Analisis Perbedaan Rasio Keuangan Terhadap Investment Opportunity Set (Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005 -2009)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PERBEDAAN RASIO KEUANGAN TERHADAP

INVESTMENT OPPORTUNITY SET

(

Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005 -2009 )

DRAFT SKRIPSI OLEH

BIMA PUTRA PERANGIN-ANGIN 070521020

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Bima Putra Perangin-angin (2010) “Analisis Perbedaan Rasio Keuangan Terhadap Investment Opportunity Set (Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005 -2009)”. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi Selaku Ketua Departemen Manajemen, Dr. Isfenti Sadalia, SE, MSi Selaku Dosen Pembimbing, Dr. Muslich Lutfi, MBA Selaku Dosen Penguji I, Drs. Syahyunan, MSi Selaku Dosen Penguji II.

Investment Opportunity Set (IOS) dikenalkan pertama kali oleh Myers. Nilai perusahaan dipengaruhi yaitu dua hal yaitu asset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk invertasi di masa depan. Investment Opportunity Set (IOS) lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. Opsi investasi di masa depan dapat diperoleh jika perusahaan memiliki proyek dengan net present value positif. Rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai sebuah standar.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan rasio keuangan terhadap investment opportunity set sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005-2009

Metode penelitian yang dipergunakan adalah. metode analisis deskriptif, metode Uji –ttest digunakan untuk membandingkan sebelum dan sesudah atau

perlakuan atau untuk membandingkan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan PT. Unilever Indinesia Tbk periode 2005-2009.

Hasil penelitian ini terdapat perbedaan Current Ratio terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi, terdapat perbedaan debt to asset ratio terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi, terdapat perbedaan return on asset ratio terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi, terdapat perbedaan Total Asset Turnover terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi

Kata kunci : Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Asset, Total Asset


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas berkat Tuhan yang telah banyak melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, terutama dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

Penulisan serta penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menganalisi perbedaan rasio keuangan terhadap investment opportunity set. Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Bantuan dari berbagai pihak berupa moril maupun material menjadi dorongan serta memberikan andil yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas semua bantuan tersebut, namun dalam kesempatan ini penulis memberikan ruang tersendiri untuk mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga segala bantuan yang telah dilimpahkan tersebut dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Adapun pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan serta penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha Fatimah Dalimunthe, SE. MSi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Nisrul Irawati, SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE ME selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu pengetahun, saran dan masukan kepada penulis dalam proses penulisan serta penyusunan Skripsi ini.

5. Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syahyunan, Msi selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang baik serta berguna selama perkuliahan.

8. Seluruh Staff dan Civitas Akademika Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah bersama-sama menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif dalam menuntut ilmu serta menyelesaikan perkuliahan.

9. Kedua Orang tuaku, B Perangin-angin dan M Tarigan yang telah memberikan doa, nasehat, dukungan, serta bantuan baik moril maupun material kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.


(5)

10. Keluargaku yang kusayangi: Adik-adikku Veronika Perangin-angin, Eva Maria Perangin-angin, Mega Fanny Perangin-angin terima kasih banyak atas doa dan dukungannya.

11. Teman baikku: Firmansyah, terimakasih untuk semua bantuannya. Farida, Reza, Eka, Kiki Marbun dan Kiki yang lainnya, Elvina, Dewi, Sutriani terima kasih buat doa dan dukungannya.

12. Teman seperjuangan (bimbingan bu Isfenti): Leny Dachi selamat berjuang sampai akhir.

13. Semua teman kuliahku yang tidak disebut namanya maaf ya namanya tidak dicantumkan, terimakasih untuk semua dukungan, semangat yang diberikan dan doa-doanya selama ini.

14. Seluruh rekan di bangku perkuliahan terutama teman-teman stambuk 2007. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan melimpahkan kasih dan karunia kepada kita semua. Amin.

Medan, Juni 2010

Penulis

Bima Putra P


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Kerangka Konseptual ... 3

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel ... 6

2. Definisi Operasional Variabel ... 6

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

4. Teknik Pengumpulan Data ... 9

5. Jenis dan Sumber Data ... 9

6. Metode Analisis Data ... 10

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan ... 12

2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan ... 13

C. Rasio Likuiditas ... 14

D. Rasio Profitabilitas ... 17


(7)

F. Rasio Solvabilitas ... 21

G. Investment Opportunity Set (IOS) 1. Pengertian Investment opportunity Set ... 23

2. Alternatif Investment opportunity Set ... 23

H. Penggabungan Usaha 1. Pengertian Penggabungann Usaha ... 24

2. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha ... 25

3. Pengertian Merger dan Akuisisi ... 27

4. Macam-macam Merger dan Akuisisi ... 30

5. Alasan Perusahaan Melakukan Merger ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Unilever Indonesia Tbk ... 34

B. Sturktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk ... 38

C. Perluasan PT. Unilever Indonesia Tbk ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel 1. Analisis Deskriptif Variabel Rasio Keuangan ... 53

2. Analisis Deskriptif Variabel Investment Opportunity Set ... 54

B. Uji Normalitas ... 55

C. Uji-t ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rasio Keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk Periode

2005-2009 ... 53 Tabel 4.2 Investment Opportunity Set PT. Unilever Indonesia Tbk

Periode 2005-2007 ... 54 Tabel 4.3 Hasil uji Normalitas Data Kolmogrov-Sumirnov ... 55 Tabel 4.4 Paired Sampels-Test ... 59


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 4 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk ... 39


(10)

ABSTRAK

Bima Putra Perangin-angin (2010) “Analisis Perbedaan Rasio Keuangan Terhadap Investment Opportunity Set (Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005 -2009)”. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi Selaku Ketua Departemen Manajemen, Dr. Isfenti Sadalia, SE, MSi Selaku Dosen Pembimbing, Dr. Muslich Lutfi, MBA Selaku Dosen Penguji I, Drs. Syahyunan, MSi Selaku Dosen Penguji II.

Investment Opportunity Set (IOS) dikenalkan pertama kali oleh Myers. Nilai perusahaan dipengaruhi yaitu dua hal yaitu asset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk invertasi di masa depan. Investment Opportunity Set (IOS) lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. Opsi investasi di masa depan dapat diperoleh jika perusahaan memiliki proyek dengan net present value positif. Rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai sebuah standar.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan rasio keuangan terhadap investment opportunity set sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005-2009

Metode penelitian yang dipergunakan adalah. metode analisis deskriptif, metode Uji –ttest digunakan untuk membandingkan sebelum dan sesudah atau

perlakuan atau untuk membandingkan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan PT. Unilever Indinesia Tbk periode 2005-2009.

