempengaruhi orang-orang disekitarnya dengan pengetahuannya tentang capres yang didukungnya dan berharap beberapa dari mereka menjadi sependapat, tetapi tidak jarang terjadi perdebatan yang sengit antara pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi seperti yang terjadi di desa Pasar IV Namutrasi.

Komunikasi yang berlangsung di desa pasar IV Namutrasu biasanya terjadi saat perkumpulan pengajian, sidang sholat jumat, ibadah minggu, kebaktian, diwarung-warung kopi, saat ibu-ibu berkumpul di sore hari dan ditempat umum lainnya.Masyarakat Namutrasi yang rata-rata penduduknya masih memiliki hubungan kekeluargaan antara satu kepala rumah tangga dengan kepala rumah tangga lainnya juga tidak terlepas dari perbedaan pendapat tentang calon presiden pilihannya, bahkan orang tua dan anaknya ada yang tidak sepaham. Berangkat dari dinamika yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian didesa Pasar IV Namutrasi untuk mengetahui saluran komunikasi apa yang paling berperan dalam mempengaruhi pilihan masyarakat pasar IV Namutrasi. Desa pasar IV Namu Trasi yang berada di kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkatmemiliki keberagaman suku dan agama dengan rata-rata jenjang pendidikanberstatus tamatan sekolah menengah atas, mata pencaharian penduduk namutrasi sebagian besar adalah petani. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang tidak terbatas pada hasil jawaban yang dipilih oleh peneliti tetapi lebih mengarah kepada motivasi subjek itu sendiri, sehingga hasil penelitian yang didapatkan bisa lebih mendalam.


(23)

1.2Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Saluran komunikasi

yang berperan dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilu

tahun 2014 di desa pasar IV Namutrasi” 1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan yang

diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: “Untuk

mengetahui saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa Pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014.

1.4Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti dan juga kepada pembaca tentang saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa Pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014, dan pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya ilmu komunikasi.Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan kontribusi kepada siapa saja yang tertarik terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa Pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014 serta lembaga survey dan calon kandidat yang ingin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif maupun calon kandidat presiden.


(24)

2.1 Paradigma Kajian

2.1.1 Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Ardianto, 2007: 154), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pendirian ini merupakan kritik langsung padaperspektif positivisme yang meyakini bahwa pengetahuan itu adalah potret atau tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan objektif, kita tahu adalah pengetahuan yang apa adanya, terlepas dari peran subjek sebagai pengamat. Konstruktivisme menolak keyakinan itu, pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan justru selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif.

Subjek pengamat tidaklah kosong dan tidak mungkin tidak terlibat dalam tindakan pengamatan. Kemudian keberadaan realitas tidak hadir begitu saja pada benak subjek pengamat, realitas ada karena pada diri manusia terdapat skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang berkaitan dengan objek yang di amati. Para kontruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka (Ardianto, 2007: 154).

Kontruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami, diatur, dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada


(25)

dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi (Ardianto, 2007: 151).

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Dengan demikian dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisasi dan bermakna.

Keberagaman pola konseptual/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, kultural, dan personal yang di gali secara terus-menerus. Jadi tidak ada pengetahuan yang koheren, sepenuhnya transparan dan independen dari subjek yang mengamati. Manusia ikut berperan, ia menentukan pilihan perencanaan yang lengkap, dan menuntaskan tujuannya di dunia. Pilihan-pilihan yang mereka buat dalam kehidupan sehari-hari lebih sering didasarkan pada pengalaman sebelumnya, bukan pada prediksi secara ilmiah-teoretis.

Kontruktivisme memang merujukkan pengetahuan pada konstruksi yang sudah ada di benak subjek. Namun konstruktivisme juga meyakini bahwa pengetahuan bukanlah hasil sekali jadi, melainkan proses panjang sejumlah pengalaman (Ardianto, 2007: 154). Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya. Konstruktivisme ini lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpribadi. Sejak 1970-an para akademisi mengembangkan komunikasi antarpribadi secara sistematik dengan membuat peta terminologi secara teoritis dan hubungannya; dengan mengolaborasi sejumlah asumsi, serta uji coba teori dalam ruang lingkup situasi produksi pesan.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstrukstivisme karena di dalam kajian paradigma konstruktivisme memandang tindakan komunikatif sebagai interaksi yang sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas, walalupun lingkungan sosial membatasi apa yang dapat


(26)

dilakukan. Tindakan komunikatif dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjek. Dengan kajian konstruktivisme ini, peneliti berusaha memahami dan mendeskripsikan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan subjek yang akan diteliti. Selain itu, penelitian ini menggunakan paradigma konstrukstivis karena penelitian yang menggunakan metode riset deskriptif kualitatif (wawancara dan observasi) merupakan bagian dari pendekatan konstruktivis.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi Massa

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa

Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa yang menyampaikan informasi, ide, gagasan, kepada komunikan yang jumlahnya banyak dengan menggunakan media. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa antara lain radio dan televisi (keduanya dikenal sebagai media elektronik), surat kabar dan majalah (keduanya disebut sebagai media cetak). Serta media film sebagai media komunikasi massa yaitu film bioskop.

Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa,serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikanmenurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film (Ardianto 2004 : 6).


(27)

Fungsi komunikasi massa bagi masyaratkat menurut Joseph R.Dominick, terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (pertalian), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan).

1. Surveillance (pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1) warning or beware surveilance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadiketika media menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman.

Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehar-hari. Berita tentang apa yang sedang dimainkan dibioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, prodk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya.

2. Interpretation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiranterhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

3. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.


(28)

4. Transmisson of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi) . Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individumengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton didengar dan dibaca. Media massa mewakili dengan model peran yang kita amati dan diharapkan menirunya.

5. Entertainment (hiburan)

Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, misalnya cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar (Ardianto 2004 :15-18).

2.2.1.3 Elemen Komunikasi Massa

Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi massa. Ada beberapa elemen dalam komunikasi massa antara lain: komunikator, isi, audience, umpan balik, gangguan ( saluran dan semantik), gatekeeper, pengatur dan filter( Nurrudin, 2004:87).

Komunikator : meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi komunikator adalah gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa.

Isi : isi media bisa dibagi ke dalam lima kategori yaitu: 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interpretasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan.

Audience : dalam komunikasi massa, audience yang dimaksud tentunyaberagam namun memungkinkan untuk dapat memberikan reaksi yang sama terhadap pesan yang diterima.

Umpan balik. Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada Sumber/komunikator setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. Umpan balik yang terbentuk dalam proses komunikasi biasanya tidak


(29)

terjadi secara langsung, karena komunikator dan komunikan tidak melakukan kontak secara langsung.

Gangguan (saluran dan semantik) : gangguan pada saluran komunikasi massa selain berasal dari dalam saluran dapat disebabkan juga dari luar. Gangguan dari dalam misalnya pada saat melihat iklan TV, gambar tidak terlihat jelas atau suara tidak terdengar jernih. Gangguan dari faktor luar misalnya saat menonton T V kita juga menerima telepon. Sedangkan gangguan semantik sifatnya lebih kompleks dan rumit, karena gangguan ini berkaitan dengan bahasa. Hal seperti ini tidak mungkin dihindari, namun dapat diminimalkan dengan pemilihan bahasa yang lebih sederhana atau yang dapat dimengerti oleh semua pihak yang menonton tayangan tersebut.

Gatekeeper. Seorang yang bertugas untuk mempengaruhi informasi dalammedia massa mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menyiarkan informasi.

2.membatasi informasi yang diterima dengan mengedit informasi sebelum disebarkan.

3. Memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain

4. Menginterpretasikan informasi.

2.2.1.4 Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa sebagai salah satu bentuk komunikasi yang menjadi bagian dalam kehidupan sehari – hari memiliki perbedaan dengan bentuk komunikasi lainnya. Perbedaan yang sangat mudah dicermati adalah proses komunikasi massa, diperlukannya alat bantu yang mendukung terciptanya komunikasi efektif. Menurut Ardianto dkk, karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:


(30)

Hal ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Karena komunikasi yang dilakukan menggunakan media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. seperti dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi massa bersifat satu arah. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator pada media massa misalnya: wartawan surat kabar atau penyiar televisi, karena media yang dipergunakan merupakan suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sesuai dengan ketentuan surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karena itu pesan komunikasinya bersifat umum dan mengenai kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari komunikasi massa adalah memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Dengan jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas, dan komunikan yang banyak tersebut pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi bersifat heterogen

Khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya terpencar-pencar, satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal antara lain : jenis kelamin, usia, agama ideologi, pekerjaan,


(31)

pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.

6. Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpribadi hal tersebut sangan penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakterisktik media massa yang akan digunakan.

7. Stimulasi alat indra terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan balik tertunda (delayed)

Pada komunikasi massa, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu dan dinamakan umpan balik tertunda (delayedfeedback). Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepadakomunikator memerlukan tenggang waktu.

2.2.2 Komunikasi Kelompok

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak kita lahir, kita sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang dekat yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dan terlibat dalam pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.


