Analisis Epidemiologis Efek Paparan Debu ( Total Suspended Particulates) Terhadap Kondisi Kesehatan Karyawan Petugas Pintu Tol Belmera Medan

(1)

ANALISIS EPIDEMIOLOGIS EFEK PAPARAN DEBU ( TOTAL SUSPENDED PARTICULATES) TERHADAP KONDISI KESEHATAN

KARYAWAN PETUGAS PINTU TOL BELMERA MEDAN

TESIS

Oleh

EVAWANI MARTALENA SILITONGA 067004008/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISIS EPIDEMIOLOGIS EFEK PAPARAN DEBU ( TOTAL SUSPENDED PARTICULATES) TERHADAP KONDISI KESEHATAN

KARYAWAN PETUGAS PINTU TOL BELMERA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVAWANI MARTALENA SILITONGA 067004008/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : ANALISIS EPIDEMIOLOGIS EFFEK PAPARAN TOTAL SUSPENDED PARTICULATES TERHADAP KONDISI KESEHATAN KARYAWAN PETUGAS PINTU TOL BELMERA MEDAN

Nama Mahasiswa : Evawani Martalena Silitonga Nomor Pokok : 067004008

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof.dr.Sorimuda Sarumpaet, MPH) Ketua

(Drs.Chairuddin, MSc) ( Drs. Heru Santosam MS) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS ) ( Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 September 2008

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH Anggota : 1. Drs. Chairuddin, MSc

2. Drs. Heru Santosa, MS 3. Prof. Dr. Erman Munir, MSc 4. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, MSc


(5)

(6)

ABSTRAK

Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas. Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kegiatan industri dan trasnportasi yang berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara. Terutama Total Suspended Particulates (TSP). Kendaraan bermotor dalam hal ini adalah kintributor paling utama dalam terjadinya peningkatan pencemaran udara di jalanan.

Karyawan petugas pintu tol adalah yang paling rentan terhadap paparan Total Suspended Particulates (TSP) karena mereka langsung bekerja di tengah emisi kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan Total Suspended Particulates di tiap gerbang tol Belmera dan paparan Plumbum yang ada dalam Total Suspended Particulates tersebut di udara ambient gerbang tol dan juga dalam kadar darah petugas pintu tol serta kadar Hb darah dan kondisi kesehatan karyawan.

Rancangan penelitian adalah cross-sectional, dengan uji t dan ÷2 dimana diperolehhasil bahwa kadar Total Suspended Particulates tertinggi adalah di gerbang tol Amplas (926µg/m3). Kadar Pb ambient tertinggi juga terdapat di Gerbang Tol Amplas (1,368µg/m3).Sedangkan kadar Pb dalam darah karyawan pintu tol dan karyawan non pintu tol berbeda (p=0,01) meskipun semuanya masih di baah nilai ambang batas. Demikian juga kadar Hb darah responden semua dalam kondisi normal. Kondisi kesehatan karyawan pintu tol berbeda dari karyawan non pintu tol. Dimana karyawan pintu tol mengalami gangguan penglihatan 53,1%, gangguan pernafasan 46,9%, gangguan konsentrasi 62,5%, dan gangguan daya ingat sebesar 37,5%. Sedangkan karyawan non pintu tol tidak ada yang mengeluhkan gangguan kesehatan ini.

PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol Belmera Medan sudah secara rutin mnelaksanakan medical check-up terhadap seluruh karyawan tetap mereka. Dan diharapkan karyawan petugas pintu tol ini akan mendapat perhatian lebih dari pimpinan terutama dalam pengaturan shift kerja.

Kata Kunci : Suspended Particulates (TSP), Plumbum (Pb), Haemoglobin (Hb), status kesehatan karyawan


(7)

ABSTRACT

Air was mixed by various kinds of gases. Air quality in Indonesia now is showing degradation. The increase of economic development has made the industrialization and transportasion became higher and they has been contributed to the increased of air polution, include the Total Suspended Partculates (TSP). Vehicle trasnportations are the major contributor for the increasing of air polution on the street.

Highway gate employees are the most susceptible affected by The Total Suspended Particulates (TSP), because they work all day around vehicle emissions. The results of this thesis was to know the content of Total the Suspended Particulates in the ambient highway Belmera gates and the contents of Plumbum (Pb) on the ambient air of higway Belmera Gates. And also to know the contents of Plumbum (Pb) on the blood of the employees. The Haemoglobine contents and the health condition of the employees.

This study was cross-sectional study with t-test significancy and the ÷2 and

Anova test. The results are the higher contents of Total Suspended Particulates is on The Amplas Gate (926µg/m3), so do the Plumbum (Pb) contents (1.368µg/m3). The Plumbum (Pb) mean on the employees blood are still under the assaulth of WHO. And there is a significant differences within the gate employees and non gate employees.. The haemoglobine was still normal. Health status of the employees is significancy different (p=0,001).Where are the gate-employees feel eye sickness are 53,1%, breathe sickness are 46,9%, concentration 62,5% and remembrance are 37.5%. but non-gate employees feel no one of these sickness.

All of the employees habe had routine medical check-up every year. And hope they will have a good condition with their jobs.

Key words : Suspended Particulates Matters (TSP), Plumbum (Pb), haemoglobine (Hb), health status


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan

2. Prof. Dr. Alvi Syahrin, MS, selaku Ketua Program Studi S-2 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan SPs-USU Medan

3. Prof. Dr. Erman Munir, MSc, selaku Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan SPs-USU Medan

4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Komisi Pembimbing 5. Drs. Chairuddin, MSc dan Drs. Heru Santosa, MS, selaku pembimbing II dan

pembimbing III

6. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, MS, selaku dosen pembanding

7. Koordinator Kopertis Wil-I NAD-Sumut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S-2

8. Bang Ponci, Johan, Mbak Maya dan Pak Min yang banyak membantu iii


(9)

penulis selama mengikuti perkuliahan di PSL SPs-USU Medan

9. Kepala Cabang PT Jasa Marga Cabang Belmera Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya.

10. Teman-teman seangkatan PSL-2006 yang telah memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

11. Orangtua St.K.P.Silitonga (+) dan Mama T. Sinaga (Op. Deandra) yang menjadi sumber semangat dan inspirasi serta atas dorongannya yang tiada habis, serta mertuaku I.B. Sidabutar / M br Sianturi (Op. Kristina)

12. Suamiku Ir. Maruli Sidabutar yang telah banyak berkorban dan tetap memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penelitian ini.

13. Anak-anakku Kristina Debora, Helena Agustine, Joy Natalia dan William Alexander yang sudah banyak terlupakan dan terkurangi perhatiannya selama penulis mengikuti pendidikan dan penelitian ini

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut.

Medan, September 2008 Evawani Martalena Silitonga iv


(10)

RIWAYAT HIDUP

Evawani Martalena Silitonga, lahir di Pekanbaru (Riau) pada tanggal 24 Juni 1973 dari pasangan St. K.P. Silitonga(+) dan Tumiar Sinaga (Op. Deandra), yang saat ini berdomisili di Kota Jambi. Merupakan anak sulung dari 3 bersaudara (Anthonius Silitonga, SP dan Alfredo Silitonga, S.Kom)

Pendidikan dasar di lalui di SD Xaverius Jambi sampai kelas III, kemudian pindah ke Semarang (Jawa Tengah) dan melanjutkan pendidikan di SDL Don Bosco Semarang. Tahun 1986 melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP PL Domenico Savio Semarang. Tahun 1989 melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri III Semarang, kemudian pindah pada saat kelas II ke kota Jambi dan masuk ke SMA Negeri I Jambi, tamat 1992. Pendidikan tinggi dilanjutkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan pada tahun 1992 dan selesai pada tahun 1996.

Menikah dengan Ir. Maruli Sidabutar pada 15 Februari 1997 dan telah dikarunia 3 orang putri dan seorang putra, yaitu Kristina Debora Sidabutar ( 1 Maret 1998 ), Helena Agustine Sidabutar (3 Agustus 1999), Joy Natalia Sidabutar (31 Desember 2003) serta William Alexander Sidabutar (1 Agustus 2007)

Pada tahun 2004 mengikuti ujian masuk PNS di Kopertis Wilayah I NAD-Sumut dan diterima sebagai staff pengajar. Ditempatkan sebagai dosen dipekerjakan di STIKes Medistra Lubuk Pakam. Kemudian pindah dpk ke STIKes Sumut Medan


(11)

pada tanggal 01 Juni 2008.

Pada tahun 2006 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana USU Medan melalui beasiswa BPPS Dikti.