Hasil penelitian ini terdapat perbedaan Current Ratio terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi, terdapat perbedaan debt to asset ratio terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi, terdapat perbedaan return on asset ratio terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi, terdapat perbedaan Total Asset Turnover terhadap investment opportunity pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akusisi

Kata kunci : Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Asset, Total Asset


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang dapat bertahan dalam kondisi ekonomi apapun, yang terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya dan melaksanakan operasinya dengan stabil serta dapat menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang performance (kinerja) perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan.

Investment Opportunity Set (IOS) dikenalkan pertama kali oleh Myers. Nilai perusahaan dipengaruhi yaitu dua hal yaitu asset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk invertasi di masa depan. Investment Opportunity Set (IOS) lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. Opsi investasi di masa depan dapat diperoleh jika perusahaan memiliki proyek dengan net present value positif. Kallapur dan Trombley (2001 : 23) menjelaskan bahwa dalam mengukur set kesempatan investasi harus digunakan banyak pendekatan agar dapat dilihat hubungannya dengan variabel-variabel lain yang sifatnya observable. Investment opportunity Set (IOS) dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori utama, yaitu:


(12)

2. Pendekatan berdasarkan investasi (investment-based proxies), 3. Pendekatan berdasarkan varian (variance measures).

Rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai sebuah standar (Hanafi, 2004 : 17).

PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan ini memiliki aktivitas yang padat, ditunjukkan dengan usahanya yang mencakup berbagai jenis produk kehidupan konsumen, mulai dari kosmetik hingga produk konsumsi dengan jenis produk yang bervariasi. Pada tahun 2007 PT. Unilever Indonesia Tbk melakukan ekspansi memperluas usahanya dengan melakukan akuisisi dimana PT. Unilever Indonesia Tbk telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek ”Buavita” dan Gogo dari Ultra ke Unilever (www. Unilever .co.id). Setelah Unilever melakukan akuisisi dengan Ultra maka Unilever juga akan mengalami perubahan didalam hal laporan keuangannya terutama pada sisi permodalannya sehingga akan mempengaruhi kesempatan berinvestasi.


(13)

Secara umum dapat dikatakan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada kondisi keuangan suatu perusahaan pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang, Investment Opportunity Set (IOS) memiliki hubungan dengan berbagai variabel kebijakan perusahaan.

Berdasarkan fenemona yang terjadi maka penulis akhirnya memilih judul

“Analisis Perbedaan Rasio Keuangan Terhadap Investment Opportunity Set

(

Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005 -2009).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan rasio keuangan yang diproksi oleh rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (debt to asset ratio), rasio profitabilitas (return on asset), rasio aktivitas (total asset turn over) terhadap investment opportunity set sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk ?”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan gambaran tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang


(14)

Debt to Asset Ratio (X2)

Return to Asset (X3)

Total Asset Turn Over (X4)

Current Ratio (X1)

IOS (Y) telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Rasio–rasio keuangan yang dipergunakan didalam penelitian ini yang tujuannya terhadap IOS adalah rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (debt to asset ratio), rasio profitabilitas (return on asset), rasio aktivitas (total asset turn over) (Sawir, 2005 : 7).

Myers dalam Smith dan Watts yang dikutip dari Subekti (2000 : 18), menyatakan bahwa perusahaan adalah kombinasi antara nilai aktiva riil (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Menurut Gaver dalam Subekti (2000 : 12) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis yaitu :

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual


(15)

D. Hipotesis

Hipotesis di dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan rasio keuangan terhadap investment opportunity set sebelum dan sesudah akuisisi periode pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan di dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan rasio keuangan terhadap investment opportunity set sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Periode 2005-2009

2. Manfaat Penelitian

Manfaat di dalam penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis.

Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerapkan teori yang telah di dapatkan di bangku kuliah dan menambah wawasan penulis dalam bidang keuangan khususnya mengenai rasio keuangan dan investment opportunity set.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(16)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian pada hal-hal sebagai berikut :

a. Variabel independen (X) didalam penelitian ini yakni rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (debt to asset ratio), rasio profitabilitas (return on equity) dan rasio aktivitas (total asset turn over).

b. Variabel dependen (Y) yaitu Investment Opportunity Set (IOS) proksi IOS yang dipakai didalam penelitian ini proksi yang didasarkan pada investasi. Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Proksi IOS berbasis investasi adalah Pembiayaan Modal atas Nilai Buku Aset (CEPBVA). c. Data laporan keuangan yang dipergunakan adalah laporan keuangan pada

PT. Unilever Indonesia Tbk dari periode 2005 sampai dengan periode 2009

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel didalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Independent (Variabel bebas) 1). Current Ratio (X1)

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan di dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR). Current ratio (CR) merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi


(17)

kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005 : 51). Rumus untuk menghitung Current Ratio (CR) adalah :

CR =

Lancar Kewajiban

Lancar Aktiva

x 100 % 2). Debt to Asset Ratio (X2)

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan di dalam penelitian ini adalah Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang (Darsono dan Ashari, 2005 : 54). Rumus untuk menghitung debt to asset ratio adalah:

DAR =

Aktiva Total

Kewajiban Total

x 100 % 3). Return on Asset (X3)

Rasio profitabilitas yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan oleh perusahaan (Darsono dan Ashari 2005 : 56). Rumus untuk menghitung Return on Asset (ROA) adalah:

ROA =

Aktiva Total

Bersih Laba


(18)

4). Total Asset Turnover (X4)

Rasio aktivitas yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Total Asset Turn Over (TATO). Total asset turn over yaitu untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva di dalam penjualan (Darsono dan Ashari, 2005 : 59). Rumus untuk menghitung Total Asset Turn Over adalah:

TATO =

Aktiva Total

Bersih Penjualan

x 1 Kali b. Variabel dependent

Investment Opportunity Set (IOS)/Y

Investment Opportunity Set (IOS) adalah kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset in place) dan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan NPV positif ( Myres dalam Saputro 2003 ). IOS di proksi dengan Pembiayaan Modal atas Nilai Buku Aset (CEPBVA).

Rumus untuk menghitung IOS yang di proksi dengan Pembiayaan Modal atas Nilai Buku Aset (CEPBVA) adalah:

CEPBVA =

Aset Jumlah

Tetap Aset Buku Nilai -Tetap Aset Buku


(19)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengunjungi situs Bursa Efek Indonesia (BEI), situs resmi PT. Unilever Indonesia Tbk, dan situs-situs terkait lainnya. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Juni 2010.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan penulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan didalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi dokumentasi, yang dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen yang diperoleh dari situs PT. Unilever Indonesia Tbk (sejarah singkat perusahaan, laporan keuangan),dan situs pendukung lainnya.

5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data didalam penelitian ini adalah menggunakam data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari situs internet. Adapun data yang diperoleh adalah :

a. Sejarah berdirinya PT. Unilever Indonesia Tbk. b. Struktur organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk.

c. Laporan keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk yang terdiri dari :

1. Laporan neraca PT. Unilever Indonesia Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

2. Laporan laba-rugi PT. Unilever Indonesia Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.


(20)

6. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data dimana peneliti mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam modal regresi memiliki distribusi data yang normal (Imam Ghozali, 2001:110). Pengujian yang digunakan adalah kolmogrof smirnov, yaitu pengujian dua arah dengan membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Apabila nilai p>α maka data berdistribusi normal dan sebaliknya apabila p<α maka data tidak berdistribusi dengan normal.

c. Uji –ttest

Uji- ttest digunakan untuk membandingkan sebelum dan sesudah atau

perlakuan atau untuk membandingkan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya ( Sugiyono 2006:50 ). Rumus Uji- ttest adalah:

t =

2 2

1 2

2 1

2 n

S1 X -X

n S


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Saragih (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Terbuka Di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan Hasil uji secara simultan atau secara serempak (Uji Statistik F) menunjukkan bahwa variabel ROE (Return on equity),NPM (Net Profit Margin), MVA/BVA (Market to Book Value of Assets), dan Property,Plant & Equipment to the Book Value of Assets (PPE/BVA) secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai. Hasil uji secara individual atau secara parsial (Uji Statistik t) menunjukkan bahwa hanya variabel Return on equity (ROE) dan NPM (Net Profit Margin),yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan variabel bebas lain yaitu, MVA/BVA (Market to Book Value of Assets), dan Property,Plant & Equipment to the Book Value of Assets (PPE/BVA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.

Hamzah (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2001 -2005.”. Hasil penelitian menunjukkan IOS berpengaruh secara signifikan pada tahap pendirian, ekspansi awal, sedangkan pada tahap akhir, kedewasaan, dan penurunan tidak berpengaruh secara signifikan. Untuk pengujian regresi secara parsial pada tahap pendirian hanya


(22)

rasio aktivitas dan solvabilitas yang berpengaruh secara singnifikan pada IOS, sedangkan pada tahapan ekspansi awal hanya rasio aktivitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap IOS.

B. Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka - angka yang terkandung didalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat membentuk rasio-rasio keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan untuk mengindentifikasi, mengkaji dan merangkum hubunga-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan.

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpetasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan dengan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, dalam Sawir, 2005 : 6). Dari hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan.


(23)

Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006 : 297) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan

a. Keunggulan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006 : 298) rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan.

5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.

6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

b. Kelemahan Rasio Keuangan

Menurut Syahyunan (2004 : 81) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain adalah :

1. Kesulitan dalam mengindentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.


(24)

2. Perbedaaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi

oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manupulasi.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

C. Rasio Likuiditas

Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 51) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Rasio yang umum di pergunakan adalah:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Rumusnya untuk menghitung current ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 52) :

CR =

Lancar Kewajiban

Lancar Aktiva


(25)

Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi ekonomi makro secara umum.

2) Quick Test Ratio

Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar dikurangi dengan persediaan untuk membayar kewajiban lancarnya. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik di dalam melihat likuiditas perusahaan jika dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Rumus untuk menghitung Quick Test Ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 52) :

QTR =

Lancar Kewaiban

Persediaan

-Lancar Aktiva

x 100 %

Dalam menganalisis Quick Test Ratio, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan.


(26)

3) Rasio Modal Kerja Bersih (Net Working Capital )

Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal kerja bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya untuk menghitung Net Working Capital adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 53) :

NWC =

Lancar Kewajiban

Lancar Kewajiban

-Lancar Aktiva

x 100 %

4) Cash Ratio

Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan piutang sebagai komponen yang kurang liquid. Ukuran ini umumnya dipergunakan dalam kondisi perekonomian yang sulit, karena perusahaan akan mengalami kesulitan mengumpulkan piutang dalam kondisi resesi. Karena itu yang dianggap mampu melunasi kewajiban jangka pendek hanyalah kas dan surat-suart berharga. Dalam kondisi seperti inilah, cash ratio dianggap lebih mampu menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan secara lebih aktual. Cash Ratio yang dianggap ideal bagi perusahaan adalah sekitar 5% sampai dengan 10%. Rumusnya untuk menghitung Cash Ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 53) :

Cash Ratio =

lancar Kewajiban

Kas


(27)

D. Rasio Profitabilitas

Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 56) rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaaan perusahaan oleh manajemen. Rasio profitabilitas seing digunakan di dalam penelitian ini adalah :

1). Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin yaitu untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok penjualan, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita dapat tahu bahwa setiap satu barang yang terjual oleh perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan.

Rumusnya untuk menghitung Gross Profit Margin adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 56) :

GPM =

Bersih Penjualan

Kotor Laba

x 100 % 2) Net Profit Margin

Net profit margin adalah laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan dilakukan. Rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh


(28)

perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya operasional. Rumusnya untuk menghitung Net Profit Margin adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 56) :

NPM =

Bersih Penjualan

Bersih Laba

x 100 % 3) Return on Asset (ROA)

Retun on asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan oleh perusahaan. Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.

Rumusnya untuk menghitung Retun on Asset (ROA) adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 57) :

ROA =

Aktiva Total

Bersih Laba

x 100 % 4) Return on Equity (ROE)

Return on Equity adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Rumusnya untuk menghitung Return on Equity (ROE) adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 57) :

ROE =

Ekuitas rata

-Rata

Bersih Laba


(29)

E. Rasio Aktivitas

Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 59) rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.Rasio aktivitas yang digunakan didalam penelitian ini adalah :

1) Receivable Turnover

Receivable Turnover adalah penjulan bersih dibagi dengan rata-rata piutang dagang. Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan didalam penagihan piutang yang dimilikinya. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan para pelanggan lari dikarenakan adanya kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini dapat juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang yang tidak tertagih. Rumusnya untuk menghitung Receivable Turnover adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 59) :

Receivable Turnover =

Dagang Piutang

rata -Rata

Bersih Penjualan

x 1 Kali 2) Rata-rata Penerimaan Piutang (RPP)

Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi receivable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih.


(30)

Rumusnya untuk menghitung rata-rata penerimaan piutang adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 59) :

RPP =

nover ceivaleTur Re

365

x 1 Hari

Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih.

