Model Tarikan Perjalanan Pada Pasar Tradisional Studi Kasus: Pasar Padang Bulan Medan

(1)

MODEL TARIKAN PERJALANAN PADA PASAR TRADISIONAL

STUDI KASUS: PASAR PADANG BULAN MEDAN

Rulina Rita, Abdul Majid Ismail, M. Sofian Asmirza Program Studi Magister Teknik Arsitektur

Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstrak. Market activities in a city center can cause a significant traffic disorder. One of the markets existed in Medan is the traditional market of Padang Bulan located at Jl. Jamin Ginting. According to Structure Plan of Medan, the location of the market is within the commercial sector of Medan city. It is served by artery routes with significantly congested traffic especially at peak periods. The study carried out shows that, the market activities have lead to a serious traffic congestion which partly caused the traders and vendors carried out their bossiness activities along the shoulder of the road and on-street parking along the first lane. Where as the second lane was used by public buses for loading and unloading their passengers. Thus, there was only one path left functioning. As an initial plan of anticipating the ploblem, the trip attraction was calculated. For this purpose, the samples were taken from 450 respondents representing the regular visitors of the market and classifying them by their transportation mode, 150 respondents for the public transportation mode and another 150 respondents for private transportation mode. A regression method using a stepwise approach was adopted in the analysis. The result shows that, the modes of transportation used by the visitors of the market were as follows; for public transportation mode, the amount of traffic would be reduced by a factor of 0.89 when there is an increase of one kilometer in distance from home to the Padang Bulan market. For motorcycle transportation mode, the amount of traffic would reduce by 0.88 when there is an increase of one kilometer in distance from home to the market. This means that, the longer of distance from home to the market; the lower the intensity of traffic to the market Padang Bulan. Where as for private vehicles, the amount of traffic would be reduced by 0,74 when there would be an increased of one kilometer in distance from home to the market. This means that, the longer the distance from home to the market; the lower the intensity of the traffic into the Padang Bulan market.

Keywords: trip attraction, traditional market

1. PENDAHULUAN

Transportasi adalah kebutuhan turunan (derived demand). Artinya, seseorang tidak akan melakukan perjalanan kecuali akibat adanya kebutuhan untuk melakukan aktivitas di tempat yang berbeda dengan tempat yang bersangkutan berada. Upaya berpindah tempat ini dilakukan mengingat di tempat yang bersangkutan berada aktivitas yang dimaksudkan tidak dapat dijalankan atau tidak dapat secara sempurna dijalankan.

Zone perumahan adalah zone penghasil perjalanan berbasis rumah, dan zone-zone aktivitas merupakan zone penarik perjalanan. Aktivitas dalam hal ini dapat berupa aktivitas bisnis, industri, pelayanan

kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, hiburan, rekreasi, sosial dan lain-lain. Perbedaan jenis aktivitas, secara hipotetis akan menarik perjalanan dengan karakteristik yang berbeda. Oleh sebab itu penelitian mengenai tingkat tarikan perjalanan pada berbagai jenis aktivitas menarik untuk dilakukan. Nilai tingkat tarikan perjalanan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk perencanaan kapasitas jalan yang dibutuhkan (Putranto, 2000). Berdasarkan modal, pelayanan manajemen, volume penjualan, variasi komoditas dan fasilitas, maka pasar-pasar (tempat perbelanjaan) dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu: pasar tradisional, pertokoan, dan toko swalayan (Karno, 2000).


(2)

Penelitian tarikan perjalanan dengan variabel-variabel yang terikat menghasilkan persamaan dalam bentuk model. Model ini dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna lahan (kegiatan) dengan sistem prasarana transportasi (jaringan) dengan menggunakan beberapa seri fungsi atau persamaan (model matematik). Model tersebut dapat menerangkan cara kerja sistem dan hubungan keterkaitan antar- sistem secara terukur. Salah satu alasan penggunaan model matematik untuk mencerminkan sistem tersebut adalah karena model matematik adalah bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan bahasa verbal. Ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang jauh lebih baik daripada penjelasan dengan bahasa verbal (Black, 1981). Pasar merupakan salah satu jenis penggunaan lahan yang mempunyai daya tarik cukup besar bagi masyarakat, karena erat kaitannya dengan proses pemenuhan kebutuhan harian. Pasar sebagai zone aktivitas merupakan zone-zone penarik perjalanan. Besarnya tarikan perjalanan tersebut tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Arus lalu lintas akibat tarikan perjalanan itu harus diatur agar tidak terjadi kemacetan di sekitar aktivitas pasar yang berlangsung setiap hari. Salah satu jenis aktivitas yang memiliki tingkat tarikan perjalanan yang perlu diperhitungkan di Medan adalah aktivitas perbelanjaan.

Pasar Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, wilayah administratif Kecamatan Medan Baru. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan tahun 2005 wilayah ini ditetapkan sebagai kawasan permukiman dan pendidikan. Pasar Padang Bulan diperuntukkan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat kawasan ini.

Sebagai zone aktivitas Pasar Padang Bulan menghasilkan tarikan perjalanan pengunjung berupa mobil pribadi dan angkutan umum yang mengakibatkan gangguan lalu lintas berupa tundaan lalu lintas.

Kondisi ini harus diperbaiki guna mendapatkan kenyamanan berbelanja di Pasar Padang Bulan dan kelancaran arus lalu lintas di Jalan Jamin Ginting. Untuk itu perlu diketahui besarnya

tarikan perjalanan akibat keberadaan Pasar Padang Bulan sehingga langkah-langkah menyelesaikan permasalahan dapat diketahui.

1.1 Permasalahan

Pasar merupakan salah satu jenis penggunaan lahan yang mempunyai daya tarik cukup besar bagi masyarakat, karena erat kaitannya dengan proses pemenuhan kebutuhan harian. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana arus lalu lintas di Jalan Jamin Ginting daerah Pasar Padang Bulan?