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

RIWAYAT HIDUP………. v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR………. xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN...……… 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah………. 5

1.3. Kerangka Konsepsional………... 6

1.4. Tujuan Penelitian……… 6

1.5. Manfaat Penelitian……… 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.………..……… 8

2.1. Batasan Pengertian Pencemaran Udara………....... 8

2.2. Partikel……… 9 vii


(13)

2.3. Jenis Penyakit Akibat Paparan Total Suspended Partikulat....…………... 15

2.3.1. Darah... 15

2.3.2. Paru... 15

2.3.3. Kelenjar Mucus... 15

2.4. Penelitian Sebelumnya... 2.4.1. Kendaraan Bermotor ... 16 16 BAB 3 BAHAN DAN METODOLOGI... 24

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 24

3.2. Bahan dan Alat Penelitian... 24

3.2.1. Bahan dan Alat Pengukuran... 24

3.2.2. Kuesioner Bagi Karyawan... 28

3.3. Jenis dan Sumber Data... 28

3.3.1. Jenis Data... 28

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 29

3.3.3. Populasi dan Sampel... 29

3.4. Desain Penelitian... 29

3.5. Definisi Operasioal... 30

3.6. Analisis Data... 33

3.6.1. Jenis Variabel... 33

3.6.2. Menghitung Signifikansi... 33


(14)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

4.1. Hasil Penelitian ... 35

4.1.1. Kendaraan Bermotor... 35

4.1.2. Distribusi Karyawan/Responden... 36

4.1.3. Total Suspended Particulates (TSP) Gerbang Tol Belmera…... 41

4.1.4. Kadar Pb Udara Ambient Gerbang Tol Belmera Medan…... 42

4.1.5. Kadar Pb Darah dan Hb Responden Karyawan Tol Belmera Medan Tahun 2008... 43

4.1.6. Gangguan Kesehatan... 44

4.2. Pembahasan... 4.2.1. Kadar Total Suspended Particulates di Pintu Tol Belmera ……… 47 47 4.2.2. Kadar Pb Ambient Gerbang Tol Belmera Medan... 49

4.2.3. Kadar Pb Dalam Darah Responden ... 50

4.2.4. Kadar Hb Darah Responden... 53

4.2.5. Kondisi Kesehatan Responden... 54

4.3. Medical Check-Up... 55

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1. Kesimpulan... 56

5.2. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1 Produksi Minyak Bumi, Gas Bumi, Batubara dan LNG……… 2

2 Komposisi Udara Bersih dan Kering………. 8

3 Ukuran Partikel Debu Dalam Saluran Pernafasan... 11

4 Jumlah Kendaraan Bermotor ( Unit ) Yang Terdaftar Di Sumatera Utara 1998 – 2006... 17

5 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2002 – 2006 di Kotamadya Medan ... 19

6. Perkiraan Besarnya Emisi Debu Yang Berasal Dari Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2004 – 2006 ( Ton / Tahun )... 19

7. Rata-Rata Bulanan Konsentrasi Partikel Terlarut Di Udara Beberapa Kota Menurut Bulan dan Kota (ìg/m3) 2005 – 2006... 20

8 Beban Emisi Perkapita Pertahun 2006 – 2007... 21

9. Beban Emisi Debu Per PDRB Pertahun 2000 – 2006... 21

10 Hasil Pengukuran TSP di Malaysia………. 22

11. Rata-Rata Tingkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota Bandung…... 23

12 Banyaknya kendaraan Bermotor Tahun 2005-2007 di Jalan Tol Belmera Medan………... 35

13. Distribusi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Umur Tahun 2008………... 37

14 Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin... 38

15 Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Lama Kerja Tahun 2008... 38


(16)

16. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Jarak Rumah Ke Lokasi Kerja Tahun 2008……….

39

17. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera

Medan Berdasarkan Transport ke Tempat Kerja Tahun 2008 ……… 40 18. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera

Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tahun 2008... 40 19. Jumlah Total Suspended Particulates Udara Ambient di Gerbang Tol

Belmera Medan 2008……… 41 20 Kadar Pb Dalam Udara Ambient Di Gerbang Tol Belmera Medan Tahun

2008... 42

21. Distribusi Kadar Frekuensi Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008 ……….. 43 22. Distribusi Frekuensi Kadar Hb Darah Responden Pintu Tol dan Non

Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008... 44 23. Distribusi Keluhan Gangguan Penglihatan Yang Dialami oleh Responden

Karyawan Jalan Tol Belmera Medan 2008……….. 45 24 Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Pernafasan Responden Pintu

Tol Belmera Medan Tahun 2008……...………. 45 25 Distribusi Frekuensi Gangguan Konsentrasi Responden Pintu Tol

Belmera Medan……….……….46 26 Distribusi Keluhan Gangguan Daya Ingat Responden Pintu Tol Belmera

Medan ………..……… 46


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Kerangka Konsepsional... 6 2 Kerangka Operasional Penelitian... 34 3. Grafik Perbedaan Kadar Total Suspended Particulates di Gerbang Tol

Belmera Tahun 2008... 48 3. Grafik Perbedaan Kadar Plumbum (Pb) Ambient Gerbang Tol Belmera

Tahun 2008... 50 4. Grafik Perbedaan Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol Belmera

Medan Tahun 2008... 50 5. Grafik Distribusi Kadar Hb RespondenPintu Tol dan Non Pintu Tol

Belmera Medan Tahun 2008... 54 6. Grafik Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Kesehatan Oleh Responden

Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008... 54


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal 1. Daftar Keterangan Master Data Responden……….. 62 2. Daftar Keterangan Master Data Responden……….. 65 3. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian Dari PT Jasa Marga Cabang Medan 69 4. Laporan Hasil Uji Laboratorium dari BTKL Medan……….... 70


(19)

ABSTRAK

Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas. Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kegiatan industri dan trasnportasi yang berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara. Terutama Total Suspended Particulates (TSP). Kendaraan bermotor dalam hal ini adalah kintributor paling utama dalam terjadinya peningkatan pencemaran udara di jalanan.

Karyawan petugas pintu tol adalah yang paling rentan terhadap paparan Total Suspended Particulates (TSP) karena mereka langsung bekerja di tengah emisi kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan Total Suspended Particulates di tiap gerbang tol Belmera dan paparan Plumbum yang ada dalam Total Suspended Particulates tersebut di udara ambient gerbang tol dan juga dalam kadar darah petugas pintu tol serta kadar Hb darah dan kondisi kesehatan karyawan.

Rancangan penelitian adalah cross-sectional, dengan uji t dan ÷2 dimana diperolehhasil bahwa kadar Total Suspended Particulates tertinggi adalah di gerbang tol Amplas (926µg/m3). Kadar Pb ambient tertinggi juga terdapat di Gerbang Tol Amplas (1,368µg/m3).Sedangkan kadar Pb dalam darah karyawan pintu tol dan karyawan non pintu tol berbeda (p=0,01) meskipun semuanya masih di baah nilai ambang batas. Demikian juga kadar Hb darah responden semua dalam kondisi normal. Kondisi kesehatan karyawan pintu tol berbeda dari karyawan non pintu tol. Dimana karyawan pintu tol mengalami gangguan penglihatan 53,1%, gangguan pernafasan 46,9%, gangguan konsentrasi 62,5%, dan gangguan daya ingat sebesar 37,5%. Sedangkan karyawan non pintu tol tidak ada yang mengeluhkan gangguan kesehatan ini.

PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol Belmera Medan sudah secara rutin mnelaksanakan medical check-up terhadap seluruh karyawan tetap mereka. Dan diharapkan karyawan petugas pintu tol ini akan mendapat perhatian lebih dari pimpinan terutama dalam pengaturan shift kerja.

Kata Kunci : Suspended Particulates (TSP), Plumbum (Pb), Haemoglobin (Hb), status kesehatan karyawan


(20)

ABSTRACT

Air was mixed by various kinds of gases. Air quality in Indonesia now is showing degradation. The increase of economic development has made the industrialization and transportasion became higher and they has been contributed to the increased of air polution, include the Total Suspended Partculates (TSP). Vehicle trasnportations are the major contributor for the increasing of air polution on the street.

Highway gate employees are the most susceptible affected by The Total Suspended Particulates (TSP), because they work all day around vehicle emissions. The results of this thesis was to know the content of Total the Suspended Particulates in the ambient highway Belmera gates and the contents of Plumbum (Pb) on the ambient air of higway Belmera Gates. And also to know the contents of Plumbum (Pb) on the blood of the employees. The Haemoglobine contents and the health condition of the employees.

This study was cross-sectional study with t-test significancy and the ÷2 and

Anova test. The results are the higher contents of Total Suspended Particulates is on The Amplas Gate (926µg/m3), so do the Plumbum (Pb) contents (1.368µg/m3). The Plumbum (Pb) mean on the employees blood are still under the assaulth of WHO. And there is a significant differences within the gate employees and non gate employees.. The haemoglobine was still normal. Health status of the employees is significancy different (p=0,001).Where are the gate-employees feel eye sickness are 53,1%, breathe sickness are 46,9%, concentration 62,5% and remembrance are 37.5%. but non-gate employees feel no one of these sickness.

All of the employees habe had routine medical check-up every year. And hope they will have a good condition with their jobs.

Key words : Suspended Particulates Matters (TSP), Plumbum (Pb), haemoglobine (Hb), health status


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi udara normal terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93 %, dan karbondioksida 0,03%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa tumbuh-tumbuhan. (Chandra, 2006)

Udara juga merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga menghantarkan suara, bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat pula menjadi media penyebaran penyakit pada manusia.

Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh yang ditandai dengan laju urbanisasi yang tinggi telah mendorong peningkatan kebutuhan energi, terutama energi yang berasal dari bahan bakar minyak atau fosil, yang pada akhirnya menyebabkan bertambahnya buangan sisa energi.

Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi, terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%.(Sudrajad, 2005).


(22)

Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kegiatan industri dan transportasi yang berkontribusi pada penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini terjadi karena emisi yang berasal dari industri, transportasi, domestik ataupun kebakaran hutan yang telah melampaui daya dukung lingkungan. Sebagai gambaran bahwa peningkatann ini dapat dilihat dari pemakaian bahan bakar fosil yang banyak digunakan untuk penunjang kegiatan industri dan teknologi.

Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% pertahun . Dengan proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018.(Gunawan 2007)

Konsumsi energi terbanyak adalah di bidang perlistrikan, baik itu domestik, dan industri. Energi listrik ini berasal dari gas bumi, minyak bumi dan batu bara. Perkembangan pemakaian bahan bakar ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Produksi Minyak Bumi, Gas Bumi, Batubara dan LNG No Produksi 1973/1974 1983/1984 1990/1991 1 Minyak Bumi (juta barrel) 508.4 517.6 553.0 2 Gas Bumi ( ribu Mcf) 186.1 1.228.2 2.206.9 3 Batubara (ribu ton) 145.8 614.7 11.211.6 4 LNG (juta MMBTU) 226.2 569.3 1.142.0

Sumber : Wardhana, 2004

Kemajuan industri juga meningkatkan jumlah alat angkutan baik darat, udara, air yang semuanya mengeluarkan polusi ke udara. Emisi yang dikeluarkan oleh alat


(23)

transportasi ini mengandung banyak zat yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi udara sekitar kita. Zat-zat yang dikeluarkan oleh emisi kendaraan dan industri ini berupa gas karbondioksida, karbonmonoksida, hidrokarbon, sulfurdioksida, ozone, nitrogendioksida dan juga partikel debu.

Penurunan kualitas udara perkotaan ini berdasarkan penelitian Kusminingrum 2007 di berbagai kota besar untuk NOx dapat dilihat sebagai berikut : Bandung 0,063 ppm, Surabaya 0,017 ppm, Yogyakarta 0,054 ppm, dan Medan 0,067 ppm. Sedangkan ambang batas baku mutu udara ambien untuk NOx adalah : 0,05 ppm sesuai Kep.02/MENKLH/1998.

Sebagai contoh di Jakarta berdasarkan hasil studi Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development) menunjukkan kendaraan di Jakarta menyumbang emisi sebesar (diperkirakan hal yang sama juga terjadi di kota besar laninnya di Indonesia) : Pb 100%, SPM 42%, HC 89%, NOx 64% dan CO hampir 100%.

Masalah pengotoran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sementara berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan (tahun 1999) di kota Bandung dan Surabaya menyimpulkan bahwa setiap orang mengeluarkan biaya kesehatan rata-rata Rp 30.000/orang/th.(Gunawan, 2007)

Polusi udara yang mempengaruhi kesehatan .Ini disebabkan oleh partikulat matter. Partikulat ini diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan. Pada konsentrasi 140 µm/m3 dapat


(24)

menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350

µm/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronchitis.( UAQ-I SDP, 2006)

Sebenarnya udara sendiri cenderung mengalami pencemaran oleh kehidupan dan kegiatan manusia serta proses alam lainnya. Hal ini misalnya dapat dilihat dari terjadinya bencana alam, proses metabolisme manusia, pekerjaan manusia dan lain sebagainya.

Kawasan Industri Medan yang merupakan suatu sentra pembangunan industri kota Medan sangat berkontribusi dalam peningkatan polusi di Medan. Demikian juga halnya dengan asap kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin banyak seiring dengan sudah menjadi kebutuhan manusia akan moda transportasi yang bersifat pribadi. Yang dengan sendirinya tentu akan memberikan dampak sisa emisi dari buangan pembakaran kendaraan bermotor.

Orang-orang yang bekerja langsung berhubungan dengan bensin seperti petugas pompa bensin dan pintu tol, polisi lalu lintas, sopir taxi dan pegawai dapat mengakumulasi Pb dalam darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang tidak langsung berhubungan dengan bahan bakar fosil.(Siregar, 2005). Pb dalam hal ini dapat berada di antara partikel yang melayang di udara dalam hal ini suspended particulate matters (TSP ).

Jalan tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera) adalah jalan tol pertama di Propinsi Sumatera Utara yang saat ini sedang beroperasi. Jalan tol ini melayani lalu lintas dari dan ke Pelabuhan Belawan, yang merupakan pelabuhan terbesar di Sumatera. Adapun jalan tol ini mempunyai 6 buah pintu pembayaran tiket


(25)

baik untuk keluar maupun masuk, yaitu : Amplas, Tanjung Mulia, Tanjung Morawa, Mabar, Bandar Selamat dan Belawan.

Karyawan petugas pintu tol ini sangat rentan terhadap paparan debu yang dikeluarkan asap kendaraan bermotor yang hendak mengambil tiket tol dan membayar tiket tol. Hal ini disebabkan asap kendaraan bermotor yang banyak mengeluarkan polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Karyawan petugas pintu tol, dalam hal ini pintu tol Belmera Medan, merupakan orang yang setiap hari bekerja dalam kondisi dilalui oleh asap kendaraan bermotor. Dan terutama juga oleh karena pintu tol Belmera berada di sekeliling kawasan industri.

Hal ini tentunya akan mempunyai dampak yang cukup banyak bagi mereka oleh karena mereka langsung terpapar oleh debu kendaraan bermotor dan juga emisi dari pabrik yang berada di sekitar pintu tol tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh paparan polutan udara dalam hal ini total suspended partikulat (TSP ) terhadap kesehatan karyawan pintu tol Belmera Medan dan mengetahui apakah ada perbedaan Total Suspended Partikulates ( TSP ) di tiap pintu tol Belmera .


(26)

1.3. Kerangka Konsepsional

Gambar 1. Kerangka Konsepsional 1.4.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan kadar Total Suspended Particulates di tiap pintu tol Belmera Medan.

2. Mengetahui kadar paparan polutan Total Suspended Particulates pada karyawan petugas pintu tol

3. Mengetahui perbedaan kadar paparan Total Suspended Particulates Pb pada karyawan petugas pintu tol dan karyawan tidak petugas pintu tol Belmera

4. Mengetahui kadar Hb karyawan pintu tol Belmera

Pembangunan

Kemajuan Sektor Industri

&Transportasi Polusi udara

Jalan Tol

Kesehatan karyawan penjaga pintu tol.


(27)

5. Mengetahui perbedaan kadar Hb karyawan petugas pintu tol dan karyawan tidak petugas pintu tol Belmera

6. Mengetahui kondisi kesehatan karyawan petugas pintu tol Belmera Medan 7. Mengetahui perbedaan kondisi kesehatan karyawan petugas pintu tol dan

karyawan tidak petugas pintu tol Belmera.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi usaha pengelolaan lingkungan terutama lingkungan kerja karyawan tol Belmera Medan dan dapat memberikan manfaat bagi upaya mencegah dan menurunkan angka kesakitan akibat kerja di lingkungan kerja.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannnya. ( Chandra, 2006 )

Udara yang bersih merupakan campuran dari berbagai gas. Susunannya seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Komposisi Udara Bersih dan Kering

Macam Gas Volume (%)

Nitrogen (N2) Oksigen (O2) Argon (Ar)

Karbondioksida(CO2) Helium (He)

Neon (Ne) Xenon (Xe) Kripton (Kr) Metana (CH4)

Karbon Monoksida (CO) Amoniak (NH3)

Nitrat Oksida (N2O) Hidrogen Sulfida (H2S)

78 21 0,94 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 Sedikit sekali Sedikit sekali Sedikit sekali Sedikit sekali Sedikit sekali Sumber: Sastrawijaya,2006


(29)

Sumber pencemaran udara dapat dikatagorikan atas sumber bergerak dan sumber tidak bergerak, yang meliputi berbagai faktor termasuk transportasi, industri dan domestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan bakar fosil, baik yang didalam mesin (transportasi), proses pembakaran dan pengolahan industri, maupun pembakaran terbuka (domestik), mengeluarkan pencemar-pencemar udara yang hampir sama, walaupun secara spesifik jumlah masing-masing pencemar yang diemisikan masih tergantung pada karakteristik (properti) bahan bakar dan kondisi pembakaran.(UAQ-i SDP. 2006)

Dari beberapa komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini : 1. Karbon monoksida (CO)

2. Nitrogen Oksida ( NOx) 3. Belerang Oksida (SOx) 4. Hidrokarbon (HC) 5. Partikel

2.2. Partikel

Berdasarkan penelitian Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development ) menunjukkan bahwa kendaraan di Jakarta ( diperkirakan kondisi yang sama terjadi di kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi timbal 100%, SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oxida 64% dan hampir seluruh karbonmonoksida. (Gunawan, 2007)


(30)

Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan pada tahun 2003 ada 4,48 juta unit kendaraan yang setiap hari memenuhi jalan raya. Dari jumlah itu tidak seluruh kendaraan dalam kondisi mesin yang bagus. (Kusminingrum, 2007)

Menurut Wardhana ( 2004 ), penyebab pencemaran udara yang menghasilkan partikel secara umum ada 2 macam, yaitu :

a. Karena faktor internal ( secara alamiah ), yaitu : 1. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin

2. Abu ( debu ) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik

3. Proses pembusukan sampah organik

b. Karena faktor eksternal ( karena ulah manusia ), contoh : 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil

2. Debu atau serbuk dari kegiatan industri

3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Suspended partikulat ( partikulat polutan ), sangat banyak jenisnya termasuk di dalamnya material dan partikel yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian. (Hahn and Payne, 1991 )

Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10 sangat berbahaya bagi kesehatan. ( Soemarwoto, 2004 ). Suspended partikulat adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap serta melayang di udara.


(31)

Secara fisik, partikulat dikatagorikan sebagai pencemar udara aerosol. Debu terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu padat (solid) dan cair (likuid). Partikulat yang terdiri atas partikel padat misalnya dust, fumes dan smoke.