3) Inventory Turn Over (ITO)

Inventory Turn Over yaitu rasio yang untuk mengukur efisiensi barang dagangan. Rumusnya untuk menghitung Inventory Turn Over adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 60) :

ITO =

Persediaan rata

-Rata

penjualan Pokok

Harga

x 1 Kali 4) Lama Persediaan Mengendap (LPM)

Lama Persediaan Mengendap yaitu untuk mengetahui berapa lama jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Rumusnya untuk menghitung lama persediaan mengendap adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 60) :

LPM =

urnover InventoryT

365


(31)

5) Total Asset Turn Over (TATO)

Total Asset Turn Over yaitu untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva didalam penjualan. Rumusnya untuk menghitung Total Asset Turn Over adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 60) :

ITO =

Aktiva Total

Bersih Penjualan

x 100 %

F. Rasio Solvabilitas

Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut di likuidasi. Rasio ini disebut juga rasio leverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio yang umum di pergunakan adalah :

1) Debt to Asset Ratio

Debt to Asset Ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditur. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan


(32)

dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akhirnya akan mengurangi pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumusnya untuk menghitung debt to asset ratio adalah sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005 : 54) :

DAR =

Aktiva Total

Kewajiban Total

x 100 %

Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil

2) Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio adalah Rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjang. Rumusnya untuk menghitunmg debt to equity ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 54) :

DER =

Ekuitas Total

Kewajiban Total


(33)

G. Investment Opportunity Set (IOS)

1. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan NPV positif ( Fijrianti 2000 ). Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan dalam tiga jenis utama ( Gaver dan Gaver 1993 dalam Pagalung 2003 ), yaitu :

a. Pendekatan berdasarkan harga (price-based proxies),

b. Pendekatan berdasarkan investasi (investment-based proxies),

c. Pendekatan berdasarkan varian (variance measures).

2. Alternatif Investment Opportunity Set (IOS)

Ada beberapa proksi yang digunakan untuk mengukur IOS yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu proksi berbasis harga, proksi berbasis investasi, dan variance measure. Proksi berbasis harga mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan sehingga proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi berbasis harga adalah (1) rasio market to book value of equity; (2) rasio book to market value of asset; (3) Tobin’q; (4) rasio earnings to price; (5) rasio firm value to property plant and equipment; (6) rasio firm value to depreciation; (7) rasio market value of equity plus book value of debt; (8) dividend yield; (9) return on equity; (10) rasio noninterest revenue to total revenue.

Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Proksi IOS berbasis


(34)

investasi adalah (1) rasio research and development to assets; (2) rasio research and development to sales; (3) rasio capital expenditure to book value asset; (4) rasio capital expenditure to market value of asset; (5) rasio investment to net sales; (6) rasio capital addition to asset book value; (7) rasio investment to earning; (8) log of firm value.

Proksi berbasis variance mendasarkan pada ide bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan aset. Proksi berbasis variance adalah variance return, beta asset, dan variance of asset deflated sales.

H. Penggabungan Usaha

1. Pengertian Penggabungan Usaha

Salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan yang saat ini berkembang adalah dengan penggabungan usaha. Dengan penggabungan dua perusahaan atau lebih, akan dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan, baik dalam masalah manajemen, pemasaran, keuangan, maupun pemasokan.

Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dalam Pernyataannya Nomor 22 mengenai Akuntansi Penggabungan Usaha paragraf 08 menyatakan bahwa, “Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan


(35)

menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”.

Dari definisi penggabungan usaha menurut PSAK Nomor 22 tersebut dapat disimpulkan bahwa penggabungan usaha terjadi apabila dua perusahaan atau lebih membentuk satu organisasi tunggal untuk menjalankan usaha. Penggabungan kesatuan-kesatuan usaha ini seringkali dicapai melalui penyatuan bermacam-macam perusahaan menjadi unit tunggal yang lebih besar. Penggabungan usaha juga dicapai dengan perolehan pengendalian oleh perusahaan yang satu terhadap operasi perusahaan yang lain.

Penggabungan usaha pada umumnya merupakan cara yang dianggap lebih menguntungkan karena melalui penggabungan usaha itu dapat diperoleh adanya kepastian mengenai: daerah pemasaran, sumber bahan baku atau penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas dan sarana lebih ekonomis dan efisien.

2. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha

Dalam PSAK No. 22, dinyatakan bahwa penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akuisisi dan penyatuan kepemilikan. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree) dengan memberikan aktiva tertentu, mengakuisisi suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Sedangkan penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang


(36)

bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer).

Husnan dan Enny Pujiastuti (2004: 64) menyatakan bahwa, ada tiga prosedur dasar yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain. Tiga cara tersebut adalah :

a. Merger atau Konsolidasi

Istilah merger sering dipergunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan konsolidasi menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

b. Akuisisi Saham

Yaitu cara mengambil alih perusahaan lain dengan membeli saham perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi).

c. Akuisisi Asset

Merupakan cara mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada


(37)

akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva yang dibeli.

3. Pengertian Merger dan Akuisisi

Dalam bahasa akuntansi, peristiwa merger dan akuisisi disebut sebagai kombinasi bisnis (business combination) yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi. Penekanannya adalah dalam penggabungan bisnis ini akuntansi tidak memandang apakah penggabungan tersebut merupakan merger atau akuisisi, kecuali dalam definisi. Hal ini juga mengacu pada pengklasifikasian sebagaimana dilakukan oleh Ross e.t al, bahwa merger adalah bentuk khusus dari akuisisi, maka dalam penelitian ini menggunakan istilah merger dan akuisisi (M&A).

Merger dan akuisisi, dalam konteks keuangan dibagi menjadi dua yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan manajemen strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/capital budgeting) yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan dari merger dan akuisisi adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham.


(38)

Dibawah ini akan dijelaskan definisi merger dan akuisisi serta macam-macamnya.

a). Definisi Merger

Merger merupakan suatu strategi bisnis yang diterapkan dengan menggabungkan antara dua atau lebih perusahaan yang setuju menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih kuat, (Hitt, et.al., 2001). Sedangkan menurut Brian Coyle (2000) merger dapat diartikan secara luas maupun secara sempit. Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk pada setiap bentuk pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya, pada saat kegiatan usaha dari kedua perusahaan tersebut disatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua perusahaan dengan ekuitas hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yang ada pada kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham atau pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari saham perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua perusahaan tetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah merger.

Merger menurut Morris (2000), adalah “the absorption of one corporation into another corporation,….. Usually but not always, the selling corporation’s shareholders receive stock in the buying corporation” . Bagi Morris merger dapat dengan mudah dimengerti sebagai suatu bentuk yang secara struktural serupa dengan pengambilalihan saham. Semua hak dan kewajiban dari


(39)

perusahaan yang merger dialihkan demi hukum kepada perusahaan yang mengambil alih tersebut. Dalam suatu transaksi merger yang sebenarnya terjadi adalah pengalihan hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih ke perusahaan yang mengambil alih. Pada pengambilalihan saham biasa, hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih tetap dipisahkan dalam suatu perusahaan independen yang berbeda dari perusahaan yang mengambil alih tersebut. Agar tidak merugikan kepentingan dari perusahaan yang mengakuisisi, dalam merger, maka diciptakanlah triangular merger, dimana perusahaan yang mengambil alih mendirikan satu perusahaan baru yang akan mengabsorbsi seluruh hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih tersebut.

b). Definisi Akuisisi

Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai berikut :

Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. (Abdul Moin, 2004).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.


(40)

4. Macam-macam Merger dan Akuisisi

a). Merger Horisontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli. b.) Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok.


