Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Di Kota Medan (Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan)

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN

(Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan)

SKRIPSI

OLEH :

EKO ARISTON MANIK

040304051

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN

(Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan)

SKRIPSI Oleh :

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

EKO ARISTON MANIK

040304051

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

EKO ARISTON MANIK (040304051) dengan judul skripsi ”Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan (Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia dan Pasar Tradisional Pajak Pagi Padang Bulan Kecamatan Medan Baru)”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu DR. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Diana Chalil M.Si PhD selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009. Penentuan daerah penelitian

menggunakan metode purposive dan penentuan responden berdasarkan survei yaitu

penyelidikan lansung kelapangan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya. Jumlah responden sebanyak 30 orang.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Alat uji yang

digunakan adalah dengan menggunakan Matriks SWOT.

Adapun hasil dari penelitian yaitu:

1. a. Pasar Tradisional yang diteliti selama 3 (tiga) tahun yakni 2007-2009

tidak mengalami perkembangan dalam jumlah kios dan jumlah pedagang. Hal ini disebabkan karena jumlah pasar di kota Medan tetap.

b. Jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional Sei Kambing selama 3

(tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 tidak mengalami perkembangan.

c. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni

tahun 2007-2009 mengalami perkembangan. Sedangkan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 juga mengalami perkembangan

2. a. Pasar tradisional dalam usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan

pasar tradisional dalam memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai total skoring sebesar 2,40.

b. Pasar tradisional dalam usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan

pasar tradisional dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan meminimilisasi kelemahan adalah masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai skor pembobotan adalah 2,86.

c. Jika dibandingkan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal

(kekuatan dan kelemahan), maka nilai skor faktor strategis eksternal lebih kecil dari nilai skor faktor strategis internal. Artinya strategi pengembangan pasar tradisional lebih memanfaatkan kekuatan dan meminimalisasi kelemahan daripada peluang dan ancaman yang terjadi


(4)

RIWAYAT HIDUP

EKO ARISTON MANIK

, lahir di Mariah Bandar Kabupaten Simalungun pada tanggal 13 September 1985 anak dari Ayahanda Marjuang Manik dan Ibunda Medi Boru Situmorang. Penulis merupakan anak ke satu dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Negeri I Pematang Siantar, tamat tahun

1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta Sultan Agung

Pematang Siantar, tamat tahun 2001.

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Swasta Sultan Agung

Pematang Siantar, tamat tahun 2004.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni s/d Juli 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Desa Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

6. Bulan Oktober 2009 melaksanakan Penelitian Skripsi di Pasar Tradisional Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia dan Pasar Tradisional Pajak Pagi Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ STRATEGI PENGEMBANGAN

PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia dan Pasar Tradisional Pajak Pagi Padang Bulan Kecamatan Medan Baru)”. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Ibu DR. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

• Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si PhD selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan

Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Marjuang Manik dan Ibunda Medi Situmorang atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada adinda Elman Mani, Elmon


(6)

Manik, Eva Yanti Manik dan Evi Yanti Manik serta Keluarga Besar atas semangat yang diberikan serta tidak lupa buat seluruh teman-teman SEP 04,

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: seluruh pegawai Perusahaan Daerah (PD) Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Sikambing dan Suka Ramai serta seluruh responden dalam penelitian ini, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasi dalam penulisan skripsi.

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008


(7)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Kegunaan Penelitian ...5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ...6

2.2 Landasan Teori ...10

2.3 Kerangka Pemikiran ...19

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ...22

3.2 Metode Penentuan Sampel ...22

3.3 Metode Pengumpulan Data ...22

3.4 Metode Analisis Data ...23

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ...28

Defenisi ...28

Batasan Operasional ...29

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ...30

a. Luas Daerah dan Letak Geografis Kota Medan ...30

b. Tata Guna Tanah/Lahan ...31

4.2 Keadaan Penduduk ...31

4.3 Sarana dan Prasarana ...33


(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Pasar Tradisional di Kota Medan ...38

5.2 Strategi Perkembangan Pasar di Kota Medan ...42

5.3 Menentukan Rating dan Skoring faktor-faktor strategis ...47

5.4 Penentuan Alternatif Strategi ...52

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...56

6.2 Saran ...57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Contoh Pemakaian Metode SWOT ...21

2. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ...31

3. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2008 ...32

4. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan ...33

5. Sarana dan Prasarana Kota Medan Tahun 2008. ...34

6. Karakteristik Pedagang Sampel di Pasar Sei Kambing Medan ...36

7. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2007-2009 ...50

8. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 2007-2009 ...52

9. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 2007-2009 ...53

10. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun 2007-2009 ... 56

11. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun 2007-2009... 56

12. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal... 57

13. Pembobotan Faktor Strategis Internal... 59

14. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS) ... 60

15. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS)... 61


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Matriks SWOT... 18 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 21


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Daftar Pedagang Sampel di Pasar Sei Kambing ... 69

2. Daftar Pedagang Sampel di Pasar Pagi Padang Bulan ... 70

3. Karakteristik Pedagang Sampel Di Pasar Sei Kambing ...71

4. Karakteristik Pedagang Sampel Di Pasar Pagi Padang Bulan ... 72

5. Karakteristik Pasar Tradisional di Kota Medan ...73

6. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2007-2009 ...74

7. Jumlah Kios dan Jumlah Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 2007-2009 ...75

8. Jumlah Kios dan Jumlah Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun2007-2009... 76

9. Parameter Penilaian SWOT Pasar Tradisional di Pasar Sei Kambing dan Pasar Pagi Padang Bulan ...78

10. Distribusi Pedagang Sampel Terhadap Parameter yang Terjadi di Pasar Tradisional Pasar Sei Kambing dan Pasar Pagi Padang Bulan ... 79

11. Penentuan Faktor Internal (Kekuatan, Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang, Ancaman) Pasar Tradisional di Pasar Sei Kambing dan Pasar Pagi Padang Bulan ... 80

12. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pasar Tradisional ... 81

13. Pembobotan Faktor Strategis Internal ... 82

14. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal... 83

15. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS) ... 84

16. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) ... 85

17. Hasil Penilaian Faktor Eksternal(EFAS) ... 86


(12)

RINGKASAN

EKO ARISTON MANIK (040304051) dengan judul skripsi ”Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan (Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia dan Pasar Tradisional Pajak Pagi Padang Bulan Kecamatan Medan Baru)”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu DR. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Diana Chalil M.Si PhD selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009. Penentuan daerah penelitian

menggunakan metode purposive dan penentuan responden berdasarkan survei yaitu

penyelidikan lansung kelapangan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya. Jumlah responden sebanyak 30 orang.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Alat uji yang

digunakan adalah dengan menggunakan Matriks SWOT.

Adapun hasil dari penelitian yaitu:

1. a. Pasar Tradisional yang diteliti selama 3 (tiga) tahun yakni 2007-2009

tidak mengalami perkembangan dalam jumlah kios dan jumlah pedagang. Hal ini disebabkan karena jumlah pasar di kota Medan tetap.

b. Jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional Sei Kambing selama 3

(tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 tidak mengalami perkembangan.

c. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni

tahun 2007-2009 mengalami perkembangan. Sedangkan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun 2007-2009 juga mengalami perkembangan

2. a. Pasar tradisional dalam usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan

pasar tradisional dalam memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai total skoring sebesar 2,40.

b. Pasar tradisional dalam usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan

pasar tradisional dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan meminimilisasi kelemahan adalah masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai skor pembobotan adalah 2,86.

c. Jika dibandingkan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal

(kekuatan dan kelemahan), maka nilai skor faktor strategis eksternal lebih kecil dari nilai skor faktor strategis internal. Artinya strategi pengembangan pasar tradisional lebih memanfaatkan kekuatan dan meminimalisasi kelemahan daripada peluang dan ancaman yang terjadi


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, pasar tradisional masih merupakan wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi masyarakat terjadi. Pasar Tradisional juga merupakan wadah dalam penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat seperti : petani, nelayan, pengrajin dan Home Industry (industri rumah tangga). Interaksi sosial di dalam pasar tradisional sangat kelihatan, ini dapat dibuktikan dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar) sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalamnya (Bisnis Indonesia, 2004).

