II. KERANGKA TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka
2.1 Pembelajaran Discovery-Inquiry
Discovery yang berarti penemuan merupakan model pembelajaran yang pertama kali dikemukakan oleh Jerome Bruner, beliau berpendapat bahwa
belajar melalui proses penemuan sesuai dengan pencarian secara aktif oleh manusia, siswa belajar terbaik melalui penemuan, sehingga berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Mengajar dengan pembelajaran discovery memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan,
dan mengambil kesimpulan Amin: 2009: 1. Pada pembelajaran discovery guru hanya memberikan suatu masalah dan siswa disuruh memecahkan
masalah tersebut melalui percobaan. Menurut Sund dalam Amin 2009: 1 bahwa pembelajaran discovery
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi konsep dan prinsip- prinsip.
10 Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran discovery menekankan pada
proses dalam menemukan konsep dan kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah. Pembelajaran ini juga mendorong rasa ingin tahu
siswa untuk mengeksplorasi dan belajar mandiri. Inquiry berasal dari bahasa inggris yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban dari pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada
kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan Ahmadi dalam Ismawati. 2007.
Suhana, Cucu Hanafiah 2010: 77 mengemukakan bahwa Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus harus menggunakan
kemampuan discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain inquiry adalah suatu proses perluasan proses-proses discovery yang digunakan
dalam cara-cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery-inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan
menarik kesimpulan. Kuslan dan Stone dalam Lissy 2009: 1 mengatakan bahwa pengalaman
inquiry merupakan pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Dengan kata lain, inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen
11 untuk mencari jawaban, memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau
rumusan masalah dengan kemampuan berpikir kritis dan logis Ahmadi dalam Ismawati. 2007.
Menurut Rijal 2011: 1 bahwa pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses pemecahan masalah,
sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru
berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery-inquiry adalah suatu kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, mencoba sendiri sehingga
menemukan konsep sendiri. Pembelajaran discovery-inquiry dilihat dari pandangan bahwa siswa
sebagai subyek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Proses perkembangan harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Menurut Bahri dalam Rijal 2011: 1 langkah-langkah pembelajaran discovery-inquiry adalah sebagai berikut:
1 Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan
atau menyuruh anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan
2 Problem statement : memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi berbagai persoalan
12 3
Data collection : perngumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara
sumber atau melakukan uju coba sendiri dan lain-lain oleh siswa
4 Data prossesing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian,
pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat kepercayaan tertentu
5 Verification atau pembuktian : pembuktian dari hipotesis atau
pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada
6 Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik
kesimpulan atau genaralisasi tertentu
Discovery-inquiry juga memiliki macam-macam jenis, Sudirman dalam Amin 2009 menguraikan tentang tujuh jenis discovery-inquiry yang
dapat diikuti yaitu
1
Guide discovery-Inquiry, 2 Modified free discovery-Inquiry, 3 Free Inquiry, 4 Inquiry role Approach, 5
Invitation Into Inquiry, 6 Pictorial Riddle, 7 Synectics Lesson, 8 Value Clarification.
Sudirman dalam Darmawan 2008: 1 menjelaskan keunggulan- keunggulan dari pembelajaran discovery-inquiry yaitu:
1 Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima
informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan
informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih
banyak.; 2 Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik; 3 Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan
dalam rangka transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru; 4 Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri; 5 Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tida hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar; 6 Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya tahan lama dalam ingatan menjadi lebih baik.
13 Kekurangan pembelajaran discovery-inquiry menurut Rijal 2011: 1 yaitu
siswa harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan lebih baik, bila kelas terlalu besar, maka bentuk
ini akan kurang berhasil. Berdasarkan pendapat Rijal maka pembelajaran discovery-inquiry akan
efektif siswa dapat menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan. Bahan pelajaran pun bukan berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi,
melainkan sebuah kesimpulan yang memerlukan pembuktian. Proses pembelajaran bermula dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu dan
peserta didik memiliki kemauan dan kemampuan untuk berfikir. Jumlah siswa pun harus ideal dengan kapasitas guru agar alokasi waktu
mencukupi untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
2.2 Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry