I. JUDUL
“PEMBUATAN ACETANILIDE” II.
PRINSIP PERCOBAAN Reaksi asetilasi yaitu proses penggantian atom H pada pada NH2 dengan
gugus asetil yang berasal dari senyawa anhidrida asam asetat.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Secara umum : a. Mempelajari pembuatan acetanilide
b. Mengetahui sifat-sifat dan kegunaan dari acetanilide 2. Secarakhusus :
a. Untuk mengetahui cara pembuatan acetanilide dari anhidrida asamdan
aniline b. Untuk mengetahui proses kristalisasi dan herkristalisasi
c. Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari acetalnilide
IV. REAKSI
2 C
6
H
5
NH
2
+ CH
3
CO
2
O → 2 C
6
H
5
NHCOCH
3
+ H
2
O
V. LANDASAN TEORI
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetanilida dapat diperoleh dari asetilasi anilin. Amina aromatis primer dapat bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk larutan monoasetil. Bila
pemanasan selama reaksi diperpanjang dan kelebihan anhidrida asetat, maka akan menghasilkan bentuk turunan diasetil. Umumnya bentuk diasetil tidak stabil dalam
air dan mengalami hidrolisis menjadi bentuk monoasetil. Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Mekanisme reaksinya
menyangkut serangan nukleofil oleh anilin pada karbon karbonil dari suatu turunan asam. Anilin adalah benzena tersubstitusi yang bereaksi lebih mudah daripada
benzenanya sendiri. Jadi anilin bereaksi substitusi elektrofilik lebih cepat daripada
benzena. Hal ini disebabkan karena aniline mempunyai gugus NH
2
yang merupakan gugus aktivasi. Adanya gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap
subsitusi lebih lanjut. Sedangkan reaksi dengan nukleofil terhadap anhidrida lebih reaktif.
1. Bahan Baku Utama
a. Aniline C
6
H
5
NH
2
Aniline merupakan senyawa turunan benzene yang dihasilkan dari reduksi nitrobenzene berupa cairan jernih dengan rumus molekul C
6
H
5
NH
2
, berat molekul 93,12 gmol, titik didih normal: 184,4
C. Sifat kimia dari anilin yaitu Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer menghasilkan endapan 2, 4,
6 tribromo anilin. Anilin memiliki rumus molekul C
6
H
5
NH
2
dengan rumus bangun:
Proses pembuatan anilin dapat dilakukan melalui berbagai macam proses antara lain:
1 Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan menghasilkan 85 - 90
anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula
- mula amoniak cair dimasukkan ke dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer
campuran chlorobenzen dengan amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu reaksi 235°C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair
yang digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C
6
H
5
Cl + 2 NH
3
C
6
H
5
NH
2
+ NH
4
Cl Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin dengan
yield yang dihasilkan adalah 96.
2 Reduksi Nitrobenzen Aniline dapat dibuat dengan cara mereduksi Nitrobenzene dengan campuran
Fe dan HCl, menurut reaksi sebagai berikut :
Sifat Fisis Anilin
1 Berat molekul 93,128 gmol 2 Temperatur kritis 699 K
3 Tekanan kritis 53,09 bar 4 Volume kritis 270 cm
3
mol 5 Titik lebur 267,13 K
6 Titik didih 457,6 K 7 Panas penguapan 41,84 kJmol
8 Specific gravity 60 F 1,023553 9 Berupa zat cair seperti minyak
10 Sukar larut dalam air 11 Indeks bias 1.58
Sifat Kimia Anilin
1 Larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan tingkat kelarutan 3,5 pada 25
C 2 Anilin adalah basa lemah Kb = 3,8 x 10 -10
3 Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo anilin.
4 Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine.
5 Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 – 170 C dan tekanan 50 – 500
atm menghasilkan 80 cyclohexamine C
6
H
11
NH
2
. Sedangkan hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95 cyclohexamine.
6 Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada sushu -20 C menghasilkan mononitroanilin,
dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0 C menghasilkan 2, 4
dinitrophenol.
Kegunaan Anilin
1 Bahan bakar roket 2 Pembuatan zat warna diazo
3 Obat-obatan 4 Bahan peledak
5 Sebagai bahan plastic 6 Sebagai bahan pembuat cat
b. Anhidrida asam asetat Anhidrida asam asetat, adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana.
Rumus kimianya adalah CH
3
CO
2
O. Anhidrida asetat merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk cair. Massa jenisnya 1,081 grammL; titik lebur -73ºC ;
titik didih 140 ºC; berat molekul 102,09 grammol. Bila dilarutkan dalam air akan langsung bereaksi membentuk asam asetat, dan sangat larut dalam alkohol dan eter.
