disetujui atau disepakati bersama antara para pihak lembaga pembiayaan atau kreditur dengan nasabah peminjam dana.
4. Prestasi, yaitu adanya obyek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian
kredit antara lembaga pembiayaan dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.
5. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk
mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan
jaminan dengan agunan Bahsan, 2007:46
2.1.3 Hak dan Kewajiban Debitur dan Kreditur
Menurut Pasal 1763 KUHPerdata, kewajiban peminjam debitur adalah mengembalikan pinjaman uang kepada kreditur tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Sedangkan hak dari kreditur adalah menerima pembayaran dari pihak debitur, baik berupa pinjaman pokok maupun
bunganya dari pinjaman yang telah diberikan kepada debitur antara lain adalah menerima sejumlah uang dari kreditur sebagai pinjaman kredit dan
berhak menggunakan uang tersebut untuk mendapatkan keuntungan Badrulzaman, 1983: 75
2.2 Pengertian Fidusia
Fidusia yang lazim dikenal dengan nama FEO fiduciare eigendoms overdracht yang dasarnya merupakan suatu prjanjian accesor antara
debitur dan kreditur yang isinya penyerahan hak milik secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitur kepada kreditur. Namun, benda tersebut
masih dikuasai oleh debitur sebagai peminjam pakai sehingga yang diserahkan kepada kreditur adalah hak miliknya. Penyerahan demikian
dinamakan penyerahan secara constitutum possersorim, artinya hak milik bezit dari barang dimana barang tersebut tetap pada orang yang
mengalihkan pengalihan pura-pura. Kartika, 2008:23. Dengan demikian, hubungan hukum antara pemberi fidusia debitur
dengan penerima fidusia kreditur merupakan hubungan hukum yang berdasarkan kepercayaan. Namun dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia maka penyerahannya hak milik suatu barang debitur kepada kreditur secara kepercayaan sebagai jaminan utang.
Dalam hal itu, sebelum dikeluarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 lembaga jaminan fidusia telah diakui berdasarkan yurisprudensi Keputusan
Hooggerechtsh tanggal 18 Agustus 1932 serta Keputusan Mahkamah Agung tanggal 1 September 1971 Reg. No. 372 KSip1970.
Sementara itu Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia UUJF memberikan pengertian, fidusia
merupakan pengalihan hak kepemilikan sesuatu atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak kepemilikannya dialihkan dan penguasaan
tetap ada pada pemilik benda. Kartika, 2008:24. Sebagaimana perjanjian hutang lainnya, seperti perjanjian gadai,
hipotik, hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu
perjanjian assesoir perjanjian ikutan, Maksudnya adalah perjanjian assesoir itu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikuti perjanjian
lainnya yang merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini yang merupakan perjanjian pokok adalah perjanjian hutang piutang. Fuady, 2005:19
2.3 Jaminan Fidusia