Namun kehadiran pasar modern seperti hyper market, super market, mall, department store, shopping centre, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang dimasyarakat kita. Maraknya perkembangan pasar modern telah menggeser peran pasar tradisional. Hasil studi menunjukkan bahwa pada tahun 2005-2006 jumlah pasar modern meningkat sampai 31,4%, sedangkan jumlah pasar tradisional turun sebesar 8,1%. Sementara itu keinginan berbelanja masyarakat di pasar modern juga meningkat dari 35% di tahun 1999 menjadi 47% di tahun 2004, sedangkan di pasar modern turun dari 65% menjadi 53% di tahun yang sama ( AC Nielsen tahun 2004-2006 dalam suyatna, 2008).

Selama ini kehadiran pasar modern selalu dipertentangkan dengan keberadaan pasar tradisional sebagai dua kutub yang berbeda. Berbelanja di pasar modern lebih mudah berbelanja dengan fasilitas yang serba lengkap dan dikelola


(14)

dengan professional. Sedangkan di pasar tradisional masih dihadapkan dengan ketidaknyamanan berbelanja. Di samping itu dibadingkan pasar tradisional, pasar modern juga memiliki pelayanan yang lebih menarik daripada pasar tradisional, serba instan dengan kemasan yang lebih baik sehingga barang-barang yang bersifat mudah rusak (perishable) dan tahan lebih lama meski dengan harga yang sedikit lebih mahal (Kusdarjito, 2009).

Umumnya semua pasar tradisional di Indonesia menghadapi berbagai masalah seperti terbatasnya ruang pada tempat yang sempit, tidak teratur, tidak sehat, kotor, kurangnya tempat sampah, terlalu banyaknya pedagang pinggir jalan, lemahnya pengelolaan, dan fasilitas penyimpanan dengan infrastruktur pasar yang tidak memadai (Mahendra MS, 2008).

Namun demikian, pasar tradisional juga memiliki beberapa keunggulan dalam pelayanan bersaing secara alamiah seperti lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar-menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional (Akadsolo, 2009).

Menurut Mahendra MS (2008), Meningkatnya aktivitas pasar

menyebabkan penampilan pasar semrawut, kumuh, kurangnya sarana penerangan, tidak tersedianya fasilitas air bersih yang memadai sehingga tidak ada proses pembersihan komoditi, tidak higenis, tidak tersedianya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang memadai, sarana jalan sempit dan peredaran barang di dalam pasar juga sulit dan kurang nyaman (Mahendra MS, 2008).

Sumatera Utara, khususnya Medan memiliki banyak pasar tradisional yang memiliki peran yang besar terhadap masyatrakat. Namun keadaan pasar


(15)

tradisional di kota Medan masih memprihatinkan dan terkesan kumuh, seperti pada Pasar tradisional Sei Kambing dan Pasar Pagi Padang Bulan. Minimnya renovasi tempat berjualan mengakibatkan sebagian besar pasar tradisional di Medan terkesan kumuh di Pasar Sei Kambing banyak pedagang kaki lima (PKL), dimana pedagang kaki lima yang secara bebas menjajakan dagangannya (Emiriana, 2008).

Demikian juga dengan Pasar Pagi Padang Bulan, tidak pernah direnovasi sejak dibangun, sejumlah fasilitas pasar yang rusak juga tidak mengalami perbaikan, seperti jalan dan areal parkir yang sempit dan masih digunakan pedagang kaki lima untuk tempat berjualan selama bertahun-tahun

(Emiriana, 2008).

Pengamat sosial FISIP USU, Dr Asima Yanti Siahaan, dalam menyataan bahwa, pasar tradisional di Medan belum dapat menjadi tempat transaksi ekonomi yang layak dan terjamin keamanannya. Tanggung jawab atas ancaman penggusuran, pungutan liar, dan tindak kriminal lain dibebankan sepenuhnya kepada pedagang dan pembeli sendiri. Sangat berbeda sekali dengan situasi di pasar modern yang menyebabkan banyak konsumen beralih ke pasar modern untuk berbelanja. Oleh sebab itu, tidak jarang kehadiran pasar modern di sekitar lokasi pasar tradisional justru semakin mengurangi keberadaan pasar tradisional (Medan Bisnis, 2009).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional memiliki peran yang besar terhadap masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Namun demikian pasar tradisional masih menghadapi berbagai persoalan dalam pengembangan. Untu menghindari persoalan tersebut, perlu di lakukan suatu studi


(16)

empiris mengenai kondisi pasar tradisional. Hasil kajian tersebut kemudian akan dijadikan sebagai input dalam menetapkan strategi pengembangan pasar tradisional.

Identifikasi Masalah

Untuk melihat bagaimana sebenarnya perkembangan pasar tradisional di kota Medan saat ini maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan pasar tradisional di kota Medan?

2. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

perkembangan pasar tradisional tersebut?

3. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

mengembangkan pasar tradisional tersebut?

4. Apa strategi yang sesuai untuk mengembangkan pasar tradisional di kota

Medan?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan pasar tradisional di kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

pasar tradisional.

3. untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam

mengembangkan pasar tradisional.

4. untuk menegtahui strategi yang sesuai dalam mengembangkan pasar


(17)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian ini.

2. Sebagai bahan informasi bagi pedagang mengenai strategi pengembangan

pasar tradisional.

3. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Pasar adalah suatu tempat bertemunya pembeli dan penjual dalam usaha memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Namun dalam perkembangannya, kemudian pasar menjadi pusat pertemuan antar masyarakat dari beberapa wilayah yang lebih luas, misalnya beberapa kecamatan. Pasar sebagai pusat ekonomi, melancarkan kegiatan yang bersifat ekonomi. Dalam bidang konsumsi, pasar menyediakan kebutuhan primer dan sekunder. Sedangkan dalam bidang distribusi, pasar berperan besar terhadap penyebar luasan barang-barang kebutuhan masyarakat (Syarifuddin, 1990).

Pasar adalah suatu komponen utama pembentukan komunitas masyarakat baik di desa maupun di kota sebagai lembaga distribusi berbagai macam kebutuhan manusia seperti bahan makanan, sumber energi, dan sumber daya lainnya. Pasar berperan pula sebagai penghubung antara desa dan kota. Perkembangan penduduk dan kebudayaan selalu di ikuti oleh perkembangan pasar sebagai salah satu pendukung penting bagi kehidupan manusia sehari-hari terutama di kawasan perkotaan (Tjoek Soewarso, 1991/1992).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Pasar tradisional secara unum memiliki bangunan yang terdiri dari kios-kios, atau gerai yang di buka oleh penjual yang umumnya menjual kebutuhan sehari-hari konsumen. Pasar tradisional adalah suatu wadah yang menampung orang-orang yang memiliki latar


(19)

belakang yang berbeda, etnis dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa hambatan dan perbedaan tersebut. Melalui pasar tradisional, para petani kita masih bisa hidup dengan menjualkan hasil panennya dengan harga yang memuaskan

(Arfie, 2009).

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisiknya tradisional menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik didesa, kecamatan dan lainnya. Yang berjualan di pasar ini terdiri dari UKM dan pedagang kaki lima. Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar (Sinaga P, 2008).

Namun, pada masa ini kondisi pasar tradisional mulai memprihatinkan. Dengan kondisi pasar tradisional yang becek, kotor, bau dengan sampah yang menggunung menjadikan pasar itu kian dijauhi. Ini tentu jauh berbeda dengan pasar modern yang tentu lebih dingin, bersih, dan nyaman sehingga konsumen yang dulunya berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar-pasar tradisional maka cenderung berbelanja di supermarket dan jenis pasar modern lainnya

(Suara Merdeka, 2007).

Keberadaan supermarket dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan kontribusi dan kinerja pasar tradisional, namun penurunan tersebut lebih diakibatkan oleh faktor internal pasar tradisional itu sendiri yang mengakibat kurangnya daya saing yang dibanding pasar modern (Akadsolo, 2009).

Namun demikian ada sejumlah alasan konsumen tetap memilih pasar tradisional dengan alasan budaya, sejarah, mudah dijangkau, harga bisa di tawar


(20)

atau di hutang lebih dahulu, rasa kekeluargaan yang cukup tinggi, tidak seboros berbelanja di pasar modern, bahkan menawarkan peluang usaha dan pekerjaan. Inilah sisi positif yang tidak lepas dari potensi sosial, budaya, dan ekonomi yang telah ada di pasar tradisional (Sucipto, 2009).

Pasar tradisional saat ini merupakan komunitas rentan. Pengkategorian pedagang pasar tradisional sebagai komunitas rentan karena jumlahnya yang besar, tempat usaha bukan milik sendiri, pengelolaan pasar tidak dilakukan oleh pedagang sendiri, latar belakang pendidikan yang rendah dan akses terhadap sumber-sumber sangat rendah (Bisnis Indonesia, 2004).