(41)

Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).

c.) Merger Konglomerat

Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.

d.) Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.


(42)

e). Merger Ekstensi Produk

Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.

5. Alasan Perusahaan melakukan merger

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan merger, diantaranya :

a. Economies of scale. Dengan merger perusahaan diharapkan dapat mencapai skala operasi yang ekonomis, yaitu suatu tingkat operasi dengan biaya rata-rata yang terendah.

b. Memperbaiki manajemen. Dengan merger diharapkan perusahaan dapat mengelola perusahaan dengan lebih baik sehinggadapat meningkatkan profitabilitasnya.

c. Penghematan pajak. Sering perusahaan mempunyai potensi memperoleh penghematan pajak tapi tidak dapat memanfaatkannya karena perusahaan tidak pernah mendapatkan laba. Untuk itu lebih baik menggabungkan diri dengan perusahaan yang profitable agar pajak yang dibayarkan perusahaan tersebut menjadi lebih kecil


(43)

d. Diversifikasi/risk reduction

Dengan merger maka perusahaan dapat melakukan diversifikasi usaha tanpa harus membangun usaha dari awal dan juga dapat mengurangi resiko resiko karena usaha perusahaan sekarang telah di diversifikasi ( don’t put your eggs in one basket )

e. Meningkatkan corporate growth rate

Dengan merger perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhannya karena jaringan pemasaran yang dimiliki kini semakin luas, manajemen yang lebih baik dan efisiensi yang lebih tinggi.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Unilever Indonesia Tbk

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai


(45)

nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Selain itu perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan juga memberi jasa-jasa penelitian pasar. Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Perusahaan yang kini bernama Unilever ditemukan pada 1929 ketika dua perusahaan besar, Margarine Unie dan Lever Sunlight, merger. Margarine Unie sendiri adalah hasil merger berdasarkan dari dua perusahaan Belanda Margarine, Van den Bergh dan Jurgens. Dari awal, Unilever mengadopsi strategi ganda melibatkan dua markas satu di London (Unilever PLC) dan satu lagi di Rotterdam (Unilever NV) dan membagi dewan direktur umum, dengan warga negara Inggris


(46)

mengepalai cabang Unilever PLC dan warga negara Belanda mengepalai cabang Unilever NV.

Tahun 1930, tiga perusahaan besar merger dengan Unilever: the United Africa Company (UAC), khususnya suatu konglomerat perniagaan dengan posisi yang kuat dalam perdagangan ekspor impor (paling banyak melibatkan Afrika Barat). Dalam 1929, dua induk perusahaan sudah memiliki pabrik dan subsidi dagang di Asia dan Afrika. Dua-duanya tetap bergantung pada sayuran dan minyak laut untuk produk sabun dan margarine mereka dan mereka juga berekspansi dalam kegiatan mereka kedalam Negara dimana mereka dapat mengakuisis bahan mentah ini.Pada tahun-tahun awal, Unilever berkembang kedalam suatu perusahaan kegiatan global. Mendirikan atau membeli pabrik di Jepang (1909), Argentina (1928), Brazil (1929), Thailand dan Indonesia (1932), India (1933).

Antara 1945 dan 1980, ekspansi kegiatan Unilever paling banyak filakukan di Eropa. Unilever mendiversifikasikan wolayah produksinya kedalam wilayah baru termasuk makanan beku, produksi ikan, restoran ikan, transportasi, makanan hewan, kimia, dan percetakan. Diversifikasi ini mengambil tempat paling banyak di Eropa Barat, dan khususnya di negara induk perusahaan Inggris, Belanda, dan Jerman Barat. Sektor sabun Unilever dan deterjen berekspansi secara pesat di dunia, terutama melalui akuisisi. Sementara itu, sektor makanan Unilever tetap menjadi dominant di perusahaan Eropa Barat. Melalui Strategi yang cukup kuat diantara tahun 1992-1999 fengan modal akuisisi Unilever berhasil menjadi market leader di negara-negara seperti: China, India, Indonesia,


(47)

Thailand, Brazil, Argentina, Meksiko, dan Amerika Serikat. Akuisisi tersebut berlanjut pada produk kuliner seperti di Argentina dan Brazil dengan membeli Cica; di India membeli Kissan; di Cina dengan membeli Laocai, di Inggris Collman; di Perancis Amora Maille; serta makanan terbaik pada tahun 2000 juga merupakan merek global yaitu Knorr/Hellmann berasal dari Inggris. Keberhasilan Unilever ditunjang pula oleh oleh tiga strategi, yaitu:

1. berekspansi di seluruh dunia di kegiatan produk inti

2. membuang semua kegiatan yang tidak dipertimbangkan sebagai inti (paling banyak di Eropa)

3. Meningkatkan pertumbuhan di Amerika Utara dan negara berkembang yang besar, menghilangkan ketergantungan di Eropa (60% penjualan dan keuntungan).

Ghana dan India merupakan negara yang penting bagi kehadiran Unilever karena ketergantungan bagi produk ini sangat besar. Unilever beroperasi di India dengan nama Hindustan Unilever. Di Israel Unilever memiliki 51% Beigel dan Beigel, suatu perusahaan Roti di Barkan Industrial Park yang memperkerjakan orang Israel dan orang Palestina di Pendudukan orang Israel di West Bank. Di Asia tenggara sendiri terdapat enam negara produsen untuk Unilever diantaranya: Unilever Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam, dan Philippina. Tetapi dikarenakan situasi politik yang tidak menentu, pada saat ini di Kuba, Myanmar dan Algeria tidak ada aktifitas produksi di negara tesebut. Negara-negara yang masuk kedalam wilayah operasi Unilever, diantaranya:


(48)

1. Argentina 9. India 17. Selandia Baru 25. Portugal 2. Thailand 10. Ghana 18. Rusia 26. Belgia 3. Indonesia 11. Mesir 19. Nigeria 27. Vietnam 4. Polandia 12. Israel 20. Cina 28. Luksemburg 5. Meksiko 13. Pantai Gading 21. Spanyol

6. Singapura 7. Pakistan 8. Australia

14. Brunai Darusalam 15. Afrika Selatan 16. Amerika Serikat

22. Turki 23. Kanada 24. Kenya

B. Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk

Perusahaan menyusun struktur organisasi agar perusahaan itu dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dan teratur serta terdapat pembagian tugas. Melalui struktur organisasi dapat terlihat wewenang serta tangung jawab masing-masing bagian sehingga mempermudah pemimpin mengadakan pengawasan dan meminta pertangung jawaban masing-masing bagian.

Struktur organisasi dapat dipandang sebagai suatu kerangka yang menyeluruh yang menghubungkan fungsi dari badan usaha dan menunjukka n hubungan yang tetap dalam organisasi tersebut. Adapun bentuk struktur organisasi pada PT. Unilever Indonesia Tbk adalah :


(49)

Sumber : PT. Unilever Indonesia Tbk (www.Unilever.co.id / 31-05-2010) Gambar 3.1 : Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk

C. Perluasan Unilever Indonesia Tbk

Tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.

Tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources

Direktur Keuangan Direktur

Personalia Presiden Direktur

Direktur Personalia


(50)

Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.

PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever pada tahun 2007. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.


(51)

1. Kronologi

1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta

1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV – Angke, Jakarta

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II) 1965-66 Di bawah kendali pemerintah

1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang penanaman modal asing

1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh 1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi 1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang 2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta 2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar


(52)

2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang 2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah

2. Prinsip Bisnis Unilever

Prinsip Bisnis Unilever merupakan standar perilaku bagi seluruh karyawan Unilever di seluruh dunia. Unilever juga berkomitmen untuk secara terus menerus memperbaiki cara bekerja untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam mengembangkan usaha yang berwawasan lingkungan.

Komitmen di dalam prinsip bisnis ini menjadi acuan Unilever dalam kemitraan, dengan para pengambil keputusan Unilever, menangani tantangan sosial dan lingkungan dan memberikan sumbangsih pada pembangunan yang berwawasan lingkungan.

3. Vitalitas

Vitalitas adalah inti semua kegiatan Unilever. Vitalitas terdapat di dalam produk, karyawan dan nilai-nilai Unilever.

Vitalitas mempunyai arti yang berbeda bagi masing-masing orang. Ada yang menganggapnya sebagai energi, yang lain menganggapnya lebih luas lagi sebagai kondisi badan dan pikiran yang sehat – merasakan hidup yang berarti.

Jutaan orang di seluruh dunia menggunakan produk Unilever setiap hari untuk meningkatkan vitalitas kehidupan mereka baik dengan merasa yakin pada diri mereka karena memiliki rambut yang berkilau dan senyum yang cemerlang, mempunyai rumah yang tetap segar dan bersih, atau dengan


(53)

menikmati secangkir teh yang nikmat, makanan yang memuaskan dan makanan kecil yang menyehatkan.

Sejak abad 19 ketika William Hesketh Level menyatakan bahwa misi perusahaan adalah “menciptakan tempat tinggal bersama yang bersih; mengurangi beban kerja untuk wanita; meningkatkan kesehatan dan meningkatkan daya tarik pribadi, hidup lebih menyenangkan dan berarti bagi mereka yang menggunakan produk-produk Unilever,” vitalitas telah menjadi jantung usaha Unilever.

Vitalitas berarti apa yang harus dipertahankan: nilai-nilai perusahaan, apa yang membuat Unilever berbeda, dan bagaimana Unilever memberi sumbangsih kepada masyarakat. Vitalitas merupakan ikatan bersama yang menghubungkan produk-produk Unilever dan merupakan inti yang tidak ada duanya untuk beroperasi di seluruh dunia.

4. Kesehatan & Nutrisi

Misi vitalitas mengharuskan Unilever untuk menumbuhkan usaha dengan menangani masalah-masalah kesehatan dan gizi. Unilever memusatkan perhatian pada sejumlah prioritas yang mencakup gizi anak dan keluarga, kesehatan jantung dan pengendalian berat badan.

5. Misi Unilever Indonesia

PT. Unilever Indonesia memiliki misi dalam menjalankan usahanya, yaitu:

a. Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen


(54)

b. Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.

c. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.

d. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.

e. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.

f. Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.

Promosi yang dilakukan PT Unilever Indonesia paling banyak melalui media elektronik. Namun dalam kehidupan sehari-hari promosi yang dilakukan PT. Unilever Indonesia tidak hanya lewat media elektronik tetapi banyak juga melalui media cetak, sponsorship, mengadakan event-event yang memasukkan produk-produk dari PT. Unilever seperti Kecap Bango, Pepsodent, Shampo Pantene, dan lain-lain. Karena jika promosi yang dilakukan hanya melalui media elektronik maka PT. Unilever Indonesia tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. Masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai kalangan dan tingkatan sosial yang beragam. Jika perusahaan tidak bisa menyentuh hati masyarakat semua kalangan maka perusahaan tidak dapat berkembang pesat. Makna dari iklan yang ditawarkan oleh perusahaan juga harus bisa dipahami oleh berbagai kalangan, karena iklan adalah salah satu cara promosi yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Proses pemasaran yang dilakukan Unilever juga menggunakan berbagai cara selain melalui iklan elektronik, diantaranya dengan berbagai program pemasaran yang dapat menarik perhatian pelanggan. Kupon belanja gratis produk


(55)

unilever adalah salah satu cara promosi yang dilakukan oleh Unilever, selain itu diskon-diskon yang diberikan juga banyak menarik perhatian pelanggan yang berasal dari kalangan masyarakat menengah kebawah.

Iklan itu sendiri adalah kandungan utama dari manajemen promosi yang menggunakan ruang media bayaran untuk menyampaikan pesan, sementara para klien dan praktisi periklanan memandangnya hanya sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan konsumen. Iklan ini merupakan bagian dari bauran promosi, yang terdiri dari pemasaran langsung, PR (Public Relations), promosi penjualan, dan penjualan personal. Peranan merek produk juga sangat berperan penting, karena merek merupakan simbol dari sebuah produk yang dipasarkan. Bahkan dalam satu perusahaan terdapat berbagai macam merek yang berbeda-beda.

Pemasaran berskala besar seperti ini hanya satu daripada beragam program promosi yang dilakukan Unilever, promosi inter-personal langsung ke pelanggan juga dilakukan oleh Unilever dengan memberikan keuntungan khusus yang diberikan pada pelanggan setia pengguna produk Unilever. Dengan program pemasaran ini diharapkan Unilever dapat mencakup pangsa pasar yang luas di pasar konsumen Indonesia.

Pada pemasaran global, eksistensi perusahaan diperlukan dalam mengembangkan ide pemikiran, baik dalam cakupan nasional maupun internasional. Dalam hal ini khususnya perusahaan Unilever harus bisa membuat sebuah grand design mahakarya khususnya pemasaran global yang menuntut sebuah keajaiban-keajaiban dalam mengembangkan karir sebuah perusahaan


(56)

khususnya unilever selain memantau jalannya proses globalisasi dari para pesaing. Mutlak adanya selalu diadakan apa yang disebut dengan inovation treatment dalam setiap sesi langkah-langkah perusahaan.

Pada suatu perusahaan pertanyaan lain yang dapat muncul seketika mengapa promosi perlu diadakan, jawabannya tentu saja iya, karena dalam beberapa aspek perusahaan salah satu tujuan pengembangan mutu perusahaan ialah dapat menyentuh seluruh lapisan konsumen. Dalam hal ini adalah sasaran global yang diadakan dan dibuat dari grand design tersebut, oleh karena itu sebuah perusahaan unilever dapat fight dengan para pesaingnya baik dari dunia asing maupun pesaing-pesaing unggulan dalam negeri.

