Jaminan Fidusia TINJAUAN PUSTAKA

perjanjian assesoir perjanjian ikutan, Maksudnya adalah perjanjian assesoir itu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikuti perjanjian lainnya yang merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini yang merupakan perjanjian pokok adalah perjanjian hutang piutang. Fuady, 2005:19

2.3 Jaminan Fidusia

Jaminan adalah sarana perlindungan bagi keamanan kreditur, yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur atau oleh penjamin debitur. Satrio, 2003:03 Jelas bahwa jaminan berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi kreditur yang meminjamkan uangnya, perlindungan yang dimaksud adalah menjamin adanya kepastian hukum dan rasa aman bagi kreditur bahwa uang yang dipinjamkannya akan dilunasi oleh debitur, apabila ternyata tidak dilunasi oleh debitur, maka kreditur dapat menjual barang jaminan tersebut sebagai upaya pelunasan hutang. Sementara itu, pengertian jaminan fidusia yang diatur dalam pasal 1 angka 2 UUJF adalah jaminan fidusia merupakan hak jaminan atas banda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Bedasarkan perumusan ketentuan dalam pasal 1 angka 2 Undang- Undang Jaminan Fidusia, unsur-unsur dari jaminan fidusia yaiut: Usman, 2008:153 a. Sebagai lembaga hak jaminan kebendaan dan hak yang harus diutamakan. b. Kebendaan bergerak sebagai objeknya. c. Kebendaan menjadi objek jaminan fidusia tersebut dimaksudkan sebagai agunan. d. Untuk pelunasan suatu utang tertentu. e. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Sebagai hak kebendaan, jaminan fidusia mempunyai hak didahulukan terhadap kreditur lain Droit de Preference untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda jaminan. Hak tersebut tidak hapus walaupun terjadi kepailitan pada debitur. Pemegang fidusia merupakan kreditur separatis sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 56 Undang- Undang Kepailitan. Pengakuan hak separatis akan memberikan perlindungan hukum bagi kreditur pemegang fidusia. Usman, 2008:29 Beberapa prinsip utama dalam jaminan fidusia yakni: Fuady, 2000:151 a. Pemegang fidusia berfungsi sebagai jaminan bukan sebagai pemilik sebenarnya. b. Pemegang fidusia berhak mengeksekusi barang jaminan jika ada wanprestasi dari debitur. c. Objek jaminan fidusia wajib dikembalikan kepada pemberi fidusia jika hutang sudah dilunasi. d. Jika hasil eksekusi barang fidusia melebihi jumlah hutang, maka sisanya harus dikembalikan kepada pemberi fidusia. Pemberian fidusia dilakukan dengan cara Constitutum Possessorium yang artinya penyerahan kepemilikan benda tanpa menyerahkan fisik benda sama sekali. Adapun sifat dari jaminan fidusia berdasarkan Pasal 4 UUJF, jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan accessoir dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak di dalam memenuhi suatu prestasi untuk memberikan suatu atau tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang sehingga akibatnya jaminan fidusia hapus demi hukum apabila perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia hapus. Kartika, 2004:24. Sebagai suatu perjanjian accessoir, perjanjian fidusia memiliki sifat sebagai berikut: Widjaja, 2000:125 a. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok. b. Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok. c. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi. Sifat accessoir dari jaminan fidusia ini membawa akibat hukum, bahwa: a. Dengan sendirinya jaminan fidusia menjadi hapus karena hukum, apabila perjanjian pokoknya itu berakhir atau karena sebab lainnya yang menyebabkan perjanjian pokoknya menjadi hapus. b. Fidusia yang menjaminnya karena hukum beralih pula kepada penerima fidusia yang baru dengan dialihkannya perjanjian pokoknya kepada pihak lain. c. Fidusia merupakan bagian tidak terpisahkan dari atau selalu melekat pada perjanjian pokoknya, karena itu hapusnya fidusia tidak menyebabkan hapusnya perjanjian pokoknya. Karena perjanjian fidusianya merupakan perjanjian yang bersifat accessoir, sesuai dengan sifatnya tersebut, perjanjian pemberian jaminan fidusia merupakan suatau perjanjian bersyarat, dengan syarat pembatalan sebagaimana diatur dalam Pasal 1253 Jo Pasal 1265 KUHperdata, dengan konsekuensinya, pemberian jaminan fidusia itu dengan sendirinya berakhir atau hapus, kalau perjanjian pokoknya untuk mana diberikan jaminan fidusia hapus, antara lain karena pelunasan. Satrio, 2002:197 Sebagai hak kebendaan, jaminan fidusia mempunyai hak didahulukan terhadap kreditur lain Droit de Preference untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda jaminan. Hak tersebut tidak hapus walaupun terjadi kepailitan pada debitur. Pemegang fidusia merupakan kreditur separatis sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 56 Undang- Undang Kepailitan. Pengakuan hak separatis akan memberikan perlindungan hukum bagi kreditur pemegang fidusia. Satrio, 2002:29. Beberapa prinsip utama dalam jaminan fidusia yakni : Satrio, 2002:23 a. Pemegang fidusia berfungsi sebagai jaminan bukan sebagai pemilik sebenarnya. b. Pemegang fidusia berhak mengeksekusi barang jaminan jika ada wanprestasi dari debitur. c. Objek jaminan fidusia wajib dikembalikan kepada pemberi fidusia jika hutang sudah dilunasi. d. Jika hasil eksekusi barang fidusia melebihi jumlah hutang, maka sisanya harus dikembalikan kepada pemberi fidusia. Berkaitan dengan azas dari jaminan fidusia tersebut bahwa objek jaminan fidusia mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya jika debitur cidera janji. Obyek yang terdapat didalam jaminan fidusia meliputi: Satrio, 2002:23 a. Benda dapat dimiliki dan dapat dialihkan. b. Benda berwujud dan tidak berwujud. c. Benda bergerak dan tidak bergerak yang dapat diikat dengan hak tanggungan, hipotik . d. Benda yang sudah ada maupun benda yang akan ada. e. Benda persediaanStok barang dagangan. Berdasarkan Pasal 1131 KUH Perdata, maka semua benda milik debitur, bergerak atau tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Akan tetapi, Pihak kreditur umumnya tidak puas dengan jaminan umum berdasarkan Pasal 1131 KUH Perdata tersebut, dengan alasan sebagai berikut : Satrio, 2002:138 1. Benda tidak khusus. Dalam hal ini didalam Pasal 1131 KUH Perdata tidak menunjuk terhadap suatu barang khusus tertentu, tetapi menunjuk terhadap semua barang milik debitur. 2. Benda tidak diblokir Jika dibuat jaminan hutang khusus, maka dapat ditentukan bahwa benda tersebut tidak dapat dialihkan kecuali izin pihak kreditur. 3. Jaminan tidak mengikuti benda Apabila benda obyek jaminan hutang dialihkan kepada pihak lain oleh debitur, maka hak kreditur tetap melekat pada benda tersebut, terlepas ditangan siapapun benda tersebut berada. 4. Tidak ada kedudukan preferensi dari kreditur. Berbeda dengan jaminan umum yang didasarkan atas Pasal 1131 KUHPerdata, maka terhadap pemegang jaminan hutang yang khusus oleh hukum diberikan hak preferensi, artinya krediturnya diberikan kedudukan yang lebih tinggi didahulukan pembayaran hutangnya yang diambil dari hasil penjualan benda jaminan hutang. 2.4 Ruang Lingkup, Objek dan Subjek Jaminan Fidusia 2.4.1 Ruang Lingkup Jaminan Fidusia