(32)

Michael Brugoon dan Michael Ruffnerdalam bukunya Human Communication, A Revision of Approaching Speech/ Communincation, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the-face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self maintenance, or problem solving, such that the member are able to recall personal characteristics of the members accurately).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas, yaitu:

1. Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. kita mencoba membahas keempat elemen dari batasan tersebut dengan lebih rinci. 2. Terminologi tatap muka (face-to-face) mengandung makna bahwa setiap

anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya, batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Oleh sebab itu, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya, dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.

3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi diatas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kaau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya


(33)

memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.(Sendjaja, 2005)

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya: Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interact with each other, usually face to face, over time in order to reach goals).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan.

2.2.2.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi Kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang :


(34)

- ditujukan kepada kognisi komunikan - prosesnya berlangsung secara dialogis

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil adalah bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular.

Umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain seperti telah disinggungkan diatas, yaitu: rapat, kuliah, ceramah, diskusi panel, forum, simposium, seminar, konfrensi, kongres, curahsaran, briefing, penataran, lokakarya, dan lain-lain.

b. Komunikasi Kelompok besar.

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang: - ditujukan kepada afeksi komunikan

- prosesnya berlangsung secara linear

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa disebuah lapangan. Jika komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.


(35)

2.2.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Kita mendapati bermacam-macam kelompok di masyarakat. Artinya, ada faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya kelompok. Alasan atau motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, antara lain:

a. seseorang masuk dalam kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit dicapai.

b. Kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walaupun tidak langsung) maupun kebutuhan psikologis.

c. Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan harga diri seseorang.

d. Kelompok dapat pula memberikan pengetahuan dan informasi. e. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis.

Oleh karena itu, dalam masyarakat kita dapat menjumpai adanya berbagai macam kelompok yang berbeda satu sama lain. Dengan tujuan yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda atau dengan minat yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda pula (Walgito, 2008: 13-15).

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada


(36)

tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.

Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memilikiperbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus.

Anggota kelompok memiliki pengaruh yang sama, satu sama lain untuk menjadikan orang yang bersama-sama itu sebuah kelompok, setiap anggota harus terbuka terhadap pengaruh bersama setiap orang dalam kelompok itu harus ikut serta dalam kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbal balik ini merupakan hal penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku setiap anggota ditentukan dan menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang


(37)

dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut. Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan; beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas.

Seorang anggota dapat memberikan kontribusi pada kelompoknya dengan menghentikan ketegangan, berurusan dengan konflik, berpegang pada jadwal, atau bertindak sebagai penyimpan catatan. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi kelompok, tetapi tindakan kepemimpinannya membantu para anggota dalam mencapai tujuan mereka yang sangat diperlukan bagi kesejahteraan kelompok. Setiap anggota dapat dan harus mempengaruhi anggota-anggota lain dan keputusan kelompok. Suatu faktor yang kritis dari partisipasi kelompok adalah bahwa setiap anggota harus bersikap terbuka dan mampu

mengesampingkan ambisi pribadi, “menyembunyikan agenda”, dan

menghindarkan perilaku lain yang dapat merusak kelompok dan hasil akhir tujuannya.

2.2.2.4 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Kelompok dalam suatu kondisi tertentu, akan menimbulkan suatu efek atas individu dalam perubahan perilaku. Dengan kata lain, kehadiran orang-orang tertentu dapat menimbulkan kekuatan yang tidak mampu ditimbulkan oleh individu itu sendiri.

Marhaeni Fajar menyebutkan ada enam karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain:

1. Komunikasi dalam kelompok bersifat homogen.

2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga.

3. Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.

4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).


(38)

5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal. 6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

2.2.3 Komunikasi Antarpribadi

2.2.3.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi

Menurut Devito (Liliweri, 1991: 12), komunikasi Antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung. Sedangkan Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya positif atau negative, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Liliweri, 1991:12).

DeVito mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai “the communication that takes place between two persons who have an established elationship; the people are in some way “connected”. Yang dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai komunikasi yang terjadi antara dua orang yang membangun hubungan dan orang-orang tersebut dalam hal tertentu memang terhubung (Devito, 2007: 5). Komunikasi antarpribadi dapat terjadi antara lain pada anak dan ayahnya, seorang atasan dan bawahan, kakak dan adik, guru dan murid, sepasang kekasih, dua orang sahabat, dan lain sebagainya. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi Diadik yang melibatkan dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap orang menangkap reksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.