Unilever juga terus mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, melakukan inovasi dan aktivasi produk, serta terus membangun citra produk. Hal ini merupakan sebagian dari strategi perusahaan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap brand-brand Unilever. Komunikasi yang disampaikan melalui iklan di berbagai media cetak maupun elektronik sangat efektif dan langsung mengenai sasaran. Untuk evaluasi kedepannya PT. Unilever Indonesia Tbk akan melakukan 4 hal demi tetap memiliki citra baik pada konsumennya, antara lain: branding, design, technical printing, dan merchandising. Sehingga dengan cepat hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk-produk yang dikeluarkan oleh PT. Unilever.


(57)

Promosi strategi yang dapat dilakukan oleh PT. Unilever yaitu:

1) Periklanan → semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide,

barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.

2) Promosi Penjualan → Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong

keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.

3) Hubungan Masyarakat dan Publisitas → berbagai program untuk

mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.

4) Penjualan Secara Pribadi → interaksi langsung dengan satu calon

pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan

5) Pemasaran Langsung → penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Persaingan pasar semakin ketat, berkembangnya berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya konsumen maka Strategi Promosi dirumuskan menjadi:

a. Advertising

b. Consumer Sales Promotion

c. Trade Promotion and Co-Marketing d. Packaging. Point Of Purchase e. Personal Selling


(58)

g. Brand Publicity h. Corporate Advertising i. The Internet

j. Direct Marketing

k. Experiential contact: Event, sponsorship l. Customer Service

m. Word Of Mouth

Consumer – market sales promotion techniques :

1) Kupon → Sertifikat yang memberi hak kepada pemegangnya untuk

mendapat pengurangan harga seperti yang tercetak untuk pembelian produk tertentu.

2) Price-Off Deals → Memberikan potongan harga langsung ditempat

pembelian.

3) Premium and Advertising Specialties → Barang yang ditawarkan dengan

biaya yang relatif rendah atau gratis sebagai insentif untuk membeli produk tertentu.

4) Contest and Sweeptakes → Hadiah adalah tawaran kesempatan untuk

memenangkan uang tunai, perjalanan, atau barang-barang karena membeli sesuatu.

5) Sampling and Trial Offers → Penawaran gratis untuk sejumlah produk


(59)

6) Brand Placement → Salah satu teknik dari sales promotion untuk

mencapai pasar dengan memasukkan produk pada sebuah acara televisi atau film.

7) Rebates → memberikan pengurangan harga setelah pembelian terjadi dan

bukan pada toko pengecer.

8) Frequency → Program ini merupakan salah satu teknik yang mengarah

kepada program-program yang berkelanjutan seperti menawarkan konsumen diskon atau hadiah langsung gratis untuk mencapai terjadinya pengulangan dalam pembelian atau langganan dari merk atau perusahaan yang sama.

9) Event Sponsorship → Ketika perusahaan mensponsori suatu acara,

membuat merek sangat ditonjolkan pada acara tersebut sehingga membuat kredibilitas merek meningkat bersamaan dengan para penonton di acara. Pendekatan penjualan dan promosi penjualan akan efektif dan efisien apabila dirancang dengan menerapkan pola regionalisasi atau diterapkan di daerah-daerah atau kawasan tertentu. Unilever sudah menerapkan pola regionalisasi karena Unilever telah memiliki pabrik-pabrik atau juga cabang perusahaan di tiap-tiap negara. Hal ini dilakukan agar setiap negara dapat membeli produk yang sesuai dengan keinginan dan kebiasaan mengkonsumsi produk yang sangat erat hubungannya dengan cita rasa negaranya.

Unilever telah membuka cabang perusahaan di Indonesia. Untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dan bisa mendapat hati masyarakat Indonesia maka Unilever membuat produk yang sesuai dengan cita rasa Indonesia seperti


(60)

kecap Bango. Kecap merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai. Bisa dibilang kecap merupakan makanan yang khas dari Indonesia.

Unilever membuat produk kecap Bango untuk di konsumsi masyarakat Indonesia. Walau kecap bango bukan produk asli buatan unilever namun nama Unilever lebih terkenal karena kecap Bango sekarang ini merupakan produk yang dikembangkan oleh Unilever. Terlebih iklan yang ditampilkan di media tentang produk kecap Bango sangat mencerminkan negara Indonesia. Dengan model-model yang berasal dari Indonesia, ini akan lebih membangun image Unilever dimata konsumen di Indonesia. Konsumen akan mempunyai keinginan untuk membeli produk kecap bango karena terkesan melihat iklan yang ditampilkan tersebut. Walaupun konsumen hanya coba-coba membeli merek tersebut namun setidaknya produk tersebut sangat dikenal oleh masyarakat.

Oleh karena itu, kualitas sangat penting dalam pembuatan produk. Karena walaupu n promosi yang dilakukan perusahaan sangat baik namun jika kualitas yang ditawarkan tidak diperhatikan maka promosi yang dilakukan bisa dibilang sia-sia saja.

Unilever selalu memperhatikan segala aspek kebutuhan masyarakat yang dipasarkan dengan memberikan pemasaran produk yang dikeluarkan secara optimal. Konsep pemasaran masal yang memproduksi satu jenis untuk semua pasar sudah banyak ditinggalkan. Perkembangan tuntutan pasar dan persaingan memaksa produsen untuk menciptakan spesialisasi-spesialisasi dan demi menjaga pengembangan bisnis.


(1)

Lampiran 3

One-S ample Kolm ogorov-Sm irnov Test

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1,2367 1,0300 ,4667 ,5040 ,3667 ,3767 2,4667 2,3900 ,0587 ,0690 ,12662 ,12124 ,03215 ,01637 ,00577 ,02082 ,12583 ,04000 ,02684 ,01778

,240 ,385 ,328 ,263 ,385 ,292 ,219 ,175 ,307 ,299

,193 ,282 ,234 ,263 ,282 ,292 ,219 ,175 ,307 ,299

-,240 -,385 -,328 -,198 -,385 -,212 -,189 -,175 -,221 -,215

,415 ,667 ,567 ,456 ,667 ,506 ,380 ,303 ,532 ,518

,995 ,766 ,904 ,985 ,766 ,960 ,999 1,000 ,939 ,952

N

Mean St d. Deviat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most E xtreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Current Ratio Sebelum

Ak uisisi

Current Ratio Sesudah

Ak uisisi

Debt to As set Ratio

Sebelum Ak uisisi

Debt to As set Ratio

Sesudah Ak uisisi

Return on As set Ratio

Sebelum Ak uisisi

Return on As set Ratio

Sesudah Ak uisisi

Total A sset Turnover Sebelum Ak uisisi

Total A sset Turnover Sesudah

Ak uisisi

Investment Opport unit y Set Sebelum

Ak uisisi

Investment Opport unit y Set Sesudah

Ak uisisi

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(2)

Lampiran 4

LAPORAN NERACA PT. UNILEVER INDONESIA TBK

PERIODE 31 DESEMBER 2005 - 31 DESEMBER 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)

Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

AKTIVA LANCAR

Kas dan Setara Kas 705.369 1.014.379 437.224 722.347 858.322

Piutang Usaha

Pihak ketiga 415.466 615.939 665.952 840.53 1.133.460

Pihak Yang mempunyai hubungan istimewa 41.681 37.268 67.407 115.245 124.461

Piutang Lain-lain 19.515 32.363 37.815 38.148 87.334

Persediaan 766.081 763.398 857.463 1.284.659 1.340.036

Pajak dibayar di muka 37.122 89.859 117.628 31.113 13.399

Biaya dibayar di muka 45.128 51.346 63.492 71.253 41.781

Jumlah Aktiva Lancar 2.030.362 2.604.552 2.694.667 3.103.295 3.598.793

AKTIVA TIDAK LANCAR

Piutang lain-lain pada pihak yang mempunyai hubungan

istimewa 32.479 13.27 3.925 2.674 2.918

Aktiva pajak tangguhan, bersih 21.305 25.217 37.521 25.283

Aktiva tetap 1.495.659 1.724.663 2.199.810 2.559.875 3.035.915

Goodwill 81.263 74.817 68.371

Aktiva tidak berwujud 172.556 159.067 217.124 665.737 672.550

Aktiva lain-lain 60.827 64.088 64.689 58.596 55.058

Biaya pensiun dibayar di muka 29.163 35.143 34.407 14.459 51.385

Jumlah Aktiva Tidak Lancar 1.811.989 2.021.448 2.638.739 3.401.441 3.886.197

JUMLAH AKTIVA 3.842.351 4.626.000 5.333.406 6.504.736 7.484.990


(3)

LAPORAN LABA RUGI PT. UNILEVER INDONESIA TBK

PERIODE 31 DESEMBER 2005 - 31 DESEMBER 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)

Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

Penjualan Bersih 9,992,135 11,385,241 12,544,901 15,577,811 18,246,872

Harga Pokok Penjualan 5,066,362 (5,704,438) (6,247,189) (7,946,674) (9,200,878)

Laba Kotor 4,925,773 5,630,803 6,297,712 6,297,712 9,045,994

Beban Usaha (2,895,371) (3,195,943) (3,520,352) (3,520,352) (4,831,103)

Beban Pemasaran dan Penjualan (2,304,121) (2,559,943) (2,790,002) (2,790,002) (3,735,597) Beban Umum dan Administrasi (591,250) (635,490) (730,350) (730,350) (1,095,506)

Laba Usaha 2,030,402 2,435,370 -2,777,360 2,777,360 4,214,891

Penghasilan/(Beban) Lain-lain 34,005 29,442 44,081 44,081 33,699

Kerugian Pelepasan Aktiva Tetap (3,055) (6,160) 1,120 1,120 444

(Kerugian)/keuntungan selisih kurs, bersih 8,360 -3,956 8,446 8,446 2,413

Pendapatan Bunga 28,700 -39,538 41,291 32,025 30,842

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 2,064,407 2,464,792 2,821,441 3,448,405 4,248,590

Beban Pajak Penghasilan (624,421) (743,754) (859,294) (1,036,643) (1,205,236)

Laba Sebelum Hak Minoritas 1,439,985 1,721,038 1,962,147 2,411,762 3,043,354

Hak Minoritas Atas Bagian Rugi Bersih Anaka Perusahaan 499 557 2,505 -4,531 753

Laba Bersih 1,440,485 1,721,595 1,964,652 2,407,231 3,044,107


(4)

Lampiran 6

Perhitungan Rasio Keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk Periode 2005-2009

1). Rasio Likuiditas

Current Ratio (CR)

CR =

Lancar

Kewajiban

Lancar

Aktiva

x 100 %

CR

2005

=

1.501.485

2.030.362

x 100 % = 135 %

CR

2006

=

2.057.451

2.604.552

x 100 % = 126 %

CR

2007

=

2.428.128

2.694.667

x 100 % = 110 %

CR

2008

=

3.091.111

3.103.295

x 100 % = 100 %

CR

2009

=

3.454.869

3.103.295

x 100 % = 89,8 %

2). Rasio Solvabilitas

Debt to Asset Ratio (DAR)

DAR =

Aktiva

Total

Kewajiban

Total

x 100 %

DAR

2005

=

3.842.351

1.658.391

x 100 % = 43,1 %

DAR

2006

=

4.626.000

2.249.381


(5)

DAR

2007

=

5.333.406

x 100 % = 49,4 %

DAR

2008

=

6.504.736

3.397.915

x 100 % = 52,2 %

DAR

2009

=

7.484.990

3.776.415

x 100 % = 50,4 %

3). Rasio Profitabilitas

Return on Asset (ROA)

ROA =

Aktiva

Total

Bersih

Laba

ROA

2005

=

3.842.351

1.440.485

x 100 % = 37,4 %

ROA

2006

=

4.626.000

1.721.595

x 100 % = 37,2 %

ROA

2007

=

5.333.406

1.964.652

x 100 % = 36,8 %

ROA

2008

=

6.504.736

2.407.231

x 100 % = 37 %

ROA

2009

=

7.484.990

3.044.107

x 100 % = 40,6 %

4). Rasio Aktivitas

Total Asset Turn Over (TATO)

TATO =

Aktiva

Total

Bersih

Penjualan


(6)

TATO

2005

=

3.842.351

9.992.135

x 1 Kali = 2,6 Kali

TATO

2006

=

4.626.000

11.335.241

x 1 Kali = 2,4 Kali

TATO

2007

=

5.333.406

12.544.901

x 1 Kali = 2,3 Kali

TATO

2008

=

6.504.736

15.577.811

x 1 Kali = 2,3 Kali

TATO

2009

=

7.484.990

18.246.872

x 1 Kali = 2,4 Kali

Perhitungan Investment Opportunity Set PT. Unilever Indonesia Tbk 2005-

2009.

CEPBVA =

Aktiva

Total

1

t

Tetap

Aktiva

Buku

Nilai

t

Tetap

Aktiva

Buku

Nilai

CEPBVA

2005

=

3.842.351

1.384.402

-1.495.659

x 100 % = 3,8 %

CEPBVA

2006

=

4.626.000

4.495.659

-1.724.663

x 100 % = 4,9 %

CEPBVA

2007

=

5.333.406

1.724.663

-2.199.810

x 100 % = 8,9 %

CEPBVA

2008

=

6.504.736

2.199.810

-2.559.875

x 100 % = 5,5 %

CEPBVA

2009

=

7.484.990

.2.559.875

-3.035.915