Kualitas Air Hasil .1 Uji Penentuan Selang Konsentrasi

4.2 Pembahasan

Pada kolam alih fungsi dari area persawahan masih terdapat senyawa herbisida yang dapat menyebabkan gangguan organ penting pada tubuh ikan sublethal bahkan kematian pada ikan lethal. Berdasarkan hasil dari uji penentuan selang konsentrasi dan uji definitif terdapat mortalitas ikan uji, hal tersebut menandakan semakin tinggi konsentrasi metil metsulfuron yang digunakan maka tingkat mortalitas ikan patin siam semakin meningkat. Ikan uji mengalami gejala-gejala keracunan yaitu dengan terlihatnya tingkah laku berenang ikan yang tidak teratur, tubuh ikan berlendir, berwarna pucat dan gangguan pendarahan pada katup insang serta mulutnya. Menurut Cornell dan Miller 1995, kerusakan pada insang tersebut dapat menyebabkan terganggunya mekanisme pernapasan yang akhirnya dapat mempengaruhi metabolisme dan laju pertumbuhan ikan uji, luka pada katup dan mulut insang. Berdasarkan uji definitif yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai LC 50 -96 jam sebesar 51,4 mgl, yang berarti metil metsulfuron memiliki daya racun sedang. Menurut Komisi Pestisida Departemen Pertanian 1983 dalam Rudiyanti 2009, kriteria daya racun lethal pestisida pada LC 50 -96 jam sebesar 10-100 mgL, memiliki daya racun yang sedang. Berdasarkan dari data uji normalitas dan homogenitas Lampiran 5 yang telah dilakukan, data menyebar normal dan varian dari beberapa kelompok data adalah sama. Uji BNT dapat dilakukan berdasarkan hasil dari uji ANOVA Lampiran 6 yang menyatakan bahwa metil metsulfuron memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas ikan patin siam. Hasil uji BNT Lampiran 7 menunjukkan bahwa pada perlakuan D 39 ppm dan E 97,5 ppm memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas ikan patin siam. Pembuatan preparat ulas darah dan perhitungan persentase hematokrit dilakukan pada perlakuan yang berbeda nyata 39 ppm dengan perlakuan yang tidak berbeda nyata 15,6 ppm kemudian dibandingkan dengan ikan uji pada perlakuan kontrol 0 ppm. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan gambaran bahwa pada perlakuan kontrol inti sel darah merah terletak sentral dengan sitoplasma dan berbentuk oval. Setelah dipaparkan metil metsulfuron dengan konsentrasi 15,6 ppm dan 39 ppm, terbentuk lipofuscin pada inti sel dan seroid yang hampir memenuhi permukaan sitoplasma. Hal tersebut diduga karena adanya sifat dari metil metsulfuron yang dapat menyebabkan timbulnya kelainan pada sitoplasma dan inti sel karena adanya lipofuscin dan seroid. Menurut Azhar dan Tjahjono 1999 dalam Yudha 1999, bahan toksik juga dapat mengakibatkan kerusakan membran sel yang parah dan membahayakan kehidupan sel juga menyebabkan pembentukkan kompleks lipofuscin dan seroid yang besar dan tidak larut, yang semakin lama akan semakin membesar hingga dapat memenuhi seluruh sel. Gangguan pada sistem sirkulasi ikan yang telah tercemar toksik dapat menimbulkan kerusakan pada sel darah merah serta penurunan nilai hematokrit. Hasil penelitian dan persentase hematokrit Gambar 8 dan Lampiran 8 yang didapat setelah dilakukan pemaparan metil metsulfuron pada ikan patin siam selama 96 jam yaitu, pada perlakuan kontrol sebesar 29,94 . Kondisi ini menunjukan bahwa ikan masih