Merupakan asam yang kuat, sehingga uapnya menyebabkan iritasi pada mata apabila terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Mudah terbakar pada
Flash pt. –54ºC . Senyawa ini tidak berwarna dan berbau cuka karena reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat. Anhidrida asetat dihasilkan
melalui reaksi kondensasi asam asetat.Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat.
Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai persamaan reaksi :
25 asam asetat dunia digunakan untuk proses ini. Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat.
Sifat Fisis Anhidrida Asam Asetat
1 Cairan tidak berwarna bening 2 Mudah menguap
3 Berat jenis : 1,08 grMl 4 Memiliki titik didih : 139,6
C 5 Memiliki titik leleh : -73
C 6 Memiliki bau yang khas
Sifat Kimia Anhidrida Asam Asetat
1 Mudah larut dalam air 2 Hidrolisis anhidrida asam asetat menghasilkan asam karboksilat
CH
3
CO
2
O + H
2
O → CH
3
COOH + CH
3
COOH 3 Bereaksi dengan alcohol dan fenol membentuk ester
CH
3
CO
2
O + CH
3
OH → CH
3
2CO + CH
3
COOH CH
3
CO
2
O + OH → C
6
H
5
COOCH
3
+ CH
3
COOH
Kegunaan Anhidrida Asam Asetat
1 Sebagai pelarut 2 Untuk membuat selulose asetat
3 Untuk membuat berbagai macam ester dan zat warna 4 Digunakan sebagai zat pengasetilasi
2. Bahan Tambahan
a. Benzene sebagai katalis Benzena merupakan senyawa aromatis yang paling sederhana. Rumus umun
benzene adalah C
6
H
6
.
Sifat Fisik Benzena
1 Zat cair tidak berwarna 2 Memiliki bau yang khas
3 Mudah menguap 4 Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut
organikseperti eter dan tetraklorometana 5 Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius
6 Titik didih : 80,1derajat Celsius 7 Densitas : 0,837
Sifat Kimia Benzena
1 Bersifat kasinogenik racun 2 Merupakan senyawa nonpolar
3 Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga 4 Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi. untuk mengetahui
beberapa reaksi subtitusi pada benzene 5 Sukar Mengalami Adisi
Benzena bila direaksikan dengan gas hidrogen akan mengalami reaksi adisi tetapi reaksi akan berjalan lambat walaupun dilakukan pada suhu tinggi dan katalis
Ni.
H
2
C + 3 H
2
Ni H
2
– C C – H
2
H
2
- C C – H
2
C
H
2
6 Mudah Tersubtitusi a Halogenasi : C
6
H
6
+ Cl
2
C
6
H
5
C l + HCl b Akilasi dengan katalis FeCl
3
: C
6
H
6
+ R-Cl C
6
H
5
R + HCl c Nitrasi : C
6
H
6
+ HNO
3
H2SO4
C
6
H
5
NO
2
+ H
2
O d Asilasi: C
6
H
6
+ CH
3
C Cl
AlCl3
C6H5COCH3 + HCl O
80 C
Kegunaan Benzena 1 Benzena digunakan sebagai pelarut.
2 Benzena juga digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan obat, plastik, karet buatan dan pewarna.
3 Benzena digunakan untuk menaikkan angka oktana bensin. 4 Benzena digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat. Selain itu benzena
juga digunakan sebagai bahan dasar membuat stirena bahan membuat sejenis karet sintetis dan nilon–66.
3. Produk
Acetanilide merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan
dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Acetanilide atau sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul C
6
H
5
NHCOCH
3
dan berat molekul 135,16. Acetalnilide didapat dari reaksi antara aniline dengan anhidrida asam asetat kemudian dikristalisasi lalu diherkristalisasi.
Acetalnilide merupakan senyawa yang mempunyai rumus molekul C
6
H
9
NO yang digunakan pada pembuatan zat celup.
Acetalnilide mempuyai rumus bangun :
NH – C – CH
3
O
Sifat Fisik Acetanilide
a. Rumus molekul : C
6
H
5
NHCOCH
3
b. Berat molekul : 135,16 ggmol c. Titik didih normal : 305
C d. Titik leleh : 114,16
C e. Berat jenis : 1,21 grml
f. Suhu kritis : 843,5 C
g. Titik beku : 114 C
h. Wujud : padat i. Warna : putih
j. Bentuk : butiran Kristal
Sifat Kimia Acetanilide a. Larut dalam pelarut organic
b. Mudah menguap c. Pirolysis dari asetanilida menghasilkan N-diphenil urea, anilin, benzena dan
hydrocyanic acid. d. Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa, hydrolisa
dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam kedaan panas akan kembali ke bentuk semula.
e. Adisi sodium dalam larutan panas Asetanilida didalam xilena menghasilkan N- Sodium derivative.