2. Bagaimana model tarikan perjalanan pada pasar tradisional Padang Bulan?

1.2 Tujuan

Studi model tarikan perjalanan pada pasar tradisional Padang Bulan untuk:

1. Mengetahui arus lalu lintas, apakah keberadaan Pasar Padang Bulan mengganggu kelancaran lalu lintas di Jalan Jamin Ginting. 2. Membuat model tarikan perjalanan pada

pasar tradisional Padang Bulan, yang merupakan hubungan dari jumlah pergerakan yang masuk ke pasar dengan variabel yang mempengaruhi.

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pengunjung Pasar Padang Bulan. Dalam prasurvai, hasil penghitungan pengunjung menunjukkan angka 4500 orang per hari. Untuk penyebaran kuesioner itu diambil sample sebanyak 10 persen dari populasi. Besarnya sampel ditetapkan sebanyak 450 dan diambil secara acak.

2.2 Alat Analisa Data

Uji korelasi dan proses kalibrasi dilakukan dengan metode stepwise dengan bantuan program SPSS ver 11,00 for Windows. SPSS (Statistical Product and Service Solutions) adalah suatu program komputer statistik yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat


(3)

dikehendaki para pengambil keputusan. 3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tarikan Perjalanan

Tarikan perjalanan ini berhubungan dengan penentuan jumlah perjalanan keseluruhan yang dibangkitkan oleh sebuah kawasan. Trip generation terbagi atas dua bagian yaitu trip pruduction (pruduksi perjalanan) dan trip attraction (tarikan perjalanan). Production adalah perjalanan yang berakhir di rumah pada perjalanan yang berasal dari rumah (home-base trip) atau berakhir di tempat asal (origin) pada perjalanan yang tidak berasal dari rumah (non-home-based trip). Attraction adalah perjalanan yang berakhir tidak di rumah pada perjalanan yang berasal dari rumah atau berakhir di tempat tujuan (Levinson, 1976).

Tarikan perjalanan adalah jumlah pergerakan perjalanan yang terjadi menuju ke lokasi tertentu setiap satuan waktu. Dalam hal ini adalah jumlah pergerakan yang menuju lokasi studi setiap harinya. Jumlah perjalanan sebagai variabel dependen diperkirakan akan dipengaruhi oleh jumlah penghuni gedung, luas lantai, kepemilikan kendaraan, dan intensitas kegiatan yang dalam hal ini adalah jumlah mata kuliah (Munawar, 2000). Tarikan perjalanan dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi yaitu luas lantai untuk kegiatan industri, komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat dipergunakan adalah lapangan kerja, aksesibilitas dan penggunaan moda (Tamin, 2000).

Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994), permasalahan tarikan dan hasil perjalanan (generated traffic) dapat didekati dengan pendekatan supply dan demand. Supply adalah tersedianya prasarana jalan, seperti: badan jalan, trotoar, tempat penyeberangan, alat pemberi isyarat pejalan kaki. Demand adalah besarnya permintaan pergerakan kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Perubahan grafik supply dan demand akan mengubah titik-titik keseimbangan yang terjadi. Jika supply lebih besar daripada demand, maka prasarana yang ada menjadi berlebihan; jalan, trotoar dan tempat parkir pun lengang. Jika supply lebih kecil daripada demand, maka prasarana yang ada

pun menjadi semrawut.

Pertokoan, perkantoran, dan tempat hiburan menarik dan menghasilkan perjalanan. Tarikan dan hasil perjalanan biasa disebut bangkitan perjalanan (generated traffic). Bangkitan perjalanan yang tidak diwadahi dengan baik dapat menimbulkan banyak dampak.

Menurut Atiq (1994) faktor yang mempengaruhi tarikan perjalanan biasanya adalah kantor pemerintah, tempat perdagangan, sekolah dan taman rekreasi. Besarnya tarikan masing-masing guna lahan berbeda untuk luas dan fungsi. Besar tarikan bangunan diukur luas setiap lantai yang digunakan untuk aktivitas.

Dalam penelitian transportasi, jenis tata guna lahan diklasifikasi menurut luas lantai, jumlah pekerja, dan jumlah perjalanan yang ditarik oleh setiap bangunan.

Menurut Buchari (2001) tarikan lalu lintas dipengaruhi oleh:

• Jarak tempat tinggal ke pasar • Jenis barang yang dibeli • Total belanja

Yang menjadi daya tarik masing-masing pasar adalah luas pasar tersebut karena luas pasar menggambarkan banyaknya pedagang yang beroperasi dan banyaknya variasi barang yang diperdagangkan (Tarigan, Rabinson, 2002). Hal ini didasarkan pada asumasi bahwa tarikan perjalanan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari beberapa atribut sosio ekonomi (Tamin, 1997). 3.2 Pasar Tradisional

Pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan beberapa pedadagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen (Sulistyowati, 1999).

Kegiatan pasar merupakan kegiatan perekonomian tradisional yang mempunyai ciri khas adanya


(4)

tawar menawar antara penjual dan pembeli. Karena sifatnya untuk melayani kebutuhan penduduk sehari-hari, maka lokasinya cenderung mendekati atau berada di daerah perumahan penduduk (Tuti, 1992).

Yulita (1999), berpendapat pasar tradisional dan pasar swalayan walaupun berada dalam kelas mutu pelayanannya tetapi memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai fasilitas perbelanjaan yang menyediakan atau menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Karakteristik pasar tradisional dan pasar swalayan dapat ditinjau dari berbagai aspek pengelolaan, organisasi, kondisi fisik tempat usaha, barang, hubungan antara pembeli dan penjual, waktu kegiatan, mekanisme perolehan komoditas, dan lokasi.

Menurut Basalah (2000) pasar tradisional yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia ternyata menghadapi masalah untuk bisa berkembang. Masalah tersebut timbul karena adanya persaingan dengan pasar modern, seperti super-market, atau pasar modern lainnya. Hal lain yang menghambat perkembangan pasar tradisional adalah sarana dan prasarana pendukung.

Pasar tradisional yang terdapat di Indonesia sekarang ini memilki karakteristik khas. Beberapa karakteristik umum pasar tradisional seperti: a. memiliki posisi strategis dan berada di

lingkungan padat penduduk,

b. buka 24 jam, setengah hari, setiap hari, dua minggu sekali, seminggu sekali atau pada hari-hari tertentu (hari-hari pasar),

c. menjual kebutuhan pokok sehari-hari khususnya keperluan dapur, komoditas basahan, keringan maupun kebutuhan primer dan sekunder lainnya.