(39)

Dengan demikian, dari kedua pengertian komunikasi antarpribadi tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik komunikasi antarpribadi adalah terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan yang jelas, berlangsung secara tatap muka, bersifat interaktif dimana para pelaku komunikasi dapat saling bereaksi satu sama lain. Selain itu, terdapat juga pendapat lain dari Dean C. Barnlund (dalam Liliweri, 1991: 12) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan atara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Sedangkan Tan mengemukakan bahwa interpersonal communication adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih.

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication). Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab. Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinterakssi satu sama lainnya (Cangara, 2009: 32).

Memperhatikan karakteristik komunikasi antarpribadi tersebut, maka ddapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses komunikasi yang paling efektif, karena para pelaku komunikasi dapat terus menerus saling menyesuaikan diri baik dari segi isi pesan maupun dari segi perilaku, demi tercapainya tujuan komunikasi. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat sesorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banya sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi


(40)

juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga dapat menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara kita, apakah dengan tetangga, teman kantor, atau dengan orang lain (Cangara, 2009: 61).

2.2.3.2 Elemen Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi terdiri dari beberapa elemen yaitu. “ source-receiver, encoding-decoding, messages, channel, noise, context, ethics, dan competence” (DeVito, 2007: 10-20).

Elemen yang pertama dalam komunikasi antarpribadi adalah source-receiver. Source adalah pihak yang menyusun dan mengirimkan pesan, sedangkan receiver adalah pihak yang menerima dan mengartikan pesan. Dalam komunikasi antarpribadi, kedua fungsi ini sama-sama dijalankan oleh masing-masing individu. Elemen kedua dari komunikasi antarpribadi adalah encoding-decoding. Encoding merupakan proses menciptakan pesan, sedangkan decoding adalah kegiatan untuk memahami suatu pesan. Dalam komunikasi antarpribadi, kedua proses ini dikombinasikan oleh sumber dan penerima pesan dlam proses komunikasi mereka.

Elemen selanjutnya adalah messages atau pesan. Pesan adalah signal yang menstimuli penerima. Pesan ini dapat berupa pesan verbal maupu pesan nonverbal. Pesan verbal merupakan pesan yang diungkapkan melalui penggunaan bahasa dan kata-kata. Sedangkan pesan nonverbal adalah pesan yang diungkapkan tan menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan bahasa tubuh, senyum, ekspresi.

Dalam pesan sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu “feedback dan feedforward”. Setelah pesan, elemen berikutnya adalah channel. Channel adalah media yang dilewati oleh pesan. Itu adalah jembatan yang menghubungkan sumber pesan dan penerima pesan. Dalam komunikasi face-to-face, channel tersebut dapat berupa indera pendengaran atau indera penglihatan. Sedangkan dalam komunikasi (antarpribadi) bermedia, channel tersebut dapat berupa telepon atau alat elektronik yang digunakan untuk mengirimkan pesan.


(41)

Elemen berikutnya adalah noise. Noise adalah segala sesuatu yang menggangu isi pesan dan mengakibatkan penerima tidak dapat menerima pesan yang disampaikan oleh sumber. Ada empat macam noise yaitu gangguan fisik, gangguan fisiologis, gangguan psikologi, dan gangguan semantik. Gangguan fisik merupakan gangguan eksternal pada saat komunikasi berlangsung, contohnya adalah suara rebut saat berbicara. Selanjutnya gangguan fisiologis merupakan gangguan yang meliputi kondisi fisik komunikator dan komunikan. Sebagai contoh adalah tuli, artikulasi, atau hilang ingatan. Kemudian yag ketiga gangguan psikologi yaitu gangguan mental, antara lain yaitu suasan emosi, pikiran yang tidak terbuka dan lin sebagainya. Yang terakhir gangguan semantic adalah perbedaan makna antara komunikator dan komunikan yang diakibatkan karena pemakaian bahasa yang berbeda.

Elemen komunikasi lainnya yaitu context atau konteks. Ada beberapa macam konteks yaitu dimensi fisik, dimensi temporal, dimensi sosial-psikologikal, dan konteks budaya. Dimensi fisik yaitu uangan tempat komunikasi berlangsung. Dimensi temporal yaitu meliputi waktu berlangsungnya komunikasi. Dimensi social-psiklogikal meliputi peran, hubungan dan status sosial antara pelaku komunikasi antarpribadi, dan konteks budaya adalah nilai budaya yang dianut oleh pelaku komunikasi antarpribadi.