Dust terdiri atas berbagai ukuran mulai dari yang mikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernapasan, umumnya lebih kecil daripada 100 mikron dan bersifat dapat terhisap ke dalam tubuh. Paparan dari Total Suspended Particulate ini juga banyak yang mengandung partikel timah hitam dalam hal ini dikenal sebagai Pb yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan banyak berhubungan dengan tempat kerja.

Tabel 3. Ukuran Partikel Debu Dalam Saluran Pernafasan

Ukuran Saluran Pernafasan

8 – 25 mikron 2 – 8 mikron 0,5 – 2 mikron < 0,5 mikron

Melekat di hidung dan tenggorokan Melekat di saluran bronchial Deposit pada alveoli

Bebas keluar masuk melalui saluran pernafasan Sumber : Chandra, 2006

Suspended partikulat sebagai komponen dari faktor kimia ( nuisance) merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja.. Pengaruh partikulat terhadap produktivitas dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh debu secara langsung terhadap kenyamanan kerja tentunya akan mengganggu waktu penyelesaian kerja dan hasil pekerjaan. Paparan suspended partikulat yang melebihi nilai ambang batas akan mempengaruhi aktivitas kerja. Sedangkan secara tidak langsung dapat menimbulkan berbagai


(32)

gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja karena pekerja menderita sakit. (Panggabean dan Silaban, 2003 )

Polutan partikulat ini dapat bermacam-macam, termasuk didalamnya yang berupa material dan partikel. Ini dapat secara potensial menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang fatal, termasuk di dalamnya silikososis yang berasal dari debu kapur, asbestosis yang berasal dari serat asbestos.

Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter ( RPM ). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi

pandangan mata. (Chahaya, 2003 )

Partikulat yang terhisap ke dalam system pernafasan akan disisihkan tergantung dari diameternya.. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhable) akan masuk ke dalam paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama.

PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan. Pada konsentrasi 140 µm/m3 dapat menurunkan


(33)

fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µm/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronchitis.( UAQ-I SDP, 2006)

Sedangkan dampak nyata dari beberapa polutan yang menyerang kesehatan manusia sangat banyak. Menurut Hahn dan Payne ( 1991) umur, gender, genetic, pekerjaan, tempat tinggal dan olahraga perorangan, dan gaya hidup juga berpengaruh bagi kesehatan. Bagaimanapun pencemaran udara terutama akan sangat berdampak bagi orang dewasa, perokok, dan orang-orang yang punya masalah dalam saluran pernafasan dan orang-orang yang harus bekerja pada daerah yang udaranya tercemar. Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, sebagai berikut :

1. Secara cepat :

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan.

2. Efek lambat :

Pencemaran udara diduga juga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain : empisema paru, black lung disease, asbestosis, silicosis, bisinosis dan pada anak-anak asma dan eksema.

Pencemaran udara karena partikulat pada lokasi-lokasi sekitar kegiatan industri, terminal, pastilah mengandung debu yang sangat tinggi. Selain karena peningkatan volume kendaraan, kondisi emisi gas buang kendaraan rata-rata yang


(34)

kurang baik juga menjadi penyebab meningkatnya konsentrasi Total Suspended Particulates.

Banyaknya senyawa dan partikel dalam udara apabila jumlahnya meningkat akan menyebabkan terjadinya penyakit. Senyawa dan partikel tersebut akan dapat mengganggu kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu setelah berinteraksi dengan faktor lainnya.

Partikel asbestos yang dapat pula ditemukan di udara apabila terhirup dan masuk ke paru-paru dapat menyebabkan kanker paru. Dalam hal ini asbestos tidak menjadi penyebab langsung perubahan sel normal paru menjadi sel ganas tetapi akan menjadi penyakit pengembangan sel kanker. Jadi, asbestos disini berfungsi sebagai promotor. Kanker tidak terjadi apabila initiatornya tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi yang menunjukkan bahwa pemaparan orang pada rokok dan asbestos akan meningkatkan kejadian kanker paru 10 kali lebih dari bila dipaparkan pada rokok saja.(Koeswadji,1994).

Sebuah laporan penelitian tahun 1999 bahwa kota Jakarta mempunyai rata-rata angka kematian yang tinggi akibat dari tingginya angka konsentrasi ambient suspended particulate matter. Lebih jauh dikatakan bahwa ketinggian angka konsentrasi ambient SPM adalah 1,7% - 3,5% dari angka kematian kasar pada tahun 1990. ( Purwana, 2005 )

Dalam hal ini kondisi keadaan meteorology lingkungan juga sangat mempengaruhi keadaan udara, seperti temperature, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Juga keadaan cuaca seperti cerah, berawan atau hujan. Terjadinya


(35)

fluktuasi situasi keadaan meteorologi yang bervariasi juga dapat mempengaruhi dispersi polutan di atmosfir.( Martono dan Sulistiyani, 2004 ).

2.3. Jenis Penyakit Akibat Paparan Total Suspended Partikulat

Penyakit akibat paparan Total Suspended Particulates ini dapat menyerang pada bermacam organ atau bagian tubuh, misalnya :

2.3.1. Darah

Paparan Total Suspended Particulares yang dapat mengendap di darah adalah partikel-partikel yang masuk melalui pernafasan dan diabsorbsi oleh darah dalam O2. Misalnya adalah Timbal (Pb) yang banyak dikeluarkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menggunakan bensin bertimbal. Juga kadar Hb darah terpengaruh oleh karena sintesa Hb menjadi terhambat dengan terpaparnya darah oleh Pb ini.

2.3.2. Paru

Paru-paru merupakan organ pernafasan yang paling rentan terpapar oleh TSP ini oleh karena masuk melalui saluran pernafasan kita. Penyakit yang timbal dapat bermacam-macam, misalnya pnemokoniosis, bisinosis, asma kerja, beriliosis, alergi, dan lain sebagainya.

2.3.3. Kelenjar mucus

Dalam dosis besar, semua partikulat bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi walaupun ringan. Reaksi tersebut berupa produksi lendir berlebihan. Apabila ini terus berlangsung maka dapat terjadi hiperlasi kelenjar mucus atau pertumbuhan kelenjar mucus yang memproduksi lendir secara berlebihan.


(36)

Partikulat yang masuk ke dalam saluran napas menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh berupa batuk dan bersin. Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang dan menimbulkan penyempitan. Keadaan ini akan terjadi bila melebihi nilai ambang batas.

Partikulat ini selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :

a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran.

b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori tumbuhan sehingga mengganggu jalannya proses photosintesa.

c. Merubah iklim global regional maupun internasional.

d. Mengganggu perhubungan yang akhirnya mengganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat.

2.4. Penelitian Sebelumnya 2.4.1. Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan meningkatnya pendapatan dan kebutuhan akan moda transportasi, peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Di Sumatera Utara perkembangan ini pun dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :


(37)

Tabel 4. Jumlah Kendaraan Bermotor (Unit) Yang Terdaftar di Sumatera Utara 1998-2006

Tahun Mobil

Penumpang Mobil Bis Mobil Gerobak Sepeda Motor Total 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 139745 147157 159741 169761 186521 192596 207614 226043 246066 25435 25512 25679 26035 26566 27106 27621 28160 28616 115625 118620 123307 128985 135838 144233 154420 166221 172999 798828 821862 873452 952361 1084051 1306995 1568048 1864980 2113772 1079633 1113151 1182179 1277142 1426976 1664930 1957703 2285404 2555453 Sumber : BPS 2007 : Sumatera Utara Dalam Angka 2007

Sedangkan perkembangan jumlah kendaraan bermotor berdasarkan jenis kendaraan bermotor di Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara dapat kita lihat sebagai berikut :


(38)

Tabel 5. Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2002-2006 Di Kota Medan Tahun/ Bulan Mobil Penumpang

Mobil Bis Mobil Gerobak Sepeda Motor Total 2002 2003 2004 2005 2006 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 128882 138179 149302 164314 165477 166518 167565 168554 169497 170385 171067 171727 172736 173499 174418 175198 93989 99464 104776 112001 112388 112636 112822 113186 113542 113983 114256 114572 115132 115452 115844 116184 11424 11815 12108 12406 12405 12424 12421 12434 12444 12455 12472 12475 12538 12592 12610 12619 558236 657460 756569 883406 891212 898745 907323 915140 922837 931097 938634 946334 957707 964981 978426 985745 792531 906918 1022755 1172128 1181482 1190323 1200184 1209314 1218320 1227920 1236429 1245108 1258113 1266524 1281298 1289745 Sumber : BPS 2007: Medan Dalam Angka 2007

Perkembangan transportasi juga dapat dilihat dengan memperhatikan jumlah kendaraan bermotor yang memanfaatkan fasilitas jalan tol, sebagai salah satu sarana yang menghubungkan Kawasan Industri Medan dan Pelabuhan Belawan serta Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa. Juga sebagai penghubung antara Kota Medan dengan kabupaten / kota lainnya di provinsi Sumatera Utara.

Secara umum Total Suspended Particulates ( TSP ) di kota Medan sudah tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor yang terus mengalami peningkatan. Emisi kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang


(39)

cukup berarti dalam peningkatan kadar Total Suspended Particulates ( TSP ) ini. Menurut BPS jumlah emisi debu yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diperkirakan sebagai berikut :

Tabel 6. Perkiraan Besarnya Emisi Debu Yang Berasal Dari Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2004-2006 (Ton/Tahun)

Tahun Mobil Penumpang

Mobil Bus Mobil Gerobak Sepeda Motor Total 2004 2005 2006 1071.0 1207.1 1334.0 88.7 106.2 122.9 481.9 515.8 548.2 4801.9 5680.6 6619.2 6443.5 7509.8 8624.4 Sumber : BPS Jakarta 2007: Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2006/2007

Data ini adalah data yang bersifat nasional dan mempelihatkan perkiraan emisi debu oleh karena kendaraan bermotor. Ternyata jenis kendaraan yang terbanyak mengeluarkan emisi debu adalah sepeda motor. Hal ini terutama karena terjadinya peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda dua saat ini.