4. ISI DAN PEMBAHASAN

4.1 Arus Lalu Lintas di Ruas Jalan Jamin Ginting

Pasar tradisional Padang Bulan terletak di pinggir jalan arteri Jamin Ginting. Jalan Jamin Ginting merupakan akses utama dari Kecamatan Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, menuju pusat kota, dan kembali ke daerah asal. Arus lalu lintas yang melewati jalan arteri Jamin

Ginting sangat padat dan beragam. Beberapa jenis kendaraan umum dengan berbagai trayek maupun pribadi dari beberapa jurusan selalu tampak memenuhiruasjalan.

Pengguna kendaraan pribadi yang cenderung memilih tempat parkir yang sedekat mungkin dengan lokasi Pasar Padang Bulan menyebabkan distribusi penggunaan ruang parkir menumpuk di depan pasar. Bila kegiatan belanja telah selesai dan meninggalkan Pasar Padang Bulan menggunakan mobil pribadi keluar dari parkir. Pada saat kendaraan melakukan manuver keluar terjadi penundaan kendaraan di belakang yang menyebabkan efek berantai terhadap arus lalu lintas. Hal seperti ini selalu terjadi pada saat jam banyak pengunjung setiap harinya.

Kendaraan yang melakukan manuver keluar atau masuk parkir membutuhkan banyak waktu dalam melakukan manuver parkir sehingga berakibat tertundanya pengguna jalan. Kendaraan yang melewati ruas jalan ini mempunyai kecepatan yang relatif rendah, sehingga memperburuk keadaan jalan dan menimbulkan antrean kendaraan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas (Raharja, 2001)

Terjadi perbedaan kecepatan pada pengamatan jam 13.00 WIB sampai jam 19.00 WIB yaitu 50 meter sebelum pasar kecepatan kendaraan sangat rendah berkisar 5 sampai 20 km/jam, sedangkan 50 meter setelah Pasar Padang Bulan kecepatan kendaraan berjalan normal antara 55 sampai 57 km/jam.

Perbedaan kecepatan dipengaruhi aktivitas pasar Padang Bulan yang menyebabkan tarikan perjalanan telah menimbulkan permasalahan lalu lintas. Permasalahan muncul karena penggunaan badan jalan (on-street parking) untuk parkir pada posisi lajur pertama. Sedangkan posisi lajur kedua digunakan oleh angkutan umum untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sehingga tinggal satu lajur jalan yang berfungsi.

Dengan hanya satu lajur jalan yang berfungsi sangat mempengaruhi kelancaran lalu lintas, di mana pada saat bersamaan volume lalu lintas sangat tinggi yaitu 2906 smp/jam. Jelas hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jalan Jamin Ginting menuju Pasar Padang Bulan.


(5)

Dari data yang diperoleh melalui kuesioner, model formulasi tarikan perjalanan menggunakan formularegresi berganda dengan bantuan software SPSS 11. Untuk membuat model tarikan perjalanan digunakan pemodelan dengan analisa regresi yaitu metode langkah demi langkah: 4.2.1 Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan

Angkutan Umum

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependennya, dapat digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Setelah diuji terdapat hanya satu variabel bebas, jarak rumah ke pasar (X2). Maka pada tahap berikutnya variabel bebas diuji dalam satu model persamaan, identifikasi hasilnya sebagai berikut:

Pengaruh Variabel Independen terhadap Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Angkutan Umum

Variabel Dependen: Tarikan Perjalanan dengan Angkutan Umum

Model Regresi

Koef. Regresi

t p Konstanta

Jarak (X2)

6,98 -,89

83,63 38,39

,000 ,000 Kesesuaian model regresi

yang terbentuk (Anova Regresi)

F = 1473,88

p. = ,000 Koefisien korelasi (R)= 0,91

Persamaan yang terbentuk adalah: Y1 = 6,98 – 0,89 X2

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi yang terbentuk, yaitu: Y1 = 6,98 - 0,89 X2 adalah merupakan model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh variabel independen, yaitu jarak rumah ke pasar (X2) mempengaruhi secara langsung terhadap tarikan perjalanan dengan angkutan umum (Y1). Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel independen dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R) yaitu sebesar 0,91 yang berarti tarikan perjalanan oleh pengguna angkutan umum di Pasar Padang Bulan bisa dijelaskan oleh variabel jarak tempat tinggal (X2) sebesar 91% sedangkan 9% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini. Untuk menentukan apakah model regresi di atas signifikan atau tidak, dapat dilihat perbandingan Fhitung dengan nilai Ftabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung adalah sebesar 1473,88 dibandingkan dengan Ftabel adalah 3,92. Ternyata diperoleh hasil yaitu 1473,88 > 3,92. Hal ini

adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada model dengan moda angkutan umum, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesar 0,89 perjalanan, bila terdapat penambahan satu kilometer jarak tempat tinggal dari rumah ke Pasar Padang Bulan. Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju Pasar Padang Bulan.

4.2.2 Tarikan Perjalanan dengan Sepeda Motor (Y2)

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependennya, dapat digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan metode stepwise. Setelah diuji ternyata hanya satu variabel bebas yaitu jarak rumah ke pasar (X2) yang memenuhi syarat untuk dijadikan model. Maka pada tahap berikutnya variabel bebas diuji dalam satu model persamaan, identifkasi hasilnya sebagai berikut: Pengaruh Variabel Independen terhadap Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Sepeda Motor

Variabel Dependen: Tarikan Perjalanan dengan Sepeda Motor

Model Regresi

Koef. Regresi

t p Konstanta

Jarak (X2)

6,88 -0,88

92,77 41,94

,000 ,000 Kesesuaain model regresi

yang terbentuk (Anova Regresi)

F = 1759,07 p. = ,000 Koefisien korelasi (R)= 0,92

Persamaan yang terbentuk adalah: Y2 = 6,88 - 0,88 X2

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi yang terbentuk, yaitu: Y2 = 6,88 - 0,88 X2 adalah merupakan model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh variabel independen, yaitu jarak rumah ke pasar (X2) mempengaruhi secara langsung terhadap tarikan perjalanan dengan sepeda motor (Y2). Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel independen dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R) yaitu sebesar 0,92 yang berarti tarikan perjalanan oleh pengguna angkutan umum pada Pasar Padang Bulan bisa dijelaskan oleh variabel rumah ke pasar (X2) sebesar 92% sedangkan 8% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini.