Elemen berikutnya dalam komunikasi antarpribadi adalah ethics atau etika. Etika ini meliputi benar salah. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif perlu memperhatikan etika yang ada. Elemen terakhir dari komunikasi antarpribadi adalah competence atau kompetensi. Efektif tidaknya suatu komunikasi antar pribadi tergantung pada kompetensi antarpribadi para pelaku komunikasi tersebut, yang dimaksud dengan kompetensi adalah ukuran atas kulitas penampilan baik secara intelektual maupun secara physical.

2.2.3.3Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan tujuan untuk belajar, berhubungan dengan orang lain, mempengaruhi orang lain, bermain, dan menolong orang lain (DeVito, 2007: 7).


(42)

Komunikasi untuk belajar; melalui komunikasi antarpibadi seseorang dapat belajar untuk mengenal dunia luar, suatu peristiwa, orang lain dan juga belajar tentang dirinya sendiri. Dari hasil komunikasi antarpibadi dengan orang lain, manusia dapat bertukar informasi sehingga dapat belajar lebih banyak tentang dunia luar. Selain itu melalui komunikasi antarpribadi dengan orang lain, manusia juga dapat mengetahui bagaimana pandangan orang lain mengenai diri mereka sehingga dapat belajar tentang diri sendiri. Semakin banyak kita berkomunikasi dengan orang lain, semakin banyak mengenal orang dan kita juga semakin mengenal diri kita sendiri. semakin banyak kita berkenalan dengan orang maka semakin banyak pengetahuan kita tentang lingkungan di sekitar kita dan bahkan tentang dunia.

Komunikasi antarpribadi juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam hal ini kegiatan komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi atau membujuk agar orang lain memiliki sikap, pendapat dan atau perilaku yang sesuai dengan tujuan kita. Walaupun tidak selalu, akan tetapi melalui komunikasi antarpribadi dapat memberikan sesuatu untuk dipertimbangkan oleh orang lain, dan tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang dapat terpengaruh untuk melakukan sesuatu dari hasil komunikasi antarpribadi yang dilakukannya. Misalnya mempengaruhi untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan dan contoh lainnya adalah ketika seorang pramuniaga menawarkan produk yang dijualnya.

Tujuan komunikasi antarpribadi yang lain adalah untuk bermain. Dalam hal ini, komunikasi dilakukan untuk hiburan atau menenangkan diri sendiri. Banyak komunikasi antarpribadi yang kita lakukan, yang sepertinya tidak memiliki tujuan yang jelas, hanya mengobrol kesana-kemari, untuk sekedar melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja, atau hanya untuk mengisi waktu ketika harus menunggu giliran diperiksa di rumah sakit. Sepertinya ini merupakan hal yang sepele, tapi komunikasi seperti itu pun penting bagi keseimbangan emosi, dan kesehatan mental. Tujuan ini dapat dilihat pada saat seseorang bercanda atau membicarakan hal-hal lucu bersama orang lain. Melalui pembicaraan ringan atau lucu, seseorang dapat memperoleh hiburan sehingga dapat dikatakan sebagai fungsi bermain.


(43)

Tujuan komunikasi antarpribadi yang terakhir adalah menolong orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi yang dilakukan dengan orang lain, seseorang dapat menawarkan bantuan kepada orang lain. Komunikasi yang terjadi misalnya ketika kita sedang mendengarkan seorang teman yang mengeluhkan sesuatu (curhat) atau seorang klien berkonsultasi dengan seorang psikolog. Proses komunikasi antarpribadi yang demikian merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menolong orang lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran.

Pada penelitian ini, tujuan komunikasi antarpribadi yang dilakukan adalah untuk mempengaruhi orang lain. Masyarakat yang belum memiliki pilihan pasangan calon presiden ataupun yang telah memiliki pilihan calon presiden dapat dipengaruhi dengan komunikasi antarpribadi melalui orang yang mereka kenal ataupun percayai. Melalui komunikasi antarpribadi seseorang dapat mempengaruhi ataupun membujuk orang lain agar mau mengikuti kehendak mereka dalam pemilihan presiden tahun 2014.

2.2.3.4 Hambatan Komunikasi Antarpribadi

Menurut DeVito (2007: 17), hambatan komunikasi antarpribadi terdiri dari 4 macam, yaitu:

1. Hambatan fisik

Hambatan fisik adalah gangguan yang berada di luar kedua pembicara dan pendengar. Gangguan transmisi fisik isyarat atau pesan yang lain. Akibatnya bisa membuat pesan tersebut tetap ada atau menghilangkannya.Dalam kondisi antarpribadi contohnya adalah suara bising yang menggangu pembicaraan dan bisa menjadi hambatan fisik antara sumber dan penerima pesan.

2. Hambatan Fisiologis

Hambatan Fisiologis merupakan hambatan internal yang terjadi karena adanya keterbatasan fisik (bersifat biologis) sumber atau penerima pesan yang melakukan komunikasi antarpribadi. Hambatan fisiologis ini antara lain adanya gangguan pendengaran pada sumber atau


(44)

penerima pesan, masalah artikulasi dalam pengucapan pesan, dan kehilangan ingatan.

3. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis merupakan gangguan pikiran atau gangguan mental.Hambatan ini berhubungan denga prasangka diantara pengirim dan penerima pesan. Pada komunikastor hambatan psikologis terjadi karena adanya kecenderungan bias atau prasangka yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lain atau terhadap pesan. Sedangkan pada komunikan hambatan yang dimiliki akibat kecenderungan acuh tak acuh, pikiran yang tertutup, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat pesan yang diterima dari komunikator.

4. Hambatan Semantik

Hambatan semantik adalah gangguan pada komunikasi antarpribadi yang disebabkan adanya perbedaan bahasa dan makna antara sumber dan penerima pesan.Perbedaan tersebut dapat menyebabkan sumber dan penerima pesan tidak dapat menangkap makna pesan dengan baik. Hambatan semantik ini antara lain terjadi, ketika orang yang berkomunikasi menggunakan bahasa yang berbeda dan komunikator menggunakan istilah yang terlalu rumit tidak dimengerti oleh pendengar.

2.2.4 Multi Step Flow

Model aliran dua tahap ternyata tidak begitu efektif pada masyarakat yang tingkat buta hurufnya kecil. Masyarakat dengan kemampuan membaca dan mengintrepetasikan pesan yang di dengar dan di lihat sangat memungkinkan untuk menerima pesan-pesan dari media massa secara langsung. Meskipun itu tidak berarti mereka tidak menerima pesan-pesan dari opinion leader. Oleh karena itu untuk menyempurnakannya, muncul lah model aliran banyak tahap (multi step flow model). Model ini mengatakan bahwa hubungan timbal balik dari media ke


(45)

khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya (Nuruddin, 2004:134).

Lewat model aliran banyak tahap ini, pemirsa menerima pesan-pesan media massa bisa langsung, bisa juga tidak langsung. Tidak langsung berarti mereka menerima pesan-pesan media melalui pemimpin opini atau kontak langsung dengan media massa. Bahkan individu bisa mendapatkan informasi dari individu yang lain. Misalnya, seorang individu menerima pesan melalui pemimpin opininya (setelah disebarkan lewat kelompok, kemudian individu itu mencari informasi lain dari individu yang lain. Atau bisa juga seorang individu menerima pesan dari kelompoknya tetapi ia juga bisa mendapatkan informasi lain dari kelompok yang lain pula (Nuruddin, 2004:135).

Pada tahap pertama, para pemuka pendapat akan mengakses informasi kemudian tahap keduanya para pemuka pendapat berbagi opini dengan anggota lingkaran dalam sosial mereka. Anggota yang tergabung dalam lingkaran sosial itu memiliki kelompok sosial lainnya, termasuk keluarga, bawahan dan anggota kelompok lain yang akan dipengaruhi oleh mereka. Kita dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain. Misalnya, seseorang mungkin mendengar dari radio bahwa pasar saham akan guncang. Kawan dari orang tersebut mungkin memperkuat keyakinan ini. Surat kabar sore justru mengemukakan keraguan atas keyakinan anda, atau malah barangkali memberikan alasan-alasan yang kuat bagi anda untuk mengubah keyakinan tersebut.

Diskusi dengan keluarga atau orang lain mungkin akan membuat seseorang itu mempertimbangkan kembali keyakinannya .Setiap tahapan dalam proses pengaruh sosial dimodifikasi oleh norma-norma dan kesepakatan dari setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur dengan opini-opini lain yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan melebihi informasi yang disampaikan oleh media massa (Ardianto, 2004:61).

Apabila variasi volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika


(46)

variasi dari opinion leader bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya pengikisan volume informasi. Dengan kata lain para opinion leader menjadi kunci atau penjaga gawang.