Strategi pengembangan pasar dalam penelitian ini dlakukan dengan menggunakan SWOT. Pemakaian SWOT terbagi dari 2 jenis yaitu : secara deskriptif dan Kuantitatif. Secara deskriptif yaitu : SWOT yang hanya menjalaskan bagaimana pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Sedangkan secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermamfaat bagi suatu usaha atau orgnisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi (Nurmianto Eko dkk, 2004).


(21)

Beberapa contoh pemakaian metode SWOT

NO NAMA Tahun

Penelitian Judul Skripsi Metode

Terukur/ Tidak terukur

Penentuan variabel

startegi SWOT keterangan 1. Imelda Elfrida

Silalahi

2002 Prospek pengembangan Usaha Ternak Babi Skala Besar

Deskriptif Tidak terukur

- Tidak didahului penentuan variabel pangaruh - Penentuan

variabelnya tidak tepat

- Sangat Subjektif - Penentuan variabelnya

tidak tepat, tidak didasarkan oleh variabel internal dan eksternal 2. Ronald A

Sitepu

2009 Prospek pengembangan Usaha Ternak Kambing di Kabupaten Karo

Deskriptif Tidak terukur

- Tidak didahului variabel pengaruh - Penentuan

variabelnya tidak tepat

- Variabel internal dan eksternalnya tidak tepat

- Sangat subjektif - Penentuan tidak tepat - Penentuan strategi

pengembangan matrik SWOT tidak sesuai dengan factor yang di peroleh

3. Dwie Vikha Soraya

2009 Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Kuantitatif tetapi tidak memiliki penjelasan terhadap nlai factor variabel yang diperoleh Tidak terukur

- Tidak didahului penentuan variabel - Tidak ada

penentuan strategi pengembangan SWOT

- Sangat subjektif - Tidak memiliki matriks

analisa SWOT

4. Muhammad Mustaqim Pane

2008 Strategi Pengembangan Program Kemitraan pada PTPN III Kuantitatif tetapi tidak memiliki penjelasan terhadap nlai factor variabel yang diperoleh Tidak terukur

- Tidak ada penentuan variabel pengaruh - Penentuan variabel

internal dan eksternalnya tidak tepat - Strategi pengembangan yang diperoleh tidak sesuai dengan factor yang ada

- Sangat subjektif - Bobot yang di dapat

subjektif

- Penentuan strategi SWOT tidak tepat karena tidak sesuai dengan factor-faktor yang di peroleh

5. Jevri Matondang Purba

2008 Prospek Pengembangan Usaha Tani Wortel Kuantitatif tetapi tidak memiliki penjelasan terhadap nlai factor variabel yang diperoleh Tidak terukur - Penentuan variabelnya diketahui tetapi kurang jelas - Penentuan variabelnya tidak tepat

- Penentuan factor internal dan eksternalnya tidak tepat

- Subjektif

- Penentuan strategi matriks SWOT tidak didasarkan oleh variabel internal dan eksternalnya

6. Novita Rahma Pulungan

2008 Prospek pengembangan tanaman hias Aglaonema di Kota Medan

Deskriptif Tidak terukur

- Penentuan variabelnya tidak tepat

- Tidak ad

penjelasan tentang variael-variabel pengaruh

- Sangat subjektif - Penentuan matrik SWOT

tidak sesuai dengan faktor-faktor internal dan eksternalnya

- Strategi SWOT yag diperoleh tidak jelas - Tidak ada penjelasan

tentang penentuan variabel internal dan eksternal

7. Hervina Wardani

2008 Prospek

Agribisnis Bunga Mawar Kuantitatif tetapi tidak memiliki penjelasan terhadap nlai factor variabel yang diperoleh Tidak terukur

- Di dahului penentuan variabel tetapi tidak memiliki penjelasan - Penentuan variabelnya tidak tepat - Subjektif

- Penentuan matriks SWOT tidak sesuai dengan variabel internal dan eksternal yang diperoleh


(22)

Landasan Teori

Pengertian pasar di masyarakat dapat bermacam-macam. Pasar dapat diartikan sebagai tempat jual beli, pusat pengadaan barang kebutuhan, tempat perputaran modal uang, tempat berbelanja tempat tukar-menukar barang, tempat memberi lapangan kerja dan lapangan usaha, sarana pengembangan perekonomian dan kehidupan masyarakat, pusat informasi dan komunikasi, tuntunan standar harga barang dan jasa, sarana dan media pemberi kesejahteraan bagi masyarakat, pussat pengenalan metode dan lain sebagainya

(Ikram dkk, 1990).

Pasar pada masyarakat adalah tempat dimana penjualan pembeli bertemu. Tetapi apabila pasar telah terselenggara dalam arti penjual dan pembeli telah bertemu, dan barang-barang kebutuhan telah disebarluaskan, maka pasar telah memperlihatkan peranannya bukan hanya sebagai pusat kegiatan ekonomi tetapi juga sebagai pusat kebudayaan (Tjoek Soewarso, 1991/1992).

Peranan pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi akan dapat dilihat dalam perubahan-perubahan yang terjadi atas produksi, konsumsi, maupun distribusi. Sedangkan sebagai pusat kebudayaan dapat dilihat dari perubahan-perubahan sosial budaya sebagai akibat adanya pembauran, pembaharuan dan rekreasi (Syarifuddin, 1990).

Peranan pasar sebagai pusat ekonomi mempunyai elemen-elemen sebagai berikut :

- Sistem produksi merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan barang dan

jasa dengan jalan mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang meliputi : a)Tanah (sumber daya alam),


(23)

b)Tenaga kerja (sumber daya manusia), c)Modal, dan

d)Manajemen.

- Sistem Distribusi yaitu Proses penyebaran hasil produksi kepada konsumen

yang meliputi :

a)Distribusi langsung,

b)Distribusi tidak langsung, dan c)Sarana distribusi.

- Sistem Konsumsi yaitu sesuatu yang dibutuhkan manusia berupa benda dan

jasa, baik untuk keperluan diri maupun keluarga (lingkungan) yang terdiri dari:

a)Kebutuhan Primer, b)Kebutuhan Sekunder.

Fleksibilitas dalam pasar tradisional tidak hanya dalam masalah harga. Para pedagang pun relatif fleksibel dalam melakukan kegiatannya, baik pada sisi waktu, kegiatan, maupun tempat. Banyak pedagang, terutama yang tidak memiliki kios, berdagang hanya pada waktu-waktu tertentu saja (Listiani, 2009).

Menurut Soekartawi (1991) di dalam pasar, pedagang juga memiliki peranan penting, karena pedagang merupakan produsen kedua setelah petani. Perlu diketahui bahwa pedagang tidak hanya mempengaruhi naik turunnya harga yang terjadi dipasar, selain dari pedagang ada juga pihak lain yaitu pemerintah dan kekuatan lain tetapi mempengaruhi perubahan harga.

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan


(24)

keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan / pedagang, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan (Swastha dan Irawan, 1990).

Kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a) Kondisi dan kemampuan penjual

Transaksi jual beli atau pemindahan hak milik secara komersil atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual dan pembeli. Disini penjual harus dapat menyakinkan pembeli agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Penjual harus dapat memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yakni:

- Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.

- Harga Produk

- Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran, pelayanan sesudah

penjualan, garansi dan sebagainya.

b) Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:

- Jenis pasarnya

- Kelompok pembeli atau segmen pasarnya


(25)

- Frekuensi pembelian

- Keinginan dan kebutuhan

c) Faktor lain seperti: periklanan, peragaan, pemberian diskon sering

mempengaruhi penjualan. Namun dalam melaksanakannya diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangka bagi perusahaan kecil sangat jarang dilakukan bahkan mungkin tidak pernah sama sekali (Swastha dan Irawan, 1990).