(6)

Untuk menentukan apakah model regresi di atas signifikan atau tidak, dapat dilihat perbandingan Fhitung dengan nilai Ftabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung adalah sebesar 1759,07 dibandingkan dengan Ftabel adalah 3,92. Ternyata diperoleh hasil yaitu 1759,07 > 3,92. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada model dengan moda sepeda motor, jumlah perjalanan akan berkurang sebesesar 0,88 perjalanan bila terdapat penambahan satu kilometer jarak rumah ke pasar. Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju Pasar Padang Bulan.

4.2.3Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Mobil Pribadi (Y3)

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependennya, dapat digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan metode stepwise. Setelah diuji ternyata satu variabel bebas yaitu luas kios (X) memenuhi syarat untuk dijadikan model. Maka pada tahap berikutnya variabel bebas diuji dalam satu model persamaan, identifkasi hasilnya sebagai berikut:

Pengaruh Variabel Independen terhadap Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Mobil Pribadi

Variabel Dependen: Tarikan Perjalanan dengan Mobil Pribadi

Model Regresi Koef. Regresi

t p Konstanta

Jarak (X2)

6,33 -0,74

81,55 46,50

,000 ,000 Kesesuaain model regresi

yang terbentuk (Anova Regresi)

F = 2190,69

p. = ,000 Koefisien korelasi (R)= 0,94

Persamaan yang terbentuk adalah: Y3 = 6,33 – 0,74 X2

Pada tabel dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi yang terbentuk, yaitu: Y3 = 6,33 – 0,74 X2 adalah model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh variabel independen, yaitu jarak rumah ke pasar (X2) mempengaruhi secara langsung terhadap tarikan perjalanan dengan mobil pribadi (Y3). Kuat hubungan yang ditunjukkan variabel independen dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan

(R) yaitu sebesar 0,94, yang berarti tarikan perjalanan oleh pengguna mobil pribadi di Pasar Padang Bulan bisa dijelaskan oleh variabel jarak rumah ke pasar (X2) sebesar 94% sedangkan 6% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini. Untuk menentukan apakah model regresi di atas signifikan atau tidak, dapat dilihat perbandingan Fhitung dengan nilai Ftabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung adalah sebesar 2190,69 dibandingkan dengan Ftabel adalah 3,92. Ternyata diperoleh hasil yaitu 2190,69 > 3,92. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada model dengan moda mobil pribadi, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesesar 0,74 perjalanan bila penambahan jarak rumah ke pasar sejauh satu kilometer. Artinya, semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju pasar Padang Bulan.

5. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan tahun 2005, Kecamatan Medan Baru ditetapkan sebagai kawasan pendidikan dan pemukiman. Peruntukan lahan di kawasan Pasar Padang Bulan berfungsi sebagai kawasan komersial berupa toko (ruko) dan pasar, fungsi tempat pendidikan, rumah, dan tempat ibadah. Arus lalu lintas di Jalan Jamin Ginting terjadi perbedaan kecepatan pada pengamatan; jam 13.00 WIB sampai jam 19.00 WIB, 50 meter sebelum pasar kecepatan kendaraan sangat rendah berkisar 5 sampai 20 km/jam, sedangkan 50 meter setelah pasar kecepatan kendaraan berjalan normal antara 55 sampai 57 km/jam. Perbedaan kecepatan dipengaruhi aktivitas Pasar Padang Bulan yang menyebabkan tarikan perjalanan telah menimbulkan permasalahan lalu lintas. Permasalahan muncul karena penggunaan badan jalan (on-street parking) untuk parkir pada posisi lajur pertama sedangkan posisi


(7)

untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sehingga tinggal satu lajur jalan yang berfungsi. Dengan hanya satu lajur jalan yang berfungsi sangat mempengaruhi kelancaran lalu lintas, di mana pada saat bersamaan volume lalu lintas sangat tinggi yaitu 2906 smp/jam. Jelas hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jalan Jamin Ginting menuju Pasar Padang Bulan. 2. Pada penelitian ini dijumpai dari 450

responden moyoritas pembeli berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan persentase 52% pada moda angkutan umum, 45% pada moda sepeda motor, dan 32% pada moda mobil pribadi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi yang menghasilkan tiga bentuk persamaan yang mempengaruhi tarikan perjalanan ke Pasar Padang Bulan dengan 3 macam moda yang digunakan sebagai berikut:

a. Model tarikan perjalan pasar Padang Bulan dengan menggunakan angkutan umum (Y1) sebagai berikut: Y1 = 6,98 – 0,89 X2.

Pada model dengan moda angkutan umum, terdapat jumlah perjalanan akan akan berkurang sebesar 0,89 perjalanan bila terdapat penambahan satu kilometer jarak tempat tinggal dari rumah ke Pasar Padang Bulan. Artinya, semakin jauh jarak rumah ke pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju pasar Padang Bulan.

b. Model tarikan perjalanan Pasar Padang Bulan dengan menggunakan sepeda motor (Y2) sebagai berikut: Y2 = 6,88 – 0,88 X2.

Pada model dengan moda sepeda motor, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesar 0,88 perjalanan, bila terdapat penambahan satu kilometer jarak rumah ke pasar. Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju Pasar Padang Bulan.

5 Model tarikan perjalanan Pasar Padang Bulan dengan menggunakan mobil pribadi (Y3) sebagai berikut: Y3 = 6,33 – 0,74 X2.

Pada model dengan moda mobil pribadi, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesar 0,74 perjalanan, bila penambahan

Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju pasar Padang Bulan.

6. SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan fasilitas parkir untuk aktivitas pasar tradisional Padang Bulan, karena pasar merupakan aktivitas penarik perjalanan. Sebagai alternatifnya banyak kendaraan yang parkir di badan jalan yang menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas, maka memindahkan penggunaan badan jalan (on-street parking) untuk parkir ke tempat parkir khusus yang dibangun di sebelah Pasar Padang Bulan. Jumlah petak parkir untuk parkir mobil off street adalah minimal 16 petak parkir.