Jadi model aliran multi tahap ini sangat berbeda dengan model aliran satu tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antara satu dengan yang lain. Sehingga terpaan media massa dianggap begitu besarnya. Intinya adalah, model alir banyak tahap ini merupakan gabungan dari beberapa model (model alir satu tahap dan model alir dua tahap). Model aliran multi tahap ini tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang itu dipengaruhi baik oleh media itu sendiri atau komunikasi antarpribadi dan bahkan mempengaruhi media dan orang lain (Nuruddin, 2004:136). Seluruh proses ini, seseorang mempunyai pengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan seseorang juga bisa mempengaruhi media dengan berbagai cara. Bahkan Kathleen Hall Janieson dan Karlyn Campbell dalam The Interplay Influence (1998) mengatakan bahwa kita dapat secara efektif mempengaruhi media dengan empat cara utama, yaitu:

2.1Menyampaikan keluhan individual (misalnya menulis surat pembaca atau kepada pihak yang berwenang)

2.2Mengorganisasikan tekanan masyarakat untuk memboikot stasiun pemancar atau produk yang bersangkutan atau melakukan tindakan hukum 2.3Mendesak pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan tertentu 2.4Mengadu ke DPRD atau ke DPR

Intinya adalah model alir banyak tahap ini boleh dikatakan lebih akurat dibanding model yang lain dalam menggambarkan arus media massa kepada khalayak (Nuruddin, 2004:137).

2.2.5 Sikap

2.2.5.1 Definisi Sikap


(47)

mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli (Azwar, 2007).

Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap atau Attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan, 2004). LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri. Dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu (dalam Azwar, 2007).

Menurut Fishben & Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu. Sherif & Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu.Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003.)

Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap


(48)

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara -cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon .

Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif.

2.2.5.2Komponen sikap

Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

3. Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang


(1)

didukung oleh beberapa partai yang diantaranya partai islam yang mendominasi sehingga itu memperkuat saya untuk memilih pak Prabowo Hatta Rajasa.

P: Jadi kenapa memilih media berarti karena ada kesamaan?

I: Iya, kesamaan pendapat baik itu dikoran maupun ditelevisi ataupun internet tadi, walaupun yang sekarang ini yang abang bilang tadi memang tiap-tiap media itu nggak independen lagi gitu siapa yang paling banyak dananya atau mungkin uangnya bisa dia yang didukung, tapi saya rasa kemarin itu tiap-tiap media itu memang memberikan informasi yang sudah baik lah gitu nggak pala mendukung memihak siapapun gitu kalau menurut saya memberikan informasi yang baik gitu, sehingga memang kita pemilih pun bisa memilih hak kita secara langsung gitu.


(2)

NAMA INFORMAN : Tri Yaninta Ginting S. P

USIA : 24 Tahun

JENIS KELAMIN : Perempuan

SUKU : Batak Karo

PEKERJAAN : Mahasiswa

AGAMA : Islam

ALAMAT : Pasar IV Namutrasi Balai dukum

TANGGAL : 16-17 Juni 2015

WAKTU : 19:00 WIB – 19:30 WIB dan 19: 00 WIB – 19:15 WIB

P: Waktu pemilihan presiden kemarin tahun 2014 milih nggak?

I: Iya milih

P: Masih ingat siapa-siapa aja calonnya?

I: Masih, Prabowo sama Jokowi

P: Dapat informasi tentang pasangan capres itu darimana?

I: Dari media sosial, sosmed sosial media dari media televisi, dari koranlah tapi paling banyak dari media sosial sih

P: Kalo boleh tau informasi apa saja yang diperoleh?

I: visi misinya, terus karakteristik daripada capres dan cawapresnya terus latar belakang sejarahnya lah tapi yang terutama visi-misinya lah

P: Jadi informasi itu yang pada akhirnya menentukan pilihanmu?

I sebetulnya sih nggak patokannya, tapi lebih ke karakteristiknya, lagian dua calon itu punya visi-misi yang bagus kan, yang membuat aku memilih calon nomor 2 itu lebih kepada karakteristiknya sih

P: Berarti informasi dari media itu yang pada akhirnya membuat yani memutuskan untuk memilih calon nomor 2?

I: nggak, media cuma sebagai perbandingan aja sih, awalnya itu dari orang tuaku jadi yang lainnya Cuma sebagai pendukung aja sih


(3)

I: Sejarah daripada capresnya lah iyakan, salah satunya capres nomor satu itulah sejarah dari capres nomor satu berimbas daripada pilihan saya yang lari ke nomor dua

P: memang ada apa dengan sejarahnya?

I: Sejarahnya seperti Trisakti terus dari pada antek-antek daripada Suharto, yaudah dan itu satu mereka menggunakan politik hitam, disitu mereka saling menuduh kan tapi karena awalnya uda srek sama yang nomor dua terus dibumbui dengan sejarah buruk dari nomor satu ya lebih memperkuat untuk memilih nomor dua.

P: Didalam persaingan politik hitam kenapa lebih memilih nomor dua?