Beberapa hal dapat digunakan sebagai panduan rancangan sebuah pasar tradisional, antara lain:

1. Penyediaan ruang kegiatan jual beli berdasarkan kelompok pedagang

masing-masing, seperti ada area penjualan yang sama jenis barang dagangannya;

2. Penyediaan ruang sirkulasi (bergerak) yang efektif di dalam maupun di

lingkungan pasar;

3. Penyediaan tempat terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas matahari,

bau;

4. Penyediaan ruang gawat darurat bagi publik bila mengalami situasi darurat, seperti terjadi kebakaran, gempa bumi;

5. pemanfaatan pemasukan cahaya alami;

6. Sirkulasi(pertukaran) udara secara optimal;

7. Bentuk massa sederhana, struktur rangka ruang, bersifat fleksibel;

8. Sediakan ruang parkir yang cukup dan berpeluang untuk bisa dikembangkan; 9. Selesaikan secara teknis dan arsitektural sanitasi lingkungannya;


(26)

10. Dengan mewujudkan rancangan yang dapat memberi rasa aman dan nyaman (Bali Post, 2006)

Analisis situasi membutuhkan keterlibatan manajemen puncak secara penuh untuk menentukan strategi yang sesuai dengan peluang eksternal dan kekuatan internal agar dapat menghasilkan corporation’s distinctive competence

(perusahaan yang memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan pesaing) (Rangkuti, 2008 : 9).

Analisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langka (distinctive

competence) perusahaan yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan

(Wheelen dan Hunger, 1994).

Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 12008 : 14)

Proses penyusunan dilakukan dengan tiga tahap analisis yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap keputusan (Rangkuti, 1997).

Tahap penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Masukan

2. Tahap analisis


(27)

Tahap Masukan

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklafikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data di bedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.

A. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut adalah cara-cara penentuan faktor strategi eksternal (EFAS):

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang sangat besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1. sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit diberi rating 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).


(28)

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama (Rangkuti, 2008).

B. Matrik Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan diindentifikasikan,

suatu table IFAS (Internal Factors Analisys Summary) disusun untuk

merumuskan faktor-faktor strategi Internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), bedasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang termasuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)


(29)

dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel negatif, kebalikannya

(Rangkuti F, 2008).

Tahap Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memamfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal ini digunakan matrik SWOT (Rangkuti, 2008)

A. Analisis TOWS atau SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis di dasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluan (Opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats) (Rangkuti, 2008).

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapai perusahaan sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.


(30)

IFAS

EFAS

Strenght (S) (Kekuatan)

Weakness (W) (Kelemahan)

Opportunity (O) (Peluang)

Strategi (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memamfaatkan peluang

Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memamfaatkan peluang.

Treathts (T) (Ancaman)

Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 1. Matriks SWOT

o Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memamfaatkan peluang

o Strategi ST

Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman.

o Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemamfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

o Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman


(31)

Kerangka Pemikiran

Pasar tradisional dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dimana orang-orang yang terdiri dari latar belakang yang berbeda, etnis dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa hambatan akan perbedaan tersebut. Sifat kegotong royongan di dalam masyarakat juga masih terlihat di pasar tradisional. Melalui pasar tradisional, para petani kita masih bisa hidup dengan menjualkan hasil produksi mereka dan mendapatkan laba yang memuaskan.

Tetapi, akibat kondisi fisik pasar tradisional yang sangat memprihatinkan dan belanja yang tidak nyaman, masyarakat mulai beralih ke pasar modern yang kemudian muncul menjadi saingan pasar tradisional. Masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar modern (Hipermarket, Supermarket, Swalayan, dan lain-lain) karena lebih praktis dan bersih. Dengan berdirinya pasar modern seperti

supermarket telah banyak mematikan pasar tradisional dan yang paling penting lebih mematikan peran pedagang pasar tradisional yang akhirnya menciptakan pengangguran dan angka kemiskinan yang cenderung meningkat.

Kemunculan pasar modern juga membuat dampak terhadap pasar tradisional semakin terlihat. Perekonomian pasar yang selama ini dikuasai pasar tradisional perlahan tetapi pasti mulai beralih menuju pasar modern, ditambah dengan dukungan manajemen dan sistem informasi yang tertata rapi. kemungkinan pasar-pasar modern tersebut akan memimpin pasar dalam sekejap.

Namun kesadaran masyarakatlah yang harus membuat pasar tradisional tetap berperan. Konsumen ibarat raja, gaya hidupnya terus didorong oleh perubahan dan dikendalikan pengelola pasar modern. Sejumlah kelebihan


(32)

ditawarkan pasar modern, seperti harga lebih murah, diskon, hadiah, jaminan kualitas, tampilan menarik, dan kemudahan akses informasi produk. Ditunjang fasilitas lain sebagai alternatif hiburan bagi pembeli, seperti tempat bermain, tempat jajan, maka akan menarik konsumen. Di pasar tradisional hanya di dapat ketidaknyamanan, seperti lorong penuh dagangan, bau pengap, tempat kotor, bahkan harga lebih tinggi, sering dijumpai. Inilah sebagian akibat konsumen meninggalkan pasar tradisional.

Kekhawatiran itu tentu akan sirna, bila peran, makna dan fungsi pasar tradisional dikembalikan pada karakter pasar tradisional yang sebenarnya, dengan transformasi yang disesuaikan dengan kondisi saat ini, tegas dan konsisten melaksanakan aturan atau ketentuan dalam Perda dan konsep-konsep arsitektural pasar tradisional yang telah dijabarkan bisa dterapkan secara bijak.

Strategi di dalam pengembangan pasar tradisional ini juga di bahas dalam

analisis SWOT yang menerangkan tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan


(33)

Secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut.

Ket : = Ada Hubungan (Skema Koordinasi)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Perkembangan Pasar Tradisional

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL

SIGNIFIKAN

OPPORTUNITY

(Peluang)

STRENGTH

(Kekuatan)

THREATS

(Ancaman) EKSTERNAL

INTERNAL

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS

TIDAK SIGNIFIKAN

WEAKNESS

(Kelemaan)

Stratedi pengembangan Pasar Tradisional


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di dua pasar tradisional di kota Medan yaitu Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing Kecamatan Medan

Helvetia. Penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive dengan

pertimbangan perbedaan pengelolaan. Pasar tradisional Pajak Pagi Padang Bulan milik swasta sedangkan pasar tradisional Sei Kambing milik pemerintah. Pasar tradisional Pajak Pagi Padang Bulan dan Pajak Sei kambing relatif sudah lama dan cukup besar (lihat lampiran 5).

Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasar tradisional. Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan tentang keadaan yang sebenarnya.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dipasar tradisional dan pasar modern serta wawancara kepada pedagang dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Perusahaan Daerah Pasar Petisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Medan dan buku-buku pendukung lainnya.


(35)

Metode Analisis Data

Untuk masalah (1) digunakan analisis deskriptif dengan mendiskripsikan perkembangan pasar tradisional di Kota Medan dari data yang akan didapat dari instansi terkait.

Untuk masalah (2) digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan matriks

SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pasar tradisional disesuaikan dengan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT meyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang dapat memaksimunkan kekuatan dan peluang serta meminimunkan kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi pengembangan pasar tradisional di Medan.

Langkah-langkah pembuatan SWOT

1. Menentukan penelitian tujuan untuk mengetahui seberapa besar

perkembangan pasar tradisional di kota Medan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar. Dengan

itu kita akan menemukan beberapa variabel yang akan menentukan perkembangan suatu pasar tersebut. Data ini diperoleh dari data sekunder penelitian sebelumnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar antara lain : 1. Sistem tawar-menawar

2. Sebagai sarana pendukung ekonomi rakyat kecil 3. Adanya gotong-royong dalam pasar tradisional 4. Harga barang yang murah di pasar tradisional


(36)

5. Adanya pedagang kaki lima

6. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 7. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional

8. Kondisi dan keadaan pasar tradisional

9. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 10. Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 11. Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 12. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 13. Waktu buka pasar tradisional

14. Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan

15. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 16. Kualitas barang yang rendah

17. Tempat strategis dekat dengan pemukiman penduduk 18. Kelalaian pemerintah dalam mengelola pasar tradisional 19. Keragaman barang yang lengkap

20. Jam operasional pasar yang terbatas

3. Setelah di peroleh faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar

tradisional, kemudian dipilih faktor-faktor yang lebih strategis dalam mempengaruhi perkembangan pasar. Pemilihan variabel ini ditentukan setelah melakukan pra survei yaitu dengan mewawancarai 12 pedagang dan pengamatan langsung ke pasar tradisional.

Daari hasil pra survei tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan pasar tradisional adalah:


(37)

1. Sistem tawar menawar 2. Adanya pedagang kaki lima

3. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 4. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional

5. Kondisi dan keadaan pasar tradisional

6. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 7. Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional

8. Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 9. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 10. Waktu buka pasar tradisional

11. Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan

12. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang

4. Setelah di ketahui faktor-faktor strategis, kemudian faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

a. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat di kendalikan oleh pedagang pasar tradisional.

b. faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pedagang pasar tradisional.