Di bawah ini terlihat pengukuran kadar debu ambient ( TSP ) di beberapa kota besar di Indonesia. Medan dalam hal ini dilakukan pengukuran di daerah Sampali. Sedangkan berdasarkan pengamatan di Sampali sebagai titik pengamatan diperoleh data kadar TSP di Medan adalah masih di bawah ambang batas, namun sudah cukup tinggi.

Tabel pengukuran kadar debu ambient kota Medan ini memang tidak lengkap. Dimana ada beberapa waktu yang tidak dilaksanakan pengamatan. Namun terlihat bahwa kadar debu ambient ini juga sudah cukup tinggi.


(40)

Tabel 7. Rata-Rata Bulanan Konsentrasi Partikel Terlarut di Udara Beberapa Kota Menurut Bulan dan Kota (µg/m3) 2005-2006

Bulan Tahun Palembang Jakarta/ Ancol Bandung Sampali Januari 2005

2006 55.45 40.37 11.65 142.79 - 25.84 - 106.77 Februari 2005

2006 66.57 49.98 106.33 149.02# - 24.66 - 126.06 Maret 2005

2006 52.76 53.05 171.91 285.04 86.48 44.08 - 109.29 April 2005

2006 63.33 72.29 186.86 221.04 83.76 29.62 - 30.27 Mei 2005

2006 64.46 61.49 235.24 256.52 91.51 36.15 74.76 - Juni 2005

2006 59.46 95.85 230.47 381.51 110.31 105.98 87.54 - Juli 2005

2006 - 72.41 278.59 347.84 148.62 - - - Agustus 2005

2006 29.71 119.85 343.74 353.49 202.10 - - - September 2005

2006 - 119.68 256.07 436.15 145.70 153.78 126.57 - Oktober 2005

2006 - 509.75 237.22 293.99 157.44 181.84 108.27 - November 2005

2006 - 50.98 230.08 335.83 44.00 - - - Desember 2005

2006 67.15 73.00 191.83 92.91 43.90 68.97 - - Sumber : BPS Jakarta Indonesia 2007 : Statistik Lingkungan Hidup Indonesia

2006/200 # = diatas NAB

Sedangkan tabel di bawah ini menunjukkan estimasi beban emisi debu perkapita, yang menunjukkan indikasi setiap tahun mengalami kenaikan. Dalam hal ini diestimasikan bahwa setiap orang memberikan kontribusi terhadap timbulnya emisi debu ( TSP ). Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh di masa yang akan datang, oleh karena jumlah penduduk yang terus berkembang.


(41)

Tabel 8. Beban Emisi Per Kapita Pertahun 2006-2007 Beban Emisi Perkapita Pertahun Tahun

HC NO CO SO Debu

2000 5778 3206 65954 3.247 0.317 2001 6168 3422 70401 0.263 0.338 2002 6788 3766 77478 0.290 0.372 2003 7457 4138 85123 0.318 0.409 2004 8485 4708 96852 0.362 0.466 2005 10438 5790 119119 0.445 0.573 2006 11191 6210 127741 0.478 0.614 Sumber : BPS Jakarta Indonesia 2007 : Indikator Pembangunan Berkelanjutan

2006-2007

Sedangkan secara nasional dapat dilihat beban emisi debu berdasarkan PDRB selama tahun 2000 sampai dengan 2006 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Sedangkan berdasarkan PDRB maka beban emisi yang harus ditanggung adalah sebesar rata-rata 0,41 sampai dengan 0,45.

Tabel 9. Beban Emisi Debu per PDRB Pertahun 2000-2006

Tahun Beban emisi Per PDRB

2000 0,045

2001 0,041

2002 0,041

2003 0,044

2004 0,044

2005 0,045

2006 0,041

Sumber : BPS Jakarta Indonesia 2007 : Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2006-2007

Kejadian dramatis yang pernah terjadi akibat pemaparan polusi udara adalah peristiwa di dalam kabut asap London bulan Desember 1952. Di dalam kabut asap itu


(42)

polutan partikulat dan sulfur dioksida berakumulasi sampai mencapai konsentrasi yang luar biasa tinggi. Bagi sebagian besar penduduk yang kesehatannya normal, kabut tidak lebih dari sekedar gangguan. Tetapi bagi mereka yang rentan terhadap penyakit pernafasan dan kardiovaskular kabut tersebut semakin memperparah gejala yang mereka derita.

Sedangkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Malaysia oleh Masitah Alias pada tahun 2007 pada stasiun pengisian bahan bakar dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 10. Hasil pengukuran TSP di Malaysia

Suspended Particulate Matters Sampling Area

PM10 TSP

Blasting (in) Blasting (out) Welding Fitting (in) Fitting (out) Grinding (in) Grinding (out) Corridor Maintenance VBM Area 108,3 94,1 86,5 56,5 42,4 100,5 24,1 55,7 52,9 57,6 216,6 188,2 144,0 113,0 84,6 167,5 41,2 114,4 105,8 115,2

Range 42,4-108,3 41,2-216,6

Sumber: Alias, 2007

Selain itu juga dapat dilihat tingkat pencemaran udara di kota Bandung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gugun Gunawan tahun 2007 sebagai berikut :


(43)

Tabel 11. Rata-Rata Tingkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota Bandung

Tahun No Jenis

Buangan Background Dago Golf

1996 1997 2001 2002 2003 2005 1 Nitrogen

Oxida (NOx) ppm

0,0060 0,270 0,132 0,059

3

0,072 0,065 0,056

3

2 O3 ppm 0,0371 0,044 0,056 0,048 0,057 0,05 0,036

3 Sulfur Oxida (SOx) ppm

0,0278 0,015 - 0,033 0,056 0,04 0,02

4 carbón

Monoksida (CO)ppm

1,21 5,11 4,616 3,110

2

3,3953 3,336 2,557

5 Partikel/SP M10 mg/m3

69 104 87.64 69,94

5

100,46 84,76 113,4

6 Methan (CH4)ppm

1,6 1,90 597 1,674 1,37 1,99 1,41

7

Non-Methan HC ppm

1,5 2,50 3,00 1,833 2,52 3,78 1,63

Sumber : Gunawan, 2007

Sedangkan penelitian terhadap kadar Pb darah pengemudi angkutan kota yang pernah dilakukan di Surabaya terhadap pengemudi jalur padat adalah rata-rata 56,22

µg/dl dan kadar Pb darah pengemudi jalur tidak padat adalah 30,96 µg/dL (Aminah,


(44)

BAB 3

BAHAN DAN METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di setiap pintu tol Belmera Medan di 5 pintu tol yaitu Tanjung Morawa, Amplas, Bandar Selamat, Tanjung Mulia dan Belawan. Waktu penelitian dilaksanakan dari April sampai Juni 2008.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat penelitian adalah partikulat di sekitar pintu tol Belmera Medan serta catatan kondisi kesehatan karyawan pintu tol Belmera Medan.

3.2.1. Bahan dan Alat Pengukuran

Bahan penelitian dan instrumen penelitian berdasarkan buku panduan pengujian kualitas udara (Depkes RI, 2003) adalah sebagai berikut :

1. Total Suspended Particulates Alat yang digunakan :

High Volume Sampler Pinset

Sumber listrik Roll kabel

Meja setinggi 1,5 m Kotak Bertutup Filter fiber glass


(45)

Cara Pengambilan Contoh Uji :

Peralatan HVS (High Volume Sampler) diletakkan pada ketinggian 1,5 meter.Filter fiber glass yang telah diketahui beratnya diletakkan / dipasang pada holder HVS, kemudian HVS dihubungkan dengan sumber listrik dan atur serta catat kecepatan alir. Setelah setengah jam listrik dimatikan. Filter dengan hati-hati diangkat/ dilepaskan dari holder HVS dan dibawa ke laboratorium untuk pengujian kadar debu (TSP) dan Pb dalam debu.

Metode Pengujian contoh uji :

Filter fiber glass yang sudah digunakan untuk mengambil contoh uji debu dimasukkan ke dalam desikator yang sudah diisi silika gel atau pada ruangan yang bersuhu 15 – 270C dan kelembaban 0 50% setelah 24 jam ditimbang dengan timbangan analitik. Hitung kadar debu, dengan rumus :

ìg/m3 = ( B A ) x 109

Qt

Dimana = A = berat filter sebelum digunakan untuk mengambil contoh uji debu

( gram)

B = berat sampel sesudah digunakan untuk mengambil contoh uji debu

( gram )

Q = kecepatan alir pengambilan contoh uji debu (liter/menit) T = waktu pengambilan contoh uji debu (menit)


(46)

2. Pengukuran Kadar Pb dalam Debu

Penyerapan untuk uji Pb ini juga menggunakan High Volume Sampler dan dipreparasi dari TSP yang sudah ditangkap oleh filter fiberglass.

Bahan yang digunakan : Larutan induk Pb

Asam nitrat, HNO3 (2 : 98) Aquades bebas logam Asam klorida. HCl (1:2) Hidrogen peroksida, H2O2 Cara pengijian :

Penyerapan untuk uji Pb ini juga menggunakan High Volume Sampler dan dipreparasi dari TSP yang sudah ditangkap oleh filter fiberglass.