I: Kalo dilihat daripada yang nomor satu mereka terlalu menggebu-gebu untuk menjelek-jelekkan yang nomor dua, kalo yang nomor dua terlihat lebih santai dan tidak terlalu menanggapi politik hitam nomor satu.

P: Jadi informasi yang diberikan orang tua itu seimbang tentang kebaikan dan keburukan terus itu yang membuat Yani memilih nomor dua.

I: Nggak sepenuhnya dari situ juga kan, kan kita membaca dari pada dari ya kayak sejarah-sejarahnya di google kayak mana yakan dari yang uda diposting-posting dari kubu satu kubu dua yaudah makanya sosial media juga sangat berpengaruh.

P: Jadi kenapa alasan anda mempercayai orang tua anda, apa yang mendasari anda mengikuti saran mereka?

I: emm, karena dari dulunya memang saya lebih cenderung untuk kayak pemilihan presiden tahun 2009 sayakan juga berkonsultasi tu sama orang tua memang dari dulunya saya lebih mengikuti apa kata-kata orang tua saya dan saya juga menilai dari apa yang saya lihat juga.

P: Bagaimana bila kata hati anda pada awalnya memilih nomor satu

sementara orang tua menyuruh memilih nomor dua mana yang anda ikuti?

I: Saya melihat juga ya itu tadi saya lihat dulu dari pada media sosial terus saya seleksi juga yasudah saya juga nggak terlalu terpatok sih yakan walaupun saya percaya sama orang tua saya yakan saya juga melihat juga saya melihat juga dari


(4)

sikap dan saya melihat daripada adu debat-debat mereka ditelevisi saya melihat daripada sifat dan karakter si Prabowo gimana cara dia menerangkan visi-misinya gimana cara dia menanggapi suatu jawaban dan menanggapi emosionalnya gitu melihat-lihatlah karakternya gitu.

P: gimana kalo anda sudah bulat memilih nomor dua tetapi orang tua anda memaksa untuk memilih nomor satu apa keputusan anda?

I: Ya kembali lagi saya lihat nomor satunya, tapi ya kemungkinan saya juga akan pilih nomor satu, ya intinya orang tua sih sebenarnya.


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Jl. Dr. A. Sofyan No.I Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : AndriAgasiMarpaung NIM : 090904057

PEMBIMBING : Mazdalifah, M.Si, Ph.D

NO TANGGAL PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING

1 23 Maret 2015 Bimbingan Proposal 2 7 April Seminar Proposal 3 11 Mei 2015 BimbinganBab I, II, III 4 25 Mei 2015 ACC Bab I, II, III

danpenyerahanPanduan wawancara

5 3 Juni 2015 Revisi panduan wawancara 6 11 Juli 2015 Penyerahan bab I sampai

Bab V 7


(6)

BIODATA PENELITI

Nama : AndriAgasiMarpaung

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : NamuTrasi / 20 Mei 1991

Anak Ke : Dua dari dua bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Pasar IV Namu Trasi

No. Telp/Hp : 085270988867

Email : andrimarpaung21@gmail.com

Nama Ayah : Sofyan G. Marpaung

Nama Ibu : Kasih Mawarni

Alamat Orang Tua : Pasar IV Namu Trasi

Pendidikan :

SD Negeri 050621 1997-2003

SMP Swasta Teladan Binjai 2003-2006

SMA Swasta Ahmad YaniBinjai 2006-2009

Pengalaman :


Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENSOSIALISASIKAN PEMILU LEGISLATIF Studi Pada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tulang Bawang Dalam Pemilu Legislatif 2009)

0 8 21

PERAN FACEBOOK DALAM KOMUNIKASI POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Facebook dalam Komunikasi Politik Partai Nasional Demokrat bagi Pemilih Pemula tentang Calon Presiden Yang Diusung dalam Pemilihan Umum Presiden 2014).

0 3 16

PENDAHULUAN PERAN FACEBOOK DALAM KOMUNIKASI POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Facebook dalam Komunikasi Politik Partai Nasional Demokrat bagi Pemilih Pemula tentang Calon Presiden Yang Diusung dalam Pemilihan Umum Presiden 201

2 12 47

POLA KOMUNIKASI PEMILIH PEMULA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI PEMILU (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Pemilih Pemula dalam Memperoleh Informasi Politik Saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fak

0 0 16

MEDIA KOMUNIKASI POLITIK CALEG TERPILIH DALAM BERKAMPANYE (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pemilu Legislatif di Kabupaten Sragen)

0 0 8

Efektifitas Komunikasi Aparat Desa dalam Mewujudkan Ketahanan Wilayah

0 0 11

Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN - Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 7

Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 14