C
6
H
5
NHCOCH
3
+ HOH C
6
H
5
NH
2
+ CH
3
COOH
f. Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida menghasilka Thio Asetanilida C
6
H
5
NHC5CH
3
. g. Bila di treatmen dengan HCl, Asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan
2 garam 2 C
6
H
5
NHCOCH
3
. h. Dalam larutan yang memgandung pottasium bicarbonat menghasilkan N- bromo
asetanilida. i. Nitrasi asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan p-nitro Asetanilida.
Kegunaan Produk Acetalnilide a. Sebagai bahan baku pembuatan obat – obatan
b. Sebagai zat awal penbuatan penicilium
c. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet d. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida
e. Sebagai penstabil peroksida
4. Metode Proses
a. Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrid dan aniline Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat
direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan pelindung sampai tidak ada anilin yang tersisa.
2 C
6
H
5
NH
2
+ CH
2
CO
2
O → 2 C
6
H
5
NHCOCH
3
+ H
2
O Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendinginan, sedangkan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetatanhidrad dapat diganti dengan asetil klorida.
b. Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih
ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan pengaduk.
C
6
H
5
NH
2
+ CH
3
COOH → C
6
H
5
NHCOCH
3
+ H
2
O Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150
C – 160 C. Produk dalam keadaan
panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.
c. Pembuatan asetanilida dari ketene dan anilin Ketene gas dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan
akan menghasilkan asetanilida. C
6
H
5
NH
2
+ H2C=C=O C
6
H
5
NHCOCH
3
d. Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan aniline Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan
menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H2S. C
6
H
5
NH
2
+ CH
3
COSH C
6
H
5
NHCOCH
3
+ H
2
S
5. Operasi Pemisahan Pada Pembuatan Acetanilide
Pada pembuatan acetanilide operasi pemisahan dilakukan dengan kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pemisahan zat dari campurannya berdasarkan pembentukan
bahan padat kristal. Kristal adalah bahan padat dengan susunan molekul tersebut. a. Mekanisme Pembentukkan Kristal
1 Pembentukan Inti Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang
dapat terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan lewat
jenuh.
2 Pertumbuhan Kristal Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
a Transportasi molekul-molekul atau ion-ion dari bahan yang akan di kristalisasikan dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi.
Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
b Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada
kisi kristal persatuan waktu. b. Syarat-syarat Kristalisasi
1 Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu, sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut
telah seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu
zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh.
2 Larutan harus homogeny Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun
didiamkan dalam waktu lama. 3 Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari bentuk kristal yang didinginkan.
c. Metode-metode Kristalisasi 1 Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan
pendinginan larutan panas yang jenuh. 2 Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan
sebagian pelarut.
3 Pemanasan dan Pendinginan Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas
yang Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga
larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum. 4 Penambahan bahan zat lain
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan
sehinga terjadi desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
d. Proses Kristalisasi Pada Pembekuan Fase Cair-Padat 1
Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu mudah bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi
yang cukup untuk mudah bergerak. 2 Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin
sulit bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3 Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau
membentuk inti baru. e. Ukuran Kristal
Ukuran kristal tergantung dari kecepatan pembentukkan inti kristal partikel kristal yang amat kecil, yang terbentuk secara spontan akibat dari keadaan larutan
yang lewat jenuh dan pertumbuhan kristal, artinya tergantung pada kondisi kristalisasi.
f. Herkristalisasi Herkristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuranpengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip herkristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampurpencemarnya. Larutan yang
terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
g. Langkah-langkah Kristalisasi 1 Larutan sample zat padat dilarutkan dalam pelarut panas.
2 Bubuhkan sedikit norit. 3 Larutan tersebut dijenuhkan kembali.
4 Saring kembali dengan pemanas air. 5 Didinginkan larutan tersebut hingga es mencair.
6 Saring kristal tersebut.
h. Prinsip Kristalisasi dapat dianalisa melalui sudut pandang yaitu: 1 Kemurnian hasil
Sebagian besar cairan induk yan terkandung terpisah dipisahkan dari kristal dengan cara filtrasi dan sentry fungsi, sedang sisanya dikeluarkan dengan
mencucinya dengan pelarut encer. Efekifitas langkah pemurnian tergantung pada ukuran dan keseragaman kristal.
