4.1.3 Uji Statistik ANOVA dan BNT
Berdasarkan dari tabel analisis ragam, didapatkan nilai dari F hitung lebih besar daripada F tabel sehingga menolak H0 dan menerima H1 pada selang kepercayaan
95. Berdasarkan hasil dari uji lanjut BNT, terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan D 39 ppm dan E 97,5 ppm terhadap mortalitas ikan patin siam
Pangasius hypopthalmus.
4.1.4 Pengaruh Metil Metsulfuron terhadap Sel Darah Merah
Perlakuan metil metsulfuron terhadap ikan patin siam Pangasius hypopthalmus dilakukan selama 96 jam dan diamati dampak kerusakannya dengan melakukan
metode ulas darah. Berdasarkan hasil pengamatan ulas darah Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara sel darah merah kontrol 0 ppm
dengan sel darah merah yang telah dipaparkan metil metsulfuron seperti pada perlakuan C 15,6 ppm dan D 39 ppm. Pada perlakuan kontrol sel darah merah
berbentuk oval sampai bundar dengan inti yang kecil dan sitoplasma dalam jumlah yang besar. Setelah dipaparkan metil metsulfuron dengan konsentrasi 15,6 ppm dan
39 ppm, terbentuk lipofuscin pada inti sel dan seroid yang hampir memenuhi permukaan sitoplasma. Menurut analisis Yudha 1999 mengenai kerusakan sel darah
merah ikan lele dumbo Clarias gariepinus yang dipaparkan dalam endosulfan menyebabkan inti sel terlihat membesar dan seolah-
olah ‘pecah’ dengan permukaan yang tidak rata.
0 ppm K Gambar 5. Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil Metsulfuron
pada Konsentrasi 0 ppm K. Keterangan : Inti Sel A dan Sitoplasma B
15,6 ppm C Gambar 6. Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil
Metsulfuron pada Konsentrasi 15,6 ppm C. Keterangan : Lipofuscin L dan Seroid S.
39 ppm D Gambar 7. Kerusakan Sel Darah Merah Ikan Patin Siam yang Terpapar Metil
Metsulfuron pada Konsentrasi 39 ppm D. Keterangan : Lipofuscin L dan Seroid S.
4.1.5 Pengaruh Metil Metsulfuron terhadap Nilai Hematokrit
Gambar 8. Perbandingan Nilai Hematokrit
29,94
19,76 14,80
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
0 ppm 15,6 ppm
39 ppm
P er
se n
tase Hem
atokrit
Konsentrasi
Berdasarkan grafik persentase hematokrit Gambar 7, pada perlakuan kontrol didapatkan persentase sebesar 29,94.
Persentase rerata nilai hematokrit mengalami penurunan pada perlakuan C 15,6 ppm yaitu sebesar 19,76 dan perlakuan D 39 ppm
sebesar 14,80.
4.1.6 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diuji adalah suhu, pH, dan oksigen terlarut pada uji penentuan selang konsentrasi dan pada uji definitif. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan kisaran suhu 25-28
o
C, nilai pH 7, dan kadar oksigen terlarut 4-8 mgl. Kisaran nilai parameter kualitas air pada uji penentu selang konsentrasi dan uji
definitif yang telah dilakukan tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kisaran Nilai Parameter Kualitas Media Uji pada Uji Penentuan Selang
Konsentrasi dan Uji Definitif
Parameter Uji
Perlakuan K
A B
C D
E NAB
Suhu
o
C Penentuan
Selang Konsentrasi
25-28 25-28
25-27 25-26
25-30 Definitif
25-28 25-26
25-27 25-28
25-27 25-28
pH Penentuan
Selang Konsentrasi
7 7
7 7
6,5-8 Definitif
7 7
7 7
7 7
DO mgl Penentuan
Selang Konsentrasi
5,31- 7,42
5,16- 8,25
5,08- 8,24
7,41- 8,33
3-7 Definitif
5-7,04 5,40-
7,24 4,70-
7,50 5,18-
7,40 5,55-
7,20 5,58-
5,99
Keterangan: NAB : Nilai Ambang Batas untuk ikan patin siam
: Berdasarkan Pirzan 1992 : Berdasarkan Gufron dalam Minggawati 2012