Istilah “Hukum Pidana” Secara Luas Jenis Hukum Pidana

Pada prinsipnya ada dua pengertian yang berbeda tentang Hukum Pidana, yang disebut dengan Ius poenale dan Ius puniendi. Ius poenale merupakan pengertian hokum pidana yang obyektif. Hukum Pidana dalam pengertian ini menurut Mezger adalah “Aturan-aturan hokum yang mengikatkan pada suatu perbuatan tertentu yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana’. Dari definisi ini terlihat hukum pidana berpokok pada dua hal : a.Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu dan b.Pidana. Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu mengandung dua hal : a.Perbuatan jahat dan b.orang yang melakukan perbuatan tersebut. Sementara itu Hazewinkel-Suringa memberikan pengertian yang lebih luas, dengan mengatakan bahwa hokum pidana tersebut meliputi : a. Perintah dan larangan, yang atas pelanggarannya telah ditentukan ancaman sanksi terlebih dahulu dan telah ditetapkan oleh lembaga Negara yang berwenang. b. Aturan-aturan yang menentukan bagaimana atau dengan alat apa Negara dapat memberikan reaksi pada mereka yang melanggar aturan-aturan tersebut. c. Kaidah-kaidah yang menentukan ruang lingkup berlakunya peraturan-peraturan tersebut pada waktu tertentu dan di wilayah Negara tertentu. Sedangkan Muljatno menyatakan, hukum pidana memberikan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk hal-hal sebagai berikut : a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa, kepada mereka yang telah melanggar larangan itu dapat dikenakan pidana sebagaimana telah diancamkan. c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orag yang disangka telah melanggar larangan tersebut. Pengertian tersebut oleh Muljatno dikelompokkan menjadi hukum pidana materiil substantive criminal law, yaitu semua peraturan yang mengenai bidang huruf a dan b diatas, serta hukum pidana formil hukum acara pidana untuk peraturan yang mengenai huruf c. Kedua hukum pidana tersebut tidak dapat dipisahkan dalam upaya penegakkan hukum pidana. Hukum pidana materiil mengatur tentang prinsip kesalahan, sedangkan hukum pidana formil mengatur prosedur untuk menentukan seseorang secara fakta bersalah. Sementara itu, pengertian hukum pidana ius puniendi, atau pengertian hukum pidana subyektif memiliki dua pengertian yaitu : a. Pengertian luas, yaitu berhubungan dengan hak Negaraalat-alat perlengkapannya untuk mengenakan ancaman pidana terhadap suatu perbuatan. b. Pengertian sempit, yaitu hak Negara untuk menuntut perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan tindak pidana. Hak yang sifatnya khusus ini memastikan hukum pidana termasuk dalam ranah hukum publik. Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara individu dengan masyarakat hukum umum, yakni Negara atau daerah-daerah di dalam Negara.

2. Istilah “Hukum Pidana” Secara Luas

Uraian tentang hukum pidana obyektif diatas melahirkan beberapa istilah yang dikategorikan sebagai hukum pidana, yaitu : a. Hukum Pidana Materiil, sering hanya disebut dengan istilah hukum pidana saja. Pengertiannya adalah perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Sumber hukum pidana ini ada pada KUHP dan UU diluar KUHP yang mengatur tentang tindak pidana khusus, seperti UU No.31 Tahun 1999 Jo. b. Hukum Pidana Formil, adalah aturan-aturan yang mengatur tentang bagaimana Negara dengan perantara alat-alatnya melaksanakan haknya untuk mengenakan Pidana sebagaimana telah diancamkan. Sumber hukumnya adalah UU No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP. c. Hukum Pelaksanaan Pidana, adalah aturan-aturan tentang pelaksanaan pidana penjara, pidana kurungan, tindakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana dan sebagainya, Peraturan tentang hal ini dapat dilihat dari UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan berbagai peraturan pelaksanaannya.

3. Jenis Hukum Pidana

A. Hukum Pidana Umum adalah hukum pidana yang berlaku untuk setiap orang. Sumbernya ada dalam KUHP yang terdiri atas tiga buku : 1 Buku I tentang Ketentuan Umum, dari pasal 1-103 2 Buku II tentang Kejahatan, dari pasal 104-448 3 Buku III tentang Pelanggaran, dari pasal 449-569 B. Hukum Pidana Khusus adalah aturan-aturan hukum pidana yang menyimpang dari hukum pidana umum. Sudarto menyebut istilah Undang-undang Pidana Khusus yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu : 1 Undang-undang yang tidak dikodifikasikan, misalnya, Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang Lalulintas Jalan Raya, Undang-undang Narkotika dan lain-lain. 2 Peraturan-peraturan hukum administrative yang mengandung sanksi pidana, misalnya UU Lingkungan Hidup, UU Perburuhan dan lain-lain. 3 Undang-undang yang mengandung hukum pidana khusus yang mengatur tindak pidana untuk golongan tertentu atau perbuatan tertentu. Contohnya KUHP Militer, UU Tindak Pidana Ekonomi dan lain-lain.

4. Pembagian Hukum Pidana