Rumus penghitungan kadar Pb ambient ini adalah :

ìg/m3 = ( C1 Cb) x Vt x 103

Qt

Dimana : C1 = konsentrasi Pb dalam larutan contoh uji (ìg/m3)

Ct = Konsentrasi Pb dalam larutan blanko (ìg/m3)

Vt = volume larutan contoh uji (ml)

Q = kecepatan alir pengambilan contoh uji Pb (liter/menit)


(47)

3. Lead-Care untuk pengukuran Pb darah sampel

Pb darah diukur dengan alat Lead-Care ( Merck) dengan langkah sebagai berikut : Pertama darah responden diambil dari vena lengan sebanyak lebih kurang 2 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi anti koagulan. Setelah semua sampel terkumpul diambil sekitar 1 ml untuk dioleskan dalam filter fiberglass. Kemudian dimasukkan dalam alat Lead Care dan ditunggu selama lebih kurang 3 menit, maka nilai kadar Pb dalam darah akan diketahui.

4. Pengukuran Kadar Hb Darah Alat dan bahan :

Hb meter (Merck) HCl 0,1 N

Kapas alkohol dalam tempatnya Nald

Nierbekken Tissue Aquadest Pipet Metodologi Pengujian :

Isi tabung haemometer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2. Bersihkan jari tangan dengan kapas alkohol, tunggu sampai kering,. Tusuk


(48)

ujung jari dengan jarum steril, bersihkan darah yang pertama keluar dengan kapas kering, tekan jari supaya lebih banyak darah keluar. Gunakan pipet untuk menghisap darah sampai mencapai garis biru pada tabung / 20 mm. Masukkan darah dalam haemometer sampai semua darah keluar dari pipet. Aduk HCl dengan darah sampai benar-benar tercampur rata. Masukkan aquades tetes demi tetes ke dalam tabung, diaduk kembali, setelah ditetesi sampai warnanya sama dengan warna standar. Lihat ujung paling atas dan baca angka di ujung tersebut

3.2.2. Kuesioner Bagi Karyawan

Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan tentang penyakit –penyakit yang mungkin pernah diderita oleh responden dan keluhan-keluhan yang mungkin mereka rasakan serta tentang data umur, jenis kelamin, lama kerja dan lain sebagainya. 3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Data yang diambil adalah :

a. Data primer berupa data Total Suspended Particulates dalam 24 jam terakhir, kadar Pb ambient gerbang tol, kadar Pb darah dan kadar Hb darah responden serta data berupa kuesioner terhadap karyawan pintu tol Belmera Medan.


(49)

b. Data sekunder berupa jumlah kendaraan, ,serta data lain yang diperlukan yang diambil dari Bapedalda, Biro Pusat Statistik dan Kantor Jasa Marga sebagai Pengelola Jalan Tol.

3.3.2.. Metode Pengumpulan Data Dapat dilakukan berupa :

a. Angket/wawancara b. Observasi

c. Pemeriksaan laboratorium 3.3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh karyawan yang bertugas di pintu tol Belmera Medan baik petugas tiket maupun karyawan lainnya.

Sampel adalah seluruh karyawan yang bertugas di pintu tol Belmera yaitu petugas pemberi tiket tol dan petugas penerima tiket tol serta karyawan yang bekerja tidak berhubungan langsung dengan asap kendaraan bermotor. Jumlah sampel yang ada ditentukan sebanyak 30 orang di bagian non pintu tol dan 30 orang di bagian pintu toll karena sampel bersifat homogen. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. (Budiarto, 2001).

3.4. Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Sedangkan pelaksanaan atau langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :


(50)

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek.

2. Menetapkan subjek penelitian yaitu total suspended particulares di udara dan juga karyawan pintu tol

3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data) yaitu dengan pengukuran kadar TSP di tiap pintu tol, kadar Pb dalam darah dan Hb karyawan serta data kondisi kesehatan karyawan.

4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi ( pengukuran)

3.5. Definisi Operasional

1. Pengukuran polutan udara adalah memakai high volume sampler yang merupakan alat yang direkomendasikan oleh pemerintah. Dalam pengukuran ini adalah total partikulat tersuspensi yang ada di udara ambien yang diukur dalam 24 jam. Dimana sebagai perbandingan adalah NAB TSP dalam udara ambient 230 µg/Nm3 berdasarkan PP No. 41 tahun 1999. Diukur dengan diatas NAB atau di bawah NAB.

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : 1. < 230µg/Nm3 dibawah NAB 2. >230 µg/Nm3 diatas NAB


(51)

2. Kesehatan karyawan adalah penyakit-penyakit atau keluhan-keluhan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan karyawan yang dialaminya selama kerja yang dilihat dari daftar pertanyaan maupun data rekam medis mereka bila ada. Dalam hal ini adalah apakah batuk, mata berair, gangguan penglihatan, penurunan konsentrasi, dan penurunan daya ingat.

Adapun kriterianya adalah : 1. Ya

2. Tidak 3. Darah

Berfungsi sebagai media transport O2 dan nutrisi di dalam tubuh. Pb dapat menurunkan sintesa hemaglobin. Kadar Hb normal untuk pria adalah 14-18 dan wanita 12-14. Hb diukur dengan diatas normal atau dibawah normal. Adapun kriterianya adalah :

1. <10 2. 11 – 12 3. 13 – 14 4. > 15

4. Pb adalah logam berwarna kelabu-kebiruan dan lunak dengan NA 82 dan BA 207,2. Di dalam udara ambient ambang batasnya adalah 2µg/m3. Sedangkan menurut WHO pajanan untuk pria adalah 40 µg/dL dan wanita 30 µg/dL (

Denny, 2007). Diukur dengan diatas atau dibawah kadar pajanan yang dtetapkan oleh WHO.


(52)

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: 1. <9µg/dL

2. 10 – 11µg/dL 3. 12 – 13µg/dL 4. 14 – 15µg/dL 5. > 15µg/dL

5. Karyawan adalah seluruh pegawai yang bekerja di jalan tol Belmera baik petugas pintu tol maupun yang bekerja di ruangan

6. Lama bekerja adalah masa atau waktu sejak karywan mulai bekerja di PT Jasa Marga Cabang Belmera Medan, dengan kriteria sebagai berikut :

1. < 10 tahun 2. 11 – 15 tahun 3. > 15 tahun 7. Kebiasaan Merokok

Adalah kebiasaan responden dalam merokok, diukur dengan: 1. ya

2. tidak

8. Transportasi ke Lokasi Kerja

Adalah media transportasi yang dipergunakan oleh responden dari rumah ke lokasi kerja.

1. Mobil pribadi 2. Sepeda Motor


(53)

3. Angkutan Umum 9. Jenis Kelamin

Adalah perbedaan jenis kelamin di antara responden, dengan kriteria: 1. Laki-laki

2. Perempuan 3.6. Analisis Data

Data yang didapat dari penelitian, diolah untuk mencari hubungan antara agent potencial dengan penyakit yang hendak diteliti sebagai berikut (Soemirat, 2005), (Notoadmodjo, 2005) :

3.6.1. Jenis Variabel

Variabel Bebas : Total Suspended Particulates, Pb udara ambient gerbang tol, Pb darah, Hb darah dan kondisi kesehatan karyawan

Variable Tergantung adalah : jenis kelamin, lama bekerja, jarak rumah ke lokasi kerja, umur, kebiasaan merokok dan trasnportasi ke lokasi kerja.

3.6.2. Menghitung signifikansi

Variable yang dihitung adalah berskala rasio dan bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan Pb darah dan Hb darah. Dihitung dengan menggunakan analisis uji t, anova dan ÷2 dengan derajat kebebasan = 1 dan á = 5% dengan


(54)

3.7. Kerangka Operasional Penelitian

Gambar 2. Kerangka Operasional Penelitian Pengumpulan Data

Lapangan TSP dan Pb Ambiet

Pengumpulan Data PB darah dan Hb darah

Pengumpula n data lewat kuesioner


(55)

BAB [ 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan meningkatnya pendapatan dan kebutuhan akan moda transportasi, peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Di Sumatera Utara perkembangan ini pun dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :

Perkembangan transportasi juga dapat dilihat dengan memperhatikan jumlah kendaraan bermotor yang memanfaatkan fasilitas jalan tol, sebagai salah satu sarana yang menghubungkan Kawasan Industri Me dan dan Pelabuhan Belawan serta Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa. Juga sebagai penghubung antara Kota Medan dengan kabupaten / kota lainnya di propinsi Sumatera Utara.

Tabel 12 . Banyaknya Kendaraan Bermotor Tahun 2005-2007 Di Jalan Tol Belmera Medan

Gerbang Tol Tahun/Bulan

Amplas Tj.

Morawa

Tj. Mulia Bdr. Selamat Mabar 2005 2006 2007 2.684.971 2.698.573 2.906.670 3.734.906 3.571.638 3.783.393 3.034.993 3.047.324 3.125.361 2.554.237 2.384.642 2.478.688 2.428.591 2.562.096 2.757.330 Rata-rata 2.763.401 3.696.645 3.069.226 2.472.522 2.582.672 Sumber : PT Jasa Marga Cabang Jalan Tol Belmera Medan 2008


(56)

Terlihat dalam tabel diatas bahwa kendaraan terbanyak adalah yang melalui gerbang tol Tanjung Morawa, sedangkan yang paling sedikit adalah yang melalui gerbang tol Bandar Selamat. Gerbang tol Tanjung Morawa merupakan gerbang dimana banyak kendaraan berkapasitas besar keluar dan masuk ke kawasan industri serta merupakan jalan menuju kabupaten lain di propinsi Sumatera Utara. Sedangkan gerbang tol Mabar lebih banyak dilalui oleh kendaraan pribadi yang menuju pusat kota.

