Uraian tentang hukum pidana obyektif diatas melahirkan beberapa istilah yang dikategorikan sebagai hukum pidana, yaitu :
a. Hukum Pidana Materiil, sering hanya disebut dengan istilah hukum pidana saja. Pengertiannya adalah perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dan
diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Sumber hukum pidana ini ada pada KUHP dan UU diluar KUHP yang mengatur tentang tindak
pidana khusus, seperti UU No.31 Tahun 1999 Jo.
b. Hukum Pidana Formil, adalah aturan-aturan yang mengatur tentang bagaimana Negara dengan perantara alat-alatnya melaksanakan haknya untuk mengenakan Pidana
sebagaimana telah diancamkan. Sumber hukumnya adalah UU No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP.
c. Hukum Pelaksanaan Pidana, adalah aturan-aturan tentang pelaksanaan pidana penjara, pidana kurungan, tindakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana dan sebagainya,
Peraturan tentang hal ini dapat dilihat dari UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan berbagai peraturan pelaksanaannya.
3. Jenis Hukum Pidana
A. Hukum Pidana Umum adalah hukum pidana yang berlaku untuk setiap orang. Sumbernya ada dalam KUHP yang terdiri atas tiga buku :
1 Buku I tentang Ketentuan Umum, dari pasal 1-103 2 Buku II tentang Kejahatan, dari pasal 104-448
3 Buku III tentang Pelanggaran, dari pasal 449-569
B. Hukum Pidana Khusus adalah aturan-aturan hukum pidana yang menyimpang dari hukum pidana umum. Sudarto menyebut istilah Undang-undang Pidana Khusus yang
diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu : 1 Undang-undang yang tidak dikodifikasikan, misalnya, Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang Lalulintas Jalan Raya, Undang-undang Narkotika dan lain-lain.
2 Peraturan-peraturan hukum administrative yang mengandung sanksi pidana, misalnya UU Lingkungan Hidup, UU Perburuhan dan lain-lain.
3 Undang-undang yang mengandung hukum pidana khusus yang mengatur tindak pidana untuk golongan tertentu atau perbuatan tertentu. Contohnya KUHP Militer,
UU Tindak Pidana Ekonomi dan lain-lain.
4. Pembagian Hukum Pidana
Pembagian hukum pidana dapat dikelompokkan sebagai berikut : a Berdasarkan wilayah keberlakuannya
1 Pidana Umum 2 Hukum Pidana Lokal
b Berdasarkan bentuknya 1 Hukum Pidana tertulis yang terdiri dari dua bentuk yaitu :
Hukum Pidana yang dikodifikasikan yaitu Kitab Undang-undang Hukum
Pidana KUHP
Hukum Pidana yang tidak dikodifikasikan yaitu diatur dalam undang-undang tersendiri seperti UU tindak pidana ekonomi, UU pemberantasan tindak
pidana korupsi dan lain-lain 2 Hukum Pidana tidak tertulis hukum pidana adat adalah hukum yang berlaku hanya
untuk masyarakat-masyarakat tertentu.
5. Sifat Hukum Pidana
Kebanyakan sarjana berpandangan bahwa hukum pidana adalah hukum public. Mereka diantaranya adalah Simons, Van Hamel, Van Scravendijk, Tresna, Van Hattum dan Han Bing
Siong. Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik karena mengatur hubungan antara warga masyarakat dengan Negara. Namun sejarahnya menunjukkan hukum pidana awalnya juga
bersifat hukum privat. Suatu perbuatan yang menimbulkan kerusakan atau merugikan seseorang baik fisik ataupun materiil akan mendapatkan pembalasan dari pihak yang dirugikan
korban.Selanjutnya pembalasan kemudian diganti dengan ganti kerugian untuk menciptakan keseimbangan kembali. Pada awalnya jumlah ganti kerugian sangat tergantung pada pihak yang
dirugikan, sampai akhirnya muncul keterlibatan pihak yang berkuasa untuk mengaturnya. Akhirnya setelah muncul Negara, maka kemudian Negara diberikan hak untuk mengambil alih
dan meminta pelaku bertanggungjawab atas perbuatannya dengan tujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Hal ini menunjukkan hubungan antara pelaku dan korban tidak lagi
bersifat pribadi, tetapi telah menjadi hukum yang bersifat publik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, hukum pidana berasal dari hukum privat yang kemudian berkembang menjadi hukum publik, selanjutnya meletakkan kekuasaan untuk
menjalankan hukum tersebut di tangan Negara penguasa dalam upaya menciptakan ketertiban. Namun demikian, masih ada aturan-aturan hukum pidana yang bersifat privat, sehingga Negara
tidak serta merta bias menegakkannya, tidak memiliki kewajiban untuk menjalankannya tanpa adanya permohonan dari pihak yang dirugikan. Kerugian pihak korban dianggap lebih besar
daripada kepentingan masyarakat dan bersifat sangat pribadi. Hal ini dapat diketahui dari keberadaan delik aduan dalam hukum pidana.
6. Sumber Hukum Pidana Indonesia