Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry Kemampuan Berpikir Kritis

15 kadang kegagalan; 4 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri; 5Membuat siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar; 6 Membantu dan memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses- proses guided discovery-inquiry, juga dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan; 7Pembelajaran guided discovery-inquiry berpusat pada siswa, misalnya memberikan kesempatan kepada siswa dan guru berpartisipasi untuk mengecek ide. Guru menjadi pembimbing belajar, terutama dalam situasi guided discovery-inquiry yang jawabannya belum diketahui siswa sebelumnya; 8 Membantu perkembangan siswa dalam menemukan kebeneran akhir yang mutlak Kekurangan pembelajaran guided discovery-inquiry yaitu: 1 Dipersyaratkan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini Pembelajaran guided discovery-inquiry kurang baik untuk mengajar kelas besar; 2 Harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional; 3Mengajar dengan pembelajaran guided discovery-inquiry mungkin akan dipandang terlalu mementingkan perolehan pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan. Dari kutipan di atas, dalam melaksanakan pembelajaran guided discovery- inquiry, siswa harus mempunyai kesiapan mental supaya terjadi proses belajar-mengajar yang diharapkan. Jumlah siswa pun menjadi pertimbangan agar tercapai tujuan pembelajaran.

2.3 Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry

Modified free discovery-inquiry atau discovery-inquiry bebas yang termodifikasi merupakan pembelajaran jenis discovery-inquiry dimana 16 guru hanya memberikan suatu masalah saja, dan siswa dituntut untuk menjawab permasalahan tersebut melalui pengamatan ataupun eksperimen atas inisiatif sendiri. Menurut pendapat Amin dalam Rijal 2011: 1 : Pembelajaran discovery-inquiry bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan discovery-inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus di dorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan. Amin dalam Darmawan 2008: 1 menambahkan bahwa guru berperan sebagai pendorong, narasumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Sintaks pembelajaran modified free discovery-inquiry menurut Hermawan 2009: 32 yaitu: 1 Perumusan masalah; 2 Merumuskan hipotesis; 3 Pengumpulan data eksperimen; 4 Mengolah data eksperimen; 5 Membuat kesimpulan; 6 Mengkomunikasikan dalam bentuk laporan Dalam pembelajaran modified free discovery-inquiry kegiatan-kegiatan belajar siswa terutama ditekankan dengan eksplorasi, merancang dan melaksanakan eksperimen, guru hanya sebagai fasilitator yang menyediakan alat dan bahan untuk kebutuhan siswa dalam melaksanakan eksperimen dan memberikan sedikit bantuan kepada siswa jika diperlukan. Pada waktu siswa melakukan proses belajarnya untuk mencari pemecahan atau jawaban masalah itu, bantuan yang diberikan guru ialah teknik pertanyaan-pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Ini dimaksudkan agar 17 siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.

2.4 Kemampuan Berpikir Kritis

Pembelajaran dengan hasil pada level tertinggi adalah pengembangan critical thinking yakni kemampuan berpikir kritis, yang bisa dikembangkan sejak dini, dan tidak tergantung pada tingkat intelligence quotient IQ, namun pada intensitas pembinaan dan kebiasaan melatih anak berpikir kritis. Moore dalam Rosyada 2004: 49-50 memberikan ilustrasi bahwa kemampuan berpikir lebih tinggi dari sekedar mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Namun, kemampuan tersebut bisa dilatih dan dikembangkan, yang diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran yang memungkinkan untuk pengembangan berpikir tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Anggelo dalam Achmad 2007: 1: berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi Secara teknis, kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom diartikan sebagai kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi Komalasari, 2010: 266. Spliter dalam Komalasari 2010: 267 mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. 18 Selain itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan. Kirschenbaum dalam Zuchdi 2008: 49-50 menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang berpikir kritis adalah: mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan; mencari alasan; mencoba memperoleh informasi yang benar; menggunakan sumber yang dapat dipercaya; mempertimbangkan seluruh situasi; mencari alternatif; bersikap terbuka; mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercayai; mencari ketepatan suatu permasalahan, sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain. Ciri tersebut hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana. Morgan dalam Solo 2011: 1 mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas Intercollege Committee on Critical Thinking yang terdiri atas: 1 kemampuan mendefinisikan masalah, 2 kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, 3 kemampuan mengenali asumsi- asumsi, 4 kemampuan merumuskan hipotesis, dan 5 kemampuan menarik kesimpulan. Menurut Langrehr dalam Mulyana 2010: 6, untuk melatih berpikir kritis, siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang 19 berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : 1 Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; 2 Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; 3 Merumuskan pokok-pokok permasalahan; 4 Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; 5 Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; 6 Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan. Gokhale dalam Mulyana 2010: 6 menambahkan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

2.5 Kemampuan Awal

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY

0 7 50

Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia

1 17 314

Pengaruh Model Guided Inquiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Biologi

0 3 7

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY PADA SUBKONSEP PENCEMARAN AIR.

2 9 40

STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE DISCOVERY DAN INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK.

0 1 41

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL MODIFIED FREE INQUIRY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS | Qurotul A’yun | Inkuiri 7415 15572 1 SM

0 0 10

Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Melalui Discovery Learning dan Model Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry

0 0 10

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY

0 0 10

PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DISERTAI JURNAL BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMA

0 0 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY-INQUIRY DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR KOLOID DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI SMAN 7 MATARAM TAHUN AJARAN 20122013

0 0 147