2. Untuk menghindari angkutan umum berhenti di badan jalan, direkomendasikan untuk membuat lajur khusus dengan mengambil lahan di pinggir pasar untuk angkutan umum menurunkan dan menaikkan penumpang dan membangun fasilitas halte.

3. Melihat kondisi fisik Pasar Padang Bulan dalam keadaan kotor dan semrawut, diharapkan kepada Pemko Medan untuk melakukan penataan dan pembangunan fasilitas pendukung Pasar Padang Bulan.

4. Bila kondisi pasar tidak memungkinkan untuk mengadakan perluasan, maka disarankan untuk membangun pasar tradisional di tempat lain yang tidak begitu jauh dari kawasan permukiman penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

Atiq, Riza Abdullah Rahman. 2004. Model Pengangkutan Bandar, Pendekatan Secara Teori dan Amali. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur. Anonim. 2002. Studi Perlalulintasan Kota Medan.

Dinas Perhubungan, Pemerintah Kota Medan. Buchari. 2000. Karakteristik Tarikan Pengunjung

Pasar Cinde. Prosiding Simposium ke-4 FSTPT, Udayana Bali.


(8)

Karno dan Subagio. 2000. Peringkat Pemilihan Antara Pasar Tradisional, Toko Swalayan dan Pertokoan Didasarkan Kepuasan Berbelanja Dengan Menggunakan Metode AHP di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Prosiding Simposium III FSTPT. ISBN no. 979-96241-0-X.

Levinson, H.S. 1976. Urban Travel Characteristics in Baearwaid, JE’ (eds.) Transportation and Traffic Enginering Handbook, Prentice Hall, New Jersey.

Morlok, Edward K. 1988. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Munawar, Ahmad. 2000. Tarikan Perjalanan Ke Kampus Perguruan Tinggi (Studi Kasus: Kampus UGM). Posiding Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X.

Ortruzer, J.D., and L.G., Willemsen .1994. Modelling Transport. Penerbit John Wiley & Sons, chicluster.

Putranto, Leksono .2000. Perbandingan Tarikan Perjalanan dan Efisiensi Parkir Gedung Perkantoran, Prosiding Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X.

Raharja, J. dan Khoirul. 2001. Studi Finansial Arus Lalulintas Akibat Parkir Tepi Jalan, Prosiding Simposium IV FSTPT, Udayana Bali, November 2001

Sulistyowati. 1999. Kajian Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Pengalaman Perilaku Berbelanja di Kota Bandung, Tugas Akhir, ITB, Bandung.

Singgih, S .2000. Statistik Non Parametrik. PT. Elexmedia Komputindo, Gramedia, Jakarta. Tuti. 1992. Pengarahan Alokasi Jenis Komoditas di

Pasar Induk Caringin dan Gedebage Berdasarkan preferensi (pilihan) Pengecer Terhadap Luas dan Jarak, Tesisis PPS ITB, Bandung.

Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.

Tamin, O.Z. 2000. Pemodelan Sisem Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Tarigan, Robinson. 2002, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Pendekatan Ekonomi dan Ruang, Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Yulita, Dwi, 1999. Kajian Persaingan Pasar

Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Perilaku Berbelanja di Kotamadya Bandung, ITB, Bandung.


(1)

dikehendaki para pengambil keputusan. 3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tarikan Perjalanan

Tarikan perjalanan ini berhubungan dengan penentuan jumlah perjalanan keseluruhan yang dibangkitkan oleh sebuah kawasan. Trip generation terbagi atas dua bagian yaitu trip pruduction (pruduksi perjalanan) dan trip attraction (tarikan perjalanan). Production adalah perjalanan yang berakhir di rumah pada perjalanan yang berasal dari rumah (home-base trip) atau berakhir di tempat asal (origin) pada perjalanan yang tidak berasal dari rumah (non-home-based trip). Attraction adalah perjalanan yang berakhir tidak di rumah pada perjalanan yang berasal dari rumah atau berakhir di tempat tujuan (Levinson, 1976).

Tarikan perjalanan adalah jumlah pergerakan perjalanan yang terjadi menuju ke lokasi tertentu setiap satuan waktu. Dalam hal ini adalah jumlah pergerakan yang menuju lokasi studi setiap harinya. Jumlah perjalanan sebagai variabel dependen diperkirakan akan dipengaruhi oleh jumlah penghuni gedung, luas lantai, kepemilikan kendaraan, dan intensitas kegiatan yang dalam hal ini adalah jumlah mata kuliah (Munawar, 2000). Tarikan perjalanan dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi yaitu luas lantai untuk kegiatan industri, komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat dipergunakan adalah lapangan kerja, aksesibilitas dan penggunaan moda (Tamin, 2000).

Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994), permasalahan tarikan dan hasil perjalanan (generated traffic) dapat didekati dengan pendekatan supply dan demand. Supply adalah tersedianya prasarana jalan, seperti: badan jalan, trotoar, tempat penyeberangan, alat pemberi isyarat pejalan kaki. Demand adalah besarnya permintaan pergerakan kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Perubahan grafik supply dan demand akan mengubah titik-titik keseimbangan yang terjadi. Jika supply lebih besar daripada demand, maka prasarana yang ada menjadi berlebihan; jalan, trotoar dan tempat parkir pun lengang. Jika supply lebih kecil daripada demand, maka prasarana yang ada

pun menjadi semrawut.

Pertokoan, perkantoran, dan tempat hiburan menarik dan menghasilkan perjalanan. Tarikan dan hasil perjalanan biasa disebut bangkitan perjalanan (generated traffic). Bangkitan perjalanan yang tidak diwadahi dengan baik dapat menimbulkan banyak dampak.

Menurut Atiq (1994) faktor yang mempengaruhi tarikan perjalanan biasanya adalah kantor pemerintah, tempat perdagangan, sekolah dan taman rekreasi. Besarnya tarikan masing-masing guna lahan berbeda untuk luas dan fungsi. Besar tarikan bangunan diukur luas setiap lantai yang digunakan untuk aktivitas.