4.1.2. Distribusi Karyawan / Responden

Karyawan PT Jasa Marga Belmera Medan dibagi dalam 2 katagori yaitu karyawan non lapangan dan karyawan lapangan. Karyawan lapangan ini masih terbagi lagi petugas pintu tol, petugas patroli jalan tol dan karyawan kantor gerbang tol.

Karyawan petugas pintu tol bekerja 8 jam sehari dengan waktu istirahat 1 jam dimana mereka akan diganti oleh petugas cadangan sehingga total jam kerja 7 jam selama 6 hari seminggu dan 1 hari off atau istirahat.

Saat bekerja karyawan tidak pernah memakai alat pelindung diri berupa masker. PT Jasa Marga sebenarnya telah menyediakan masker, namun responden merasaa agak terganggu atau kurang nyaman, sehingga mereka hampir semua tidak pernah menggunakannya.

Sedangkan distribusi frekuensi responden pintu tol berdasarkan umur terlihat yang paling banyak adalah berumur 40 tahun dengan rata-rata umur responden 40.7 tahun.


(57)

Tabel 13. Distribusi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Umur Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Umur (Tahun)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

≤30

31 – 40 41 – 50

>50 3 10 16 1 10 33 54 3 1 8 18 3 3 27 60 10 Jumlah 30 100 30 100 Umur Rata-Rata 40.77 42.6

Sedangkan distribusi frekuensi responden pintu tol berdasarkan umur terlihat yang paling banyak adalah berumur 40 tahun dengan rata-rata umur responden 40.7 tahunSedangkan responden / karyawan petugas non pintu tol yang paling banyak adalah karyawan berusia sekitar 44 tahun dan karyawan berjenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak daripada perempuan, dengan umur rata-rata responden 42,6 tahun.

Secara jumlah karyawan non lapangan ada sekitar 66 orang sedangkan karyawan lapangan keseluruhannya berjumlah 158 orang.

Responden yang diambil sebagai sampel adalah karyawan tetap. Karena PT Jasa Marga menerapkan 2 jenis status karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak (outsourcing). Karyawan tidak tetap menandatangani kontrak kerja untuk 1 (satu) tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang atau tidak dapat diperpanjang sesuai dengan kebijakan manajemen PT Jasa Marga. Dan selama hampir 5 tahun terakhir ini tidak ada pengangkatan karyawan tetap.


(58)

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Jenis Kelamin

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Laki-Laki Perempuan 23 7 77 23 24 6 80 20 Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan penelitian terhadap jenis kelamin responden diperoleh data bahwa karyawan laki-laki lebih banyak daripada karyawan perempuan. Sebanyak 80% responden laki-laki pada kelompok responden non pintu tol sedangkan pada responden karyawan pintu tol sebanyak 77%.

Sedangkan berdasarkan masa kerja, dapat dilihat distribusi responden seperti tabel di bawah ini. Rata-rata masa kerja responden pintu tol adalah 10.2 tahun sedangkan responden non pintu tol adalah 14,3 tahun.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Masa Kerja Responden Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Masa Kerja (Tahun)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 11-15 >16 8 21 1 27 70 3 4 17 9 13 57 30 Jumlah 30 100 30 100 Masa kerja Rata-Rata 10.2 14.3


(59)

Sedangkan berdasarkan jarak rumah responden dengan lokasi bekerja dapat dilihat dari tabel di bawah ini, dimana jarak rumah responden yang terbanyak bagi petugas pintu tol adalah 10 km, sedangkan responden non pintu tol pada jarak 15 km. Sedangkan rata-rata untuk responden pintu tol jarak rumahnya dengan lokasi kerja adalah 10,6 km dan responden non pintu tol jarak rumahnya 13,8 km.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Jarak Rumah ke Lokasi Kerja Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Jarak Rumah (Km)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10

10-15 >16

4 24

2

13 80 7

3 20

7

10 67 23 Jumlah 30 100 30 100 Rata-Rata 10.6 13.8

Sedangkan berdasarkan transportasi yang dipergunakan oleh responden sebagai angkutan mereka ke tempat kerja dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Berdsarkan hasil penelitian terlihat jenis transport yang digunakan responden terbanyak adalah sepeda motor, baik untuk responden pintu tol (77%) dan responden non pintu tol (67%).


(60)

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Berdasarkan Transport ke Tempat KerjaTahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Transport ke Tempat Kerja

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Mobil Pribadi Sepeda Motor Angkutan Umum 4 23 3 13 77 10 3 21 6 10 70 20

Jumlah 30 100 30 100

Sedangkan berdasarkan kebiasaan responden merokok, pada responden pintu tol yang mempunyai kebiasaan merokok adalah sebesar 73% sedangkan pada responden non pintu tol sebanyak 80%.

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Kebiasaan Merokok

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Merokok Tidak Merokok 22 8 73 27 24 6 80 20 Jumlah 30 100 30 100


(61)

4.1.3. Total Suspended Particulates ( TSP ) Gerbang Tol Belmera

Sebagai salah satu tempat atau lokasi yang selalu ramai dilalui oleh kendaraan bermotor baik kecil maupun kendaraan besar maka gerbang tol Belmera juga dapat menjadi indikator dari tingkat paparan Total Suspended Particulates ( TSP ) ini.

Pengukuran dilakukan dengan alat dari Laboratorium Fisika Balai Teknis Kesehatan Lingkungan Medan, dengan waktu 24 jam dan hasil sebagai berikut:

Tabel 19. Jumlah Total Suspended Particulates Udara Ambient di Gerbang Tol Belmera Medan 2008

Nama Gerbang Tol Kadar TSP Ambien (µg/m3)

Amplas 926.00

Bdr Selamat 115.00

Mabar 326.00

Tj.Morawa 637.00

Tj.Mulia 386.00

Terlihat yang paling tinggi kadar TSP ambientnya adalah Gerbang Tol Amplas sedangkan yang terendah adalah di Gerbang Tol Bandar Selamat. Hal ini disebabkan di Amplas sedang dilaksanakan pembangunan jalan layang (fly over Amplas ). Kondisi lingkungan di sekitar gerbang tol Amplas ini sangat macet, secara langsung akan meningkatkan emisi kendaraan bermotor. Hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar TSP ini. Sedangkan di Gerbang Tol Bandar Selamat disebabkan karena jarak antar pintu jauh dan jumlah kendaraan yang masuk dan keluar juga sedikit.


(62)

Kadar Total Suspended Particulates yang diukur menunjukkan di tiap gerbang berada di atas nilai ambang batas yang ditetapkan oleh PP No. 41 tahun 1999. Hanya Gerbang Tol Bandar Selamat yang kadar Total Suspended Particulatesnya (TSP) berada di bawah nilai ambang batas.

4.1.4. Kadar Pb Udara Ambient Gerbang Tol Belmera Medan

Plumbum ( Pb) dalam udara ambient dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Plumbum (Pb) ini melekat, bereaksi dan bergabung dengan partikel debu. Dalam hal ini di setiap gerbang Tol Belmera didapat hasil pengukuran kadar Pb ambient adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pengukuran di lapangan ditemukan bahwa kadar Pb ambient tertinggi adalah di gerbang tol Amplas sedangkan terendah adalah di gerbang tol Bandar Selamat. Semuanya masih dibawah NAB yang ditetapkan oleh WHO yaitu 2

µg/m3.

Tabel 20. Kadar Pb dalam Udara Ambient di Gerbang Tol Belmera Medan Tahun 2008

Nama gerbang tol Kadar Pb ambient(µg/m3)

Amplas 1.368

Bdr Selamat 0.124

Mabar 0.814

Tj.Morawa 1.045


(63)

4.1.5. Kadar Pb Darah dan Hb Responden Karyawan Tol Belmera Medan

Pb dalam udara ambient dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara antara lain, terhirup (inhalasi) ataupun tertelan dan kontak melalui kulit. Namun yang terbanyak adalah yang masuk melalui inhalasi (saluran pernafasan). Pengukuran kadar Pb dalam darah dapat diukur melalui darah dan juga urine. Namun menurut Sunu (2001), pengukuran dalam darah merupakan indikator yang lebih baik daripada pengukuran di dalam urine.

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kadar Pb Dalam Darah Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Kadar Pb Dlm Darah (ìg/dL)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 11-12 13-14 >15 7 11 7 5 23 37 23 17 28 0 0 2 93 0 0 7

Jumlah 30 30 100

Rata-Rata 12 3.97

Berdasarkan pengukuran di atas terlihat bahwa kadar Pb dalam darah petugas pintu tol Belmera adalah sebesar 12 µg/dL sedangkan pada responden non pintu tol

sebesar 3.97µg/dL

Dalam tabel di atas terlihat hasil pengukuran kadar Pb dalam darah responden semua masih dalam batas normal bahkan masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 40 µg/dL.


(64)

Sedangkan hasil pengukuran terhadap kadar Hb darah responden terlihat bahwa rata-rata Hb darah responden pintu tol adalah 14,1 sedangkan responden non pintu tol adalah 12,9.

