Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan Kebendaan

3. Benda berwujud termasuk piutang. 4. Benda bergerak. 5. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan Hak Tanggungan ataupun hipotek. 6. Baik benda yang ada ataupun akan diperoleh kemudian. 7. Dapat atas satu satuan jens benda. 8. Dapat juga atas lebih dari satu satuan jenis benda. 9. Termasuk hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia. 10. Benda persediaan. Yang dimaksud dengan bangunan yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan disini dalam kaitannya dengan rumah susun sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Yang dapat menjadi pemberi fidusia adalah orang perorang atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang atau perorangan yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.

2.5 Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan Kebendaan

Hak jaminan kebendaan adalah hak yang dimiliki pihak kreditur penerima jaminan kebendaan untuk didahulukan dalam pengambilan pelunasan, dibandingkan kreditur lainnya yang bukan penerima jaminan kebendaan, atas hasil penjualan suatu benda tertentu atau sekelompok benda tertentu yang secara khusus diperikatkan.Widjaja, 2000:136 Ditinjau dari lahirnya hak jaminan khusus yaitu dikarenakan undang- undang privilege dan karena perjanjian maka hak jaminan fidusia adalah hak jaminan kebendaan yang lahir karena perjanjian. Rumusan hak jaminan kebendaan di atas menimbulkan ciri preferensi. Hak preferen dalam hal ini tertuju pada hasil eksekusi benda agunan baik dengan pelelangan umum melalui Kantor Lelang Negara ataupun dengan penjualan di bawah tangan oleh pemilikpemberi fidusia. Membicarakan hak preferen dalam hal ini berarti membicarakan hasil eksekusi penjualan benda agunan. Berkaitan rumusan fidusia sebagai perbuatan hukum pengalihan hak kepemilikan disatu sisi dan fidusia sebagai lembaga jaminan di sisi lain maka tentang hak preferen dalam jaminan kebendaan ini, Bachtiar Sibarani mengemukakan : Undang-Undang fidusia menentukan bahwa apabila debitur cidera janji maka yang dieksekusi dilaksanakan adalah sertifikat jaminan fidusia yang yang berkepala. Demi Keadilan Yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. yang mempunyai kekuatan eksekutorial sama dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pelaksanaannya dapat melalui pelelangan umum oleh Kantor Lelang Negara atau di bawah tangan oleh pemilikpemberi fidusia. Artinya dijual. Jadi sekali lagi bukan kepemilikannya yang dieksekusi menjadi riil milik kreditur. Hal ini berarti bukan fidusianya yang dieksekusi tetapi pengikatanpembebanannya yang merupakan kesatuan dengan perjanjian pokoknya yakni pinjam uang dengan jaminan barang bergerak yang ada dalam penguasaan pemilik. Sukanti Hutagalung,2005:737-378 Karena hak jaminan kebendaan menimbulkan hak preferen atas hasil penjualan barang agunan bagi krediturnya, maka perlu diperhatikan ketentuan eksekusi yang mengaturnya. Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara : a. Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia, yaitu pelaksanaan suatu alas hak eksekusi yang memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang sita tanpa perantaraan hakim. b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan, dan c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan oleh pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga yang tertinggi yang menguntungkan para pihak. Penjualan ini dilakukan setelah lewat waktu 1 bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat kabar yang berbeda di daerah yang bersangkutan. Selain itu hak jaminan kebendaan yang sangat berhubungan erat dengan eksekusi jaminan ternyata juga akan membawa kita mengkaitkannya dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan eksekusi benda jaminan. Malahan dalam hukum eksekusi hak-hak jaminan membuktikan perannya. Sehingga tidak berlebihan kita mengatakan jika membicarakan hak-hak jaminan maka tidak bisa terlepas dengan pembicaraan mengenai Hukum Acara Perdata khususnya ketentuan mengenai hak jaminan. Satrio,2007:16

2.6 Pembebanan Jaminan Fidusia