Dalam penelitian transportasi, jenis tata guna lahan diklasifikasi menurut luas lantai, jumlah pekerja, dan jumlah perjalanan yang ditarik oleh setiap bangunan.

Menurut Buchari (2001) tarikan lalu lintas dipengaruhi oleh:

• Jarak tempat tinggal ke pasar • Jenis barang yang dibeli • Total belanja

Yang menjadi daya tarik masing-masing pasar adalah luas pasar tersebut karena luas pasar menggambarkan banyaknya pedagang yang beroperasi dan banyaknya variasi barang yang diperdagangkan (Tarigan, Rabinson, 2002). Hal ini didasarkan pada asumasi bahwa tarikan perjalanan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari beberapa atribut sosio ekonomi (Tamin, 1997). 3.2 Pasar Tradisional

Pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan beberapa pedadagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen (Sulistyowati, 1999).

Kegiatan pasar merupakan kegiatan perekonomian tradisional yang mempunyai ciri khas adanya


(2)

tawar menawar antara penjual dan pembeli. Karena sifatnya untuk melayani kebutuhan penduduk sehari-hari, maka lokasinya cenderung mendekati atau berada di daerah perumahan penduduk (Tuti, 1992).

Yulita (1999), berpendapat pasar tradisional dan pasar swalayan walaupun berada dalam kelas mutu pelayanannya tetapi memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai fasilitas perbelanjaan yang menyediakan atau menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Karakteristik pasar tradisional dan pasar swalayan dapat ditinjau dari berbagai aspek pengelolaan, organisasi, kondisi fisik tempat usaha, barang, hubungan antara pembeli dan penjual, waktu kegiatan, mekanisme perolehan komoditas, dan lokasi.

Menurut Basalah (2000) pasar tradisional yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia ternyata menghadapi masalah untuk bisa berkembang. Masalah tersebut timbul karena adanya persaingan dengan pasar modern, seperti super-market, atau pasar modern lainnya. Hal lain yang menghambat perkembangan pasar tradisional adalah sarana dan prasarana pendukung.

Pasar tradisional yang terdapat di Indonesia sekarang ini memilki karakteristik khas. Beberapa karakteristik umum pasar tradisional seperti: a. memiliki posisi strategis dan berada di

lingkungan padat penduduk,

b. buka 24 jam, setengah hari, setiap hari, dua minggu sekali, seminggu sekali atau pada hari-hari tertentu (hari-hari pasar),

c. menjual kebutuhan pokok sehari-hari khususnya keperluan dapur, komoditas basahan, keringan maupun kebutuhan primer dan sekunder lainnya.

4. ISI DAN PEMBAHASAN

4.1 Arus Lalu Lintas di Ruas Jalan Jamin Ginting

Pasar tradisional Padang Bulan terletak di pinggir jalan arteri Jamin Ginting. Jalan Jamin Ginting merupakan akses utama dari Kecamatan Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, menuju pusat kota, dan kembali ke daerah asal. Arus lalu lintas yang melewati jalan arteri Jamin

Ginting sangat padat dan beragam. Beberapa jenis kendaraan umum dengan berbagai trayek maupun pribadi dari beberapa jurusan selalu tampak memenuhiruasjalan.

Pengguna kendaraan pribadi yang cenderung memilih tempat parkir yang sedekat mungkin dengan lokasi Pasar Padang Bulan menyebabkan distribusi penggunaan ruang parkir menumpuk di depan pasar. Bila kegiatan belanja telah selesai dan meninggalkan Pasar Padang Bulan menggunakan mobil pribadi keluar dari parkir. Pada saat kendaraan melakukan manuver keluar terjadi penundaan kendaraan di belakang yang menyebabkan efek berantai terhadap arus lalu lintas. Hal seperti ini selalu terjadi pada saat jam banyak pengunjung setiap harinya.

Kendaraan yang melakukan manuver keluar atau masuk parkir membutuhkan banyak waktu dalam melakukan manuver parkir sehingga berakibat tertundanya pengguna jalan. Kendaraan yang melewati ruas jalan ini mempunyai kecepatan yang relatif rendah, sehingga memperburuk keadaan jalan dan menimbulkan antrean kendaraan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas (Raharja, 2001)

Terjadi perbedaan kecepatan pada pengamatan jam 13.00 WIB sampai jam 19.00 WIB yaitu 50 meter sebelum pasar kecepatan kendaraan sangat rendah berkisar 5 sampai 20 km/jam, sedangkan 50 meter setelah Pasar Padang Bulan kecepatan kendaraan berjalan normal antara 55 sampai 57 km/jam.

Perbedaan kecepatan dipengaruhi aktivitas pasar Padang Bulan yang menyebabkan tarikan perjalanan telah menimbulkan permasalahan lalu lintas. Permasalahan muncul karena penggunaan badan jalan (on-street parking) untuk parkir pada posisi lajur pertama. Sedangkan posisi lajur kedua digunakan oleh angkutan umum untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sehingga tinggal satu lajur jalan yang berfungsi.

Dengan hanya satu lajur jalan yang berfungsi sangat mempengaruhi kelancaran lalu lintas, di mana pada saat bersamaan volume lalu lintas sangat tinggi yaitu 2906 smp/jam. Jelas hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jalan Jamin Ginting menuju Pasar Padang Bulan.