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Kadar Hb Darah Responden Pintu Tol dan Non Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Distribusi Responden

Pintu Tol Non Pintu Tol

Kadar Pb Dlm Darah (ìg/dL)

Jumlah Persentase Jumlah Persentase <10 10-12 13-14 >15 1 4 16 9 3 13 53 31 2 20 4 4 7 67 13 13 Jumlah 30 100 30 100 Rata-Rata 14.1 12.9

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan bahwa kadar darah responden semua masih dalam nilai normal dan tidak ditemukan adanya penyimpangan atau kadar Hb yang tidak normal. Dimana pada responden pintu tol kadar Hb rata-rata adalah 14,1 sedangkan pada responden non pintu tol 12,9.

4.1.6. Gangguan Kesehatan

Keadaan kesehatan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pernah tidaknya responden mengalami keluhan-keluhan penyakit, seperti gangguan penglihatan, gangguan konsentrasi, gangguan daya ingat dan gangguan iritasi mata.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden pintu tol maka diperoleh bahwa 56,7% responden mengalami gangguan penglihatan sedangkan sisanya 43,3%


(65)

tidak mengalami keluhan. Pada responden non pintu tol seluruh responden tidak mengalami keluhan atas gangguan penglihatan ini.

Tabel 23. Distribusi Keluhan Gangguan Penglihatan Yang Dialami oleh RespondenKaryawan Jalan Tol Belmera Medan 2008

Gangguan penglihatan Distribusi Frekuensi

Frekuensi Persentase

Ya 17 56.7

Tidak 13 43.3

Total 30 100.0

Berdasarkan adanya keluhan gangguan pernafasan diperoleh data bahwa responden yang mengalami ganggguan sebanyak 15 orang dan yang tidak mengalami keluhan gagguan juga sebanyak 15 orang

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan Pernafasan Responden Pintu Tol Belmera Medan Tahun 2008

Distribusi Frekuensi Keluhan Gangguan

Pernafasan Frekuensi Persentase

Ya 15 50.0

Tidak 15 50.0

Total 30 100.0

Berdasarkan hasil pengukuran adanya keluhan gangguan konsentrasi pada responden pintu tol Belmera adalah sebanyak 10 orang dan 20 orang lagi tidak mngeluhkan adanya gangguan ini.


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kadar Total Suspended Particulates ( TSP ) di tiap gerbang tol berbeda-beda, dimana kadar Total Suspended Particulates tertinggi adalah di Gerbang Tol Amplas sebanyak 926 mg/m3dan terendah adalah di Bandar Selamat 115µg/m3.

2. Kadar Total Suspended Particulates ini sudah berada di atas nilai ambang batas yang ditetapkan dalam PP No. 41 tahun 1999, yaitu 230 µg/m3.

3. Kadar Pb dalam udara ambient di gerbang tol Belmera ini juga masih dibawah nilai ambang batas yaitu rata-rata 2µg/m3. namun jumlah Pb dalam udara ambient ini juga seiring dengan kenaikan kadar Total Suspended particulates ( TSP ) di udara ambient itu sendiri.

4. Kadar Pb dalam darah responden semua masih di bawah nilai ambang batas. (untuk pria 40µg/dL dan wanita 30µg/dL Namun terdapat perbedaan antara

kadar Pb dalam darah petugas pintu tol dan petugas non pintu tol.

5. Kadar Hb darah responden semua masih dalam batas normal dan tidak ada yang melebih ataupun dibawah kadar normal Hb baik pada laki-laki maupun wanita.


(2)

muncul. Namun responden pada dasarnya belum menganggap gangguan tersebut sampai mengganggu aktivitas mereka.

5.2. Saran

1. Sebaiknya karyawan petugas pintu tol dianjurkan dan disiapkan selalu alat pelindung diri berupa masker sehingga paparan Total Suspended Particulates ini dapat dikurang demikian juga halnya dengan paparan Pb terhadap karyawan terutama karyawan petugas pintu tol.

2. Pergantian tugas antar waktu diberikan kepada karyawan petugas pintu tol sehingga waktu pemaparan akan semakin berkurang atau jam kerja shift diperpendek karena resiko dalam pekerjaan mereka.

3. Jenis pekerjaan karyawan hendaknya disesuaikan dengan hasil medical check-up karyawan sehingga dapat dihindari pekerjaan dengan resiko penyakit yang bertambah.

4. Sstem pembayaran tiket tol diusahakan agar dapat berjalan secara otomatis atau tidak perlu lagi menggunakan tenaga manusia.

5. Sebaiknya di sekitar pintu tol dilakukan upaya penanaman tumbuhan penghijau sehingga diharapkan akan dapat menyerap sebagian dari polutan yang ada di udara dan memberi kesan sejuk di kalangan pekerja.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alias, M. 2007. PM10 And Total Suspended Particulates (TSP) Measurements In Various Power Station. The Malaysian Journal of Analytical Science Vol.11 No.1 (2007)

Aminah, N. 2006. Perbandingan Kadar Pb, Hb, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal pada Karyawan BBTKL & PPM Surabaya Bagian Sampling dan Non Sampling. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No.2 Januari 2006. Hal.111-120 (http://www.jornal.unair.ac.id/filer PDF/KESLING-2-1-03.pdf)

Atrisman. 2002. Pengukuran Dampak Pencemaran Udara. Ditjen PPM & PL Depkes RI Jakarta

BPS – Sumut, 2007. Sumatera Utara Dalam Angka

BPS – Sumut, 2007. Medan Dalam Angka

BPS – Jakarta, 2007. Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2006 2007

BPS – Jakarta, 2007. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2006 / 2007

Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yakarta.

Budiarto, E dan Dewi A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Bustan, M .N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Chahaya, I. 2003. Dampak Emisi Gas Buang Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Volume 1 No.1, 2003 Medan

Dahlan, 2004. Analisa Statistika Kesehatan dan Kedokteran : Aplikasi SPSS. Penerbit Arcan. Jakarta


(4)

Denny, A. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No. 1 : 67 – 76

Depkes RI. 2001. Kerangka Acuan Uji Petik Kadar Timbal ( Pb) Pada Spesimen Darah Terhadap Kelompok Masyarakat Beresiko Tinggi Pencemaran Timbal. Ditjen PPM & PL Depkes RI. Jakarta.

Fandeli, C. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. Liberty Offset. Yogyakarta

Gunawan, G. 2007. Polusi Udara di Ruas Jalan Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan Vol. 24 No.2 April 2007.Jakarta.

(http://www.pu.go.id/balitbang/news/jatan_240107.pdf)

Hahn, D.B and Wayne A. P. 1991. Focus on Health. Mosby Year Book, Inc. St.Louis, Missouri.

Hardjosoemantri, K. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Jauri, R. 2004. Ancaman Pembangunan Global Terhadap Kesehatan Lingkungan di Indonesia. Majalah Kedokteran Atma Jaya. Volume 3 No. 2 , Mei 2004.

Karjadi, T. 2003. Asma Akibat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 141/2003. Jakarta

Koeswadji. 1994. Peranan Ilmu Kedokteran Lingkungan Dalam Usaha Peningkatan Derajat Kesehatan Individu dan Masyarakat. Majalah Kedokteran Bandung Vol. 26 No. 4, Oktober 1994.

Kusminingrum, N. 2007. Pencemaran Udara dan Manajemen lalu Lintas di Indonesia. Jurnal Jalan-Jembatan Vol. 24 No. 2 April 2007. Jakarta

(http://www.pu.go.id/balitbang/news/jatan_240107.pdf

Martono, H. 2003. Kandungan TSP Dan PM10 Di Udara Jakarta Dan Sekitarnya. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 2 No. 3 Desember 2003 : 255

262

Martono, H dan Nunik S. 2004. Kondisi Pencemaran Gas Nitrogen Dioksida di Udara Jakarta Pada Titik Nol Meter dan 120 Meter dari Jalan Raya. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 32 No. 1, 2004


(5)

Maxwell, K. E, . 1985. Environmental of Life. Brooks/Cole Publishing Company. Belmont, California.

Mukono, H,J. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya.

Mukono, H.J. 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran Pernafasan. Airlangga University Press. Surabaya

Noor, N. N. 2000. Dasar Epidemiologi. P.T. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Panggabean, C. R dan Gery S. 2003. Hubungan Berbagai Konsentrasi Debu dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pada bagian Produksi Dempul Film Industri Kayu Lapis PT X di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 1 No. 1, 2003.

Purwana,R. 2005. PM10 as Prediction of Ventilation Efficiency of Houses to Health Effects. Medical Journal Indonesia, Volume 14 No. 4, October

Desember 2005.

Sastrawijaya. A. T. 2006. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Soemarwoto, O. 2004. Atur Diri Sendiri : Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soemirat, J. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sudrajad, A. 2005. Pencemaran Udara Suatu Pendahuluan. Inovasi Vol. 5 XVII Nov. 2005.(http://io.ppi-jepang.org/download.php?file=files)

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Gramedia Widia Sarana Indonesia, Yakarta.

... UAQ-1 SDP ; Draft Final Strategi dan Rencana Aksi Lokal (LSAP) dan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) 2006. Technical Cooperation Project Between Indonesia Asian Development Bank


(6)

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Jakarta. Woro, R. 1997. Pengaruh Pencemaran Timbal ( Pb ) Terhadap Kesehatan. Media

Penelitian & Pengembangan Kesehatan Vol. VIII No. 3 & 4 : 29 - 32

Yunus, F. 1992. Diagnosa Penyakit Paru Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 74/1992. Jakarta