Ruang Lingkup, Objek dan Subjek Jaminan Fidusia .1 Ruang Lingkup Jaminan Fidusia
yang lebih tinggi didahulukan pembayaran hutangnya yang diambil dari hasil penjualan benda jaminan hutang.
2.4 Ruang Lingkup, Objek dan Subjek Jaminan Fidusia 2.4.1 Ruang Lingkup Jaminan Fidusia
Ruang lingkup jaminan fidusia dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia yang menegaskan bahwa,
undang-undang ini berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia.” Sedangkan dalam Pasal 3
menegaskan bahwa, undang-undang ini tidak berlaku terhadap: a.
Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan dalam perundang-undangan yang berlaku
menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftar. b.
Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 dua puluh M3 atau lebih.
c. Hipotek atas pesawat terbang, dan
d. Gadai.
Membicarakan ruang lingkup jaminan fidusia sebagaimana ketentuan Pasal 2 UUJF di atas berarti membicarakan benda yang dapat dibebani
jaminan fidusia. Pengertian benda seperti tercantum dalam ketentuan Pasal 1 butir 4 adalah, segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik
yang berwujud maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotek.”Jika kita memperhatikan ketentuan Pasal 9
Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia, ditegaskan bahwa, jaminan
fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun
yang diperoleh kemudian.” Ketentuan Pasal ini menegaskan bahwa selain benda sebagaimana ditentukan Pasal 1 butir 4, yang dapat menjadi objek
jaminan fidusia adalah termasuk piutang. Jadi seseorang yang mempunyai hak untuk menerima pembayaran dari orang lain, dapat menjaminkan
haknya tersebut sebagai pelunasan atas perikatan utang piutang perjanjian kredit yang dibuatnya dengan pihak kreditur. Hal ini yang membuat
lembaga jaminan fidusia dapat menggantikan FEO dan cessie jaminan atas piutang-piutang
zekerheidscessie van
schuldvorderingen, fiduciary
assignment of receivables yang dalam praktek pemberian kredit banyak digunakan.
Selanjutnya ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia mengatur bahwa selain benda yang sudah dimiliki pada saat
dibuatnya jaminan fidusia, juga benda termasuk piutang yang diperoleh kemudian dapat dibebani dengan jaminan fidusia. Ini berarti benda dan
piutang tersebut demi hukum akan dibebani dengan jaminan fidusia pada saat benda dan piutang dimaksud menjadi milik pemberi fidusia. Berkenaan
dengan pembebanan jaminan fidusia atas benda yang termasuk piutang yang diperoleh kemudian itu, Pasal 9 ayat 2 menetapkan bahwa tidak perlu
dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri. Hal ini dimungkinkan karena dilakukan konstruksi hukum pengalihan hak kepemilikan sekarang
untuk nantinya nu voor alsdan terhadap benda dan piutang tersebut.
Menurut Fred B.G. Tumbuan,konstruksi hukum ini akan sangat membantu dan menunjang pembiayaan pengadaan pembelian persediaan stock bahan
baku, bahan penolong dan barang jadi. Sukanti Hutagalung,2005:687 Mengenai objek jaminan fidusia ini selanjutnya dapat kita lihat
ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi, “kecuali diperjanjikan lain: a. jaminan fidusia meliputi hasil dari
benda yang menjadi objek jaminan fidusia, b. jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia
diasuransikan. Ketentuan ini rupanya juga terdapat dalam Pasal 11 ayat 2 huruf I Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dan Pasal 297 KUH Dagang berkaitan dengan hipotik.