5. Setelah diklasifikasi faktor-faktor yang intenal dan eksternalnya, kemudian disusun kuisioner untuk menentukan skor setiap faktor. Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut masuk kedalam faktor Internal menjadi kekuatan dan kelemahan atau Faktor Eksternal menjadi peluang dan ancaman.


(38)

Faktor dibagi menjadi 4 kategori yaitu 1dan 2 nilai rendah dan 3 dan 4 nilai tinggi. Pada internal 1 dan 2 = Kelemahan, 2 dan 4 = Kekuatan, sedangkan pada eksternal : 1 dan 2 = Ancaman dan 2 dan 4 = Peluang.

6. Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan dalam

tiap faktor. Pembobotan ini dilakukan untuk dengan cara tehnik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991)

pada menggunakan model AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu

membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu tingkat hirarki berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.

Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang diemukan oleh Saaty (1991) dengan tingkat perbandingan :

Kepentingan Defenisi Penjelasan

1

Kedua elemen sama pentingnya

Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan di capai

2 Elemen yang satu lebih

pentng dari elemen yang lainnya

Penilaian lebih sedikit mempengaruhi satu faktor dibanding faktor lainnya. 3

Satu faktor mutlak lebih penting dari faktor lainnya

Faktor tersebut paling penting dari pada faktor lainnya yang memilki tingkat penegasan tertinggi

7. Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden dengan memakai tehnik pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991), kemudian dibuat matrik penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.


(39)

8. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut dengan rata-rata geometris. Nilai dan rata-rata-rata-rata geometris dicari dengan menggunakan rumus:

n

n

x

x

x

x

G =

...

3

1 2

Ket : X1 = Nilai untuk responden 1

X2 = Nilai untuk responden 2

Xn = Nilai untuk responden n

9. Setelah di ketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut di normalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Pasar Tradisional. 10.Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara

mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi pasar tradisional terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya.

11.Kemudian di lakukan penyusunan faktor-faktor strategis dengan menggunakan matrik SWOT.


(40)

Defenisi dan Batasan Operasional

Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Defenisi

2. Modal merupakan biaya atau sejumlah uang yang dikeluarkan untuk

pembelian barang atau komoditi sayuran yang akan diperdagangkan (Rupiah)

3. Pasar Tradisional adalah suatu tempat bagi para pembeli dan penjual

melakukan transaksi perdagangan sembako dengan sistem tawar menawar hingga terjadi kesepakatan akan harga.

4. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeliya tidak berinteraksi

secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Swalayan, minimarket, supermarket,

hipermarket termasuk dalam kategori pasar modern.

5. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkomsumsi sembako dan

memenuhi kebutuhan hidupnya dan anggota keluarganya.

6. Jumlah pedagang (responden) adalah jumlah pedagang yang menjual

dagangannya yang ada di pasar tradisional dalam kurun waktu penelitian.

7. Matriks SWOT , matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi oleh pasar tradisional sesuai dengan kekuatan dan kelemahan pasar.

8. Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar


(41)

9. Faktor Internal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional yang dapat dokontrol oleh pasar tradisional.

10.Jumlah kios yaitu jumlah tempat berjualan pedagang dimana dilakukan

sebagai tempat pedagang berjualan.

11.Perkembangan yaitu kondisi keadaan suatu daerah yang dilihat dari

pembangunan yang dilakukan dalam kurun waktu penelitian.

12.Strategi yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara untuk

mencapai tujuan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di Kota Medan. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009.

3. Sampel yang di teliti adalah Pedagang Pasar Tradisional : Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing


(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 20.27’– 20.47’ dan 980.35’

-980.44’ BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 m – 37,5 m di atas

permukaan laut.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar antara 23,3 0C – 24,4 0C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 0C – 33,6 0C. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2004 menurut Stasiun sampali rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 171,2 mm.

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Menurut batas administratifnya, Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang baik di sebelah utara, sebelah selatan, sebelah barat maupun sebelah timur.


(43)

Tata guna Tanah/Lahan

Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelajaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.

Keadaan Penduduk

a. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.036.185 orang dengan 460.080 rumah tangga yang tersebar disetiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008.

Golongan Umur

Laki-Laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

Jiwa Persen(%) Jiwa Persen(%)

0 – 4 101.775 51,52 95.778 48,48 197.553

5 – 9 101.269 51,61 94.953 48,39 196.222

10 – 14 103.651 51,17 98.904 48,83 202.555

15 – 19 117.631 49,32 120.873 50,68 238.504

20 – 24 111.668 46,92 126.338 53,08 238.006

25 – 29 99.908 47,82 109.029 52,18 208.937

30 – 34 87.795 49,53 89.473. 50,47 177.268

35 – 39 72.206 49,66 73.186 50,34 145.392

40 – 44 62.618 50,86 60.490 49,14 123.108

45 – 49 47.771 51,52 44.961 48,48 92.732

50 – 54 32.519 50,97 31.285 49,03 63.804

55 – 59 25.591 49,94 25.652 50,06 51.243

60 – 64 20.563 49,81 20.716 50,19 41.279

65+ 27.075 45,44 32.507 54,56 59.582

Jumlah 1.012.040 49,70 1.024.045 50,30 2.036.185


(44)

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2006 adalah sebanyak 2.036.185 jiwa yang terdiri dari 1.012.040 jiwa laki-laki (49,70 %) dan 1.024.045 jiwa perempuan (50,30 %). Jadi jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.

Dari Tabel 2 juga menunjukkan jumlah umur produktif (15-54 tahun) adalah sebanyak 1.287.751 jiwa (63,25 %). Umur produktif adalah umur dimana seseorang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Sedangkan umur tidak produktif (0-14 tahun) sebanyak 596.330 jiwa (29,28 %) dan manula (>55 tahun) sebanyak 152.104 jiwa (7,47 %).

b. Penduduk menurut Jenis Pekerjaan

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kota Medan menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Jumlah penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2008

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri 18.670 4,88

2 Pegawai Swasta 14.570 3,81

3 TNI/ POLRI 3.562 0,93

4 Tenaga Pengajar 43.551 11,38

5 Tenaga Kesehatan 2.399 0,63

6 Lain-lain 300.000 78,37

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2008

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 43.551 jiwa (11,08 %), pegawai negeri 18.670 jiwa (4,88 %), pegawai swasta 14.570 jiwa (3,81 %).


(45)

c. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD,SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 SD 412.893 21,51

2 SLTP 626.617 32,65

3 SLTA 670.597 34,94

4 Perguruan Tinggi 209.246 10,90

Jumlah 1.919.353 100

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2008.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670.597 orang (34,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 626.617 orang (32,65%), Sekolah Dasar (SD) berjumlah 412.893 orang (21,51%), dan perguruan tinggi (PT) 209.246 orang (10,90%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari kesehatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.

Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik didalam kota, keluar kota maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan Kota, dan Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (Pesawat). Untuk transportasi didalam kota, sebagian besar masyarakat Kota Medan memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek yang bermacam-macam.


(46)

Untuk transportasi laut, pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan terdapat bandara Polonia Medan. Untuk mengtahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Kota Medan Tahun 2008

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1

Sekolah

a. SD 797

b. SLTP 335

c. SLTA 322

d. Perguruan Tinggi 28

2

Kesehatan

a. Puskesmas 39

b. Pustu 41

c. BPU 375

d. Rumah Bersalin 270

e. Rumah Sakit 68

3

Transportasi

a. Jalan Baik 1.869,60 Km

b. Jalan Sedang 446,15 Km

c. Jalan Rusak 128,37 Km

4

Pasar

a. Pasar Tradisional 56

b. Pasar Swalayan 30

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskam bawa sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas hingga Perguruan Tinggi. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan.

Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit, pustu 41 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.


(47)

Sarana tempat ibadah di Kota Medan juga sangat memadai. Tempat-tempat ibadah berdiri dengan megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut masing-masing masyarakat.

Adapun tempat-tempat ibadah yang ada di Kota Medan adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah agama Kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai rumah ibadah agama Hindu.

Pasar-pasar atau pusat perbelanjaan di Kota Medan juga sangat banyak dan sangat cukup memadai. Pasar-pasar yang ada di Kota Medan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional indentik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah. Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah.


(48)

Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar Sei Kambing Medan. Karakteristik Pedagangg sampel yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan jenis komoditi yang di perdagangkan.

Karakteristik pedagang sampel dijelaskan secara rinci pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Pedagang Sampel di Pasar Sei Kambing Medan

No Karakteristik Satuan Rataan Rentang Bulan

1 Umur Tahun 40,27 26-50

2 Pendidikan Tahun 10 6-12

3 Jumlah Tanggungan Jiwa 4 1-8

4 Pengalaman

Berdagang

Tahun 6,67 3-11

5 Jenis Komoditi

- Pedagang Ikan

- Pedagang Telur

- Pedagang Sayur

- Pedagang

Kelontong

Jiwa

6 Jam Buka WIB 6.33 5.00-9.00 Oktober

7 Jam Tutup WIB 18.47 17.00-20.00 Oktober

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat jumlah pedagang sampel memiliki rata-rata umur 40 tahun 2 bulan 4 hari (40,27 tahun) dengan rentang umur antara 26-50 tahun. Artinya, umur pedagang sampel bersifat produktif, hal ini dikarenakan umur produktif secara umum adalah 15-49 tahun.

Pendidikan pedagang sampel memiliki rata-rata 10 tahun dengan rentang antara 6-12 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan 10 (sepuluh) tahun berarti tingkat pendidikan pedagang sampel adalah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Rata-rata tingkat pendidikan pedagang masih dikatakan sedang, hal ini


(49)

dikarenakan rata-rata pendidikan pedagang sudah mengecap program Pemerintah Wajib Belajar 9 (sembilan) tahun.

Jumlah tanggungan pedagang sampel memiliki rata-rata 4 jiwa dengan rentang antara 1-8 jiwa. Jumlah tanggungan pedagang sampel dikatakan besar karena rata-rata jumlah tanggungan pedagang lebih besar dari 2 jiwa, yaitu program yang dicanangkan Pemerintah melalui Program KB.

Pengalaman berdagang pedagang sampel memiliki rata-rata 6,67 tahun dengan rentang antara3-11 tahun. Jenis pedagang sampel terdiri dari 4 (empat), yaitu pedagang telur, pedagang ikan, pedagang sayur dan pedagang kelontong.

Karakteristik pedagang sampel dapat dilihat juga pada waktu jam buka dan jam tutup. Pedagang sampel memiliki rata-rata jam buka adalah pukul 6.33WIB dengan rentang 500-900 WIB. Sedangkan waktu jam tutup memiliki rata-rata sebesar 18.47 WIB dengan rentang 1700-2000 WIB.


(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Pasar Tradisional di Kota Medan

Perkembangan pasar tradisional dilihat dari beberapa aspek. Aspek yang dilihat dalam penelitian ini adalah jumlah pasar tradisional di kota Medan, jumlah kios dan jumlah pedagang.

Jumlah pasar tradisional di kota Medan dilihat selama selang 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2007-2009.

Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional dilihat selama 3 (tiga) tahun terakhir juga yaitu 2007-2009. Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang dilihat dari pasar yang menjadi studi kasus penelitian ini yakni pasar Sei Kambing dan pasar Pagi Padang Bulan.

Perkembangan pasar tradisional, jumlah kios dan jumlah pedagang dianalisis secara deskriptif dengan metode tabulasi sederhana. Kemudian dicari persentase perkembangannya. Untuk mencari persentase perkembangan digunakan metode tahun dasar. Tahun dasar yaitu tahun yang bersifat konstan yang menjadi dasar perhitungan.

Perkembangan jumlah pasar tradisional di kota Medan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2007-2009

Keterangan Jumlah Pasar Perkembangan (%)

Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Jumlah 50 50 50 0 0 0


(51)

Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa jumlah pasar taradisional di kota Medan tahun 2007-2009 sebanyak 50 unit pasar. Jumlah pasar tradisional di kota Medan tidak mengalami perkembangan, karena persentase perkembangannya adalah 0 %. Artinya mulai tahun 2007 – 2009 tidak ada terjadi pembangunan pasar tradisional oleh Pemerintah kota Medan.

Perkembangan jumlah kios di pasar Sei Kambing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 2007-2009

Pasar Sei Kambing

Jumlah Kios Perkembangan (%)

Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Jumlah 640 640 640 0 0 0

Sumber : Diolah dari lampiran 7

Dari Tabel 8 diketahui bahwa jumlah kios tahun 2007-2009 sebesar 640 unit. Jumlah kios di pasar Sei Kambing tidak mengalami perkembangan, karena jumlah kios dari tahun 2007-2009 adalah konstan.

Perkembangan jumlah pedagang di Pasar Sei Kambing dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 9.

Tabel 9. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun 2007-2009

Pasar Sei Kambing

Jumlah Pedagang Perkembangan (%)

Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Jumlah 480 480 480 0 0 0

Sumber : Diolah dari lampiran 7

Dari Tabel 9 diketahui bahwa jumlah pedagang tahun 2007-2009 sebesar 480 pedagang. Jumlah pedagang di pasar Sei Kambing tidak mengalami perkembangan, karena jumlah kios dari tahun 2007-2009 adalah konstan.


(52)

Dari Tabel 8 dan 9 dapat diketahui bahwa jumlah kios tidak sama dengan jumlah pedagang, atau dengan kata lain jumlah kios lebih banyak dari jumlah pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena ada beberapa pedagang yang memiliki lebih dari 1 (satu) kios.

Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar Pasar Pagi Padang Bulan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan

Tahun 2007-2009 Pasar Pagi

Padang Bulan

Jumlah Kios Perkembangan (%)

Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Jumlah 140 140 160 0 0 14,29

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Dari Tabel 10 diketahui bahwa jumlah kios tahun 2007 sebesar 140 unit, tahun 2008 sebesar 140 dan tahun 2009 sebesar 160 unit. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan tidak mengalami perkembangan dari tahun 2007-2008. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah kios mengalami perkembangan sebesar 20 unit, atau sebesar 14,29 % dari tahun 2007.

Perkembangan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan dapat dilihat secara jelas pada Tabel 11.

Tabel 11. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun 2007-2009

Pasar Pagi Padang Bulan

Jumlah Pedagang Perkembangan (%)

Tahun 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Jumlah 120 120 140 0 0 16,67

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Dari Tabel 11 diketahui bahwa jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan tahun 2007 sebesar 120 jiwa, tahun 2008 sebesar 120 jiwa dan tahun 2009 sebesar 140 jiwa. Jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan tidak mengalami


(53)

perkembangan dari tahun 2007-2008, karena persentase perkembangan adalah 0%. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah pedagang mengalami perkembangan sebesar 20 pedagang, atau sebesar 16,67 % dari tahun 2007.

Dari Tabel 10 dan 11 dapat diketahui bahwa jumlah kios tidak sama dengan jumlah pedagang, atau dengan kata lain jumlah kios lebih banyak dari jumlah pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena ada beberapa pedagang yang memiliki lebih dari 1 (satu) kios.


(54)

Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan

Penentuan strategi pasar tradisional memiliki tahapan-tahapan. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada tahapan pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan dengan pembuatan parameter penilaian. Pembuatan parameter penilaian dalam penelitian ini terdiri dari 12 (dua belas) parameter. Kedua belas parameter penilaian diberi batasan penilaian yang terdiri dari empat kriteria. Setiap kriteria diberi nilai dengan rentang 1-4. Sehingga dapat diperoleh parameter yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor kekuatan terdiri atas 4 (empat) parameter, kelemahan terdiri atas 3 (tiga) parameter, peluang terdiri atas 2 (dua) parameter, dan ancaman terdiri atas 3 (tiga) parameter.

Tahapan kedua adalah penentuan strategi pengembangan pasar tradisional. Strategi pengembangan Pasar Tradisonal di daerah penelitian dapat dilihat dengan analisis SWOT yaitu dengan melihat kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Treaths). Penentuan strategi pengembangan pasar tradisional adalah membuat matriks kombinasi keempat faktor yaitu kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Treaths). Strategi yang dibuat dari kombinasi keempat faktor adalah kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-kekuatan-peluang (W-O), dan kelemahan ancaman (W-T).

Tahapan ketiga adalah evaluasi strategi pengembangan pasar tradisional. Evaluasi strategi faktor eksternal dan internal dilakukan dengan membuat tabel Matriks Evaluasi Faktor eksternal dan faktor internal. Hal-hal yang dilakukan


(55)

dalam evaluasi faktor eksternal dan internal adalah membuat bobot, menentukan nilai rating, dan mencari nilai bobot dikali dengan rating. Besarnya bobot dapat dicari melalui perbandingan antara banyaknya jumlah sampel yang menyatakan tentang parameter yang diuji dengan total sampel. Rating dibuat oleh peneliti sendiri yang sesuai dengan literatur dan sesuai dengan data yang diperoleh.

Identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) strategi pengembangan pasar tradisional yang diolah dari lampiran 8-11 sebagai berikut :

Adapun beberapa faktor strategis eksternal yang mempengaruhi Strategi pengembangan pasar tradisional beserta pembobotannya dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal

Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot

Adanya pedagang kaki lima 0.11

Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan

pasar tradisional 0.13

Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 0.09

Kondisi dan keadaan pasar tradisional 0.17

Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) yang berbelanja

di pasar tradisional 0.21

Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 0.19

Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 0.1

Total 1

Sumber : Diolah dari lampiran 14

Adapun alasan pembobotan beberapa faktor strategis eksternal pada tabel 12 di atas adalah sebagai berikut:

1. Adanya pedagang kaki lima

Pedagang Kaki Lima merupakan pedagang yang berjualan di pinggiran atau yang membuka lapak di tempat yang tidak termasuk dalam pasar tradisional


(56)

karena pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di daerah yang dapat mengganggu ketertiban lalu lintas dan merusak pemandangan pasar trdisional menjadi kumuh sehingga dapat menjadi suatu ancaman.

2. Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pasar tradisional Fasilitas pasar tradisional juga merupakan suatu faktor dalam menilai pengembangan pasar tradisional. Tetapi jika tidak adanya fasilitas atau rusaknya fasilitas pasar tradisional dapat menjadi suatu ancaman pasar tradisional dalam pengembangannya.

3. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional

Keberadaan pasar modern merupakan hal yang wajar pada masa ini dimana melihat kebutuhan konsumen yang tidak terbatas. Tetapi dalam hal ini, pasar modern bisa menjadi ancaman bagi pasar tradisional karena pasar modern dapat melemahkan perekonomian pasar tradisional bahkan dapat mengurangi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

4. Kondisi dan keadaan pasar tradisional

Kondisi dan keadaan pasar tradisional merupakan bagian yang dari fisik pasar tradisional. Kondisi dan keadaan fisik pasar tradisional dapat menjadi peluang serta dapat juga menjadi ancaman pasar tradisional. Jika kondisi fisik pasar tradisional rapi dan teratur serta bersih dapat menjadi peluang pasar tradisional dalam berkembang, tetapi sebaliknya jika kondisi dan keadaan pasar yang tidak teratur, kotor, serta bau dapat menjadi ancaman bagi pasar tradisional.

5. Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap)

Konsumen adalah orang yang memenuhi kebutuhannya dengan membeli keperluan hidupnya. Konsumen bersifat dinamis yaitu selalu bergerak. Konsumen


(57)

tetap merupakan konsumen yang selalu berbelanja pada satu tempat yang di anggap murah atau menguntungkan sehingga dapat menjadi peluang bagi pedagang dalam menjual dagangannya.

6. Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional

Keamanan pedagang tradisional dalam berjualan dapat menjadi peluang jika di dalam pasar tradisional tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat merudikan pedagang. Misalnya tidak adanya pencurian atau premanisme dapat meningkatkan kepercayaan pedagang dalam berjualan dan kepercayaan pembeli terhadap suatu pasar tradisional.

7. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang.

Biaya retribusi merupakan biaya yang tidak terduga yang dikeluarkan pedagang dalam menjalankan usahanya. Jika biaya retribusi yang di bayar pedagang tinggi dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan pasar tradisional.

Adapun beberapa faktor strategis Internal yang mempengaruhi strategi pengembangan pasar tradisional beserta pembobotannya dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 13. Pembobotan Faktor Strategis Internal

Faktor-faktor Strategis Internal Bobot

Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional 0.24

Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 0.2

Waktu buka pasar tradisional 0.25

Promosi terhadap barang dagangan 0.15

Ada proses tawar menawar 0.16

Total 1

Sumber : Diolah dari lampiran 13

Adapun alasan pembobotan beberapa faktor strategis internal pada tabel 14 di atas adalah sebagai berikut:


(58)

1. Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional

Modal merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam menjalankan usaha pedagang. Jumlah modal sangat mempengaruhi pendapatan pedagang serta dapat menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangakan pasar tradisional.

2. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional

Pendapatan pedagang pasar tradisional dapat menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangkan pasar tradisional dimana jumlah pendapatan pedagang dipengaruhi oleh penjualan hasil dagangannya yang menghasilkan laba bagi pedagang pasar tradisional

3. Waktu buka pasar tradisional

Waktu buka suatu pedagang dapat menjadi kekuatan dalam mengembangakan pasar tradisional. Semakin cepat pedagang pasar tradisional membuka usahanya semakain banyak pembeli/konsumen yang memiliki keterbatasan waktu di dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan.

4. Promosi terhadap Barang/Produk Dagangan

Promosi merupakan pengenalan suatu produk/barang yang dijual kepada konsumen agar konsumen mengetahui keberadaan/tempat serta harga suatu barang. Tidak adanya promosi yang dilakukan dapat menjadi suatu kelemahan dalam pengembangan pasar tradisional.

5. Ada proses tawar menawar

Budaya tawar menawar dapat menjadi sebuah kekuatan dalam pengembangan pasar tradisional. Karena hanya di dalam pasar tradisional konsumen dan penjual dapat saling berinteraksi dan menentukan harga suatu barang yang diperjualbelikan sampai di dapat kesepatan harga antara kedua pihak.


(59)

Menentukan rating dan skoring faktor-faktor strategis

Pada tahap penentuan rating, identifikasi faktor strategis eksternal ditinjau dari peluang dan ancaman yang ada dan identifikasi faktor strategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada. Rating diberikan kepada masing-masing faktor strategis internal dan eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif pengolah merespon faktor-faktor strategis. Hasil skor dapat diperoleh dari pengalian bobot dengan rating yang telah di dapat.

Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor strategis eksternal pengembangan pasar tradisional di daerah penelitiandapat dilihat pada tabel 15 berikut ini:

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS) Faktor-faktor Strategis Eksternal

Bobot Rating

Bobot x Rating PELUANG

Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen

tetap) yang berbelanja di pasar tradisional 0.21 3 0.63

Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 0.19 3 0.57

ANCAMAN

Adanya pedagang kaki lima 0.11 2 0.22

Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam

pengembangan pasar tradisional 0.13 2 0.26

Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 0.09 2 0.18

Kondisi dan keadaan pasar tradisional 0.17 2 0.34

Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 0.1 2 0.2

Total 1 16 2.4

Sumber : Diolah dari lampiran 15

2. Peluang (Opportunities) Pasar Tradisional di Kota Medan

Dalam pengembangannya dijumpai berbagai peluang pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah :


(60)

• Adanya Konsumen yang Suka dan Setia (Konsumen Tetap) Berbelanja di Pasar Tradisional

Ada beberapa konsumen memiliki pola pikir yang sama, yaitu berbelanja di pasar tradisional merupakan suatu tradisi. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pasar tradisional memiliki konsumen tetap, konsumen tetap ini biasanya berasal dari kalangan orang tua, yang masih memiliki pola pikir lebih senang berbelanja di pasar tradisional. Hal ini merupakan peluang bagi pasar tradisional karena masih memiliki diminati oleh pembeli tetap.yang masih potensial.

• Keamanan Pedagang Berjualan di Pasar Tradisional

Tingkat keamanan di pasar tradisional mulai terjamin, hal ini ditandai dengan masih telah berkurangnya tindakan premanisme atau kriminalisme. Tindakan premanisme yang terjadi di pasar tradisional meliputi pungutan liar, pencurian barang dagangan. Hal ini membuat pedagang maupun pembeli sudah mulai merasa nyaman.

3. Ancaman (Threats) Pasar Tradisional di Kota Medan

Pengembangan pasar tradisional di kota Medan memiliki ancaman yang merupakan tantangan dalam usaha pengembangan pasar tradisional. Adapun ancaman-ancaman yang dihadapi pasar tradisional adalah :

• Adanya pedagang kaki lima

Pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di depan pasar tradisional yang tidak memiliki kios untuk berdagang. Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan suatu ancaman bagi pedagang di pasar tradisional. Karena pedagang kaki lima ini berjualan di depan dari suatu pasar. Dengan berjualan di depan pedagang kaki lima menjadi pilihan para pembeli mengingat dengan efektifitas waktu pembeli dan dengan harga yang relatif murah.