(3)

Dari data yang diperoleh melalui kuesioner, model formulasi tarikan perjalanan menggunakan formula regresi berganda dengan bantuan software SPSS 11. Untuk membuat model tarikan perjalanan digunakan pemodelan dengan analisa regresi yaitu metode langkah demi langkah: 4.2.1 Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan

Angkutan Umum

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependennya, dapat digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Setelah diuji terdapat hanya satu variabel bebas, jarak rumah ke pasar (X2). Maka pada tahap berikutnya variabel bebas diuji dalam satu model persamaan, identifikasi hasilnya sebagai berikut:

Pengaruh Variabel Independen terhadap Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Angkutan Umum

Variabel Dependen: Tarikan Perjalanan dengan Angkutan Umum

Model Regresi

Koef. Regresi

t p Konstanta

Jarak (X2)

6,98 -,89

83,63 38,39

,000 ,000 Kesesuaian model regresi

yang terbentuk (Anova Regresi)

F = 1473,88

p. = ,000 Koefisien korelasi (R)= 0,91

Persamaan yang terbentuk adalah: Y1 = 6,98 – 0,89 X2

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi yang terbentuk, yaitu: Y1 = 6,98 - 0,89 X2 adalah merupakan model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh variabel independen, yaitu jarak rumah ke pasar (X2) mempengaruhi secara langsung terhadap tarikan perjalanan dengan angkutan umum (Y1). Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel independen dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R) yaitu sebesar 0,91 yang berarti tarikan perjalanan oleh pengguna angkutan umum di Pasar Padang Bulan bisa dijelaskan oleh variabel jarak tempat tinggal (X2) sebesar 91% sedangkan 9% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini. Untuk menentukan apakah model regresi di atas signifikan atau tidak, dapat dilihat perbandingan Fhitung dengan nilai Ftabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung adalah sebesar 1473,88 dibandingkan dengan Ftabel adalah 3,92. Ternyata diperoleh hasil yaitu 1473,88 > 3,92. Hal ini

adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada model dengan moda angkutan umum, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesar 0,89 perjalanan, bila terdapat penambahan satu kilometer jarak tempat tinggal dari rumah ke Pasar Padang Bulan. Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju Pasar Padang Bulan.

4.2.2 Tarikan Perjalanan dengan Sepeda Motor (Y2)

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependennya, dapat digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan metode stepwise. Setelah diuji ternyata hanya satu variabel bebas yaitu jarak rumah ke pasar (X2) yang memenuhi syarat untuk dijadikan model. Maka pada tahap berikutnya variabel bebas diuji dalam satu model persamaan, identifkasi hasilnya sebagai berikut: Pengaruh Variabel Independen terhadap Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Sepeda Motor

Variabel Dependen: Tarikan Perjalanan dengan Sepeda Motor

Model Regresi

Koef. Regresi

t p Konstanta

Jarak (X2)

6,88 -0,88

92,77 41,94

,000 ,000 Kesesuaain model regresi

yang terbentuk (Anova Regresi)

F = 1759,07 p. = ,000 Koefisien korelasi (R)= 0,92

Persamaan yang terbentuk adalah: Y2 = 6,88 - 0,88 X2

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi yang terbentuk, yaitu: Y2 = 6,88 - 0,88 X2 adalah merupakan model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh variabel independen, yaitu jarak rumah ke pasar (X2) mempengaruhi secara langsung terhadap tarikan perjalanan dengan sepeda motor (Y2). Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel independen dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R) yaitu sebesar 0,92 yang berarti tarikan perjalanan oleh pengguna angkutan umum pada Pasar Padang Bulan bisa dijelaskan oleh variabel rumah ke pasar (X2) sebesar 92% sedangkan 8% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini.


(4)

Untuk menentukan apakah model regresi di atas signifikan atau tidak, dapat dilihat perbandingan Fhitung dengan nilai Ftabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung adalah sebesar 1759,07 dibandingkan dengan Ftabel adalah 3,92. Ternyata diperoleh hasil yaitu 1759,07 > 3,92. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada model dengan moda sepeda motor, jumlah perjalanan akan berkurang sebesesar 0,88 perjalanan bila terdapat penambahan satu kilometer jarak rumah ke pasar. Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju Pasar Padang Bulan.

4.2.3Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Mobil Pribadi (Y3)

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependennya, dapat digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan metode stepwise. Setelah diuji ternyata satu variabel bebas yaitu luas kios (X) memenuhi syarat untuk dijadikan model. Maka pada tahap berikutnya variabel bebas diuji dalam satu model persamaan, identifkasi hasilnya sebagai berikut:

Pengaruh Variabel Independen terhadap Tarikan Perjalanan dengan Menggunakan Mobil Pribadi

Variabel Dependen: Tarikan Perjalanan dengan Mobil Pribadi

Model Regresi Koef. Regresi

t p Konstanta

Jarak (X2)

6,33 -0,74

81,55 46,50

,000 ,000 Kesesuaain model regresi

yang terbentuk (Anova Regresi)

F = 2190,69

p. = ,000 Koefisien korelasi (R)= 0,94

Persamaan yang terbentuk adalah: Y3 = 6,33 – 0,74 X2

Pada tabel dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi yang terbentuk, yaitu: Y3 = 6,33 – 0,74 X2 adalah model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh variabel independen, yaitu jarak rumah ke pasar (X2) mempengaruhi secara langsung terhadap tarikan perjalanan dengan mobil pribadi (Y3). Kuat hubungan yang ditunjukkan variabel independen dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan

(R) yaitu sebesar 0,94, yang berarti tarikan perjalanan oleh pengguna mobil pribadi di Pasar Padang Bulan bisa dijelaskan oleh variabel jarak rumah ke pasar (X2) sebesar 94% sedangkan 6% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini. Untuk menentukan apakah model regresi di atas signifikan atau tidak, dapat dilihat perbandingan Fhitung dengan nilai Ftabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung adalah sebesar 2190,69 dibandingkan dengan Ftabel adalah 3,92. Ternyata diperoleh hasil yaitu 2190,69 > 3,92. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada model dengan moda mobil pribadi, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesesar 0,74 perjalanan bila penambahan jarak rumah ke pasar sejauh satu kilometer. Artinya, semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju pasar Padang Bulan.

5. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan tahun 2005, Kecamatan Medan Baru ditetapkan sebagai kawasan pendidikan dan pemukiman. Peruntukan lahan di kawasan Pasar Padang Bulan berfungsi sebagai kawasan komersial berupa toko (ruko) dan pasar, fungsi tempat pendidikan, rumah, dan tempat ibadah. Arus lalu lintas di Jalan Jamin Ginting terjadi perbedaan kecepatan pada pengamatan; jam 13.00 WIB sampai jam 19.00 WIB, 50 meter sebelum pasar kecepatan kendaraan sangat rendah berkisar 5 sampai 20 km/jam, sedangkan 50 meter setelah pasar kecepatan kendaraan berjalan normal antara 55 sampai 57 km/jam. Perbedaan kecepatan dipengaruhi aktivitas Pasar Padang Bulan yang menyebabkan tarikan perjalanan telah menimbulkan permasalahan lalu lintas. Permasalahan muncul karena penggunaan badan jalan (on-street parking) untuk parkir pada posisi lajur pertama sedangkan posisi


(5)

untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sehingga tinggal satu lajur jalan yang berfungsi. Dengan hanya satu lajur jalan yang berfungsi sangat mempengaruhi kelancaran lalu lintas, di mana pada saat bersamaan volume lalu lintas sangat tinggi yaitu 2906 smp/jam. Jelas hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jalan Jamin Ginting menuju Pasar Padang Bulan. 2. Pada penelitian ini dijumpai dari 450

responden moyoritas pembeli berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan persentase 52% pada moda angkutan umum, 45% pada moda sepeda motor, dan 32% pada moda mobil pribadi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi yang menghasilkan tiga bentuk persamaan yang mempengaruhi tarikan perjalanan ke Pasar Padang Bulan dengan 3 macam moda yang digunakan sebagai berikut:

a. Model tarikan perjalan pasar Padang Bulan dengan menggunakan angkutan umum (Y1) sebagai berikut: Y1 = 6,98 – 0,89 X2.

Pada model dengan moda angkutan umum, terdapat jumlah perjalanan akan akan berkurang sebesar 0,89 perjalanan bila terdapat penambahan satu kilometer jarak tempat tinggal dari rumah ke Pasar Padang Bulan. Artinya, semakin jauh jarak rumah ke pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju pasar Padang Bulan.

b. Model tarikan perjalanan Pasar Padang Bulan dengan menggunakan sepeda motor (Y2) sebagai berikut: Y2 = 6,88 – 0,88 X2.

Pada model dengan moda sepeda motor, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesar 0,88 perjalanan, bila terdapat penambahan satu kilometer jarak rumah ke pasar. Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju Pasar Padang Bulan.

5 Model tarikan perjalanan Pasar Padang Bulan dengan menggunakan mobil pribadi (Y3) sebagai berikut: Y3 = 6,33 – 0,74 X2.

Pada model dengan moda mobil pribadi, terdapat jumlah perjalanan akan berkurang sebesar 0,74 perjalanan, bila penambahan

Artinya adalah semakin jauh jarak rumah ke Pasar Padang Bulan maka semakin berkurang intensitas perjalanan menuju pasar Padang Bulan.

6. SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan fasilitas parkir untuk aktivitas pasar tradisional Padang Bulan, karena pasar merupakan aktivitas penarik perjalanan. Sebagai alternatifnya banyak kendaraan yang parkir di badan jalan yang menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas, maka memindahkan penggunaan badan jalan (on-street parking) untuk parkir ke tempat parkir khusus yang dibangun di sebelah Pasar Padang Bulan. Jumlah petak parkir untuk parkir mobil off street adalah minimal 16 petak parkir.

2. Untuk menghindari angkutan umum berhenti di badan jalan, direkomendasikan untuk membuat lajur khusus dengan mengambil lahan di pinggir pasar untuk angkutan umum menurunkan dan menaikkan penumpang dan membangun fasilitas halte.

3. Melihat kondisi fisik Pasar Padang Bulan dalam keadaan kotor dan semrawut, diharapkan kepada Pemko Medan untuk melakukan penataan dan pembangunan fasilitas pendukung Pasar Padang Bulan.

4. Bila kondisi pasar tidak memungkinkan untuk mengadakan perluasan, maka disarankan untuk membangun pasar tradisional di tempat lain yang tidak begitu jauh dari kawasan permukiman penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

Atiq, Riza Abdullah Rahman. 2004. Model Pengangkutan Bandar, Pendekatan Secara Teori dan Amali. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur. Anonim. 2002. Studi Perlalulintasan Kota Medan.

Dinas Perhubungan, Pemerintah Kota Medan. Buchari. 2000. Karakteristik Tarikan Pengunjung

Pasar Cinde. Prosiding Simposium ke-4 FSTPT, Udayana Bali.


(6)

Karno dan Subagio. 2000. Peringkat Pemilihan Antara Pasar Tradisional, Toko Swalayan dan Pertokoan Didasarkan Kepuasan Berbelanja Dengan Menggunakan Metode AHP di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Prosiding Simposium III FSTPT. ISBN no. 979-96241-0-X.

Levinson, H.S. 1976. Urban Travel Characteristics in Baearwaid, JE’ (eds.) Transportation and Traffic Enginering Handbook, Prentice Hall, New Jersey.

Morlok, Edward K. 1988. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Munawar, Ahmad. 2000. Tarikan Perjalanan Ke Kampus Perguruan Tinggi (Studi Kasus: Kampus UGM). Posiding Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X.

Ortruzer, J.D., and L.G., Willemsen .1994. Modelling Transport. Penerbit John Wiley & Sons, chicluster.

Putranto, Leksono .2000. Perbandingan Tarikan Perjalanan dan Efisiensi Parkir Gedung Perkantoran, Prosiding Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X.

Raharja, J. dan Khoirul. 2001. Studi Finansial Arus Lalulintas Akibat Parkir Tepi Jalan, Prosiding Simposium IV FSTPT, Udayana Bali, November 2001

Sulistyowati. 1999. Kajian Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Pengalaman Perilaku Berbelanja di Kota Bandung, Tugas Akhir, ITB, Bandung.

Singgih, S .2000. Statistik Non Parametrik. PT. Elexmedia Komputindo, Gramedia, Jakarta. Tuti. 1992. Pengarahan Alokasi Jenis Komoditas di

Pasar Induk Caringin dan Gedebage Berdasarkan preferensi (pilihan) Pengecer Terhadap Luas dan Jarak, Tesisis PPS ITB, Bandung.

Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.

Tamin, O.Z. 2000. Pemodelan Sisem Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Tarigan, Robinson. 2002, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Pendekatan Ekonomi dan Ruang, Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Yulita, Dwi, 1999. Kajian Persaingan Pasar

Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Perilaku Berbelanja di Kotamadya Bandung, ITB, Bandung.