2 Perolehan Pada kebanyakan proses kristalisasi , kristal dan cairan induk berada pada
waktu yang cukup lama sehingga mencapai keseimbangan, dan cairan induk itu jenuh pada suhu akhir proses itu. Perolehan dari proses itu dapat dihitung dari
konsentrasi larutan awal dan kelarutan pada suhu akhir. Selama proses itu terjadi penguapan yang cukp besar, kuantitasnya harus diketahui atau dapat
diperkirakan, oleh karena kuantitas yang terakhir ini tetap berada dalam fase zat cair selama berlangsungnya kristalisasi.
3 Laju nukleasi
Adalah banyaknya partikel baru yang terbentuk persatuan waktu persatuan volume magma atau larutan induk bebas zat padat. Nukleasi digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu nukleasi palsu, nukleasi primer, dan nukleasi sekunder.
4 Laju pertumbuhan Adalah suatu proses difusi, yang dimofikasi oleh pengaruh permukaan
padat pada tempat pertumbuhan itu berlangsung. Molekul-molekul atau ion-ion zat terlarut mencapai muka kristal yang tumbuh itu dengan cara difusi melalui
fase zat cair.
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Proses
a. Kelebihan 1 Reaksinya sederhana
2 Proses reaksi berlangsung cepat karena menggunakan katalis yaitu dengan penambahan benzene.
b. Kekurangan 1 Hasil yang didapat atau bubuk acetalnilide yang didapatkan dari praktikum
lebih sedikit. 2 Biayanya lebih mahal karena menggunakan katalis
7.
Diagram Alir Proses
Pemanasan campuran hingga mendidih di
pemanas listrik Pemanas
selama 30 menit
Pendinginan dalam beaker
glass yang berisi es
VI. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Statif b. Labu didih
c. Thermometer d. Selang
e. Corong f. Beaker glass
g. Pengaduk h. Pemanas listrik Heater
i. Klem j. Cooler
k. Saringan pemanas l. Bunzen
m. Erlenmeyer n. Spatel
Herkristalisasi dengan
karbon Penjenuhan
dan pemisahan larutan
Pendinginan hingga muncul kristal
Penyaringan Kristal dengan
kertas saring Pengeringan
di oven Perhitungan
2. Bahan
a. Aniline sebagai bahan baku
b. Benzene sebagai katalis
c. Anhidra Asam Asetat sebagai bahan baku
d. Es batu
VII. PROSEDUR KERJA
1. 5 gram anilin dicampurkan dengan 20cm3 benzene. 2. Campuran dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang memiliki pendingin
tegak. 3. Campuran dalam labu alas bulat dipanaskan di atas pemanas listrik sampai
mendidih. 4. Larutan anhidrida asam asetat sebanyak 6 gram dimasukkan ke dalam
cairan yang mendidih sedikit demi sedikit melalui dinding pendingin. 5. Reaksi eksoterm, maka akan terlihat mendidih lebih keras.
6. Jika cairan mendidih terlalu keras, sebaiknya pemanasan dikurangi. 7. Campuran dipanaskan kembali selama 30 menit setelah anhidrida asam
asetat telah dibubuhkan semua. 8. Cairan yang masih panas dituangkan ke dalam beaker glass yang berisi es
batu. 9. Kristal yang terbentuk diherkristalisasi dengan karbon aktif.
10. Dihitung rendemen teoritis dari hasil yang didapatkan
VIII. RANGKAIAN ALAT
Gambar : Pemanas dan penambahan anhidra asam cuka
Gambar : Penyaringan dan saringan pemanas
IX. DATA PENGAMATAN
1. Aniline m = 5 gram
ρ = 1,02 grml
v
=
m ρ
= 5 gr
1,02 gr ml = 4,90 ml ≈ 5 ml
n = m
Mr
=
5 gr 93 grml
= 0,054 mol 2. Anhidra Asam Asetat
m = 6 gram ρ = 1,08 grml
v = m
ρ =
6 gr 1,08 gr ml
= 5,55 ml ≈ 6 ml n =
m Mr
=
6 gr 102 gr ml
= 0,059 mol 3. Benzene
V = 20 cm
3
= 20 ml 4. Reaksi Pembentukan Acetanilide
2 C
6
H
5
NH
2
+ CH
3
CO
2
O → 2 C
6
H
5
NHCOCH
3
+ H
2
O Mula-Mula:
0,108 0,059
Reaksi :
0,108 0,054
0,108 0,054
Sisa :
0,005 0,108
Mol Acetanilide Teoritis = 0,108 x Mr = 0,018 x 135 grml
= 7,29 gram P
= Berat Cawan + Kertas Saring + Kristal Acetanilide – Berat Cawan Kosong – Berat kertas Saring
= 118,16 gr – 112,615 gr = 5,545 gr
Mol Acetanilide Amandemen =
Praktek Teori
x 100 =
5,545 gr 7,29 gr
x 100 =
76,06
X. PEMBAHASAN