(1)

SAMPEL 1

A B C D E F

A 1 3 1/3 2 2 3

B 1/3 1 1/3 1 1 3

C 3 3 1 3 3 3

D 1/2 1 1/3 1 1/2 1

E 1/2 1 1/3 2 1 3

F 1/2 1/3 1/3 1 1/3 1

SAMPEL 2

A B C D E F

A 1 3 3 3 3 3

B 1/3 1 3 3 3 3

C 1/3 1/3 1 2 1 1

D 1/3 1/3 1/2 1 1/2

E 1/3 1/3 1 1 1 1/2

F 1/3 1/3 1 2 2 1

SAMPEL 3

A B C D E F

A 1 1/3 1/2 2 1 2

B 3 1 3 3 2 3

C 2 1/3 1 2 1 3

D 1/2 1/3 1/2 1 1 1/2

E 1 1/2 1 1 1 1/2

F 1/2 1/3 1/3 2 2 1

SAMPEL 4

A B C D E F

A 1 3 2 2 1 3

B 1/3 1 1/2 2 1 1

C 1/2 2 1 1 1 2

D 1/2 1/2 1 1 1/2 2

E 1 1 1 2 1 2

F 1/3 1 1/2 1/2 1/2 1

SAMPEL 5

A B C D E F

A 1 1/2 1/2 3 2 2


(2)

A 1 1/3 1/3 1 1 2

B 3 1 1/3 2 2 3

C 3 3 1 2 1 2

D 1 1/2 1/2 1 1/2 1/3

E 1 1/2 1 2 1 2

F 1/2 1/3 1/2 3 1/2 1

SAMPEL 7

A B C D E F

A 1 3 3 3 2 3

B 1/3 1 2 3 1 3

C 1/3 1/2 1 3 3 3

D 1/3 1/3 1/3 1 1/2 3

E 1/2 1 1/3 2 1 2

F 1/3 1/3 1/3 1/3 1/2 1

SAMPEL 8

A B C D E F

A 1 3 2 1 2 3

B 1/3 1 1/2 3 3 2

C 1/2 2 1 3 3 3

D 1 1/3 1/3 1 1 1

E 1/2 1/3 1/3 1 1 3

F 1/3 1/2 1/3 1 1/3 1

SAMPEL 9

A B C D E F

A 1 2 1/2 3 1 3

B 1/2 1 2 3 1 2

C 2 1/2 1 2 1 1

D 1/3 1/3 1/2 1 2 2

E 1 1 1 1/2 1 3

F 1/3 1/2 1 1/2 1/3 1

SAMPEL 10

A B C D E F

A 1 3 2 2 3 3

B 1/3 1 2 3 3 3

C 1/2 1/2 1 1 1 1

D 1/2 1/3 1 1 1 3

E 1/3 1/3 1 1 1 3


(3)

A 1 3 3 3 3 3

B 1/3 1 2 1/3 1/2 3

C 1/3 1/2 1 1 2 3

D 1/3 3 1 1 1 2

E 1/3 2 1/2 1 1 2

F 1/3 1/3 1/3 1/2 1/2 1

SAMPEL 12

A B C D E F

A 1 3 1/2 2 1 2

B 1/3 1 1/3 2 2 3

C 2 3 1 1 1 3

D 1/2 1/2 1 1 1 2

E 1 1/2 1 1 1 2

F 1/2 1/3 1/3 1/2 1/2 1

SAMPEL 13

A B C D E F

A 1 3 1/3 3 3 2

B 1/3 1 1/3 3 3 2

C 3 3 1 3 3 2

D 1/3 1/3 1/3 1 1/3 1

E 1/3 1/3 1/3 3 1 1/3

F 1/2 1/2 1/2 1 3 1

SAMPEL 14

A B C D E F

A 1 3 1 1/3 1/2 2

B 1/3 1 1/3 2 1/2 2

C 1 3 1 2 3 2

D 3 1/2 1/2 1 1/2 2

E 2 2 1/3 2 1 3

F 1/2 1/2 1/2 1/3 1/3 1

SAMPEL 15

A B C D E F

A 1 1/3 3 3 2 3

B 3 1 1/3 2 2 1/3

C 1/3 3 1 1 2 3


(4)

A 1 2 1 1/3 1/2 2

B 1/2 1 1/3 2 2 2

C 1 3 1 2 3 2

D 3 1/2 1/2 1 1/3 2

E 2 1/2 1/3 3 1 2

F 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1

SAMPEL 17

A B C D E F

A 1 3 1/2 2 3 2

B 1/3 1 1/3 1/2 1 2

C 2 3 1 3 1 2

D 1/2 2 1/3 1 2 3

E 1/3 1 1 1/2 1 1/2

F 1/2 1/2 1/2 1/3 2 1

SAMPEL 18

A B C D E F

A 1 1/3 1/3 1/2 1 2

B 3 1 1/2 1/2 1 3

C 3 2 1 1 2 1

D 2 2 1 1 3 3

E 1 1 1/2 1/3 1 2

F 1/2 1/3 1 1/3 1/2 1

SAMPEL 19

A B C D E F

A 1 3 1 1/3 1/2 2

B 1/3 1 1/3 2 1/2 2

C 1 3 1 2 3 2

D 3 1/2 1/2 1 1 2

E 2 2 1/3 1 1 3

F 1/2 1/2 1/2 1/2 1/3 1

SAMPEL 20

A B C D E F

A 1 1/2 1/2 3 3 3

B 2 1 1 2 2 3

C 2 1 1 3 2 3

D 1/3 1/2 1/3 1 1 1

E 1/3 1/2 1/2 1 1 1


(5)

A 1 3 1/2 3 1/2 1/3

B 1/3 1 1/3 3 3 2

C 2 3 1 3 3 3

D 1/3 1/3 1/3 1 1/2 1/3

E 2 1/3 1/3 2 1 1/3

F 3 1/2 1/3 3 3 1

SAMPEL 22

A B C D E F

A 1 1/3 3 1/2 2 2

B 3 1 3 2 3 3

C 1/3 1/3 1 1 2 2

D 2 1/3 1 1 1/2 3

E 1/2 1/3 1/2 2 1 1

F 1/2 1/3 1/2 1/3 1 1

SAMPEL 23

A B C D E F

A 1 3 2 1/3 1/2 2

B 1/3 1 1/3 1/2 3 2

C 1/2 3 1 1/3 1/3 1

D 3 2 3 1 1/3 2

E 2 1/3 3 3 1 1/2

F 1/2 1/2 1 1/2 2 1

SAMPEL 24

A B C D E F

A 1 1/3 1/3 1 1 3

B 3 1 1/3 1 1 3

C 3 1/3 1 1 1 1

D 1 1 1 1 3 3

E 1 1 1 1/3 1 2

F 1/3 1/3 1 1/3 1/2 1

SAMPEL 25

A B C D E F

A 1 3 3 3 3 3

B 1/2 1 2 3 3 3

C 1/3 1/2 1 1 1 2


(6)

A 1 3 1 3 3 2

B 1/3 1 1/3 1 3 3

C 1 3 1 2 1 1

D 1/3 1 1/2 1 3 3

E 1/3 1/3 1 1/3 1 2

F 1/2 1/3 1 1/3 1/2 1

SAMPEL 27

A B C D E F

A 1 3 2 2 2 2

B 1/3 1 3 3 3 3

C 1/2 1/3 1 1 1/3 3

D 1/2 1/3 1 1 1/2 3

E 1/2 1/3 3 2 1 3

F 1/2 1/3 1/3 1/3 1/3 1

SAMPEL 28

A B C D E F

A 1 1/2 1 3 1 2

B 2 1 2 1/2 3 3

C 1 1/2 1 2 1/3 1

D 1/3 2 1/2 1 1/3 1/3

E 1 1/3 3 3 1 2

F 1/2 1/3 1 3 1/2 1

SAMPEL 29

A B C D E F

A 1 2 1/3 2 1 2

B 1/2 1 1 2 2 3

C 1/3 1 1 3 1/2 1/2

D 1/2 1/2 1/3 1 1 2

E 1 1/2 2 1 1 3

F 1/2 1/3 2 1/2 1/3 1

SAMPEL 30

A B C D E F

A 1 3 1/3 2 2 3

B 1/3 1 1/2 2 1 1

C 3 2 1 3 2 2

D 1/2 1/2 1/3 1 1/2 2

E 1/2 1 1/2 2 1 3